Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 96 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Wenna Yolanda
"Kelelahan pada pengemudi adalah salah satu penyebab utama kecelakaan di jalan raya. Pengemudi truk skid-tank LPG adalah salah satu pekerjaan yang berisiko mengalami kelelahan karena memiliki durasi kerja yang panjang, durasi mengemudi yang panjang dan faktor lainnya. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis faktor ndash; faktor risiko kelelahan seperti shift kerja, durasi mengemudi, durasi lembur, situasi jalan, kuntitas tidur, waktu terjaga, dan commuting time pada pengemudi truk skid-tank LPG PT. X tahun 2017. Desain studi cross-sectional digunakan dalam penelitian ini, menggunakan kuesioner The Checklist of Individual Strengts sebagai instrumen untuk mengukur kelelahan. Sebanyak 87 pengemudi truk skid-tank LPG PT. X diwawancarai pada Maret 2017.
Hasil analisis univariat menunjukkan 24,1 pengemudi mengalami kelehan. Hasil analisis bivariat menunjukkan adanya hubungan yang bermakna ?=0,05 antara durasi mengemudi nilai p=0,046 dan waktu terjaga nilai p=0,017 terhadap kelelahan. Pengemudi yang mengalami kelelahan memiliki durasi mengemudi dan waktu-terjaga yang lebih panjang dibandingkan pengemudi yang tidak menalami kelelahan. Penelitian ini menunjukkan bahwa durasi mengemudi dan waktu-terjaga yang panjang berhubungan dengan meningkatnya risiko kelelahan pada pengemudi truk skid-tank LPG. Tindakan perbaikan diperlukan untuk mengendalikan jam kerja yang panjang dan kualitas dan kuantitas tidur yang buruk untuk memperbaiki derajat keselamatan dan kesehatan di tempat kerja.

Driver fatigue is one of the main causes of road accident. Truck driver is one of many job that susceptible experiencing fatigue because of the long work hour, long driving hour, and other factors. This study is aimed to analyze fatigue risk factors such as work shift, driving hours, overtime duration, road condition, sleep quantity, time ndash awake, and commuting time among LPG skid tank truck driver at PT. X 2017. This study design is cross sectional and using The Checlist of Individual Strength as instrument for measuring fatigue. Total 87 LPG Skid Tank Drivers are interviewed during March 2017. Univariate analysis results shows that 24,1 of driver experienced fatigue.
Bivariate analysis results shows that driving duration p value 0,046 and time ndash awake p value 0,017 are signifantly associated with driver fatigue. The drivers that experiencing fatigue has longer driving duration and longer time ndash awake than the drivers that was not. This study suggests that long driving duration and time awake are associated with increased risk of fatigue. Corrective action is needed to manage excessive work hours and poor sleep to improve safety and health at the workplace.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2017
S67741
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Venna Patricia Theono
"Penelitian ini membahas gambaran berikut analisis faktor – faktor yang mempengaruhi persepsi risiko aksi teror jemaat gereja X dan Y, Jakarta. Penelitian ini adalah penelitian kuantitatif berdesain cross sectional dengan sampel sebanyak 205 orang. Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara umum, jemaat pada kedua gereja memiliki persepsi risiko tinggi terhadap probabilitas kejadian aksi teror di gereja. Persepsi risiko tinggi diasosiasikan dengan kewaspadaan dan keinginan individu melakukan tindakan protektif. Hasil analisis menunjukkan bahwa jenis kelamin, pendidikan terakhir, usia, dan kesukarelaan individu menerima risiko menjadi faktor – faktor yang memiliki hubungan signifikan terhadap persepsi risiko aksi teror. Sementara, faktor pelatihan tanggap darurat bencana, persiapan sebelumnya, pengetahuan berdasarkan ilmu, kebaruan risiko, ketakutan terhadap risiko dan persepsi keparahan dampak tidak mempengaruhi persepsi risiko aksi teror jemaat secara signifikan.

This study discusses the following description of the analysis of factors that influence the risk perception of terrorist attacks of the attendants in churches of X and Y, Jakarta. This study was a quantitative cross-sectional design with a sample of 205 people. The results of the study showed that in general, the total respondent from the two churches had a high risk perception of the probability of the occurrence of acts of terror in the church. High risk perceptions were associated with the awareness and desire of individuals to take protective measures. The results of the analysis showed that gender, recent education, age, and voluntariness in accepting risk are factors that have significant relationships to the perception of the risk of acts of terror. Meanwhile, disaster emergency response training, prior preparation, knowledge based on science, novelty of risk, dread, and perception of the severity of the impact did not significantly influence the perception of the risk of church terrorism."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fikri Adam Rabbani
"Banyak laporan dan risalah mengenai keluhan MSDs diantara pekerja yang berkerja secara duduk, berdiri, pengemudi, mengangkat barang-barang secara manual dan lainnya. Skripsi ini bertujuan untuk menganalisa gambaran faktor risiko ergonomi pada pengemudi bajaj melalui pengukuran postur kerja dan keluhan subjektif yang mengarah pada Musculoskeletal disorders. Penelitian ini bersifat deskriptif observasional dengan pendekatan cross-sectional. Menggunakan Metode REBA dan Nordic Body Map, hasil penelitian menunjukkan 54 responden penelitian mengalami keluhan Musculoskeletal disorders. Hasil penilaian tingkat risiko ergonomi menggunakan metode REBA pada 5 pengemudi bajaj yang diteliti menunjukkan risiko sedang dan rendah dengan kisaran nilai REBA 2-5. Sedangkan hasil observasi pada keluhan subjektif yang mengarah pada Musculoskeletal disorders dari 54 responden yang di observasi menunjukkan seluruh pengemudi bajaj 54 (100%) responden merasakan ada keluhan pegal/nyeri/sakit/tidak nyaman. Keluhan terbesar terjadi pada bagian punggung bawah (70.37%), leher (55.55%), dan punggung atas (55.55%).Disarankan untuk melakukan perbaikan pada  peralatan  kerja, melakukan peregangan setiap 4 jam sekali selama 1-5 menit dan melakukan olahraga teratur untuk mempertahankan berat badan normal.

Many reports and treatise concerning MSDs complaints of worker who worked in sitting, standing, drivers, lifting items manually and other. This study aims to analyze the risk factors of ergonomic description from the Bajaj driver's by measuring working postures and subjective symptoms that lead to the Musculoskeletal disorders. This is a descriptive observational study with cross- sectional approach. Using REBA and Nordic Body Map, the results showed 54 respondent feel complaints of MSDS. While the level of ergonomic risk assessment using REBA from 5 bajaj drivers worker observed indicate medium and low risk with REBA range of values 2-5. While the results of observations on the subjective symptoms lead to Musculoskeletal disorders from 54 respondents observed showed all respondents 54 (100%) respondents feel there are complaints soreness / aches / pain / discomfort. The biggest complaint occurred at the lower back (70.37%), the neck (55.55%), and upper back (55.55%). It is recommended to carry out repair on work equipment, stretching every 5 hours for 1-5 minutes and do regular exercise to maintain normal body weight."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2016
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Savira Anindita
"

ABSTRAK

Nama : Savira Anindita
Program Studi : Magister Keselamatan dan Kesehatan Kerja
Judul Tesis : Kajian Faktor Risiko yang Mempengaruhi
Kelelahan Pada Pekerja Kantoran di Institusi X
Tahun 2018
Penelitian ini menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya kelelahan
pada pekerja kantoran di institusi X. Penelitian ini dilakukan di Institusi X dengan objek
penelitian yaitu seluruh pegawai institusi X yang bekerja pada bidang Penyelenggara,
bidang Program dan Evaluasi, bagian Tata Usaha, dan bagian Widyaiswara. Penelitian
ini dilakukan melalui pengamatan, wawancara, dan pengisian kuesioner oleh responden
sesuai dengan apa yang dialami dan dirasakan oleh responden terkait kelelahan dan
faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya kelelahan, serta dilakukan pengukuran
langsung lingkungan kerja, meliputi pencahayaan dan temperatur ruangan. 44,6% pekerja
mengalami kelelahan dan 55,4% pekerja tidak mengalami kelelahan. Terdapat 3 buah
faktor terkait pekerjaan yang memiliki hubungan yang signifikan terhadap terjadinya
kelelahan yaitu faktor jam kerja per hari, tuntutan pekerjaan, dan job control. Sedangkan
pada faktor tidak terkait pekerjaan terdapat 1 buah faktor yang memiliki hubungan yang
signifikan terhadap terjadinya kelelahan yaitu faktor kualitas tidur. Namun setelah
melalui analisis multivariat didapatkan faktor yang paling berpengaruh terhadap
kelelahan yaitu kualitas tidur. Variabel kualitas tidur memiliki nilai Odds Ratio sebesar
14,409, yang artinya pekerja dengan kualitas tidur yang buruk akan berisiko 14,409 kali
mengalami kelelahan dibandingkan dengan pekerja dengan kualitas tidur yang baik
setelah dikontrol oleh variabel jam kerja / hari, tuntutan pekerjaan, job control, dukungan
sosial, dan status kesehatan.
Keyword : Kelelahan Kerja, jam kerja per hari, tuntutan pekerjaan, job control, kualitas
tidur


ABSTRACT

Name : Savira Anindita
Study Program : Master of Occupational Safety and Health
Judul Tesis : Study of Risk Factors Affecting Fatigue on
Office Workers at Institution X in 2018
This study analyzes the factors that influence the occurrence of fatigue on office
workers in institution X. This research was conducted at Institution X with the object of
research were all employee of institution X who worked at Organizers Division, Program
and Evaluation Division, Administration Division and Lecturers. The research was
conducted through observation, interviews, and filling out questionnaires by respondents
according to what was experienced and felt by respondents related to fatigue and the
factors which caused fatigue, as well as direct measurement of the work environment,
including lighting and room temperature. 44,6% of workers experienced fatigue and
55,4% didn’t experience fatigue. There are 3 work-related factors that have a significant
relationship to the occurrence of fatigue, such as working hours per day, job demands,
and job control. While for non-works related factors, there is a factor that has a significant
relationship to the occurrence of fatigue, such as sleep quality factor. But after
multivariate analysis found that the most influential factor on fatigue is sleep quality.
Sleep quality variables have an Odds Ratio of 14,409, which means workers with poor
sleep quality will risk 14,409 times fatigue compared to workers with good sleep quality
after being controlled by variable working hours per day, job demands, job control, social
support, and health status.
Keyword : Work fatigue, working hours per day, job demands, job control, sleep quality

"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2019
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Maura Wilona Andanari
"ABSTRAK
Skripsi ini membahas mengenai gambaran penerapan sistem proteksi kebakaran, sarana penyelamatan jiwa, dan manajemen kebakaran pada Rumah Sakit X. Penelitian ini menggunakan desain penelitian observasional dengan pendekatan kualitatif. Objek pada penelitian ini adalah fasilitas sistem proteksi kebakaran aktif, sistem proteksi kebakaran pasif, sarana penyelamatan jiwa, dan manajemen kebakaran Rumah Sakit X. Pengumpulan data didapatkan melalui observasi, wawancara, dan telaah dokumen, serta menggunakan instrumen berupa checklist. Analisis data dilakukan dengan membandingkan kondisi aktual dengan standar dan peraturan yang berlaku. Standar dan peraturan yang digunakan dalam penelitian ini adalah NFPA dan Pedoman Teknis Di Bidang Bangunan dan Sarana Rumah Sakit, Kemenkes RI 2012. Hasil akhir data merupakan presentase tingkat pemenuhan standar dan kategori penilaian menurut Balitbang Departemen Pekerjaan Umum. Berdasarkan hasil penelitian, sistem proteksi kebakaran aktif memiliki nilai presentase tingkat pemenuhan 53% dengan kategori kurang, sistem proteksi kebakaran aktif memiliki nilai presentase tingkat pemenuhan 42% dengan kategori kurang, sarana penyelamatan jiwa memiliki nilai presentase tingkat pemenuhan 66,7% dengan kategori cukup baik, dan manajemen kebakaran memiliki nilai presentase tingkat pemenuhan 81% dengan kategori baik.

ABSTRACT
This study discusses about implementation of fire protection system, means of escape, and fire management at X Hospital. The design of this study is a qualitative study with observative research method. The object of this study is active fire protection system facilities, passive protection system facilities, means of escape facilities, and fire management at X Hospital. Data collection is obtained by observation, interviews, and document review, also this study use an instrument in the form of checklist. Data analysis is perform by comparing actual condition with applicable standards and regulations. The standards and regulations used in this study is NFPA and Pedoman Teknis Di Bidang Bangunan dan Sarana Rumah Sakit, Ministry of Health Republic Indonesia 2012. The final result of this data are precentage of standards compliance and assessment categoreis according to Reasearch and Development Agency of Public Works Department. Based on the result of the study, active fire protection system has a precentage value of 53% fulfillment rate with deficient category, passive fire protection system has a precentage value of 42% fulfillment rate with deficient category, means of escape has a precentage value of 66,7% fulfillment rate with fairly good category, and fire management has a precentage value of 81% fulfillment rate with good category."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Salma Qonita Thifal
"Skripsi ini membahas tentang analisis faktor risiko compassion fatigue (burnout & secondary tramatic stress) pada tenaga kesehatan yang bekerja di rumah sakit Jabodetabek. Compassion fatigue adalah fenomena yang dapat terjadi pada tenaga kesehatan yang dapat memengaruhi pekerjaan maupun individu. Penelitian ini dilakukan menggunakan metode kuantitatif potong lintang dan teknik simple random sampling dan analisis menggunakan analisis Chi Square dan regresi logistik untuk mengetahui nilai OR. Instrumen yang digunakan adan Professional Quality of Life Scale Version 5 (ProQOL). Ditemukan bahwa faktor pekerjaan yang signifikan terhadap compassion fatigue (burnout dan secondary traumatic stress) adalah kelompok tenaga kesehatan, shift kerja, panjang shift, lama kerja per minggu, departemen/unit kerja dan pengalaman kerja. Faktor individu terdiri dari jenis kelamin, umur, tingkat pendidikan, status perkawinan, tingkat aktivitas fisik, dan kualitas tidur. Faktor individu lainnya yaitu anak dan status merokok juga signifikan terhadap burnout sebagai salah satu bagian dari compassion fatigue. Rumah sakit perlu menerapkan pengaturan kerja yang lebih baik untuk mengurangi risiko compassion fatigue pada tenaga kesehatan.

This research discusses the analysis of risk factors for compassion fatigue (burnout & secondary traumatic stress) in health care workers working in Jabodetabek hospitals. Compassion fatigue is a phenomenon that can occur in health workers and can affect work and individuals. This research was conducted using quantitative cross-sectional methods and simple random sampling techniques and analysis using Chi Square analysis and logistic regression to determine the OR value. The instrument used was the Professional Quality of Life Scale Version 5 (ProQOL). It was found that the work factors that were significant for compassion fatigue (burnout and secondary traumatic stress) were the group of health care workers, work shifts, shift length, length of work per week, department/work unit, and work experience. Individual factors consist of gender, age, education level, marital status, physical activity level, and sleep quality. Other individual factors, namely children and smoking status, are also significant in burnout as a part of compassion fatigue. Hospitals need to implement better work arrangements to reduce the risk of compassion fatigue among health workers."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tyas Atika Permatasari
"ABSTRAK
SMA Negeri 39 Jakarta dan SMA Labschool Jakarta merupakan salah satu sekolah negeri dan swasta unggulan di Jakarta Timur sehingga memerlukan kesiapan dalam menghadapi keadaan darurat di sekolah sebagai percontohan untuk sekolah lain. Penelitian dilakukan untuk mengetahui gambaran kesiapan tanggap darurat gempa bumi dan kebakaran di SMA Negeri 39 Jakarta dan SMA Labschool Jakarta di tahun 2015. Penelitian dilakukan melalui metode observasi, wawancara, dan penyebaran kuesioner dengan teknik sampel acak. Studi ini menunjukkan bahwa kedua sekolah cenderung belum memiliki kesiapan keadaan darurat yang baik. Diharapkan kedua sekolah segera membentuk perencanaan atau kebijakan mengenai keadaan darurat di sekolah secara menyeluruh.

ABSTRACT
SMA Negeri 39 Jakarta and SMA Labschool Jakarta are ones of the featured public and private schools in East Jakarta that requires emergency preparedness in their schools as pilot for other schools. The aim of this study is to determine the readiness of emergency responses of SMA Negeri 39 Jakarta dan SMA Labschool Jakarta to two kinds of disasters, which are earthquake and fire in 2015. The study was conducted through observation, interviews, and questionnaires distribution by using random sampling technique. The study showed that both schools tend not to have good emergency preparedness. Both schools are expected to immediately form a planning or policy regarding the state of emergency situation in the whole schools.
"
2015
S60133
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Agung Buana
"ABSTRAK

Pekerja bengkel bubut merupakan salah satu jenis pekerjaan yang berisiko terkena keluhan musculoskeletal symptoms. Penelitian ini menggambarkan faktor risiko yang dapat menyebabkan musculoskeletal symptoms di bengkel bubut CV. Jaya Abadi Bekasi tahun 2015. Faktor pekerjaan dilihat dengan penilaian postur pada pekerja di bengkel dengan menggunakan metode REBA. Faktor lingkungan, yaitu workstation layout, dikaji dengan observasi langsung, dan pencahayaan dikaji dengan menggunakan lux meter. Faktor fisik yaitu getaran yang dihasilkan mesin yang diterima oleh bagian tangan pekerja. Penelitian ini juga menggambarkan karakteristik individu seperti usia, masa kerja, IMT, kebiasaan berolahraga dan perilaku merokok. Penelitian ini menilai keluhan musculoskeletal symptoms menggunakan kuisioner Nordic Body Map, dengan jumlah responden 11 orang. Penelitian ini bersifat deksriptif observasional dengan pendekatan cross sectional. Hasil penelitian ini menunjukkan risiko musculoskeletal symptoms sangat tinggi untuk pekerjaan pembubutan dan tinggi untuk pekerjaan pembuatan ulir (pemboran manual). Keluhan terbanyak adalah pada bagian betis kiri dan kanan (54%) dan bahu kanan (36%). Tingkat risiko dapat diturunkan dengan upaya perbaikan secara teknis yaitu penggunaan meja untuk meletakan benda kerja. Selain itu penting dilakukan oleh pekerja untuk melakukan peregangan otot sebelum dan sesudah bekerja.


ABSTRACT

Lathe mechanics is a types of jobs which at risk of musculoskeletal symptoms complaints. This study illustrates the ergonomic risk that may lead to musculoskeletal symptoms at CV. Jaya Abadi Bekasi in 2015. The work posture was assessed using REBA method. The environmental factor, which consists of workstation layout and illumination, are evaluated by direct observation and lux meter respectively. The physical factor vibration produced by the engine which is received by the hands of the workers. This study also gathered information on individual characteristics such as age, job tenure, BMI, exercise behaviour and smoking behavior. The study evaluates the complaints of musculoskeletal symptoms using NBM questionnaires with 11 respondents. It is a descriptive observational study with cross-sectional approach. The result of this study indicates a very high risk and high risk musculoskeletal symptoms on lathing job and manufacturing of screw (drilling manual). Most complaints are on the left and right calf (54%) and right shoulder (36%). The level of risk can be reduced by technical improvement, the use of a table to put the workpiece. Additionally it is important for the workers to do muscle stretching before and after work.

"
Universitas Indonesia, 2015
S59078
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Wildan Prasetyo Utomo
"ABSTRAK

Bekerja di sektor usaha informal tidak terlepas dari bahaya-bahaya terkait pekerjaanya, Pembuat mebel merupakan pekerjaan yang berisiko untuk terjadinya keluhan MSS. Penelitian ini menggambarkan tingkat risiko Pekerjaan di mebel UD. AJ pada tahun 2015. Tingkat risiko postur dari pekerjaan dinilai menggunakan tool Rapid Entire Body Assesment (REBA), faktor lingkungan yang diteliti adalah kebisingan, getaran pada tangan, dan layout tempat kerja. Kebisingan diukur menggunakan sound level meter, getaran pada tangan dinilai menggunakan vibration meter dan layout tempat kerja dengan cara observasi. Penelitian ini juga melihat karakteristik pekerja dari segi usia, masa kerja, kebiasaan merokok dan IMT yang berkontribusi untuk terjadinya keluhan MSS pada pekerja. Penilaian keluhan pekerja menggunakan kuesioner Nordic Body Map dengan jumlah pekerja sebanyak 7 orang. Penelitian bersifat deskriptif observasional dengan pendekatan cross sectional. Dari hasil penelitian didapatkan bahwa semua pekerja mengalami keluhan MSS, tingkat risiko MSS sangat tinggi yaitu pada proses kerja finishing dan tingkat risiko tinggi pada proses kerja pemotongan kayu, penyatuan alas duduk, perakitan sisi kursi, penyerutan sisi kursi dan perakitan kursi. Keluhan terbanyak terjadi pada bagian bahu kanan (100%), pinggang bawah (71,4%). Tingkat risiko dapat diturunkan dengan menyediakan meja kerja dan kursi kerja yang sesuai serta lakukan perawatan rutin pada alat kerja. selain itu tidak lupa lakukan peregangan otot sebelum dan sesudah bekerja dan bekerja dengan sikap postur tubuh yang benar.


ABSTRACT

Working in the informal sector can not be separated from the occupational hazards, one of those occupational hazards is ergonomic hazard. Worker who made furnitures have a risky job to MSS complaint. This study describe physical, individual, workplace level of risk from that job assessed using by REBA tools, the environmental factors studied were noise, hand vibration, and the layout of the workplace. Noise is measured using sound level meter, hand vibration was assessed using the vibration meter and layout of the workplace assessed by observation. This study also assessed the characteristics of workers in terms of age, how long the worker has been work, smoking habits and BMI which contribute to the occurrence of MSS complaint to workers. Assessment of worker complaints using questionnaires NBM which is total of workers are 7 person. This study is descriptive observational study with cross sectional approach. The result showed that all workers have MSS complaints, MSS very high level of risk found in during the process of finishing work. Below very high level is the high risk level which is found on wooden cutting work processes, unification cushion, seat side unification, shave side of the seat and the part seat unification. Most MSS complaints occur in the right shoulder (100%), lower back (71.4%). The level of risk can be reduced by providing a work desk and chair which is suitable to the worker and do the maintenance to all work equipment. Besides that, do not forget to stretch the muscles before-after work and working with the correct posture.

"
Universitas Indonesia, 2015
S60430
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Syfa Rizkiyani
"Data kecelakaan pada jenis angkutan mobil barang cukup tinggi dengan jumlah 21.335 kecelakaan pada tahun 2013. Perilaku berkendara supir truk ekspedisi dapat dipengaruhi oleh persepsi risiko berkendara. Persepsi risiko berkendara adalah penilaian subjektif untuk mengidentifikasi faktor risiko yang meliputi pemeriksaan potensi bahaya di lingkungan lalu lintas, pemeriksaan kemampuan pengemudi dan kendaraan, termasuk kemampuan untuk mengatasi risiko yang mungkin akan terjadi serta seberapa besar perhatian individu akan konsekuensinya.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa ada hubungan yang berarti antara variabel-variabel pembentuk persepsi risiko yaitu pengetahuan tentang keselamatan berkendara, pengendalian kemudi saat berkendara, kekinian risiko berkendara, dan potensi dampak risiko berkendara. Sedangkan persepsi risiko berkendara yang merupakan kumulatif dari variabel pembentuk risiko juga berhubungan dengan perilaku berkendara. Didapatkan P Value = 0,000 dan OR sebesar 36, yang berarti supir truk ekspedisi yang memiliki persepsi risiko buruk berpeluang 36 kali untuk tidak berperilaku selamat dalam berkendara.

Accident data on the type of freight cars is quite high with the number 21.335 accidents in 2013. Driving behavior can be influenced by perceptions of risk driving on truck driver expedition. Driving risk perception is an objective assessment to identify risk factors that include the examination of potential hazards in the traffic environment, driver, and vehicle inspection capabilities, including the ability to cope with the risks that might occur and how large the individual attention of the consequences.
The results showed that there was a significant relationship between the variables forming the perception of risk that knowledge about the safety of driving, the steering control when driving, driving risks present, and the potential impact of the risk of driving. While driving risk perception of variables forming a cumulative risk is also associated with driving behavior. The result show P Value = 0.000 and OR (odd ratio) 36, which means an expedition truck drivers who have poor risk perception likely 36 times for not behaving safely in driving.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2015
S60553
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>