Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 20 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Ary Ratna Santika
Abstrak :
Tesis ini bertujuan untuk meneliti pengaruh government size terhadap pertumbuhan ekonomi daerah di Indonesia. Penelitian ini menggunakan data tahunan tahun 2009 s.d. 2015. Model yang digunakan adalah data panel dengan menggunakan data 2 tahun interval. Hasil penelitian menunjukkan bahwa government size berpengaruh signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi daerah dan berhubungan secara non-linear. Dari hasil model, dapat dihitung threshold government size terhadap pertumbuhan ekonomi daerah, yaitu sebesar 38,98 persen. Sementara itu, variabel lain sebagai kontrol menunjukkan bahwa pembentukan modal fisik berpengaruh positif dan signifikan, pembentukan modal manusia tidak berpengaruh signifikan pada pertumbuhan ekonomi, sementara pertumbuhan penduduk berpengaruh negatif dan signifikan. ......The aim of this thesis is investigating the effect of government size on regional economic growth in Indonesia. This study uses annual data from 2009 until 2015. I used panel data analysis using 2 span years data. The results showed that government size has a significant effect on economic growth and it has a non linear relationship. From the model, we can calculate the threshold government size on regional economic growth is 38.98 percent. Meanwhile, other variables as controls showed that the formation of physical capital has a positive and a significant effect on economic growth and the formation of human capital has no significant effect on economic growth, while population growth has a negative and significant effect on economic growth.
Depok: Fakultas Eknonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2018
T51136
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
I Gusti Agung Ayu Apsari Anandari
Abstrak :
Perbedaan antara dua sektor upah, sektor publik dan sektor swasta, sudah banyak dibahas di berbagai literatur. Tetapi belum banyak studi yang mendalami mengenai penyebab tenaga kerja berakhir di salah satu dari dua sektor tersebut. Tesis ini akan menguji peran individual risk aversion terhadap kecenderungan tenaga kerja berada di sektor publik atau swasta. Diduga, individual dengan degree of risk aversion yang tinggi memiliki kecenderungan yang besar untuk bekerja sebagai pegawai negeri, karena dari berbagai studi literatur sebelumnya ditemukan bahwa sektor publik memiliki job security yang tinggi. Degree of risk aversion di-elisitasi dari data hypothetical gambling questions yang terdapat pada IFLS-5. Hasil analisis dengan model Probit menemukan bahwa dugaan tersebut benar. Tesis ini juga membahas mengenai peran status pekerjaan orang tua individu terhadap kecenderungannya bekerja di sektor yang sama.
This study explores the role of risk aversion on an individual's occupational choice. It examines the effect of individual risk aversion using the choice between public and private sector employment in Indonesia. Public sector employment is considered relatively more secure than private sector work. The risk aversion of workers was observed and elicited using hypothetical gambling questions from the Indonesian Family Life Survey (IFLS). The findings were analyzed using the Probit model. The results show that more risk-tolerant workers choose the private sector. Those with higher education levels had more individual risk aversion. The findings suggest there may be a need to attract less risk-averse individuals to the public sector in Indonesia. This could be accomplished through a revised recruitment process or by equalizing the level of job security between the public and private sectors.
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2019
T53201
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hafiyyanti Kusuma Nugraha
Abstrak :
ABSTRAK
Studi ini bertujuan untuk mempelajari perbedaan upah anggota dan bukan anggota serikat pekerja di Indonesia dengan data 17.650 sampel. Rincian dari sampel yang digunakan ialah 1.855 sampel adalah anggota serikat pekerja dan 15.795 sampel bukan anggota serikat pekerja berumur 15-64 tahun dari IFLS5 2014. Hasil Dekomposisi Blinder-Oaxaca terhadap selisih upah anggota dan bukan anggota serikat pekerja menunjukkan bahwa anggota serikat pekerja mendapatkan upah 0,40 log poin lebih tinggi dibandingkan pekerja yang bukan anggota serikat pekerja, sementara pada sektor formal perbedaan upah lebih tinggi yakni mencapai 0,50 log poin. Kesenjangan yang terjadi dijelaskan oleh dua faktor utama, yakni faktor explained atau faktor karakteristik pekerja serta faktor unexplained. Faktor unexplained merupakan faktor lain yang tidak termasuk dalam model penelitian, seperti jabatan pekerja dan karakteristik perusahaan. Kontribusi faktor explained pada keseluruhan pekerja berkontribusi paling besar terhadap kesenjangan upah. Secara umum, pekerja anggota serikat pekerja terkonsentrasi pada jenis kelamin laki-laki, berpendidikan lebih tinggi, serta bertempat tinggal di perkotaan.
ABSTRACT
This study aims to study the difference in wages of members and non-union members in Indonesia with 17,650 data. The details of the sample used are 1,855 samples are members of unions and 15,795 samples are non-union members aged 15-64 years from IFLS5 2014. The results of the Blinder-Oaxaca Decomposition on the difference in wages of members and non-union members show that union members get 0,40 log points higher than workers who are not union members, while in the formal sector the wage differential is higher, reaching 0.50 log points. The gap that occurs is explained by two main factors, namely the explained factor or the worker characteristics factor and the unexplained factor. Unexplained factors are other factors that are not included in the research model, such as job title and company characteristics. The factor contribution explained to the whole of workers contributes the most to the wage gap. In general, workers who are members of trade unions are concentrated on the male gender, have higher education, and live in urban areas.
Jakarta: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2020
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tristianto
Abstrak :
Penelitian ini menguji dampak kebijakan desentralisasi terhadap tingkat kemiskinan di Indonesia  menggunakan analisa data panel dengan mengambil sampel data dari 33 propinsi dari periode 2005 - 2012.  Menggunakan estimasi model non – linear, dampak desentralisasi dapat dijelaskan melalui titik balik minimum dimana fiscal desentralisasi mempunyai dampak negatif maksimal terhadap tingkat kemiskinan. Penelitian ini menemukan bahwa dampak desentralisasi fiskal paling optimal ketika indeks desentralisasi sama dengan 34 persen. Dengan kata lain, dampak desentralasi fiskal terhadap pengurangan tingkat kemiskinan paling optimal terjadi ketika rasio akumulasi pengeluaran pemerintah daerah per kapita  disatu propinsi adalah sepertiga dari dari total pengeluaran pemerintahan per kapita di proprinsi tersebut ......This study examines the effect of fiscal decentralization on poverty headcount rate in Indonesia by employing panel data analysis, which takes sample data form 33 provinces in Indonesia in the period 2005 – 2012. Using the non-linear estimation model, the effect of decentralization on poverty is captured from its turning point relation, which has maximum impact on decreasing poverty rate. This study finds that optimum effect of fiscal decentralization on poverty reduction occurs when the index of decentralization is equal to 34 percent. In other words, the highest impact of decentralization on poverty reduction is when the ratio of local government expenditure per capita is one third of the total government expenditure per capita.
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2014
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Taufiqurrahman
Abstrak :
Kurs riil yang lemah (undervalued) untuk mendukung pertumbuhan ekonomi merupakan jargon yang banyak didengar selama orde baru, dan dalam dunia internasional juga ditunjukkan oleh perkembangan China saat ini. Namun dalam teori pertumbuhan neoklasik yang diawali oleh Solow dan dilanjutkan berbagai peneliti lain, ternyata kurs riil tidak dimasukkan dalam faktor pertumbuhan. Dan ternyata berbagai penelitian menunjukkan pendapat yang berbeda-beda tentang pengaruh kurs yang melemah terhadap pertumbuhan ekonomi. Penelitian ini mencoba melihat bagaimana pengaruh ketidaksesuaian kurs terhadap pertumbuhan ekonomi Indonesia pada masa 1980 - 2010. Dalam rentang waktu tersebut Indonesia mengalami dua fase ekonomi dengan berbagai perbedaan di dalamnya yang dipisahkan oleh structural break berupa krisis ekonomi 1998. Hasil penelitian ini menunjukkan ternyata pada rentang 1980 - 1998 ketidaksesuaian kurs mempengaruhi pertumbuhan ekonomi dan bernilai negatif, yang berarti semakin rupiah undervalued maka pertumbuhan PDB semakin rendah. Sedangkan pada periode setelah 1998, yaitu 2000 - 2010 ketidaksesuaian kurs tidak mempengaruhi pertumbuhan ekonomi. ...... The weak real exchange rate to support economic growth is a slogan that was widely heard during the New Order era, and in the international world, it is also shown by China's current development. However, in neoclassical growth theory, which was initiated by Solow and continued by various other researchers, the real exchange rate is not included as a growth factor. And various studies have shown different opinions about the effect of a weakened exchange rate on economic growth. This study attempts to look at how the misalignment  between the exchange rate and economic growth in Indonesia during the period of 1980-2010. During this period, Indonesia experienced two economic phases with various differences that were separated by a structural break in the form of the 1998 economic crisis. The results of this study indicate that in the period of 1980-1998, the misalignment  between the exchange rate and economic growth has a negative impact, which means that the more undervalued currency, the lower GDP growth. Meanwhile, in the period after 1998, namely 2000-2010, the misalignment  between the exchange rate and economic growth did not affect economic growth.
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2013
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Zahira
Abstrak :
Krisis keuangan global yang terjadi sejak pertengahan tahun 2008 telah menekan pertumbuhan ekonomi global dan menyebabkan banyak negara termasuk Indonesia mengalami kontraksi ekonomi. Untuk mengantisipasi dampak krisis, pemerintah dan Bank Indonesia mengeluarkan kebijakan fiskal dan moneter ekspansif. Berbagai program stimulus fiskal yang diikuti dengan penurunan suku bunga selama krisis keuangan global terbukti mampu menstabilkan kembali perekonomian, namun tidak demikian halnya dengan angka ketimpangan pendapatan yang terus meningkat dari tahun ke tahun pasca krisis. Untuk itulah, penelitian ini dilakukan untuk mengetahui dampak kebijakan fiskal dan moneter ekspansif yang diambil selama krisis keuangan global terhadap ketimpangan pendapatan rumah tangga di Indonesia. Untuk menggambarkan transmisi kebijakan terhadap distribusi pendapatan rumah tangga, digunakan pendekatan model Sistem Neraca Sosial Ekonomi Finansial (SNSEF). Sedangkan untuk mengetahui besarnya ketimpangan pendapatan rumah tangga, digunakan analisis Indeks Theil. Melalui update SNSEF Indonesia 2008, diketahui adanya perlambatan ekonomi selama krisis terutama disebabkan oleh anjloknya kinerja ekspor dan merosotnya investasi. Untuk melakukan investasi selama krisis, rumah tangga menggunakan lebih banyak tabungan. Sedangkan guna menutupi pengeluaran untuk konsumsi, rumah tangga miskin membutuhkan transfer pendapatan yang cukup tinggi dari pemerintah dan anggota keluarga mereka yang berada di luar negeri. Selain itu, terjadi peningkatan kredit konsumsi yang cukup tinggi terutama dilakukan oleh rumah tangga kota tidak miskin. Dengan menggunakan angka multiplier SNSEF, diketahui bahwa kebijakan fiskal ekspansif yang dipadu dengan kebijakan moneter ekspansif yang diambil selama tahun 2009 mampu secara signifikan meningkatkan pendapatan rumah tangga, meskipun dampak yang diberikan melalui pelonggaran moneter tidak cukup besar. Dari sisi fiskal, berdasarkan angka Indeks Theil, diketahui bahwa kebijakan pemberian subsidi kepada sektor usaha dan transfer pendapatan kepada rumah tangga selain meningkatkan pendapatan juga mampu menurunkan ketimpangan pendapatan antar rumah tangga dibandingkan dengan kebijakan penurunan pajak. ......Global financial crisis started in mid 2008 had depressed global economic growth. It also had triggered contraction for the economy in many countries, including Indonesia. Meanwhile, in order to anticipate this impact, the government and the Central Bank imposed expansionary fiscal and monetary policies. Various fiscal stimulus programs followed by lowering interest rates during global financial crisis have re-stabilized the economy. However, there still remained a problem, where income inequality continues to rise year by year in the post-crisis period. Therefore, this research is conducted with an aim to investigate the impacts of expansionary fiscal and monetary policies imposed during global financial crisis on household’s income inequality in Indonesia. To describe policy transmission towards household’s income distribution, this research employs Financial Social Accounting Matrix (FSAM) approach. Whereas, the Theil Index is used to examine the degree of income inequality of household. Through assessing the 2008 updated Indonesian FSAM, it can be seen that there is an economic deterioration during crisis which is mainly caused by the decline in export perfomance and by the fall in investment. During the crisis, the main source of households’ investment was from their savings. Meanwhile, the poor households required higher income transfer from the government and their family which were working abroad to pay for their consumption expenditure. As well, there was a significant increase in consumption credit, in particular by non poor urban households. Applying the FSAM multiplier, it can be known that the combination of expansionary fiscal and monetary policies imposed in 2009 were significantly able to increase household income. But, the impact of monetary policy was not significantly big. From the fiscal side, using the Theil Index, it can be known that the subsidy policy given to business sector and the transfer delivered to households are not only able to increase income, but they are also able to reduce income inequality between households if these are compared to cutting tax policy.
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2013
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Zahra Rasyid
Abstrak :
Permasalahan utama dalam pemanfaatan sumberdaya ikan adalah bagaimana memanfaatkan ikan secara efisien ekonomi (konsep Maximum Economic Yield) tanpa mengganggu keberadaan stoknya (konsep Maximum Sustainable Yield) di masa yang akan datang sehingga berkelanjutan. Penelitian ini bertujuan mengestimasi jumlah hasil tangkapan dan effort optimal; mengestimasi tingkat preservasi, laju degradasi dan depresiasi sumberdaya ikan tongkol; mensimulasi pengaruh pajak terhadap tingkat produksi optimal ikan tongkol serta mengestimasi faktor-faktor yang mempengaruhi produksi nelayan. Data yang digunakan adalah data primer hasil survei dan data sekunder berupa produksi perikanan tahun 1997-2011. Pengambilan sample dilakukan dengan menggunakan metode Quota Sampling untuk menghasilkan 125 observasi. Model bioekonomi yang digunakan adalah model surplus produksi, statik dan dinamis. Hasil analisis optimasi menunjukkan bahwa masih adanya underfishing. Total allowable catch (TAC) sumberdaya ikan tongkol di perairan Lampung sebesar 18.160,67 ton, sementara tingkat eksploitasi saat ini sebesar 6.954,80 ton. Analisis laju degradasi-depresiasi menunjukkan bahwa perairan Lampung belum terdegradasi dan belum terdepresiasi. Analisis simulasi pajak menunjukkan bahwa pajak terhadap input sebesar 2,5% adalah kebijakan pajak yang paling efektif menurunkan laju effort penangkapan dan memberikan penerimaan ekonomi yang lebih berkelanjutan. Faktor-faktor yang mempengaruhi produksi nelayan adalah jenis alat tangkap yang digunakan, lamanya hari melaut (trip), pelatihan dan bantuan fisik (kapal, alat tangkap dan box fibre). ......The main problem in fisheries exploitation regarding the issue of sustainability is to attain the level maximum economic yield as well as the level maximum sustainable yield. The study aims to estimate the optimum production and effort and to estimate the level of preservation, the degradation and the depreciation rate of the Eastern Little Tuna; to simulate the effect of taxes on optimum production level and to estimate the influence of factors affecting fishing production. The study used primary data collected from a survey and secondary data of fishery production in 1997-2011. The survey applies quota sampling to collect 125 observation. The bioeconomic models used are the static and dynamic surplus production models. The results are summarized as follow. First, the study founds an indication for underfishing. Second, Total allowable catch (TAC) of Eastern Little Tuna in Lampung sea area is 18.160,67tonnes. Third, the analysis of degradation and depreciation showed that the marine of Lampung is not yet degraded or depreciated. Fourth, it is found that the input tax of 2.5% could be the most effectively lower the rate of effort and may provide the most sustainable economic revenue. Lastly, the factors influencing fisheries production in Lampung are notably the type of fishing gear, number of workers, the length of the day at sea (trip), training and physical aids (boats, gear and fibre).
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2013
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yudhi Syaputra
Abstrak :
Tesis ini bertujuan untuk mengukur pengaruh dari peraturan anti-dumping dan krisis global terhadap laju impor produk baja kasar pada enam Negara ASEAN. Data yang digunakan pada tesis ini menggunakan data panel dari tahun 2003 hingga tahun 2011. Penelitian ini menemukan bahwa variabel anti-dumping tidak memiliki pengaruh signifikan terhadap laju impor produk baja kasar. Hal tersebut dikarenakan hanya tiga dari dari enam negara ASEAN yang secara teratur menerapkan peraturan anti-dumping. Penelitian ini juga menemukan bahwa hasil empiris dari laju impor seluruh produk perdagangan dari suatu negara memiliki koefisien variabel yang lebih kecil daripada koefisien variabel pada laju impor suatu produk perdagangan. Penemuan ini menunjukkan bahwa faktor GDP riil dan nilai tukar mata uang riil memiliki pengaruh yang lebih kecil terhadap laju impor produk baja kasar. Hal tersebut berarti factor GDP riil dan nilai tukar mata uang riil lebih berpengaruh terhadap laju impor seluruh produk perdagangan. Selain itu, penelitian ini juga menemukan bahwa variabel time-dummy dapat menggambarkan pengaruh dari krisis global terhadap penurunan signifikan pada laju impor dari suatu produk perdagangan ......The purpose of this thesis is to measure the effect of the anti-dumping law and the global crisis on the import flow of crude steel products in six ASEAN member countries with panel data collected from 2003 until 2011. This study finds that the anti-dumping variable does not significantly affect the import flow of the crude steel products. The database of anti-dumping law in steel products shows that only three ASEAN countries regularly apply the anti-dumping law within ASEAN countries. This research is also finds that the empirical result of the country level import flow will produce a smaller coefficient than that in the commodity level import flow. This finding indicates that the factors of real GDP and the real exchange rate are less affecting the commodity level import flow of steel product. This means that the real GDP and real exchange rate plays more important role to the country level import flow. Furthermore, the time dummy variables are able to capture the year-specific effect of the global crisis which is more severely affect the commodity level import flow.
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2014
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Agus Miftahul Ilmi
Abstrak :
Perdagangan internasional barang setengah jadi (intermedete goods) semakin meningkat seiring dengan perkembangan jaringan produksi global. Perdebatan saat ini adalah kesempatan untuk mendaptakan manfaat dari globalisasi ekonomi melalui keterkaitan produksi dengan jaringan produksi global. Penelitian khusus terkini yang mengidentifikasi determinan-determinan partisipasi telah berkembang melalui berbagai metodologi, akan tetapi kurang mempertimbangkan guncangan ekonomi yang terjadi. Dalam perkembangannya, jaringan produksi global juga terkena imbas dari krisis ekonomi di Asia tahun 1997/1998 dan gejolak ekonomi tahun 2008/2009 yang menyebabkan kontraksi perdagangan. Dengan menggunakan model regresi fixed effect dengan model least square dummy variable, penelitian ini bertujuan untuk menjawab pertanyaan apakah mempertimbangkan kontraksi perdagangan sebagai structural break dalam penelitian akan menggambarkan hubungan erat antara kontraksi perdagangan dan partisipasi jaringan produksi global. Hasil penelitian menunjukkan bahwa krisis ekonomi 1997/1998 dan gejolak ekonomi 2008/2009 mempunyai hubungan kausalitas dengan partisipasi jaringan produksi global. ......International trade for intermediate goods has increased along with the development of the Global Production Network. Contemporary debates are on opportunity to benefit from economic globalization by linking production into global production network. Recent specific studies identify the determinants of participation involved using various methodologies, but are less detailed on discussing some economic shocks embodied within. Although in its development, the global production network was affected by the economic crisis in Asia in 1997/1998 and the 2008/2009 economic shock which caused trade contraction. By using fixed effect regression with LSDV in model, this study aims to answer the question whether by considering the trade contraction as a structural break in the study will portrait the close relationship between trade contraction with participation of global production network. The results show that the economic crisis of 1997/1998 and the economic shock of 2008/2009 have a causal relation to the participation of the global production network.
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2017
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Titik Munawaroh
Abstrak :
Tesis ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh kemiskinan terhadap penawaran tenaga kerja anak di Indonesia, dengan menggunakan data Survei Pekerja Anak (SPA) 2009. Isu kemiskinan dibahas merujuk pada banyaknya penelitian yang menyebutkan bahwa penyebab utama timbulnya pekerja anak adalah kemiskinan. Tesis ini menggunakan dua model penawaran tenaga kerja. Model pertama adalah ordered probit model, menghubungkan probabilita status partisipasi anak, antara sekolah, mencari kerja, bekerja, dan beberapa kombinasi pilihan di antaranya terhadap status kemiskinan rumahtangga dan faktor-faktor lainnya. Status kemiskinan rumahtangga diperoleh dari pendapatan anggota rumahtangga atau estimasi pendapatan bagi anggota rumahtangga yang tidak memiliki informasi pendapatan. Model kedua, Tobit model yang mengestimasi penawaran tenaga kerja anak sebagai jam kerja yang ditawarkan anak.

Dari model pertama, ditemukan hubungan yang signifikan antara status kemiskinan dan partisipasi kerja anak. Probabilita anak bekerja lebih besar untuk anak yang berasal dari rumahtangga yang lebih miskin dan probabilita sekolah anak lebih besar untuk anak dari rumahtangga yang lebih kaya. Sedangkan model Tobit menunjukkan bahwa pada tingkat upah yang sama, jam kerja yang ditawarkan oleh anak dari rumahtangga miskin lebih besar dibandingkan anak dari rumahtangga tidak miskin. ......This study investigates the impact of poverty on child labor supply in Indonesia using data from the Indonesian Child Labor Survey (ICLS) 2009. The poverty issue is highlighted because previous studies argued it as the main cause of child labor. The study employs two models of child labor supply. The first model an ordered probit models, correlates the probability of six child status between schooling, looking for job, working and some combination of these choices, to the household poverty status and other determinants. The household poverty status needs to be derived from the household members income or imputed income for the working household member whose earning were missing. The second model, a Tobit model, estimates the child’s labor supply in terms of working hours.

From the first model, a significant relationship between poverty status and child working participation is found. The probability of child working is greater the poorer the household and the probability of child schooling is greater the richer the household. The estimated Tobit models show that, at the same level of wage rate, the willingness to work of a child from poor household is higher than that of the child from non-poor household.

Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2013
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2   >>