Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 97 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Napitupulu, Halasan
Abstrak :
Salah satu upaya apabila seseorang berhasil mencapai usia lanjut adalah mempertahankan atau membawa status gizi yang bersangkutan pada kondisi optimal agar kualitas hidup yang bersangkutan tetap baik, gangguan gizi yang umumnya muncul pada lansia selain gizi kurang juga gizi lebih yang apabila dilihat dari sudut kesehatan, sama-sama merugikan dan dapat menyebabkan kematian dengan penyebab yang berbeda. Gangguan gizi pada lansia diduga berkaitan dengan perubahan lingkungan maupun kondisi kesehatan. Dengan demikian, tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran status gizi dan faktor-faktor yang berhubungan dengan status gizi lansia di kota Bengkulu.

Desain penelitian yang digunakan adalah potong lintang (cross sectional) dengan jumlah sampel sebanyak 207 orang lansia yang berumur > 60 tahun dan dipilih dengan menggunakan systematic random sampling.Pengumpulan data variabel bebas seperti jenis kelamin, status perkawinan, status tempat tinggal, tingkat pendidikan, pengetahuan gizi, status ekonomi dan aktifitas fisik dilakukan dengan wawancara terstruktur sedangkan untuk konsumsi makanan (total energi, karbohidrat, protein dan lemak) dengan menggunakan dua pendekatan yaitu food recall dan food frequencies.

Hasil penelitian melaporkan proporsi lansia yang mengalami gizi lebih sebesar 18,4% dan gizi kurang sebesar 19,3%. Hasil uji t menunjukkan tidak ada perbedaan yang bermakna (P>0,05) rata-rata IMT menurut jenis kelamin, status perkawinan dan status tempat tinggal serta tidak ada hubungan yang bermakna (p>0,05) antara pengetahuan gizi dengan IMT lansia. Akan tetapi, ada perbedaan yang bermakna (p<-0,05) rata-rata IMT antara lansia yang melakukan olah raga dengan yang tidak melakukan olah raga dan tidak ada perbedaan yang bermakna (p>0,05) rata-rata IMT menurut frekuensi, lama dan jenis olah raga. Selanjutnya ada hubungan yang bermakna (p<0,05) antara tingkat pendidikan dan status ekonomi dengan IMT lansia. Ada hubungan yang bermakna (p<0,05) antara total energi dengan IMT serta ada hubungan yang bermakna (p<0,05) antara asupan karbohidrat, protein dan lemak dengan IMT setelah di adjusted dengan total energi. Hasil analisis multivariat regresi linier juga menunjukkan bahwa faktor yang paling dominan dengan IMT lansia adalah jenis kelamin, tingkat pendidikan dan asupan karbohidrat dengan koefisien determinasi (R2 ) sebesar 0,10 yang artinya variabel jenis kelamin, tingkat pendidikan dan asupan karbohidrat hanya dapat menjelaskan IMT lansia sebesar 10%.

Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa lansia di kota Bengkulu mengalami masalah gizi ganda yaitu masalah gizi lebih sudah mulai timbul akan tetapi masalah gizi kurang masih terjadi. Untuk itu, perlu digalakkan promosi gizi melalui pendekatan keluarga dirnana lansia tinggal serta bila memungkinkan memberikan makanan tambahan kepada lansia yang kurang gizi terutama lansia dengan kondisi ekonomi yang kurang.

Datar bacaan : 51 (1986-2000)
Factors Related to Nutritional Status among Elderlies Bengkulu City,2001When reaches elderly age, one should maintain an optimal nutritional status to ensure a good quality of life. Nutritional problems that occur during old ages may take two forms, that is, under nutrition or over nutrition, both are health devastating and might cause death due to different reasons. Nutritional problems among elderly relate to changes in both environment and health conditions in general. Thus, this study aims to describe the nutritional status and its related factors among elderly in Bengkulu city.

The study design is cross-sectional with 207 subjects aged > 60 years of old and were selected using systematic random sampling. Structured interview was used to collect data such as gender, marital status, residential status, educational level, nutrition knowledge, economic status, and physical activity level. While for food consumption (to predict macronutrients consumption such as total energy, carbohydrate, protein, and fat), two methods, that is, food recall and food frequency questionnaires were employed.

The study showed that the proportion of elderlies with over nutrition was 18,4% and elderlies with under nutrition was 19,3%. T-test showed no significant difference (p>O,05) in BMI for gender, marital status, and residential status. Moreover, there was no significant difference (p>O,45) in BM[ for nutrition knowledge. Significant difference (p< 0,05) was found in BMI for elderlies who perform sport activities and those who do not. However, no significant differences were found for frequency, duration, and type of sport activities. Significant differences in BMI (p<0,05) were found for different level of education, economic status, total energy intake, carbohydrate, protein, and fat intakes (after being adjusted for total energy intake). The multivariate tinier regression analysis showed that the dominant factors determining the BMI of elderlies in this study were gender, educational level, and carbohydrate intake (adjusted) with coefficient of determination (R2) of 0,10, meaning that these variables could only explain 10% of the BMI among elderlies in this study.

The results of the study lead to conclusion that elderlies in Bengkulu city faced a double burden of nutritional problems, that is over nutrition and under nutrition at the same time. Therefore, an adequate nutrition promotion is to be embarked through family approach where most of elderlies stay. If possible, for elderlies with low economic status, a supplementary food should be provided.

Reference : 51 (1986 - 2000)
2002
T5129
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Leginem
Abstrak :
Anemia gizi merupakan masalah gizi yang besar dan Iuas diderita oleh penduduk Indonesia. Anemia gizi biasanya disebabkan jumlah zat besi yang dikonsumsi tidak sesuai dengan jumlah yang dibutuhkan. Di samping itu berbagai faktor juga dapat mempengaruhi terjadinya anemia gizi yaitu, kurangnya konsumsi zat gizi antara lain protein, besi, vitamin C, energi, infeksi, menstruasi, sanitasi Iingkungan, status gizi, pengetahuan dan sosial ekonomi. Konsekuensi yang timbul akibat terjadinya anemia gizi adalah menurunnya aktifitas, produktivitas rendah, terhambatnya perkembangan mental dan kecerdasan (penurunan prestasi belajar), menurunnya kekebalan terhadap penyakit infeksi dan meningkatnya kesakitan. Prevalensi anemia gizi remaja putri berdasarkan beberapa hasil penelitian ternyata cukup tinggi. Hasil SKRT tahun 1995 sebesar 57,1% bahkan studi terhadap siswi SMU Padang tahun 1995 diketahui prevalensi anemia sebesar 80%. Prevalensi ini tergolong dalam masalah kesehatan masyarakat berat, sementara upaya penanggulangan anemia belum mengarah kepada sasaran remaja/mahasiswi ini. Tujuan penelitian ini untuk memperoleh gambaran prevalensi anemia dan faktor-faktor yang berhubungan serta faktor yang paling berhubungan dengan status anemia mahasiswi Akademi Kebidanan (Akbid) di Banda Aceh tahun 2002. Desain penelitian menggunakan crossectional. Populasi adalah seluruh mahasiswi Akbid di Banda Aceh sebanyak 836 orang dan yang menjadi sampel sebanyak 198 orang. Penelitian dilakukan pada 3 Akbid yaitu Akbid Depkes Banda Aceh, Akbid Mona dan Akbid Muhammadiyah pads tingkat I, II dan III dari bulan Juli - Agustus 2002. Penetapan besar sampel berdasarkan alokasi sama rata yaitu 66 orang tiap akademi dan 22 orang pada tiap tingkat. Pengambilan sampel pada masing-masing tingkat dengan sistematic random sampling. Data dikumpulkan dengan beberapa cara yaitu status anemia dengan pemeriksaan kadar Hemoglobin (Hb) menggunakan metoda cyanmethemoglobin, wawancara untuk kebiasaan minum teh, frekuensi haid, lama haid, pengetahuan tentang anemia, tingkat pendidikan ibu dan status tempat tinggal, food recall 2x24 jam untuk konsumsi zat gizi, pengukuran tinggi badan dan berat badan untuk Indeks Masa Tubuh (IMT) dan pengukuran LILA. Variabel dependen penelitian ini adalah status anemia mahasiswi sedangkan variabel independen meliputi konsumsi zat gizi (energi, protein, besi dan vitamin C), status gizi (IMT dan LILA), kebiasaan minum teh, pola haid (frekuensi haid dan lama haid), pengetahuan tentang anemia, tingkat pendidikan ibu dan status tempat tinggal. Analisa data meliputi : univariat dengan distribusi frekuensi (semua variabel), mean, median, standart deviasi, minimum dan maksimum (variabel yang memiliki data numerik), analisis bivariat dengan chi square dan analisis multivariat dengan regresi logistik ganda. Hasil penelitian diketahui prevalensi anemia sebesar 88,9% (anemia ringan 57,1%, anemia sedang 29,8% dan 2% anemia berat). Pada analisis bivariat diperoleh variabel yang bermakna secara statistik (p<0.05) dengan status anemia adalah konsumsi besi, konsumsi vitamin C, kebiasaan minum teh, tingkat pendidikan ibu dan status tempat tinggal dan dalam analisis multivariat variabel yang berhubungan adalah konsumsi besi, konsumsi vitamin C, kebiasaan minum teh dan status ternpat tinggal, selanjutnya variabel yang berhubungan paling dominan dengan status anemia adalah konsumsi zat besi (OR = 6,565). Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh, disarankan agar penanggulangan anemia gizi mahasiswi/remaja putri; sudah harus diprioritaskan. Memasyarakatkan Gerakan membuat taman gizi dengan menanam pohon buah-buahan dan sayur-sayuran sumber vitamin C dan zat besi. Penyuluhan kepada mahasisiwi/remaja putri dan ibu-ibu serta memotivasi mahasiswi untuk mengkonsumsi tablet tambah darah harga murah secara mandiri. Pemeriksaan kadar Hb pada mahasiswi secara berkala yang dimulai sejak mahasiswa baru dan pengobatan bagi penderita anemia terutama anemia berat dan sedang serta memasukkan bahasan anemia pada mata ajaran tertentu. Penyuluhan kepada para pengelola makanan asrama tentang pentingnya variasi makanan terutama makanan sumber vitamin C dan zat besi yang murah dan mudah diperoleh disekitarnya serta cara pengoaahan makanan yang baik. Pada penelitian selanjutnya agar menggunakan desain yang lebih baik, variabel yang berbeda dan sampel pada kelompok rawan anemia lainnya.
Nutritional anemia is a wide and huge nutrition problem suffered by many Indonesian people. Nutritional anemia usually caused by inadequate amount of iron consumption. Besides, other factors could influence the occurrence of nutritional anemia including inadequate nutrient consumption such as protein, vitamin C, energy, infections, menstruation, poor environmental sanitation, poor nutritional status, lack of knowledge, and poor socioeconomic conditions. As consequences, there is a decrease in activity, low productivity, occurrence of mental retardation, and Iow intelligence, decrease in immunity, and increase in morbidity. According to several studies, prevalence of anemia among teenage girls was high. SKRT result in 1995 showed prevalence of 57.1%. One study among high school girl student in Padang in 1995 showed prevalence as high as 80%. The problem could be categorized as severe public health problem, while the current existing intervention on anemia was not targeted to this segment of population. The aim of this study is to obtain a description on anemia prevalence and its related factors as well as the most associated factors on anemia status among female students of Midwife Academies in Banda Aceh in the year of 2002. The design of the study was cross sectional. Population was all female students in Midwife Academies in Banda Aceh (836 students), with 198 subjects as sample. There were 3 academies, that is, Midwife Academy of Depkes Banda Aceh, Mona Midwife Academy, and Muhammadiyah Midwife Academy including students of all grades in the period of July-August 2002. Sampling was equally distributed among three academies, resulted in 66 students for each academy and 22 students for each grade. Sample in each level was obtained through systematic random sampling. Data was collected using several methods including cyanmethemoglobin to examine Hb level as to determine anemia status, face-to-face interview to know the habit of drinking tea, frequency of menstruation, duration of menstruation, knowledge, mother's educational background and living condition status, 2 X 24 hours recall to predict nutrient consumption, weight and height measurements to calculate body mass index (BMI) and mid upper arm circumference (MUAC) measurement. Dependent variable in this study was anemia status while the independent variables included nutrient consumption (energy, protein, iron, and vitamin C), nutritional status (BMI and MUAC), habit of drinking tea, menstruation pattern (frequency and duration), knowledge, mother's education level and living conditions status. Data analyses included univariate with frequency distribution (for all variables), mean, median, standard deviation, minimum and maximum (for numeric variables), bivariate using chi square, and multivariate analysis using multiple logistic regression. The result showed that prevalence of anemia was 89.4% (mild anemia 47.5%, moderate anemia 40.4%, and severe anemia 1.5%). Bivariate analysis showed that variables that statistically significantly (p
Depok: Universitas Indonesia, 2002
T4030
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dian Yudiana
Abstrak :
Pembentukan kualitas sumber daya manusia berawal dari masa prenatal (Barker, 1994, dalam Hardinsyah, dick., 2000). Masa prenatal merupakan masa yang akan menentukan kehidupan generasi yang akan datang, salah satu gangguan pertumbuhan prenatal akan mengakibatkan bayi berat lahir rendah (BBLR). Prevalensi BBLR di Indonesia masih tinggi, yaitu sebesar 13% (Dep.Kes.R1, 2002). Prevalensi BBLR di RSU Cibabat Cirnahi tahun 2005 sebesar 18,78%, untuk itu perlu dikaji faktor-faktor apa yang berhubungan dengan BBLR di RSU Cibabat Cimahi 2006. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui prevalensi BBLR, dan faktor-faktor yang berhubungan dengan BBLR di RSU Cibabat Cimahi 2006. Banyak faktor yang diduga berhubungan dengan BBLR. Faktor yang diteliti pada penelitian ini adalah faktor ibu (umur ibu, paritas, berat badan bulan pertarna hatnil, jarak kelahiran, peningkatan berat badan ibu selarna hamil, tinggi badan ibu, IMT ibu bulara pertama hamil); faktor janin (jenis keIamin bayi); faktor sosio ekonomi (pendidikan ibu, pekerjaan ibu); dan faktor pelayanan kesehatan (pelayartan antenatal). Penelitian ini dilaksanakan dari tanggal 1 September sarnpai 30 Desember 2006, pada ibu yang inelahirkau BBLR Jan BBLN di RSU Cibabat Dengan meenggunakan rancangan penelitian ka,sus-kontroi. Kasus adalah bayi yang dilahirkan dengan berat badan kurang dari 2500 gr, sedangkan kontrol adalah bayi yang dilahirkan dengan berat badan lebih atau sama dengan 2500 gr. Sampel sebanyak 340 orang, dengan jumlah sampel kasus 85 orang dan sampel kontrol 255 orang. Pengurnpulan data dilakukan melalui telaah rekam medik, wawancara dan pengukuran. Data dianalisis dengan tahapan analisis univariat, bivariat, dan multivariat. Hasil analisis bivariat menunjukkan bahwa ada hubungan antara jarak kelahiran (0R=1,75), 13B ibu bulan pertama hamil (OR=2,44), peningkatan BB ibu seIama hamil (OR-2,94), tinggi badan ibu (OR=7,71), penyakit ibu selama hamil jenis kelamin bayi (0R=1,80), pendidikan ibu (0R=2, 14), dan pelayanan antenatal (OR=3,43)dengan BBLR. Dan hasil analisis multivariat, variabel yang dorninan yang berhubungan dengan BBLR adalah tinggi badan ibu dengan OR=7,694. Program-program yang rnenunjang kesehatan ibu hamil sangat diperlukan. Program ini tidak hanya ditujukan bagi ibu hamil tapi juga,bagi rernaja putri dan wanita usia subur. Untuk menunjang pelaksanaan program ini perlu adanya kerjasama yang balk antara Departemen Kesehatan RI, fasilitas kesehatan dan masyarakat. ......Development of human resource quality depends on prenatal period (Barker, 1994 in Hardiansyah, et.al , 2000). Prenatal period are to decide after generation livelihood, failure to growth during this period as simply reflected by low birth weight (LBW). Prevalence of LBW in Indonesia is quite high, that is 13% (MOH RI, 2002). Prevalence of LBW in Hospital Cibabat Cimahi 2005, that is 18,78%. These evidences need to be elaborated as to find factors related to LBW in Hospital Cibabat Cimahi year 2006. The objective of this study is prevalence LBW, and to investigate factors related to LBW in Hospital Cibabat Cimahi year 2096. Among others, factors under investigation include mothers factors (age, parity, interval parity, weight pre pregnancy, weight gain during pregnancy, height, BMI, infection); foetus factors (gender); sosio economic faktors (education, worked); health care factors (antenatal care). This study was conducted during period of 1 September-30 Desember 2006, among mothers who delivered LBW infants and normal infants in Hospital Cibahat Cimahi. Using cases-control design. Cases are LBW (<2500 grains) newborn infants, and controls are normal birth weight (>=2500 grams) newborn infants. Number of sample was 340, where cases was 85 and controls 255 newborn infants. Data were collected by documentation study throught medical record, interview, and measurer. Data were then analyzed univariately, bivariately, multivariately. Bivariate analysis showed that there is relationship between interval parity (OR=1,75), weight pre pregnancy (OR=2,44), weight gain during pregnancy (OR=2,94), height (OR=7,71), infection (OR--4,60), gender (OR=1,80), education (0R=2,14), antenatal care (OR=3,43) and BBLR. The multivariat analysis, with height as the most dominant factor OR=7,694. Programs that supported the health of pregnant mother are considered necessary. The program is not solely targeted to the pregnant mothers, but also to the adolescent girls and other women at reproductive age. To implement such program, collaboration with other institutions, such as the ministry of health, health facilities and the community itself, is urgently needed.
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2007
T33918
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mismaini Noor
Abstrak :
Prevalensi stunting pada balita masih cukup tinggi di Indonesia, termasuk di provinsi Sumatera Barat. Stunting atau pendek pada balita merupakan keterlambatan pertumbuhan linear mencapai ukuran tubuh optimal sehingga berdampak pada menurunnya kualitas sumber daya manusia. Upaya perbaikan gizi menuju perilaku keluarga sadar gizi (KADARZI) merupakan solusi tepat untuk meningkatkan keadaan gizi masyarakat. Tujuan penelitian untuk mengetahui prevalensi stunting pada balita, penerapan perilaku KADARZI dan faktor yang paling dominan dalam hubungan penerapan perilaku KADARZI dengan kejadian stunting pada balita (6-59 bulan) di Provinsi Sumatera Barat tahun 2012. Penelitian menggunakan data sekunder Survei Pemantauan Status Gizi-Keluarga Sadar Gizi (PSG-KADARZI) Provinsi Sumatera Barat tahun 2012 dengan desain penelitian cross-sectional dan jumlah sampel 18.864 rumah tangga. Pengolahan dan analisis data menggunakan uji chi-square (bivariat) dan uji regresi logistik ganda model faktor risiko (multivariat). Prevalensi stunting pada balita (6-59 bulan) ditemukan sebesar 31,5% dan penerapan perilaku KADARZI sebesar 9,7%. Hasil uji multivariat menunjukkan ada hubungan yang bermakna antara penerapan perilaku KADARZI dengan kejadian stunting pada balita setelah dikontrol variabel umur, jenis kelamin, pendidikan ibu dan wilayah tempat tinggal. Wilayah tempat tinggal merupakan faktor yang paling dominan dalam hubungan antara penerapan perilaku KADARZI dengan kejadian stunting pada balita. Disarankan adanya kebijakan mendukung penerapan perilaku KADARZI, pembangunan yang merata dan pendidikan yang lebih tinggi untuk kaum wanita. ......The prevalence of stunting in under five children in Indonesia is still quite high, including in West Sumatera Province. Stunting is linear growth retardation achieve optimal body size so decrease the quality of human resources. The effort to improve nutrition behavior with familly nutrition awareness (KADARZI) is the right solution to improve the nutritional status. This research purposes to determine the prevalence of stunting, implementation behavior family nutrition awareness and the dominant factor in relationship between implementation behavior family nutrition awareness with stunting in under five children (6-59 months) in West Sumatera Province 2012. This study using secondary data the Monitoring Nutritional Status - Behavior Family Nutrition Awareness (PSGKADARZI) Survey in West Sumatera Province 2012 with cross-sectional design and total of sampel 18.864 household. Processing and analyzing data using chisquare test (bivariat) and multiple logistic regresion (multivariat). The result of analysis was found the prevalence of stunting as 31,5% and the implementation behavior family nutrition awareness as 9,7%. The result multivariat test showed significant relationship between the implementation behavior family nutrition awareness with stunting after controlled variables age, sex, mother education and region of recidence. Region of recidence is the most dominant factor in the relationship between the Implementation Behavior Family Nutrition Awareness (KADARZI) with stunting in under five children. Recommended the policies supporting Behavior Family Nutrition Awareness (KADARZI), equitable development and higher education for women.
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2013
T34844
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Roida Nugraha Magdalena
Abstrak :
Badan Kesehatan Dunia (WHO), 1995 memperkirakan sebanyak 1,4% kematian di seluruh dunia disebabkan kekurangan vitamin A (KVA). Prevalensi buta senja pada wanita hamil di Afganistan tahun 2003 sebesar 3,80%. Di daerah kumuh perkotaan di Makassar, hampir 10% dari ibu tidak hamil mengalami rabun senja. Salah satu upaya untuk mencegah KVA pada bayi (0-6 bulan) dan ibu nifas adalah dengan pemberian kapsul vitamin A dosis tinggi pada ibu nifas. Cakupan kapsul vitamin A ibu nifas masih belum optimal di beberapa negara_ Hal ini dapat dilihat seperti Nepal (2002) scbesar 52%, di Tanzania (2004) sebesar 29,40%. Cakupan vitamin A ibu nifas untuk nasional tahun 2003 adalah 50,76%, dan Kabupaten Batang Hari sebesar 37,45% (2004). Dengan demikian tujuan dari penelitian ini adalah untuk melihat hubungan faktoi internal dan ekstemal bidan dengan pemberian kapsul vitamin A dosis tinggi pada ibu nifas. Rancangan penelitian yang Cligunakan adalah cross seclional, dengan sampel sebanyak 113 bidan, yang dilaksanakan di Kabupaten Batang Hari dari Pebruaxi sampai April 2006. Pengumpulan data dilakukan dengan pengisian sendiri kuesioner terstruktur oleh bidan, meliputi variabel pengetahuan, sikap, masa kezja, insentif, supervisi, geografi, dan ketersecliaan kapsul vitamin A dosis tinggi, sedangkan variabel pemberian kapsul vitamin A dosis tinggi pada ibu nifas diperoleh dari penelusuran dokumen. Analisis data meliputi analisis univariat, bivariat (chi square), dan multivariat (rcgresi Iogistik). Kemudian dilanjutkan dengan penelitian kualitatif untuk mendukung hasil penelitian kuantitatif terutama pada variabel pengetahuan, sikap, insentit§ supervisi, dan geografi. Hasil penelitian ini menunjukkan proporsi bidan yang memberikan kapsul vitamin A dosis tinggi pada ibu nifas sebesar 48,67%. Hasil wawancara mendalam dengan bidan diketahui alasan lidak memberikan kapsul vitamin A pada ibu nifas adalah faktor kelupaan. Hasil uji bivariat menunjukkan ada empat variabel yang berhubungan secara statistik (p<0,05) yaitu masa kerja., insentifl supervisi, dan geografi. Faktor-faktor lainnya yaitu pengelahuan, sikap, dan ketersediaan kapsul vitamin A tidak berhubungan secara statistik dengan pemberian kapsul vitamin A dosis tinggi pada ibu nifas. Hasil uji multivariat menunjukkan ada tiga variabel yang berhubungan sccara statistik dengan pemberian kapsul vitamin A dosis tinggi pada ibu nifas yaitu masa kerja (OR: 0,23), insentif (OR: 10,78), dan supervisi (OR: 24,55). Dari ke tiga variabel tersebut dapat disimpulkan variabel yang paling domjnan adalah supervisi. Mengingat cakupan pemberian kapsul xitamin A pada ibu nifas masih rendah perlu disarankan kepada dinas kesehatan dan kepala puskesmas untuk menyusun perencanaan supervisi yang terjadwal dan terukur, sasaran supervisi tcrutama kepada bidan dengan masa kerja Iama, dengan didukung pemberian insentif baik finansial maupun non Hnansial kepada bidan mengenai cakupan kapsul vitamin A dosis tinggi pada ibu nifas. Selain itu juga disarankan untuk memperbaiki cara supervisi yaitu lebih bersifat memberikan bimbingan dan nasehat. ......World Health Organization (1995) estimated that 1,4% of all deaths worldwide were due to vitamin A deficiency. Prevalence of night blindness among pregnancy women in Afganisthan was 3,8% (2003) and in Indonesia likes in urban slums of Makassar almost 10% non-pregnant mother had night blindness. One of three basic strategies, in order to combat vitamin A deficiency among postpartum women was vitamin A supplementation. The' coverage of vitamin A capsule postpartum wasn’t optimal yet in several countries, likes Nepal (2002) was 52%, Tanzania (2004) was 29,4%. In Indonesia (2003) the coverage was around 50,76%, and for Batang Hari (2004) was 37,45%. Therefore, this study aim to find the correlations between Midwives Internal and External Factors with Distribution Vitamin A Capsule to Postpartum Women in Batang Hari District. This study used cross sectional design, and was conducted in Batang Hari District fiom February-April 2006. Respondents are 113 midwives who worked in Batang Hari District. Data was obtained through self-administrated by using structured questionnaires including knowledge, attitude, period of work, incentive, supervision, geography, and the supply of vitamin A capsule. Distribution of vitamin A capsule to postpartum women was collected by checking document. Data was analyzed through tmivariatc, bivariate using chi-square test, and multivariate using logistic regression test. This study also used qualitative research to support quantitative research especially for knowledge, attitude, incentive, supervision, and geography. This study found that the proportion of midwives who distributed vitamin A capsule to postpartum women was 48,67%. From indepth interview was known that the reason for not giving vitamin A capsule was forgotten. Bivariat analysis showed that there were four variables that significantly associated to distribution of vitamin A capsule to postpartum women (p<0,05), i.e period of work, incentive, supervision, and geography. The multivariate analysis showed that there were three variables that significantly related, i.e period of work (OR: 0,23), incentive (OR: l0,78), and supervision (OR: 24,55). Supervision was the most dominant variables Considering the low coverage of distribution vitamin A capsule to postpartum women by midwives, it is suggested for those as district health office and health centre services, to provide guideline and continuously supervision, to give good supervision with giving more conselling. especially to midmive who had worked for along-time, and to give incentive (financial or nonfinancial).
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2006
T31592
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Tambunan, Friska Arthalina Permata
Abstrak :
Gangguan pola makan terjadi pada anak penyandang autis maupun anak normal. Penelitian terdahulu mengungkapkan gangguan pola makan yang terjadi pada kelompok autis lebih tinggi dibandingkan dengan kelompok anak normal. Obesitas dapat dipengaruhi oleh adanya gangguan pola makan, ketidakseimbangan asupan gizi, aktivitas fisik rendah, dan gangguan pola tidur. Penelitian ini bertujuan untuk membandingkan antara kejadian obesitas dan faktor-faktor lainnya pada kelompok autis dan kelompok normal. Penelitian ini dilakukan pada 38 anak penyandang autis dan 38 anak normal yang berusia 5-11 tahun dengan desain ecological study sehingga dapat dilihat perbandingan dari kedua kelompok tersebut. Pengambilan data dilakukan menggunakan adaptasi dari kuesioner Brief Autism Mealtime Behavior Inventory (BAMBI), Physical Activity Questionnaire for older Children (PAQ-C), Pediatric Behavior Scale (PBS), dan food record. Hasil dari penelitian ini adalah persentase obesitas lebih kecil pada kelompok autis (29%) dibandingkan dengan kelompok normal (60,5%). Selain itu, rata-rata asupan gizi {asupan energi (p 0,0001), asupan protein (p 0,0001), asupan lemak (p 0,0001), asupan karbohidrat (p 0,0001), asupan serat (p 0,045)} pada kelompok autis lebih rendah dibandingkan dengan kelompok normal. Rata-rata gangguan pola makan (p 0,0001) dan gangguan pola tidur (p 0,041) pada kelompok autis lebih tinggi dibandingkan dengan kelompok normal. Perbedaan yang tidak signifikan terlihat pada aktivitas fisik (p 0,215) pada kedua kelompok. Penelitian lebih lanjut dibutuhkan untuk melihat hubungan dari faktor-faktor tersebut terhadap kejadian obesitas pada anak penyandang autis dan anak normal. ......Feeding problems are more pervasive among children with autism than typically developing children. Obesity can be influenced by the presence of feeding problems, positive energy imbalance, low physical activity, and sleep problems. The purpose of this study was to compare between the incidence of obesity and other factors in the autism group and the typically developing group. This study was conducted on 38 children with autism and 38 typically developing children aged 5-11 years with ecological study design to see comparison of the two groups. Data were collected using adapted questionnaires from Brief Autism Mealtime Behavior Inventory (BAMBI), Physical Activity Questionnaire for older Children (PAQ-C), Pediatric Behavior Scale (PBS), and food record. Results indicated higher percentage of obesity among children with autism (29%) than typically developing children (60,5%). Besides, lower average of nutrient intake {calories (p 0,0001), protein (p 0,0001), fat (p 0,0001), carbohydrate (p 0,0001), fiber (p 0,045)} indicated among autism children than typically developing children. Higher average of feeding problems (p 0,0001) and sleep problems (p 0,041) indicated among autism children than typically developing children. Significant difference was not seen in the physical activity (p 0,215) from these two groups. Further research is needed to examine the relationship between these factors with the incidence of obesity among children with autism and typically developing children.
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2013
S52818
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nursetya Afini
Abstrak :
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran dari status gizi dan faktor-faktor yang berhubungan dengan status gizi tersebut pada siswi di SMPN 200 Jakarta. Penelitian ini menggunakan metode cross-sectional dan pengambilan sampel secara random berkelompok (cluster sampling). Pengambilan data penelitian dilakukan pada April 2013 dan menggunakan instrumen penelitian berupa timbangan, microtoise, dan kuesioner. Sampel penelitian ini terdiri dari 160 siswi kelas 7 dan 8 dan dianalasis dengan menggunakan uji chi-square. Hasil Penelitian ini menunjukkan bahwa sebanyak 15,6% responden memiliki status gizi kurus. Penelitian ini juga menemukan bahwa status gizi berhubungan secara signifikan dengan citra tubuh (p-value 0.000), frekuensi makan utama (p-value 0.007), dan konsumsi makan pagi (p-value 0.001). Disarankan adanya program edukasi gizi seperti pelatihan penilaian status gizi dan penyuluhan tentang status gizi agar remaja putri dapat menilai status gizinya secara akurat dan tidak salah dalam mempersepsikan citra tubuhnya. ......The aim of this study was to determine the percentage of nutritional status and its correlates among students (adolescent girls) at SMPN 200 Jakarta. This study used cross-sectional design and cluster sampling method. This study was conducted on April 2013 used scale, microtoise and questionnaire. The study sample consisted of 160 students of class 7 and 8 and analyzed using the chi- square test. The result of this study shows that 15,6% of respondents classiffied as thinness. This study also found that nutritional status has been associated with body image (p-value 0.000), eating frequancy (p-value 0.007), and breakfast behaviour (p-value 0.001). The researcher suggests the existence of nutrition education programs such as training about nutritional status assessment and counseling about nutritional status so that adolescent girls can assess the nutritional status accurately and not mistaken in perceiving their body image.
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2013
S46455
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Samsiyah
Abstrak :
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran umum perilaku makan ibu serta faktor lainnya, yaitu interaksi saat makan, variasi makanan anak, riwayat ASI eksklusif dan riwayat BBLR, serta hubungannya dengan perilaku picky eating pada anak usia pra-sekolah di sekolah Islam Al-Azhar 10 dan EvFiA Land School, di Kota Serang tahun 2013. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan desain penelitian cross sectional. Sampel dalam penelitian ini adalah sebanyak 151 sampel dengan rentang usia antara 2-6 tahun. Pengambilan data dilakukan pada bulan April-Mei dengan instrumen penelitian berupa kuesioner dan catatan makanan anak. Hasil penelitian menunjukkan terdapat 35,1% siswa berperilaku picky eating. Penelitian ini juga menemukan bahwa terdapat 38,4% ibu yang berperilaku picky eating. Uji statistik menggunakan uji chi square menunjukkan ada hubungan antara variabel perilaku makan ibu, interaksi saat makan dan variasi makanan anak dengan perilaku picky eating pada anak. Namun uji tersebut menunjukkan tidak ada hubungan antara variabel ASI eksklusif dan riwayat BBLR dengan perilaku picky eating pada anak. Penelitian ini menyarankan agar orang tua memberikan contoh perilaku makan yang baik kepada anak, meluangkan waktu makan bersama, menghindari perilaku memaksa atau merayu saat anak sulit makan, dan meningkatkan variasi makanan anak. ......This research is aim to understand the description of mothers’ eating behavior and other factors, such as interaction during meals, children's food variety, history of exclusive breastfeeding and history of low birth weight, as well as the relation with picky eating behaviors of preschooler children at Al-Azhar 10 Islamic School and EvFiA Land School in Serang, 2013. This research was quantitative with cross-sectional design. The number of samples in this study was 151 with ages ranging between 2-6 years of age. This study was conducted on April-May use questionnaire and children food diary. The results found that there were 35,1% of students with picky eating behavior. The study also found that there were 38,4% of mother with picky eating behavior. Statistical test using the chi square test showed that there was relation between maternal eating behavior variables, interaction during meals, variety of children’s food and picky eating behavior in children. However, the test showed that there was no association between history of exclusive breastfeeding and history of low birth weight variables with picky eating behavior in children. This study suggests parents to provide a good example of eating behavior to the children, spare time to eat together, avoid forcing or seducing when a child is not eating properly, and increase children food variety.
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2013
S45750
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Catur Mei Astuti
Abstrak :
Diabetes Melitus (DM) tipe 2 merupakan penyakit yang memerlukan pengelolaan berkelanjutan khususnya dalam pengendalian kadar glukosa darah untuk mencegah atau memperlambat terjadinya komplikasi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan pengendalian kadar glukosa darah pasien DM tipe 2 yang meliputi umur, jenis kelamin, durasi penyakit, kepatuhan minum obat, kepatuhan diet, asupan (karbohidrat, protein, lemak, serat), indeks glikemik, aktivitas fisik, pengetahuan dan dukungan keluarga. Desain penelitian yang digunakan adalah cross sectional, dengan responden 86 pasien DM tipe 2 rawat jalan di Poliklinik Penyakit Dalam RSJ Prof. Dr. Soerojo Magelang pada bulan April-Mei 2013. Pengumpulan data dilakukan melalui wawancara kuesioner, food recall 1x24 jam, pengukuran berat badan dan tinggi badan serta pencatatan hasil pemeriksaan kadar glukosa darah puasa dari catatan medik pasien. Analisis statistik menggunakan uji Chi square dan Anova. Hasil penelitian menunjukkan 61,6% responden memiliki pengendalian kadar glukosa darah buruk. Hasil analisis bivariat menunjukkan terdapat hubungan bermakna antara kepatuhan minum obat, kepatuhan diet, pengetahuan, asupan lemak dan dukungan positif keluarga dengan pengendalian kadar glukosa darah. Berdasarkan hasil tersebut, diharapkan petugas kesehatan dapat meningkatkan edukasi dan evaluasi terkait diet pasien kepada pasien dan keluarga pasien serta memberikan motivasi bagi pasien dan keluarga pasien mengenai pentingnya peran keluarga dalam pengelolaan diabetes.
Type 2 Diabetes Mellitus is a disease that requires continuous management particularly in blood glucose control to prevent or slowing complication. The objective of this study was to identify factors related to blood glucose control in type 2 Diabetes Mellitus includes age, gender, duration of disease, medication adherence, dietary adherence, intake (carbohydrate, protein, fat, fiber), glycemic index, physical activity, knowledge and family support. The design used in this study is cross sectional, with 86 outpatients at Internal Medicine Clinic Prof. Dr. Soerojo Psychiatric Hospital Magelang in April-May 2013 as respondent. Data were collected through interview with questionnaire, 1x24 hour food recall, weight and height measurement and record blood glucose assessment result from patient medical record. Statistical analysis used Chi square and Anova test. The result of this study showed that 61,6% respondents have poor blood glucose control. Bivariate analysis indicated that there were significance association between medication adherence, dietary adherence, knowledge, fat intake, and positive family support with blood glucose control. Based on that result, health workers are expected to improve education and evaluation for patient and their family regarding patient dietary and improve education and motivation for patient and their family regarding the importance of family support in diabetes management.
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2013
S46439
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nainggolan, Juni Astaty
Abstrak :
Masa remaja adalah masa perubahan fisik yang sangat unik dan berkelanjutan. Perubahan fisik tersebut akan berpengaruh kepada pertumbuhan, status kesehatan dan gizinya. Remaja mempunyai masalah dengan citra tubuh, pola makan tidak teratur, gaya hidup, dan aktifitas fisik. Di Indonesia menurut Riskesdas 2010, prevalensi kegemukan anak berumur 13-15 tahun sebesar 2,5% dan DKI Jakarta berada diatas prevalensi nasional (4,2%). Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk mengetahui hubungan citra tubuh, aktifitas fisik, dan pola konsumsi dengan status gizi (IMT/U) pada remaja putri SMP Makarya Kebayoran Lama Jakarta Selatan tahun 2013. Disain penelitian adalah cross sectional. Sampel penelitian 114 orang siswi kelas VII dan VIII SMP Makarya Kebayoran Lama Jakarta Selatan. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April tahun 2013 dengan mengambil data primer melalui pengisian kuesioner tentang citra tubuh, aktifitas fisik dan pola konsumsi serta pengukuran berat badan menggunakan microtoise dan pengukuran berat badan dengan timbangan seca. Analisis data menggunakan uji Chi Square dan Annova. Hasil penelitian menunjukkan terdapat hubungan yang bermakna antara menonton televisi atau main komputer/video game (p=0,044), makan makanan siap saji (OR gizi lebih dan normal=0,000, OR gizi lebih dan kurang=0,001), kebiasaan jajan (OR gizi lebih dan normal=0,045, OR gizi lebih dan kurang=0,004) dengan status gizi. Tidak ada hubungan yang bermakna antara citra tubuh, waktu tidur, kebiasaan olahraga, dan makan pagi dengan status gizi. Disarankan siswi mengurangi menonton televisi atau main komputer/video game, mengurangi konsumsi makanan fast food dan kebiasaan jajan. Sekolah diharapkan mengadakan pendidikan kesehatan dan melakukan pemantauan status gizi. ......Adolescence is a period of physical change in a very unique and sustainable. The physical changes will affect the growth and the health and nutritional status. Adolescents have problems with body image, irregular pattern of consumption, life style and physical activity. In Indonesia (Riskesdas at 2010), prevalence of overweight children in aged 13-15 years of 2.5% and DKI Jakarta is above the national prevalence (4.2%). The goal of study was to know the relationship among body Image, physical activity, and consumption pattern with nutritional status (IMT/U) young women at Junior High School of Makarya Kebayoran Lama, South Jakarta in 2013. Design of study was cross sectional. Samples were 114 girls of class VII and VIII at Junior High School of Makarya Kebayoran Lama, South Jakarta. This study was done at April 2013 by using primary data through questionnaires about body image, physical activity and patterns of consumption and weight measurements used microtoise and seca weight measurement scales. Data analysis used Chi Square test and Annova test. There was a significant relationship between watching television or playing computer/video games (p value = 0.044), habit of eating fast food (OR overweigt and normal weight=0,000, OR overweight and underweight=0,001), habit of eating snacks (OR overweight and normal weight=0,045, OR overweight and underweight=0,004) and nutritional status. There is no significant relationship between body image, sleep, exercise, and eat breakfast with nutritional status. Advised for the young women with the pattern of nutritionally balanced meals, watching television or playing computer / video games in moderation. The Schools are expected to conduct health education, and collaboration with UKS officers.
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2013
S46802
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>