Ditemukan 67 dokumen yang sesuai dengan query
Kholifatun Nisa
"Karakterisasi reservoir merupakan salah satu tahap penting dalam eksplorasi hidrokarbon agar dapat menentukan reservoir yang baik berdasarkan karakteristik litologi dan kandungan fluida di reservoir. Penelitian ini dilakukan di Lapangan “R”, Cekungan Jawa Timur Utara dengan menggunakan metode inversi simultan. Berdasarkan hasil inversi simultan diketahui bahwa zona reservoir di area penelitian tersusun atas litologi karbonat dengan nilai impedansi-P 26.000 ft/s*g/cc – 35.000 ft/s*g/cc, impedansi-S 8.000 ft/s*g/cc – 22.000 ft/s*g/cc, dan densitas 2. g/cc – 2.39 g/cc. Hasil tersebut ditransformasikan menjadi parameter elastis batuan, yaitu Parameter Lame yang terdiri atas Lambda-Rho dan Mu-Rho. Transformasi Lambda-Mu-Rho berhasil mengidentifikasi reservoir karbonat yang berpotensi mengandung hidrokarbon dengan nilai rigiditas tinggi sebesar 6 GPa*g/cc – 21 GPa*g/cc dan inkompresibilitas rendah sebesar 6 GPa*g/cc – 11 GPa*g/cc yang diinterpretasikan sebagai gas. Integrasi analisis dari parameter impedansi-P, impedansi-S, densitas, Lambda-Rho, dan Mu-Rho menunjukkan bahwa persebaran batuan karbonat yang tersaturasi gas memiliki orientasi timur laut – barat daya.
Reservoir characterization is one of the most crucial stages in hydrocarbon exploration to determine good reservoirs based on their lithology and fluid content. This research was conducted at the “R” Field, North East Java Basin using the simultaneous seismic inversion method. The results show that the reservoir zone in the research area consists of carbonate rocks with P-impedance values of 26.000 ft/s*g/cc – 35.000 ft/s*g/cc, S-impedance of 8.000 ft/s*g/cc – 22.000 ft/s*g/cc, and density of 2.25 g/cc – 2.55 g/cc. These results were transformed into rock elastic parameters, namely Lame Parameters consisting of Lambda-Rho and Mu-Rho. Lambda Mu Rho Transformation has successfully identified carbonate reservoirs that potentially contain hydrocarbons with high rigidity values of 6 GPa*g/cc – 21 GPa*g/cc and low incompressibility of 6 GPa*g/cc – 11 GPa*g/cc interpreted as gas. Integration analysis of P-impedance, S-impedance, density, Lambda-Rho, and Mu-Rho parameters shows that the distribution of gas-saturated carbonate rocks has a northeast – southwest orientation."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership Universitas Indonesia Library
Aji Pratama Hernanto
"Kepulauan Tanimbar yang berada dalam posisi kunci di dalam Busur Banda, memperlihatkan susunan struktur geologi yang rumit dan masih belum sepenuhnya dijelaskan. Busur Banda adalah salah satu wilayah geologi yang paling kompleks dan dipenuhi kontroversi di planet ini. Salah satu struktur geologi kompleks yang terdapat di Kepulauan Tanimbar adalah struktur patahan. Dalam penelitian ini, metode gravitasi dan seismik diintegrasikan untuk mengidentifikasi dan mengetahui jenis patahan. Dengan memanfaatkan data gravitasi berupa anomali gravitasi, first horizontal derivative (FHD), dan second vertical derivative (SVD), dapat ditentukan distribusi dari lintasan patahan. Selain menentukan distribusi dari lintasan patahan, nilai SVD juga digunakan untuk menentukan jenis dari patahan dengan cara membandingkan nilai mutlak maksimum dan minimum SVD. Beberapa jenis patahan yang telah diidentifikasi menggunakan nilai SVD kemudian diverifikasi dengan data penampang seismik 2D. Dengan metode gravitasi, ditemukan 25 lintasan patahan dimana 15 lintasan memiliki jenis patahan normal dan 10 lintasan memiliki jenis patahan naik. Dari 25 lintasan patahan, 5 lintasan patahan diverifikasi dengan metode seismik. Metode seismik berhasil memverifikasi metode gravitasi dalam menentukan jenis patahan. Keberadaan dan jenis patahan yang ditentukan oleh perbandingan antara nilai mutlak minimum dan maksimum SVD pada 5 lintasan patahan dapat diverifikasi oleh penampang seismik 2D. Namun, diperlukan penelitian lebih lanjut untuk mengetahui efektivitas penentuan jenis patahan dengan menggunakan perbandingan nilai SVD.
The Tanimbar Islands, situated at a pivotal position within the Banda Arc, exhibit a complex geological structure that has not been fully elucidated. The Banda Arc is one of the most complex and controversial geological areas on this planet. One of the complex geological structures found in the Tanimbar Islands is the fault structure.. In this study, gravity and seismic methods are integrated to identify and understand the type of faults. By utilizing gravity data such as gravity anomalies, First Horizontal Derivative (FHD), and Second Vertical Derivative (SVD), the distribution of fault traces can be determined. In addition to determining the distribution of fault traces, the SVD values are also used to determine the type of faults by comparing the absolute maximum and minimum SVD values. Several types of faults that have been identified using SVD values are then verified with 2D seismic cross-section data. Using gravity methods, 25 fault traces were found, where 15 traces have normal faults and 10 traces have reverse faults. Of the 25 fault traces, 5 fault traces were verified with seismic methods. Seismic methods successfully verified the gravity methods in determining the type of faults. The presence and type of faults determined by the comparison between the absolute minimum and maximum SVD values on the 5 fault traces can be verified by 2D seismic cross-sections. However, further research is needed to understand the effectiveness of determining the type of faults using the comparison of SVD values."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership Universitas Indonesia Library
Rinaldo
"Candi merupakan sebuah bangunan masa lampau yang digunakan sebagai tempat ibadah dari agama Hindu-Budha. Dari seluruh candi yang telah ditemukan di Jawa Tengah, tidak semua candi berada dalam kondisi yang utuh seperti yang terlihat sekarang. Beberapa candi bahkan hampir tidak berbentuk atau terpecah menjadi bongkahan batuan yang tersebar di bawah permukaan area candi. Pemugaran candi dilakukan untuk mengembalikan tata letak candi dan bentuk asli dari candi tersebut untuk memperpanjang usianya. Dengan menganalisis serta melakukan pemrosesan data GPR diharapkan anomali yang ditemukan merupakan struktur ataupun objek dari Candi Sewu. Sehingga penelitian ini akan membantu dalam proses pemugaran Candi Sewu dalam mengkonstruksi kan kembali bentuk Candi Sewu seperti semula serta akan memperkaya bidang ilmu arkeologi. Penelitian ini dilakukan pada bagian timur laut Candi Sewu dengan mengakuisisi data pada 5 lintasan. Pengumpulan data GPR menggunakan CBD Cobra yang memancarkan triple frekuensi yaitu 200 MHz, 400 MHz, dan 800 MHz, penentuan lintasan dilakukan berdasarkan penemuan pagar candi yang terlihat dibagian timur laut Candi Sewu. Pada daerah timur laut tersebut terdapat persebaran anomali terdapat adanya pagar candi disepanjang selatan hingga utara pada bagian Candi Sewu, serta terdapat anomali pendukung lain seperti logam pada bagian timur pagar Candi Sewu, arca pada bagian utara pagar Candi Sewu, logam arca pada barat laut pagar candi dan batuan candi pada utara dan timur pagar candi.
The temple is a past building that was used as a place of worship for the Hindu-Buddhist religion. Of all the temples that have been found in Central Java, not all of the temples are in intact condition as seen today. Some temples are almost shapeless or split into chunks of rock that are scattered beneath the surface of the temple area. The restoration of the temple is carried out to restore the layout of the temple and the original shape of the temple to extend its life. By analyzing and processing GPR data, it is hoped that the anomalies found are structures or objects from Sewu Temple. So that this research will assist in the restoration process of Sewu Temple in reconstructing the shape of Sewu Temple as before and will enrich the field of archeology. This research was conducted in the northeastern part of Sewu Temple by acquiring data on 5 tracks. The collection of GPR data uses CBD Cobra which emits triple frequencies, namely 200 MHz, 400 MHz, and 800 MHz, the determination of the trajectory is based on the discovery of the temple fence seen in the northeastern part of Sewu Temple. In the northeastern area there is a distribution of anomalies, there is a temple fence along the south to north part of the Sewu temple, and there are other supporting anomalies such as metal on the east side of the Sewu temple fence, statues on the north side of the Sewu temple fence, metal statues on the northwest of the temple fence and the temple rocks on the north and east of the temple fence."
Depok: Fakultas Matematika Dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership Universitas Indonesia Library
Faiz Anka
"Candi Gana adalah salah satu candi di Jawa Tengah yang kondisi nya belum sepenuhnya ditata ulang. Pemugaran candi perlu dilakukan untuk mengembalikan tampilan candi ke bentuk aslinya. Banyak batuan candi atau objek candi yang masih banyak terkubur di sekitar Candi Gana. Dengan melakukan pemrosesan dan analisis data GPR dalam penelitian ini, objek bawah permukaan dapat diidentifikasi. Penelitian ini dapat membantu proses pemugaran candi dan candi dapat direstorasi dan kembali ke bentuk awalnya. Penelitian ini dilakukan di dalam dan di luar Candi Gana dengan mengakuisisi data GPR pada 6 lintasan. Akuisisi data dilakukan dengan alat CBD Cobra dengan menggunakan triple frequency yaitu 200 MHz, 400 MHz, dan 800 MHz dalam satu pancaran. Penampang di dalam Candi Gana memperlihatkan anomali-anomali berupa batuan candi, logam, dan juga pipa PVC. Sedangkan penampang di bagian selatan luar Candi Gana memperlihatkan anomali-anomali batuan candi, logam, tugu candi, pipa PVC berisi air, pipa PVC kosong, dan pipa metal.
Candi Gana in Central Java is one of temple that has not been completely restored. Restoration is essential to return the temple to its original appearance. Numerous temple stones and other temple objects remain buried around Candi Gana. This research aims to identify subsurface objects by processing and analyzing Ground Penetrating Radar (GPR) data. The findings of this study can assist in the restoration process and restore Candi Gana to its original form. The research was conducted both inside and outside Candi Gana by acquiring GPR data along six tracks. Data acquisition was performed using the CBD Cobra device, employing triple frequencies of 200 MHz, 400 MHz, and 800 MHz in a single emission. Inside Candi Gana, the profiles reveal anomalies such as temple stones, metals, and PVC pipes. Meanwhile, profiles from the southern exterior of Candi Gana display anomalies such as temple stones, metals, temple pillars, PVC pipes with water, empty PVC pipes, and metal pipes."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership Universitas Indonesia Library
Syifa Shabrina Salsabila
"Pembangunan suatu proyek perlu diawali dengan penyelidikan mengenai lapisan batuan yang ada di bawah permukaan bumi sebab lapisan batuan yang ada di bawah permukaan bumi memiliki sifat fisis yang bervariasi, salah satunya tingkat kekerasan lapisannya. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui tingkat kekerasan lapisan batuan yang ada di salah satu wilayah di Sulawesi Selatan berdasarkan hasil pengolahan data Seismik Refraksi dan data Geolistrik. Metode seismik refraksi dapat memberikan informasi sifat fisis batuan berdasarkan nilai cepat rambat gelombang seismik sedangkan metode geolistrik digunakan untuk mengetahui nilai resistivitas pada lapisan batuan yang ada di bawah permukaan. Telah dilakukan pengukuran seismik refraksi di salah satu lokasi yang akan dilakukan pembangunan yaitu lintasan LDSR01, LTSR02, dan LTSR03. Hasil dari pengukuran seismik refraski kemudian diolah sehingga mendapatkan velocity map serta model lapisan yang ada di bawah permukaan kemudian dikorelasikan dengan data geolistrik yang berupa penampang resistivitas lintasan GL-03 dan GL-04. Analisis dari hasil pengolahan data diinterpretasikan bahwa terdapat tiga lapisan dimana tingkat kekerasan lapisan batuan di wilayah penelitian bertambah seiring dengan bertambahnya kedalaman. Lapisan pertama dengan kedalaman 0 – 15 meter dinyatakan lapisan lapuk yang tidak terkompaksi dengan kecepatan rambat gelombang di bawah 2000 ft/s dan nilai resistivitas kurang dari 400 Ωm. Lapisan ini masuk ke dalam tingkat kekerasan very soft soil – firm cohesive soil. Lapisan kedua dengan kedalaman hingga 45 meter dinyatakan sebagai lapisan batuan dasar lapuk dengan kecepatan 2000 – 5000 ft/s dan nilai resistivitas lebih dari 400 Ωm. Lapisan ini masuk ke dalam tingkat kekerasan stiff cohesive soil – soft rock. Lapisan ketiga dengan kedalaman lebih dari 45 meter dinyatakan sebagai lapisan yang batuan dasar dengan kecepatan rambat gelombang lebih dari 5000 ft/s dan nilai resistivitas lebih dari 400 Ωm. Lapisan ini masuk ke dalam tingkat kekerasan soft rock – extremely hard rock. Berdasarkan data geolistrik, lapisan kedua dan ketiga merupakan batuan dasar yang diinterpretasikan sebagai batuan granit atau granodiorit.
The construction of a project needs to begin with an investigation of the rock layers below the earth's surface because the rock layers below the earth's surface have varying physical properties, one of which is the level of hardness. This study was conducted to determine the level of rock layer hardness in one area in South Sulawesi based on the results of processing data from Seismic Refraction and Geoelectrical data. The seismic refraction method can provide information on the physical properties of rocks based on the value of the seismic wave propagation speed, while the geoelectric method is used to determine the resistivity value in the rock layers below the surface. Seismic refraction measurements have been carried out at one of the locations where the construction will be carried out, namely the LDSR01, LTSR02, and LTSR03 lines. The results of seismic refraction measurements are then processed to obtain a velocity map and a model of the subsurface layer and then correlated with geoelectrical data in the form of crosssectional resistivity of the GL-03 and GL-04 lines. Analysis of the results of data processing interpreted that there are three layers where the level of rock layer hardness in the study area increases with increasing depth. The first layer with a depth of 0-15 meters is declared an uncompacted weathered layer with a wave propagation speed below 2000 ft/s and a resistivity value of less than 400 m. This layer is included in the hardness level of very soft soil – firm cohesive soil. The second layer with a depth of up to 45 meters is expressed as a weathered bedrock layer with a velocity of 2000 – 5000 ft/s and a resistivity value of more than 400 m. This layer is included in the hardness level of stiff cohesive soil – soft rock. The third layer with a depth of more than 45 meters is expressed as a bedrock layer with a wave propagation velocity of more than 5000 ft/s and a resistivity value of more than 400 m. This layer falls into the hardness level of soft rock – extremely hard rock. Based on geoelectrical data, the second and third layers are bedrock which is interpreted as granite or granodiorite."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership Universitas Indonesia Library
Ahmad Dzikrul Fikri
"Metode gravitasi merupakan salah satu metode geofisika yang dapat diaplikasikan pada berbagai bidang untuk menggambarkan kondisi batuan di bawah permukaan. Dalam menggambarkan kondisi batuan di bawah permukaan, dapat dilakukan pemodelan gravitasi tiga dimensi menggunakan sejumlah prisma segiempat yang disusun hingga membentuk geometri batuan bawah permukaan. Akurasi dan efisiensi dari model gravitasi dipengaruhi oleh pemilihan metode penentuan medan gravitasi prisma segiempat. Terdapat empat metode yang umum digunakan, yaitu metode Sorokin, Plouff, Okabe, dan Nagy. Untuk memperoleh model dengan akurasi terbaik, diperlukan pembandingan antar metode menggunakan aplikasi pemodelan tiga dimensi. Web merupakan platform yang dapat digunakan dimana saja, kapan saja, dan tidak memerlukan spesifikasi perangkat yang tinggi sehingga dapat digunakan untuk membuat aplikasi pemodelan tiga dimensi. Penelitian ini menggunakan aplikasi pemodelan tiga dimensi berbasis web untuk membandingkan respon medan gravitasi dari sesar, lakolit, dike, dan sill menggunakan metode Sorokin, Plouff, Okabe, dan Nagy secara kualitatif. Berdasarkan peta respon gravitasi yang diperoleh, metode Sorokin merupakan metode dengan resolusi tinggi, data medan gravitasi yang lengkap di setiap titik pengukuran, dan pengaruh jumlah prisma segiempat terhadap peta respon gravitasi yang terlihat dengan sangat jelas.
The gravity method is one of the geophysical methods that can be applied to various fields to describe the subsurface condition. In describing the subsurface condition, three-dimensional gravity modeling can be carried out using several rectangular prisms arranged to form a subsurface rock geometry. The accuracy and efficiency of the gravity model are affected by the selection of the method of determining the rectangular prism's gravitational field. There are four methods that is commonly used, namely the Sorokin, Plouff, Okabe, and Nagy methods. To get the most accurate model, comparing the methods using three-dimensional modeling applications is needed. The web is a platform that can be used anywhere, anytime, and does not require high device specifications so that it can be used to create three-dimensional modeling applications. This study uses a web-based three-dimensional modeling application to compare the gravitational field responses of faults, laccoliths, dikes, and sills using the Sorokin, Plouff, Okabe, and Nagy methods qualitatively. Based on the gravity response map obtained, the Sorokin method is a method with high resolution, complete gravity field data at each measurement point, and the effect of the number of rectangular prisms on the gravity response map is very clearly visible."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership Universitas Indonesia Library
Denffer, Erdien von
"Dalam upaya proses pemugaran Situs Cagar Budaya, informasi bawah permukaan mengenai keberadaan objek yang dicari akan sangat membantu dalam memberikan gambaran dan menghemat biaya dan waktu yang dibutuhkan. Survei GPR dilakukan menggunakan Cobra CBD tepat di samping hasil galian dimana ditemukan dinding susunan bata berplester untuk mengetahui kemenerusan dinding di bawah permukaan. 14 lintasan GPR dengan berbagai arah diambil untuk penggambaran yang informatif. Keberadaan dinding dibawah permukaan memberikan respon GPR dengan reflektor horisontal disertai difraksi hiperbolik yang menandakan perlapisan dinding disertai keberadaan retakan dan lubang pada perlapisannya. Kemenerusan dinding dapat didelineasikan dan efek ujung belokan dinding dapat diidentifikasi dengan refleksi seperti setengah hiperbola. Kemenerusan dinding dapat diidentifikasi sekitar 30-40cm di bawah permukaan dan menerus sekitar 5 m kearah utara secara miring mengikuti hasil galian yang sudah ada.
In effort of the restoration process of a heritage site, subsurface information about the object of interest will greatly help to give a perspective and reduce the cost and time needed. GPR survey was conducted using Cobra CBD beside the finding of a buried plasterd brick wall to know the continuity of the buried wall. 14 GPR lines with varying orientations was acquired for informatic perspective. Buried wall gives GPR responses of horizontal reflections acompanied with hyperbolic difractions wich indicates the wall layers and the presence of void and fracture between the layers. Wall’s continuity was able to be delineated and the effect of the ends of the wall was able to be identified with half hyperbola-like signatures. Wall’s continuity was able to be identified around 30-40 cm below the ground and continues with a skew around 5 meters north-ward in line with the buried wall’s finding."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership Universitas Indonesia Library
Elfina Nurul Octaviani
"Informasi mengenai kondisi bawah permukaan sangat penting diketahui sebelum melakukan pembangunan suatu proyek. Seismik refraksi dipilih karena dapat mengukur variasi spasial parameter petrofisika, seperti kecepatan dan absorpsi seismik melalui analisis sinyal seismik buatan. Adapun penelitian ini mengintegrasikan penggunaan metode seismik refraksi untuk mengamati parameter fisis gelombang pada tiap lapisan batuan yang dikorelasikan dengan data hasil uji bor di daerah penelitian. Hasil pengolahan data dipetakan tingkat kekerasan di tiap lintasan seismik berdasarkan nilai kecepatan rata-rata gelombang P yang dihasilkan. Pada lapisan pertama di ketiga lintasan diketahui memiliki tingkat kekerasan tanah padat tanpa kohesi dengan nilai rata-rata Vp berturut-turut 631,13 m/s; 488,66 m/s; 750,51 m/s. Lapisan kedua pada ketiga lintasan merupakan bahan keras seperti batu dengan nilai rata-rata Vp berturut-turut 1229,69 m/s; 1087,21 m/s; 928,06 m/s. Kemudian lapisan ketiga pada lintasan 23 dan 25 merupakan batuan separuh lunak dengan nilai rata-rata Vp berturut-turut 1688,18 m/s dan 2492,36 m/s. Sedangkan pada lintasan 24 memiliki tingkat kekerasan batuan sangat keras dengan nilai rata-rata Vp 1312,69 m/s.
Information about subsurface conditions is very important to know before carrying out the construction of a project. Seismic refraction was chosen because it can measure the spatial variation of petrophysical parameters, such as seismic velocity and absorption through artificial seismic signal analysis. This research integrates the use of the seismic refraction method to observe the physical parameters of the waves in each rock layer which is correlated with the data from the drill test results in the research area. The results of data processing mapped the level of hardness in each seismic lines based on the value of the average velocity of the resulting P wave. The first layer in the three line seismic is known to dense cohesionless soil with an average Vp value of 631.13 m/s; 488.66 m/s; 750.51 m/s. The second layer on the three lines is a hard rock – like material with an average Vp value of 1229.69 m/s; 1087.21 m/s; 928.06 m/s. Then the third layer on lines 23 and 25 is semi-soft rock with an average Vp value of 1688.18 m/s and 2492.36 m/s, respectively. While on track 24 it has a very hard rock hardness with an average value of Vp 1312.69 m/s."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership Universitas Indonesia Library
Aziz Pratama Ryandito Kusuma Wardhana
"Bijih besi merupakan salah satu logam yang sudah digunakan di kehidupan sehari-hari sejak ribuan tahun lalu. Saat ini, Indonesia menjadi salah satu negara yang marak melakukan eksplorasi bijih besi, salah satunya di daerah Subulussalam, Aceh. Penelitian ini dilakukan di daerah Subulussalam, Aceh. Penelitian ini merupakan penelitian lanjutan dari berbagai penelitian yang telah dilakukan sebelumnya dengan metode yang berbeda. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis dan mengidentifikasi persebaran dan keberadaan endapan bijih besi pada daerah penelitian, yakni di daerah Subulussalam, Aceh. Penelitian ini menggunakan metode geolistrik berupa resistivitas 2D dan geomagnet. Pada metode geolistrik digunakan 6 lintasan yang terbagi menjadi blok 2 (TM01 dan TM02) dan blok 3 (TM12, TM13, TM14, dan TM15) yang masing-masing lintasan tersebut memiliki panjang sekitar 235 meter dan kedalaman sekitar 40 meter. Konfigurasi yang digunakan pada metode geolistrik adalah konfigurasi Wenner. Pada metode geomagnet digunakan 201 titik pengukuran yang tersebar secara menyeluruh di seluruh daerah penelitian dengan masing-masing titik dilakukan minimal 5 kali pengukuran. Koreksi yang digunakan pada metode geomagnet adalah koreksi harian dan IGRF dengan filter upward continuation. Pengolahan data geolistrik menghasilkan penampang 2D dan 3D, sedangkan untuk pengolahan data geomagnet menghasilkan peta kontur anomali medan magnet dan penampang 2D. Keberadaan endapan bijih besi pada Blok 2 berada pada TM01, sedangkan pada Blok 3 keberadaan dan persebarannya paling banyak berada pada TM14 dan TM15. Persebaran zona mineralisasi bijih besi diduga berarah barat laut-tenggara.
Iron ore is a metal that has been used in everyday life for thousands of years. Currently, Indonesia is one of the countries that has been exploring iron ore, one of which is in the Subulussalam area, Aceh. This research was conducted in Subulussalam, Aceh. This research is a continuation of various studies that have been conducted previously with different methods. This research aims to analyze and identify the distribution and presence of iron ore deposits in the research area, namely in the Subulussalam area, Aceh. This research uses geoelectric methods in the form of 2D resistivity and geomagnetism. In the geoelectric method, 6 lines are used which are divided into block 2 (TM01 and TM02) and block 3 (TM12, TM13, TM14, and TM15), each of which has a length of about 235 metres and a depth of about 40 metres. The configuration used in the geoelectric method is the Wenner configuration. In the geomagnetic method, 201 measurement points are used, which are scattered thoroughly throughout the study area with each point taken at least 5 times. The correction used in the geomagnetic method is daily correction and IGRF with upward continuation filter. Geoelectric data processing produces 2D and 3D cross-section models, while geomagnetic data processing produces magnetic field anomaly contour maps and 2D cross-section models. The presence and distribution of iron ore deposits in Block 2 are in TM01, while in Block 3 the presence and distribution are mostly in TM14 and TM15. The presence of iron ore deposits in Block 2 is in TM01, while in Block 3 the presence is mostly in TM14 and TM15. The distribution of the iron ore mineralisation zone is assumed to be in a northwest-southeast direction."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership Universitas Indonesia Library
Mochamad Hasan
"Bojonegoro dan sekitarnya memiliki satuan batuan termuda berupa endapan aluvial. Endapan aluvial tersebut terdiri atas lempung, lanau, pasir, dan kerikil. Endapan aluvial merupakan endapan yang kurang stabil sehingga rawan pergerakan tanah. Endapan ini tidak terkonsolidasi menjadi batuan padat. Dari sifatnya yang belum terkonsolidasi menjadi batuan padat inilah menyebabkan endapan aluvial menjadi tidak stabil. Endapan ini rawan sekali akan terjadinya pergerakan tanah. Pergerakan tanah dapat berupa pergeseran tanah atau pun likuifaksi. Likuifaksi dapat terjadi jika litologi endapan aluvial tersebut tersaturasi oleh air atau akuifer. Objek kedua yang diteliti adalah struktur patahan. Keberadaan patahan dangkal pada endapan aluvial ini dapat menambah potensi risiko terjadinya likuifaksi atau pergerakan tanah. Adanya patahan perlu menjadi perhatian apabila diperuntukan untuk pembangunan infrastruktur. Informasi tentang kedalaman batuan keras juga perlu diperhatikan untuk pembangunan infrastruktur. Batuan keras dapat dilihat dari nilai SPT dan jenis litologinya. Penelitian ini mengkorelasikan data geolistrik dan data pemboran untuk mengetahui nilai resistivitas dari litologi lempung, lanau, pasir, kerikil, batupasir, batugamping, batuan beku dan akuifer. Daerah penelitian memiliki endapan aluvial dengan ketebalan 10 – 45 m, serta teridentifikasi adanya patahan dangkal dengan jenis patahan normal. Terdapat potensi likuifaksi pada daerah yang memiliki akuifer dengan lapisan sedimen tipis di atasnya. Lokasi penelitian merupakan kawasan rawan bencana gempabumi level menengah, sehingga meningkatkan potensi terjadinya likuifaksi.
Bojonegoro and its surroundings have the youngest rock units in the form of alluvial deposits. The alluvial deposits consist of clay, silt, sand and gravel. Alluvial deposits are less stable deposits that are prone to ground movement. These deposits are not consolidated into solid rock. Due to its nature that has not been consolidated into solid rock, this causes alluvial deposits to become unstable. This deposit is very prone to soil movement. Ground movement can be in the form of land shifts or liquefaction. Liquefaction can occur if the lithology of the alluvial deposits is saturated with water or aquifers. The second object studied is the fracture structure. The existence of shallow faults in alluvial deposits can increase the potential risk of liquefaction or soil movement. The existence of faults needs to be a concern if it is intended for infrastructure development. Information about the depth of hard rock also needs to be considered for infrastructure development. Hard rock can be seen from the SPT value and the type of lithology. This study correlates geoelectrical data and drilling data to determine the resistivity value of the lithology of clay, silt, sand, gravel, sandstone, limestone, igneous rock and aquifer. The study area has alluvial deposits with a thickness of 10 – 45 m, and shallow faults with normal fault types have been identified. There is potential for liquefaction in areas that have aquifers with a thin layer of sediment above them. The research location is an area prone to medium-level earthquakes, thereby increasing the potential for liquefaction."
Depok: Fakultas Matematika Dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership Universitas Indonesia Library