Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 155 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Rosa Kamil
"Karya akhir ini mengutamakan pembahasan tentang pengenalan metoda real option. Oengan mengaplikasikannya terhadap strategi bisnis properti untuk Gedung perkantoran di Jakarta. Real Option adalah strategi untuk menghadapi keadaan bisnis yang tidak menentu dalam menghadapi beberapa keaadaan yang tidak dapat diperkirakan secara cennat seperti keadaan ekonomi makro dan mikro, teknologi, perubahan permintaan dan persediaan, kenaikan harga, kegagalan suatu proyek dan lain sebagainya. Para pengusaha dapat menggunakan ketidakpastian dan kesempatan dengan memperhitungkan fleksibilitas dalam pengambilan keputusan pada masa sekarang dan masa yang akan datang. Pada dasamya metoda ini mengikuti jalan pemikiran dari financial option yang memberikan hak bukan suatu kewajipan terhadap option yang telah dibeli. Real options dapat menjadi strategi dalam setiap bisnis. Ada bermacam-macam jenis real options yaitu timing option, growth option, staging option, exit option, flexibility options, dan lain sebagainya. Penerapan real options ini memerlukan skenario dalam merencanakan suatu strategi dengan mempelajari beberapa kondisi yang mungkin akan terjadi. Beberapa perhitungan nilai option mengikuti perhitungan financial option seperti Black-Sholes, Binomial dan Monte Carlo. Pada tugas akhir ini saya menerapkan real options ini sebagai strategi dalam bisnis properti yang mengalami keterpurukan yang amat besar dikarenakan krisis yang melanda Indonesia. Properti sendiri merupakan bisnis yang amat peka terhadap beberapa faktor, misalnya keadaan ekonomi suatu negara. Penerapan metoda real options pada properti ini ditekankan pada beberapa proyek gedung yang terhenti pembangunannya dan juga adanya kelebihan persediaan area perkantoran di daerah segitiga emas Jakarta. Dengan menggunakan metode real options para pengusaha dapat memaksimalkan kesempatan terhadap kesempatan yang akan datang dalam situasi yang tidak menentu. Real options kelak akan membantu para pengusaha khususnya di Indonesia agar dapat mempelajari lebih cennat tentang usaha yang akan dijalani dengan belajar dari pengalaman sebelumnya."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2000
T3816
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Siahaan, Antonius Torang Parulian
"ABSTRAK
Trading mechanism used in every stock exchange will influence the price determination. The tick size policy is one of trading rule mechanism, which will shift market behavior toward price determination. Tick size is the minimum price change in regular market. Jakarta Stock Exchange is an exchange, which implements order - driven market environment. Management of Jakarta Stock Exchange has changed the tick size policy twice during year 2001. The first change was done in July, 2001, which is to reduce the tick size nominal from Rp 25 to Rp 5. The second change, started in October 2001, is to implement the multi tick size policy, and the tick size used are Rp 5, Rp 25 and Rp 50 applies to any stocks according to their category.
When tick size was reduced in the first change, market react negatively to the implementation of Rp 5 tick size. In response to negative reaction, Management of Jakarta Stock Exchange implements the multi tick size policy, with the purpose of increasing market liquidity and reducing volatility.
Market liquidity is quite difficult to be defined, however, to common investors, one stock is said to be liquid, if they could sell the stock easily at their convenient price and time. The research conducted in this thesis, observe the impact of multi tick size policy toward market liquidity. Indicators used in this research to observe market liquidity are market spread, market depth and trading volume.
Result of this research shows that the policy of multi tick size is effective and efficient for low and medium price of stocks especially for indicators market depth and trading volume. However, for high price stock the policy is not effective, since tick size is not one of the factor, which influence any indicators for high price stocks.
"
2001
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Setiadi Julianto
"Bidang Telekornunikasi diyakini sebagai salah satu pIlar bagi kemajuan suatu negara dan merupakan kebutuhan utama investor sebelum memutuskan untuk mengalirkan dananya (seperti pada kasus pembangunan Jerman Timur). Indonesia termasuk dalam negara yang tingkat penetrasi pelayanan telekomunikasi raya terendah di antara negara-negara ASEAN, untuk itu upaya mempcrcepat pcnggelaraii jaringan telekomunikasi perlu didukung.
Mengingat pentingnya bidang Telekomunikasi bagi kemajuan dan kemakmuran ekonomi Negara, maka perlu kesadaran kita semua untuk mengetahui secara gamblang seluruh aspek yang mempengaruhi sukses tidaknya upaya demi memajukan pertelekomunikasian terlebih bagi Indonesia yang memiliki area yang demikian luas dengan penduduk yang lebih dari 210 juta jiwa sehingga upaya pembangunan sarana telekomunikasi juga dapat dimaksudkan untuk memperkukuh persatuan dan kesatuan bangsa.
Dalam membangun jaringan telekomunikasi khususnya Selular (GSM) kita membutuhkan dana dan investor untuk berusaha disini sekaligus memperoleh keuntungan dan usahanya. Tentunya peran pemerintah dalam memutuskan aturan main yang adil bagi iklim persaingan antar operator dan kemudahan penggelaran jaríngan perlu kita dukung terutama dalam rnenghitung besar tarif yang wajar demi meningkatkan gairah berinvestasi di bidang selular.
Karya Akhir ini akan membuat model atau formula perhitungan tarif airtime selular. Penulis menganggap penting untuk membuat formula tersebut mengingat híngga saat ini belum ada kajian teknis perihal tata cara perhitungan tarif selular yang wajar artinya dapat diterima oleh masyarakat sebagai si penerima value dan benefit dan pada sisi lain dihasilkan value bagi investor yang berupa keuntungan berusaha sesuai perhitungan yang wajar dalam Capital Budgeting.
Dengan Karya Akhir ini dapat diperlihatkan bahwa perhitungan tarif airtime sangat dipengaruhi oleh:
- Pemilihan Teknologi
- Aspek Komersial dalam menentukan harga per satuan pelanggan
- Kecepatan (Waktu untuk proses pembangunan jaringan)
- Efisiensi Biaya beban usaha yang meliputi (Keandalan Operasi Jaringan, Penetrasi Marketing, Fee Spektrurn Frekukensi, Biaya)
- Pajak oleh Pemerintah
Model perhitungan tarif airtime yang kami lakukan sekaligus mengoreksi usulan formula tarif yang disampaikan oleh Departemen Perhubungan sebagaimana tertuang dalam Rancangan Tata Cara perhitungan Tarif Sambungan Telepon Bergerak Selular.
Hasil perhitungan besar tarif airtime rata-rata tertimbang dengan scenario most likely didapatkan Rp. 722,-per menit. Pada dasarnya tarif adalah nilai terendah yang dapat diterima oleh supplier dan merupakan nilai limit tertinggi yang dapat disetujui oleh pemerintah selaku regulator.
Menurut ketentuan perundangan yang berlaku saat ini terdapat diskriminasi tarif antara postpaid dan prepaid, dimana ketentuan tarif airtime postpaid menggunakan Keputusan Menteri Pariwisata Pos dan TeIekomunikasi KM. 27/PR.301/MPPT?98 dan ketentuan tarif airtime prepaid Keputusan Menteri KM 79/1998. Sesuai ketentuan pemerintah, besar tarif airtime maksimai Untuk postpaid adalah Rp.406,25,- pada peak hour dan besar tarif aitlime maksimal untuk prepaid adalah sebesar Rp. 974,25,- Jadi berdasarkan analisa perhitungan yang kami lakukan dan jika perilaku pemakaian telepon oleh pelanggan selular tidak berubah, maka seluruh operator akan cenderung untuk menjual kartu prepaid dan mematok tarif airtime Rp. 974,25,-.per menit.
Berdasarkan data dalam Karya Akhir ini, maka dapat diusulkan kepada pemerintah untuk menaikkan tarif airtime postpaid hingga 20 % dan tarif prepaid maksimal adalah sebesar 90 % Iebih besar dari tarif airtime postpaid pada peak hour. Sehingga didapatkan besar tarif airtime postpaid adalab Rp. 390,- per menit atau Rp. 487,5,- pada peak hour dan maksimal Rp. 926,25,- untuk prepaid.
Penulis menyadari keterbatasan dalam beberapa hal terutama sekali dalam mensintesa data pendukung mungkin ada yang tertinggal. Hal tersebut dapat saja terjadi mengingat kompleksitas permasalahan, untuk itu kritik dan masukan sangat diharapkan demi kemajuan kajian perhitungan tarif airtime selular di Indonesia."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2002
T3319
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Wiyogo Jayalie
"Meningkatnya biaya kesehatan telah menjadi issu-issu ekonomi, politik, dan sosial di banyak negara maju dan yang sedang berkembang. Berbagai usaha telah dilakukan dalam upaya untuk melakukan penghematan biaya kesehatan dan mencari sumber sumber pembiayaan alternatif. Tanpa usaha-usaha penghematan biaya dan penemuan sumber sumber pembiayaan alternatif, sektor kesehatan makin lama akan makin mengurangi porsi pembiayaan sektor-sektor ekonomi yang lain, sebagaimana telah terjadi di banyak negara maju.
Sistem Asuransi Kesehatan yang berjalan dewasa ini dianggap turut bertanggung jawab dalam peningkatan biaya kesehatan dari tahun ke tahun. Sistem kapitasi dan cara pembayaran pradana, serta penerapan cara pembayaran paket di rumah sakit, merupakan cara?cara yang antara lain ditempuh untuk dapat mengurangi lajunya peningkatan pengeluaran dalam bidang kesehatan.
Di Indonesia, baru 10% pendudUk yang tercakup dalam sistem asuransi kesehatan, dimana sebagian besar di antaranya dicakup oleh PERUM HUSADA BHAKTI, yang melayani pegawai negeri, penerima pensiun dan anggota keluarganya. Asuransi Kesehatan komersial belum begitu berkembanh sebagian disebabkan karena kesulitan dalam memperkirakan resiko yang mungkin terjadi yang bisa berakibat terjadinya kerugian dan sebagian lagi karena belum dilaksanakannya cara kontrol yang efektif. Bentuk asuransi kesehatan dengan menggunakan konsep kapitasi dan cara pembayaran pradana telah dilaksanakan oleh Perum HUSADA BHAKTI, PKTK-ASTEK, dan beberapa badan-badan yang sifatnya tidak menekan keuntungan, Seperti YPK-BAPINDO, OPK RS MITRA KELUARGA, YAYASAN MEDICAL SCHEME, dan DUKK RS ST. Carolus.
Telah dilakukan studi perbandingan antara asuransi kesehatan konvensional yang menjalankan konsep fee-for-services dengan badan-badan penyelenggara pemeliharaan kesehatan non-komersial yang menggunakan konsep kapitasi dan cara pembayaran pradana. Gambaran sementara yang diperoleh adalah bahwa konsep kapitasi dan cara pembayaran pradana dapat diterapkan pada asuransi asuransi komersial. Disamping dapat mengendalikan biaya pemeliharaan kesehatan, konsep kapitasi dan cara pembayaran pradana ini jua sedikit banyak akan membuat pelayanan kesehatan menjadi lebih efisien.
Lingkungan eksternal dalam menjalankan usaha asuransi kesehatan di indonesia cukup banyak mendukung. Dibutuhkan komitmen politik - dan kalau mungkin finansial - dari pemeriritah untuk asuransi kesehatan dengan konsep kapitasi dan cara pembayaran pradana ini."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2001
T3317
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Niken Indriarsih
"ABSTRAK
Tujuan dan karya akhir ini adalah untuk mengetahui miai intrinsik saham
perusahaan yaitu PT Merck Indonesia Tbk. yang bergerak dalam industri farmasi
dengan menggunakan dua metode penilaian perusahaan yaitu metode arus kas bebas
(free cash flow model) dan economic profit model.
Nilai intrinsik perusahaan diperoleh dari perhitungan nilai sekarang dari arus
kas bebas dan economic profit perusahaan di masa depan dengan menggunakan
weighted average cost of capital. Arus kas bebas dan economic profit perusahaan di
masa depan diperoleh dengan terlebih dahulu membuat proyeksi laporan keuangan
perusahaan yaitu laporan neraca dan laporan laba rugi selama beberapa tahun ke
depan.
Namun sebelum menyusun proyeksi laporan keuangan, terlebih dahulu
diperlukan analisis industri farmasi serta analisis kinerja perusahaan yang diperoleh
dari analisis rasio laporan keuangan perusahaan selama beberapa tahun yaitu dari
tahun 1994?2000.
Analisis industri dan perusahaan pada dasarnya adalah untuk mengidentifikasi
karakteristik ataupun potensi industri serta posisi perusahaan di dalam industri
tersebut untuk memperoleh landasan dan asumsi yang memadai untuk menyusun
proyeksi laporan keuangan.
Proyeksi laporan keuangan disusun dengan membuat tiga skenario yang
menggambarkan skenario dalam keadaan normal, optimis, dan pesimis. Dari masing
masing ketiga skenarto tersebut dihitung nilai intrinsik perusahaan dengan
menggunakan dua metode yang telah disebutkan sebelumnya yaitu metode arus kas
bebas (free cash flow model) dan economic profit model. Nilai intrinsik saham yang
dihitung dengan kedua metode yang berbeda tersebut harus menghasilkan nilai yang
sama.
Dengan adanya tiga skenario yang berbeda maka akan menghasilkan tiga nilai
intrinsik yang berbeda pula. Dari ketiga nilai tersebut, bisa diperoleh satu nilai yang
diharapkan per lembar saham (expected value per share) dengan memberikan
probabilitas kejadian pada masing-masing skenario di atas.
Nilai intrinsik saham perusahaan ini kemudian dibandingkan dengan harga
pasar saham perusahaan pada tanggal penilaian yaitu pada akhir tahun 2001 untuk
mengetahul apakah saham perusahaan di pasar overvalued atau undervalued. Dan
hasil perbandingan ternyata saham perusahaan di pasar Mengalami undervalued.
Hal yang perlu diingat adalah dalaim proses penilaían perusahaan ini adalah
asumsi yang digunakan adalah berdasarkan data sekunder yaitu laporan keuangan
perusahaan yang terdaftar di J3ursa Efek Jakarta. Pemilihan dan penggunaan asumsi
yang berbeda dan karya akhir ini akan menghasilkan nilal intrinsik yang berbeda
pula.
"
2002
T3096
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hidajat Hoesni
"ABSTRAK
Merjer merupakan alternatif strategi yang telah lazim digunakan dalam upaya
pengembangan maupun mempercepat pertumbuhan perusahaan di berbagai jenis
industri. Merjer diantara perusahaan dalam sebuah kelompok usaha yang sama atau
lebih dikenal dengan merjer internal tampaknya makin diminati oleh manajemen
perusahaan saat-saat ini, karena merger ini lebih bersifat friendly merger sehingga
sinergi positip diharapkan dapat lebih mudah tercipta di antara perusahaan
perusahaan yang melakukan merger. Namun demikian etika bisnis harus diperhatikan
agar kepentingan minoritas dan pihak ketiga tidak dirugikan.
Dalam melakukan merjer, manajemen perusahaan PT. X dan PT. Y selalu
berhati-hati (prudent) dalam memperhitungkan setiap langkah-langkah merjer yang
harus dilakukan agar merjer yang telah menghabiskan biaya yang tidak murah
tersebut dapat berjalan dengan baik dan tidak mengandung resiko yang tinggi. Oleh
karena itu pelaksanaan Iangkah-langkah merjer tersebut harus memperhatikan
kemungkinan-kemungkinan yang terjadi dan harus ditinjau dari segala aspek seperti:
1. Aspek hukum, agar keberlangsungan merjer tersebut dapat dianggap sah
keberadaannya menurut ketentuan hukum yang berlaku di Indonesia dan status
perusahaan yang menggabungkan diri baik yang melalui proses likuidasi maupun
tanpa melalui proses likuidasi terlebih dahulu dapat jelas statusnya menurut
hukum di Indonesia.
2. Aspek perpajakan agar manajemen dapat menyusun lax planning terlebih dahulu
sebelum melakukan merjer sehingga dapat terhindar dan resiko pembayaran
pajak yang tinggi akibat ketidak-tahuan manajemen perusahaan mengenai
ketentuan-ketentuan perpajakan yang berlaku di Indonesia khususnya ketentuan
ketentuan perpajakan mengenai restrukturisasi perusahaan.
3. Aspek akuntansi, apakah pencatatan mengenai akuntansi penggabungan usaba
balk yang menggunakan metode penyatuan kepentingan (pooling of interest)
rnaupun metode pembelian (purchase method) sudah sesuai dengan ketentuan
Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) yang berlaku di Indonesia.
4. Aspek keuangan, dimana merjer yang dilakukan jangan sampai merugikan
kepentingan pemegang saham minoritas. Oleh karena itu ada baiknya
perusahaan yang menggabungkan diri atau perusahaan target dapat dilakukan
penilaian saham terlebih dahulu oleh perusahaan penilai independen agar
diperoleh harga saham yang pantas, dimana pembayarannya dapat dilakukan
dengan kas atau dengan konversi saham.
Disamping ke empat aspek tersebut, tentunya masih banyak aspek-aspek
lainnya yang harus diperhatikan seperti aspek mengenal budaya masing-masìng
perusahaan yang melakukan penggabungan, aspek mengenai ketenaga-kerjaan dan
pengalokasian manajemen, aspek mengenai kepentingan kreditur, dan sebagainya.
Dalam aspek hukum, PT. X Hasil Merjer harus mendapatkan persetujuan
terlebih dahulu dari instansi-instansi terkait seperti Badan Koordinasi Penanaman
Modal (BKPM) dan Menteri Kehakiman dan Hak Asasi Manusia (MENKEHAM)
agar merjer tersebut dapat dianggap sah keberadaannya menurut hukum di lndonesia.
Sedangkan dalam aspek perpajakan, karena pencatatan akuntansi PT. X hasil
Merjer menggunakan metode pooling of interest. maka pihak perusahaan harus
memperoleh persetujuan penggunaan nilai buku dari Direktorat Jenderal Pajak.
dimana persetujuannya diterbitkan melalui Kantor Wilayah setempat. Hal ini sangat
diperlukan agar perusahaan terhindar dari kewajiban membayar pajak yang lebih
besar lagi, akibat pihak fiskus menetapkan peralihan harta dan kewajiban perusahaan
yang menggabungkan diri tersebut dengan menggunakan harga pasar sehingga
terdapat keuntungan atas pengalihan harta yang merupakan objek Pajak Penghasilan
(PPh) dan Pajak Pertambahan Nilai (PPN).
Dalam aspek akuntansi, metode yang digunakan adalah metode pooling of
interest, sehingga pencatatan akuntansi PT. X Hasil Merjer hanyalnh merupakan
penggabungan harta, kewajiban dan ekuitas dari masing-masing perusahaan yang
menggabungkan diri.
Penilalan saham sebagaimana dibahas dalam aspek keuangan, penulis
menggunakan 5 (lima) metode penilaian saham, dimana estimasi harga saham PT. Y
selaku perusahaan target berkisar antara Rp. 3.193.300 sampal dengan Rp 4.402,800.
Penilaian saham tersebut penulis lakukan hanya sebagai perbandingan saja, karena
manajemen perusahaan tidak melakukan peniIaian saham terlebih dahulu terhadap
perusahaan target dan cenderung menentukan harga saham berdasarkan kesepakatan bersama karena porsi saham pemegang saham minoritas dirasakan tidak material.
Disamping itu, merjer internal yang terjadi sangat unik, dimana perusahaan yang menderita kerugian fiskal yang cukup signifikan menjadi surviving company
sedangkan perusahaan yang memiliki keuntungan harus dilikuidasi. Hal ini
mengundang banyak pertanyaan dari berbagai pihak mengenai keberlangsungan
usaha (going concern) PT. X Hasil Merjer tersebut di masa yang akan datang
sehingga sinergi positif yang dikumandangkan oleh manajemen perusahaan dalam
awal proses mener menjadi semu dan terllhat bahwa PT. X hasil merjer terperangkap
oleh sinergi tersebut. Namun demikian patut dimengerti bahwa kerugian yang
diderita oleh PT. X maupun PT. Y disebabkan oleh kerugian selisìh kurs akibat
melemahnya mata uang Rupiah terhadap Dolar Amerika Serikat. Apabila dilihat dari
operating margin (laba operasi) ke dua perusahaan dinilai cukup baik dan manajemen
perusahaan optimis bahwa dengan penggabungan usaha tersebut akan menghasiÌkan
kinerja perusahaan yang Iebih baik karena brand dan produk-produk yang akan dijual
oleh PT. X Hash Merjer sudah dikenal dipasaran Internasional sehingga akan
rneningkatkan penjualan perusahaan.
"
2001
T2851
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Taufik Aditiyawarman
"Reksadana mempakan salah satu pilihan investasi yang sudah dikenalkan pada masyarakat luas sejak tahun 1997 dan dikukuhkan Pemerintah melalui Undang-undang No. 8 Tahun 1995 Tentang Pasar Modal, Beberapa jenis reksadana yang tersedia dan biasa dipakai sebagai instrument investasi adalah reksadana sahani, reksadana pendapatan teiap, reksadana campuran, dan reksadana pasar uang.
Mengingat perkembangan reksadana yang makin meningkat baik dari segi volume perdagangan maupun jumlah investor yang berpartisipasi, maka sangat diperlukan adanya suatu metoda penilaian kinerja investasi reksadana yang cukup mendekati dan informatif bagi kalangan investor baik investor perorangan maupun investor kelompok. Pada umumnya para investor dalam mengambil keputusan untuk berinvestasi hingga saat ini hanya berpatokan pada Nilai Aktiva Bersih (NAB) masing-masing rerksadana yang dipublikasikan pada beberapa media cetak dan jaringan internet, selain prospektus yang ditawarkan para manajer investasi yang sudah barang tentu sangat dipengaruhi oleh kepentingan bisnis. Data tersebut juga hanya membanlu untuk kepentingan investasi jangka pendek yang sifatnya spekulasi dan sulit untuk dipakai sebagi acuan bagi investor untuk kebutuhan investasi jangka panjang. Infonnasi tentang kinerja suatu portofolio seperti reksadana secara utuh yang dapat digunakan untuk keputusan jangka panjang akan sangat membantu bagi investor dan juga bagi manajemen investasi itu sendiri dalam memperbaiki kinerja portofolio yang ditawarkannya.
Beberapa pendekatan teori portofolio dan investasi yang dapat dipakai untuk mengevaluasi kinerja suatu portofolio, adalah Trey/tor, yang mempertimbangkan dua komponen risiko yaitu risiko yang terjadi akibat fluktuasi pasar, risiko sistematik (P) dan risiko yang terjadi akibat fluktuasi dalam portofolio sekuritas, Sharps, yang mengukur risiko portofolio secara keselumhan dengan memperhitungkan standar deviasi dari tingkat imbal hasil (a), Jensen, yang mengukur kinerja / prestasi portofolio berdasarkan tingkat bunga bebas risiko (RFR) yang berbeda setiap periodenya, dan Analisis Rasio Informasi, atau Rasio Penilaian, adalah pengukuran statistik rala-rata perbedaan imbal hasil satu portofolio dengan portofolio pembanding (benchmark) dibagi dengan standar deviasi perbedaan return tersebut. Sebagai salah satu alternatif dalam menjawab tantangan di alas maka pembahasan difokuskan pada evaluasi kinerja portofolio dengan metode Jensen dan Analisis Rasio Informasi untuk Reksadana Saham dan metode Evaluasi Selisih Imbal Hasil (excess return) dan Analisis Rasio Informasi untuk Reksadana Pendapatan Tetap.
Untuk memperoleh hasil pendekatan yang lebih akurat maka evaluasi kinerja portofolio reksadana ini dilakukan terhadap data NAB reksadana saham dan pendapatan tetap yang sudah dipublikasikan mulai Januari 1997 hingga Maret 2001. Sebagai pembanding (benchmark) dalam melakukan evaluasi kinerja portofolio reksadana saham adalah Indeks harga Saham Gabungan (1HSG) di Bursa Efek Jakarta dan tingkat suku bunga deposito berjangka 1, 3, 6, dan 12 bulan yang berlaku pada Bank-bank Swasta Nasional sebagai aset investasi bebas risiko pada periode tersebut. Dengan data-data yang ada tersebut, maka analisis statistik deskriptif, dan regresi untuk mencari hubungan antara NAB setiap reksadana terhadap IHSG dan tingkat suku bunga bebas risiko. deposito berjangka yang menjadi pembanding (benchmark) dalam menetukan urutan kinerja dan rasio infonnasi dari masing-masing reksadana tersebut. Selain dari pada urutan kinerja masing-masing reksadana berdasarkan ukuran kinerja Jensen, dan Rasio Infonnasi, analisis juga dilakukan untuk inemperolell infonnasi mengenai Risiko Sistematik, pj, Rata-rata Tingkat Imbal Hasil, Risiko Non-sistematik / standar deviasi, a tingkat keuntungan harian, dan Tingkat Diversifikasi, R3, dari setiap reksadana saham.
Khusus dalam melakukan evaluasi kinerja reksadana saham lebih lanjut, dilakukan juga analisis sensitivitas kinerja Jensen terhadap variasi tingkat suku bunga bebas risiko, deposito berjangka untuk melihat pengaruh perubahan suku bunga bebas risiko terhadap ukuran kinerja Jensen. Hal ini bertujuan untuk dapat memberikan gambaran yang semaksimal mungkin kepada investor bahwa ukuran kinerja portofolio Jensen bukanlah harga yang absolut melainkan sangat dipengaruhi oleh investasi pada aset bebas risiko yang dipakai sebagai pembanding, yang dalam hal ini deposito berjangka.
Sebagai hasil dari analisis kinerja portofolio reksadana yang dilakukan terhadap Reksadana Saham dan Pendapatan Tetap yang beredar mulai Januari 1997 hingga Maret 2001, maka tersusun Daftar Urutan Kinerja Jensen dan Rasio Infonnasi untuk masing-masing reksadana setiap tahunnya pada tingkat suku bunga bebas risiko 1, 3, 6, dan 12 bulan yang dapat digunakan sebagai salah satu referensi dan bahan pertimbangan dalam melakukan investasi jangka panjang pada instrument investasi Reksadana. Hasil evaluasi kinerja portofolio berdasarkan data historis ini memang sangat dipengaruhi oleh kondisi ekonomi, pasar modal, dan lingkungan bisnis pada setiap periode sehingga dapat dilihat bahwa suatu reksadana dapat menempati urutan kinerja yang berbeda pada seliap tahunnya.
Perlu diingat bahwa dari hasil evaluasi dan analisis kinerja reksadana saham dan pendapatan tetap yang dilakukan dengan menggunakan beberapa indikator pasar seperti IHSG, dan tingkat suku bunga deposito Bank Swasta Nasional tidak sepenuhnya mempunyai korelasi langsung. Sesuai dengan UU No. 8 Tentang Pasar Modal bahwa pada Reksadana Saham sekurang-kurangnya 80% dananya diinvestasikan pada portofolio ekuitas yang terdaftar pada Bursa Efek sedangkan pada Reksadana Pendapatan Tetap, sekurang-kurangnya 80% hams diinvestasikan pada obligasi atau instument investasi pendapatan tetap. Artinya, bahwa hasil evaluasi kinerja reksadana dengan metode ini dapat menjelaskan korelasi terhadap faktor-faktor tersebut sebesar 80%. Dengan demikian ada sekurang-kurangnya 20% faktor lain yang mempengaruhi kinerja suatu reksadana yang sangat tergantung dari jenis portofolio yang digunakan untuk menginvestasikan dana para investor.
Analisis lebih lanjut terhadap komposisi portofolio setiap reksadana diharapkan akan dapat menjelaskan 20% faktor yang belum dijelaskan pada pembahasan thesis ini, sehingga kombinasi analisis dan evaluasi selanjutnya dapat digunakan sebagai standar penilaian dan evaluasi menyeluruh (holistic evaluation & performance) dari suatu reksadana."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2002
T261
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Antonius Budi Atmoko
"Mekanisme perdagangan yang digunakan pada setiap pasar modal akan mempengaruhi proses pembentukan harga. Kebijakan fraksi harga merupakan salah satu bentuk pengaturan mekanisme perdagangan yang akan mengubah perilaku pembentukan harga. Fraksi harga merupakan satuan perubahan minimum yang ditetapkan dalam suatu pasar reguler. Bursa Efek Jakarta merupakan suatu bursa yang menganut bentuk pasar yang quote driven, BEJ mengeluarkan kebijakan perubahan fraksi harga pada tanggal 3 Juli 2000 dari Rp.25,- menjadi Rp.5,- untuk seluruh jenis saham yang diperdagangkan. Tujuan kebijakan ini adalah meningkatkan likuiditas dan menurunkan volatilitas perdagangan.
Kebijakan ini dilakukan pada saat bursa mengalami penurunan volume transaksi yang sangat drastis. Polemik merebak diantara pelaku pasar yang mendukung maupun meminta peninjauan kebijakan ini. Sebagian pelaku pasar beranggapan kebijakan ini menyebabkan pasar menjadi semakin tidak bergairah dan tidak menarik lagi.
Likuiditas pasar merupakan suatu istilah yang sulit untuk didefinisikan dan diukur. Secara umum, likuiditas pasar merupakan suatu sifat yang menunjukkan kemudahan dan kecepatan untuk mengubah bentuk suatu instrumen keuangan ke dalam bentuk lainnya dalam biaya yang normal. Penelitian ini menggunakan market spread, market depth dan volume transaksi sebagai indikator likuiditas pasar.
Hasil penelitian menunjukkan adanya ketidaktepatan kebijakan dengan menyamaratakan fraksi harga untuk seluruh jenis saham. Pada saham dengan harga tinggi rnenghasilkan penurunan likuiditas untuk ketiga indikator. Keiompok saham dengan harga diantara Rp.500,~ - Rp.5.000,- memiliki potensi peningkatan harga dengan kebijakan ini namun rendahnya fraksi menyebabkan kondisi yang diharapkan tidak terjadi. Pada keiompok harga terendah, terjadi peningkatan likuiditas walaupun kondisi ini lebih disebabkan oleh faktor lain di luar fraksi harga."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2001
T274
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Doni Ardi
"Industri tekstil dan produk tekstil mengalami masa yang sulit. Banyak faktor yang membuat makin lemahnya sektor ini seperti adanya kuota, ancaman dari negara lain yang mempunyai daya saing yang tinggi seperti, dan krisis yang melanda kawasan Asia. Sebenarnya kondisi ini masih bisa diperbaiki dengan menggenjot ekspor. Tetapi dengan peristiwa WTC yang baru-baru ini terjadi, semuanya menjadi kabur.
Runyamnya kondisi perusahaan dalam industri tekstil dan produk tekstil ini akibat nilai hutang dalam mata uang asing yang cukup besar dan komponen impor yang masih cukup tinggi. Karena itu salah satu cara untuk mengatasinya adalah dengan melakukan restrukturisasi hutang.
Perusahaan yang dibahas di sini, yaitu PT. Texmaco Jaya, PT. Concord Benefit Enterprise, dan PT. Panasia Filament Inti juga merasakan akibatnya. Tetapi dampak yang dirasakan masing-masing perusahaan ini berbeda karena kondisinya yang berbeda, PT. Texmaco Jaya, sebagai salah satu perusahaan yang mempunyai hutang yang cukup besar dalam valas, mengalami kesulitan dalam membayarnya karena ekspor perusahaan masih di bawah 40%. PT. Concord Benefit Enterprise cukup agresif dalam berekspansi dengan pembiayaan melalui hutang, sedangkan kinerjanya tidak cukup baik. Akibatnya hutang perusahan ini membengkak cukup tinggi. Berdasarkan informasi terakhir, perusahaan ini diputus pailit oleh Mahkamah Agung sehingga perdagangan sahamnya d\-suspend. Sedangkan FT. Panasia Filament kinerjanya cukup bagus karena nilai ekspornya mencapai 60% lebih.
Penelitian dilakukan terhadap kinerja perusahaan pada saat terjadinya krisis. Industri dan strategi perusahaan merupakan hal yang pertama kali dianalisa. Selanjutnya dilakukan perhitungan nilai intrinsik saham perusahaan dengan menggunakan metode Discounted Cash Flow, yaitu dengan mendiskontokan proyeksi Free Cash Flow to the Firm (FCFF) berdasarkan Weighted Average Cost of Capital (WACC), Nilai FCFF diperoleh dengan melakukan proyeksi terhadap laporan keuangan perusahaan. Asumsi yang digunakan dalam melakukan proyeksi berdasarkan kondisi makro ekonomi dan kondisi masing-masing perusahaan itu sendiri serta data kinerja historis perusahaan.
Hasilnya menunjukkan bahwa harga pasar saham PT. Texmaco Jaya lebih rendah dari hasil perhitungan (undervalued') sehingga diperkirakan harganya naik. Sedangkan nilai saham PT. Panasia Filament Inti overvalued, sehingga diperkirakan akan turun pada periode berikutnya. Bahkan PT. Concord Benefit Enterprise ekuitasnya negatif, yang berarti kelangsungan hidup perusahaan ini diragukan.
Semua perhitungan nilai intrinsik saham tersebut dibuat berdasarkan asumsi dan berbagai pertimbangan sesuai kondisi perusahaan. Selain itu nilai saham juga dipengaruhi oleh faktor-faktor lain yang tidak dapat dikuantifikasi. Karena itu investor di dalam mengambil keputusan harus juga mempertimbangkan faktor lainnya yang bersifat kualitatif."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2002
T315
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Amrulloh Hakiem
"ABSTRAK
Garuda Indonosla adalah flag carrier BUMN dengan aset Rp 10 triliun dengan
masalah keuangan yanq dlhadapi adalah kemampuan mempertahankan laba operasi
dan arus kas Secara berkeIanjutan. Domestik memberi kontribusi yang signifikan
pada keuangan, namun Penurunan kurs rupiah dan masuknya pesaing baru menjadi
ancaman.
Kekuatan merek Garuda dibanding pesaing adalah skala ekonomi dan experience
curve, sehlngga strategi harga adalah diferensiasi dan bukan mengikuti perang
harga. Untuk meningkatkan nilai tambah, customization harga perlu dilakukan untuk
menjaring pelanggan baik dari segmen yang kurang sensitif maupun sensitif harga.
Customization mempunyal dampak strategis terhadap persaingan yaltu mengurangi
intensitas persaingan harga pada pasar premium sekaigus menjaring segmen
sensitif-harga dan mempertahankan dominasi. Rute Jakarta-Surabaya dipilih karena
memberi kontribusi terbesar di domestik cian persaingan yang dinamis. Untuk
merancang implementasi, customization didasari oleh pengendali-nilai (value driver)
yaitu fleksibilitas, kenyamanan dan penghargaan. Inovasi diperlukan untuk
membangun pagar pembatas antar kelompok pelanggan. Namun demikian
overcustomization dihindari karena bíaya yang tidak sebanding dengan tambahan
nilai yang diporoleh, dan menurunnya goodwill konsumen.
Tantangan Customization adalah rasa keadilan, arbitrase dan peraturan batas-atas
harga. Komunikasi ke pelanggan melalui media dan agen perlu dilakukan untuk
memberikan kejelasan bahwa perbedaan harga dan batasan tempat-duduk
memenuhi rasa keadilan. Arbitrase dihinclari dengan pembuatan penyekat antar
kelompok pelanggan secara efekiif, Garuda juga perlu mempengaruhi pemerintah
untuk menghilangkan batas-batas dan membiarkan harga tersebuJt berdasar
mekanisme pasar. Untuk menghindari penyalahgunaan kekuatan monopoli atau
oligopoli secara berlebihan. pemerintah perlu memberi keleluasaan perijinan untuk
mendirikan perusahaan penerbangan baru, bukan dengan pembatasan harga
"
2002
T2811
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>