Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 9 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Sipayung, Grace Dearni
"Penelitian dimaksudkan untuk mengetahui faktor dalam perusahaan manufaktur di Indonesia yang membuat mereka memilih untuk mengekspor atau tidak, dan bagaimana pengaruh tingkat faktor kemampuan pada kegiatan ekspor. Penelitian ini menggunakan data di tingkat perusahaan, yang diperoleh dari Badan Pusat Statistik melalui survei yang mereka lakukan, dan dipilih variabel sebagai berikut: proporsi ekspor (sebagai variabel dependen),serta variabel produktivitas perusahaan, ukuran perusahaan, modal perusahaan, umur perusahaan, asing kepemilikan, dan daerah dari perusahaan (variabel independen). Data yang digunakan menggunakan data pada periode 2006-2011 dengan 48,134 pengamatan, berdasarkan 5 pulau terbesar di Indonesia. Analisis regresi dilakukan dengan menggunakan logit biner, dan untuk mengetahui berapa banyak persentase barang ekspor dengan menggunakan model tobit.
Hasilnya adalah bahwa faktor yang signifikan, dan positif mempengaruhi keputusan perusahaan untuk ekspor dan persentase produk yang diekspor adalah produktivitas perusahaan, kepemilikan perusahaan oleh orang asing, serta modal perusahaan. Bagi perusahaan, ukuran dan usia perusahaan memiliki hasil yang bervariasi, dan tidak sepenuhnya signifikan pada kedua model. Faktor perusahaan daerah juga sanagt mempengaruhi proporsi ekspor.

This study is required to capture what factors in the manufacturing firms in Indonesia that make them choose to export or not, and how the influence of factors proficiency level on export activities. Using data at the enterprise level, obtained from the Central Bureau of Statistics through surveys that they do, then obtained variables as follows: export proportion (as the dependent variable), then the firm productivity, firm size, firm capital, firm age, foreign ownership , and the area of the firm (independent variables). The data used are also using data from 2006 to 2011 using 48.134 observations, based on 5 biggest island in Indonesia. Regression analyzes were performed using binary logit, and to know how much percentage of goods exported by using tobit models.
The result is that a significant factor, and positively influence the company's decision to export and the percentage of exported products is the productivity of the company, the company's ownership by foreigners, as well as the capital of the company. For a company, the size and age of the company have varying results, and not entirely significant in both models. Factors area companies also considerably stimulus the proportion of exports.
"
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2015
T45042
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Iqbal Aman Mulyadi
"ABSTRAK
Tujuan dari thesis ini adalah untuk menginvestigasi efek dari harga minyak
terhadap PDB dan variable makroekonomi lainnya seperti inflasi dan nilai tukar.
Data kuartalan diantara 1999Q1 dan 2011 Q4 digunakan pada thesis ini. Data
yang digunakan adalah data PDB Indonesia, harga minyak dunia, inflasi Indonesia
dan nilai tukar Indonesia. Thesis ini juga menekankan pada efek harga minyak
terhadap PDB dan variable makroekonomi lainnya ketika Indonesia menjadi
Negara eksportir minyak dan importer minyak. Kebanyakan dari penelitian
terdahulu memperlihatkan hubungan positif antara harga minyak dan variable
makroekonomi pada Negara eksportir minyak dan hubungan negative pada
Negara importer minyak.
Dengan menggunakan metode VECM, hasil memperlihatkan bahwa ketika
harga minyak semakin tinggi menyebabkan PDB yang semakin tinggi juga pada
jangka pendek tetapi tidak signifikan. Hasil pada pengaruh harga minyak pada
inflasi dan nilai tukar juga tidak signifikan pada jangka pendek. Pada jangka
panjang harga minyak yang semakin tinggi akan berkontribusi terhadap PDB yang
semakin tinggi. Disisi lain, ketika Indonesia menjadi negara importer minyak efek
dari semakin tingginya harga minyak akan berkontribusi menjadikan PDB lebih
rendah dibandingkan pada periode Indonesia sebgai Negara eksportir minyak.
Selain itu, selama periode sebagai negara pengimpor minyak, kenaikan harga
minyak memicu kenaikan inflasi dan nilai tukar namun tidak signifikan

ABSTRACT
The aims of this paper is to investigate the effect of oil price to the GDP and
other macroeconomics variable such as inflation and exchange rate. Quarterly
time series data between 1999 Q1 and 2011 Q4 are employed in this paper. The
data used are Indonesia’s gross domestic product, world’s oil price, Indonesia’s
inflation, and Indonesia’s real exchange rate. In addition, this paper also
emphasizes to examine the effect of oil price to GDP and macoreconomic variable
when Indonesia experiences as a net oil exporter country and as a net oil importer
country. Most of previous studies show the positive relationship between oil price
and macroeconomic variables in the oil exporter countries and negative
relationship in the oil importer countries.
Using VECM methodology, the findings reveal that higher oil price leads to
higher GDP in the short run but insignificant.The result for the influence of oil
price in inflation and exchange rate also insignificant in the short run. In the long
run, higher oil price will contribute to higher GDP. On the other when indonesia
experience as a net oil importer country, the the effect of higher oil price will
contribute to lower GDP than that during period net oil exporter. In addition,
during period as a net oil importer country, the increase of oil price triggers the
increase of inflation and exchange rate but insignificant."
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2012
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Willi Sutanto
"Banyak peneliti yang tertarik untuk mempelajari korupsi dengan menggunakan beberapa Negara dan teknik cross section. Beberapa peneliti telah menguji hubungan antara korupsi dan perdagangan menggunakan share perdagangan terhadap GDP. Akan tetapi, kesimpulan dari beberapa studi empiris berkenaan dengan efek dari korupsi terhadap perdagangan adalah bervariasi. Beberapa literature menemukan bahwa korupsi dapat mengurangi volume perdagangan sedangkan literature lain menunjukkan kesimpulan yang sebaliknya. Oleh karena itu, tulisan ini ditujukan untuk meneliti hubungan antara korupsi dan volume perdagangan pada beberapa komoditi yang terpilih seperti barang mentah, barang capital, barang penghubung (intermediate), dan barang konsumsi di Indonesia.
Tulisan ini menggunakan Indeks Persepsi Korupsi (Corruption Perception Index, CPI) dan control terhadap korupsi (control of corruption, CC) sebagai indikator-indikator korupsi. Sementara itu, volume perdagangan diwakili oleh nilai ekspor dan impor Indonesia. Model yang digunakan dalam penelitian ini adalah model Gravitasi. Model tersebut diestimasi menggunakan regresi fixed effect model atau random effect model. Hasil-hasil empiris menunjukkan bahwa tingkat korupsi di Indonesia, baik itu CPI ataupun CC, berpengaruh buruk terhadap volume perdagangan barang capital di Indonesia. Adapun untuk barang konsumsi, barang intermediate, dan barang mentah, hubungan negative terhadap korupsi di Indonesia hanya ditunjukkan untuk CPI saja. Untuk CC dari Negara partner Indonesia, efeknya beragam terhadap volume perdagangan dari komoditas-komoditas terpilih tersebut.

Many researchers are interested to study corruption using multiple countries and cross section techniques. Other scholars have examined the relationship between corruption and trade using share of trade to GDP. However, the conclusions of several empirical studies concerning the effect on trade are mixed. Some literatures found that corruption reduce trade volume whereas other literatures showed the opposite conclusion. Therefore, this paper attempts to investigate the association between corruption and trade volume on selected commodities like raw material goods, capital goods, intermediate goods, and consumer goods focusing on Indonesian case.
This paper used Corruption Perception Index (CPI) and control of corruption (CC) as corruption indicators. Meanwhile, trade volume was indicated by Indonesian export and import value. Gravity model is used to formulate the problem of this topic and this model is regressed using fixed effect or random effect model. Empirical results demonstrate that trade volume of capital goods is adversely affected by the degree of corruption in Indonesia either CPI or CC. Meanwhile for consumer goods, intermediate goods and raw material goods, these commodities have negative relationship with the level of corruption in Indonesia, only CPI. For CC of Indonesia's trading partner, its effects are mixed for the selected commodities."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2014
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Supriyanto
"Thesis ini bertujuan untuk menganalisis dampak dari trade openness terhadap kinerja pasar tenaga kerja di Indonesia. Dalam studi ini, kinerja pasar tenaga kerja diindikasikan oleh tiga variabel berbeda yaitu: (1) labor underutilization; (2) full-unemployment; (3) time related-underemployment. Hasil empiris menunjukan bahwa peningkatan level dari trade openness secara signifikan akan menurunkan labor underutilization di Indonesia. Hal ini senada dengan dampak yang ditimbulkan kepada jumlah pengangguran terbuka yang berhubungan negatif dengan variabel independent tersebut. Namun demikian, penilitian ini juga menunjukan bahwa level dari trade openness berhubungan positif dengan underemployment. Artinya, peningkatan trade openness malah akan meningkatkan jumlah orang yang underemployment di Indonesia.

The objective of this study is to analyze the impact of international trade activities especially trade openness to labor market performances in Indonesia. Here, labor market performance is indicated by three dependent variables: Labor underutilization; Full-unemployment; and Time-related underemployment. Empirical results show that level of trade openness is statistically significant influence labor underutilization and full-unemployment in Indonesia in negative relationship. However, for time-related underemployment, trade openness seems like having different direction. Over all, it can be concluded that though unemployment already becomes main indicator for labor market performance; it seems that this variable is less sensitive relative to underemployment and labor underutilization. Therefore, study using these last two variables would be potentially gives more reliable result.
"
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2014
T42773
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ririh Kusuma Permatasari
"Penelitian yang mencoba untuk meneliti pengaruh karakteristik perusahaan sekaligus karakteristik geografis suatu wilayah sebagai faktor-faktor yang mempengaruhi ekspor perusahaan manufaktur masih sangat terbatas. Oleh karena itu, studi ini bertujuan untuk meneliti faktor apakah dari antara keduanya (karakteristik perusahaan atau karakteristik geografis) yang sebenarnya paling signifikan memberikan pengaruh terhadap kecenderungan ekspor dari perusahaan manufaktur di Indonesia. Lebih jauh lagi, studi ini lebih memfokuskan kepada kajian yang lebih dalam mengenai faktor geografis yang manakah (kondisi geografis atau kondisi infrastruktur) yang lebih memberikan pengaruh terhadap kecenderungan ekspor.
Penelitian ini menggunakan data mikro dan makro yang didapatkan dari BPS untuk periode 1 tahun yaitu tahun 2012. Kepemilikan asing, total capital stock dan produktivitas dipilih peneliti sebagai faktor yang mewakili karakteristik perusahaan. Sementara itu, luas permukaan suatu wilayah merepresentasikan kondisi geografis; lokasi, export spillovers, pendidikan, populasi, akses terhadap listrik, kepadatan jalan dan home market effects merepresentasikan kondisi infrastruktur suatu wilayah. Semua variable penjelas diatas dianalisis menggunakan uji Probit dan Logit.
Dengan menganalisis goodness of fit dan odds ratio, ditemukan bahwa karakteristik geografis lebih memberikan pengaruh terhadap kecenderungan ekspor dibandingkan dengan karakteristik perusahaan itu sendiri. Sementara itu, kondisi infrastruktur (yaitu lokasi, pendidikan, export spillovers dan kepadatan jalan) memberikan pengaruh yang lebih besar dibandingkan dengan kondisi geografis suatu wilayah. Oleh karena itu, beberapa rekomendasi kebijakan diajukan oleh penulis untuk memperbaiki kondisi infrastruktur dalam usaha meningkatkan performa dari ekspor perusahaan manufaktur di Indonesia.

There are still few studies which tried to examine firm-level and geographic characteristics as the determinants of export propensity simultaneously. Therefore, this study is trying to investigate what kind of characteristics that is really matters in influencing exports propensity in manufacturing firms in Indonesia. This study, specifically, focuses on the role of geography characteristics in affecting likelihood of a firm to export.
Thus, this study attaches the micro and macro data obtained from Central Bureau of Statistics of Indonesia (BPS) for the period 2012. Foreign ownership, total capital stock and productivity of a firm are chosen as firm-level variables. While, surface area represents first-nature geography; and location, export spillovers, education, population, electricity, road density and home market effects represent second-nature geography. All of those explanatory variables are analyzed by using Probit and Logit test.
By analyzing Goodness of Fit test and Odds Ratio, this research finds that geographic characteristics really matters in affecting export propensity rather than firm-level characteristics. Second-nature characteristics, which are represented by location, education, export spillovers, and road density, hold an important role compares with first-nature geography. Hence, some policy recommendations are applied to improve those kinds of endowment factors of a region to enhance export performance."
Depok: Universitas Indonesia, 2015
T45334
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Riya Farwati
"Tujuan utama dari penelitian ini adalah untuk menguji apakah pertumbuhan ekonomi di Indonesia dikategorikan sebagai pro-poor growth (berpihak kepada orang miskin). Thesis ini akan dianalisis melalui bagaimana mekanisme pertumbuhan ekonomi mempengaruhi kemiskinan di Indonesia. Penelitian ini menggunakan data panel yang disusun dengan data pada tingkat provinsi untuk periode 2004 – 2010. Selanjutnya, data panel tersebut dipergunakan untuk mengestimasi model ekonometrik yang memungkinkan kita mengetahui dampak dari pertumbuhan ekonomi, ketimpangan, pengeluaran pemerintah, dan kemampuan fiskal pada tingkat kemiskinan. Adapun variabel kontrol terdiri dari koefisien Gini, Per Kapita Produk Domestik Regional Bruto (PDRB per kapita), pengeluaran pemerintah, dan sumber pendapatan sendiri.
Hasil penelitian ini memiliki implikasi pada kebijakan pemerintah. Pertama, hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pertumbuhan ekonomi yang baik ternyata dapat menanggulangi kemiskinan. Dengan demikian, Pemerintah harus memformulasikan kebijakan yang dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi yang berpihakak pada masyarakat miskin. Selain itu, bukti empiris menunjukkan bahwa tingkat kemiskinan lebih responsif terhadap pertumbuhan ekonomi dari pada distribusi pendapatan (gini ratio). Kedua, pengaruh pengeluaran pemerintah terhadap pertumbuhan ekonomi sangat bervariasi. Belanja pemerintah untuk pendidikan dan kesehatan memiliki dampak yang signifikan terhadap pengentasan kemiskinan melalui ketidaksetaraan pendapatan berkurang, sedangkan belanja publik pada perlindungan sosial tidak signifikan berkontribusi dalam mengurangi angka kemiskinan. Selanjutnya, kemampuan fiskal di masing-masing provinsi sangat diperlukan untuk meningkatkan pengentasan kemiskinan di wilayhanya.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pertumbuhan ekonomi diperlukan untuk meningkatkan efektivitas penanggulangan kemiskinan. Selain itu, untuk mempercepat pengurangan kemiskinan di Indonesia, pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan juga harus didukung melalui investasi sumber daya manusia, serta merancang dan menerapkan program pengurangan kemiskinan yang berpihak pada masyarakat miskin. Untuk kasus Indonesia, pertumbuhan ekonomi selama periode 2004-2010 dapat disimpulkan sebagai pro-poor growth.

The main purpose of this study is to examine whether economic growth in Indonesia is categorised as pro-poor growth. It will be analysed through how economic growth affects poverty. To address this research, we will conduct the study using panel data. It consists of province-level data from 2004 - 2010 to estimate an econometric model that allows us to know the impact of economic growth, inequality, government spending, and fiscal capability on poverty rate. Therefore, the set of control variables consists of the Gini coefficient, per capita Gross Regional Domestic Product (GRDP), government spending, and own income resources.
The estimated results of this study have important policy implications. First, the finding shows that economic growth is good to enhance poverty reduction; government therefore should consider to rising up economic growth benefiting for the poor. In addition, empirical evidence suggests that the poverty headcount ratio in Indonesia is more responsive on economic growth than on income distribution. Second, the effect of government expenditures varies for different type of spending. Government spending on education and health has significant impact on poverty alleviation through reduced income inequality; while public expenditure on social protection is insignificantly contribute to decrease poverty rate. Finally, the fiscal capability in each province is required to enhance poverty eradication.
Further, economic growth is needed to enhance the effectiveness of poverty reduction. Moreover, sustained growth should be accompanied by encouraging in human capital investment to accelerate poverty reduction. In addition, designing and implementing pro poor poverty reduction program should be done to accelerate poverty alleviation. Finally, this result suggests that economic growth during period 2004-2010 in Indonesia can be concluded as pro-poor growth
"
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2013
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Arezia Magdalyn
"Tujuan makalah penelitian ini adalah untuk menganalisis tingkat pengembalian terhadap pendidikan di Indonesia dengan menggunakan model Mincer. Hubungan ini menggambarkan statististik antara pendapatan pasar, durasi pendidikan, pengalaman, dan kuadrat dari pengalaman. Dalam analisis ini, kita menggunakan data primer dari data Survei Angkatan Kerja Nasional (Sakernas) pada tahun 2012. Survei Angkatan Kerja Nasional (Sakernas) mencakup semua provinsi di Indonesia (sebanyak 33 propinsi), 201.100 jumlah dari rumah tangga, dan 726.044 orang tenaga kerja dengan informasi per individual.
Analisis dilakukan dengan melihat pengaruh dari perbedaan jenis kelamin, daerah, status perkawinan, dan klarifikasi industri. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada peningkatan tahunan untuk 7,7868 persen pendapatan karena tambahan satu tahun durasi pendidikan bagi pekerja individu. Selain itu, hasil menunjukkan bahwa tingkat pengembalian terhadap pendidikan bagi wanita lebih tinggi dari pria yang ditunjukkan oleh kenaikan 8,96 persen untuk wanita dan 7,3526 persen untuk pria untuk tingkat pengembalian terhadap pendidikan karena tambahan satu tahun sekolah.
Selain itu, tingkat pengembalian pendidikan bagi daerah perkotaan lebih tinggi dengan daerah pedesaan. Hal ini ditunjukkan dengan tambahan satu tahun sekolah terkait dengan kenaikan gaji sebesar 8,5175 persen untuk daerah perkotaan dan 6,3995 persen untuk daerah pedesaan. DKI Jakarta sebagai daerah perkotaan dan ibu kota dari negara Indonesia memberikan nilai positif terhadap pendapatan. Tambahan satu tahun sekolah di DKI Jakarta meningkat sebesar 11,3734 persen terhadap tingkat pengembalian pendidikan bagi setiap individu yang bekerja di DKI Jakarta. Sementara itu, pria yang sudah menikah dan wanita yang sudah menikah juga memiliki tingkat pengembalian pendidikan lebih tinggi dibandingkan dengan pria lajang dan wanita lajang. Perbedaannya adalah 2,5544 persen untuk pria yang sudah menikah dan 3,5168 persen untuk wanita yang sudah menikah.
Selain itu, ada tiga sektor industri utama yang memiliki tingkat pengembalian pendidikan tertingggi. Diantaranya adalah sektor industri yaitu industri 2 (Pertambangan dan Penggalian), industri 3 (Industri Manufaktur), dan industri 8 (Keuangan, Asuransi, Real Estate, dan Perusahaan Jasa). Untuk setiap tambahan satu tahun sekolah terkait dengan 10,31 persen, 9,98 persen, dan 11,60 persen peningkatan terhadap tingkat pengembalian pendidikan bagi industri 2, 3 dan industri 8.
Relevansi untuk Studi Pembangunan
Keuntungan dari pendidikan dapat dicapai dengan melihat kemampuan pekerja untuk memahami dan mengadaptasi teknologi baru yang berhubungan dengan tingkat pendidikan yang lebih tinggi. Tingkat yang lebih tinggi dari sekolah dapat memberikan efek ke kemajuan dalam kemampuan dan keterampilan pekerja. Pendidikan tinggi akan meningkatkan kemampuan yang berdampak terhadap pertumbuhan ekonomi. Selain itu, peningkatan modal manusia dikaitkan dengan inovasi dan kreasi dengan teknologi baru. Ini akan menciptakan produktivitas meningkat karena pekerja yang lebih terampil, dan juga akan mencerminkan upah yang lebih tinggi. Sehubungan dengan besarnya jumlah tenaga kerja dengan tingkat pendidikan di bawah SMA di Indonesia. Pemerintah Indonesia harus memberikan upaya ekstra untuk tingkat pendidikan yang lebih tinggi. Kualitas tingkat pendidikan yang lebih tinggi dapat membantu pekerja untuk meningkatkan teknologi baru dan meningkatkan kontribusi terhadap pembangunan ekonomi.

This research paper objective is to analyze the rate of returns to education in Indonesia using Mincer model. It describes the statistical relationship among market earnings, duration of education, experiences, and quadratic of experiences. In the analysis, we use primary data from the National Labor Force Survey (Sakernas) data in 2012. The National Labor Force Survey (NLFS) covers all provinces of Indonesia (33 provinces), 206.100 numbers of household, and 726.044 people of labor individual information.
The analysis is conducted by seeing the effect of difference sex, regions, marital status, and industrial classification. The result indicates that there is an annual increase for 7,7868 percent in earnings due to an extra year of duration of education for individual worker. Moreover, the result indicates that the rate of returns to education for female is higher than male which is showed by increases for 8,96 percent and 7,3526 percent to the rate of returns to education for male and female respectively due to an additional year of schooling.
Moreover, the rate of returns to education for urban areas is higher than rural areas. It is showed by an additional year of schooling is associated with an annual 8,5175 percent, and 6,3995 percent increases in salaries for urban and rural respectively. DKI Jakarta as urban areas and capital city of Indonesia give positive value to earnings. An extra year of schooling in DKI Jakarta increase 11,3734 percent returns to education for individual worker who work in DKI Jakarta. Meanwhile, married man and married woman also have higher the rate of returns to education compare to single man and single woman. The differences are 2,5544 percent and 3,5168 percent higher for married man and married woman.
Furthermore, there are three main industrial sectors which have highest rate of returns to education. Those industrial sectors are industrial 2 (Mining and Quarrying), industrial 3 (Manufacturing Industry), and industrial 8 (Financing, Insurance, Real Estate, and Business Services). An extra year of schooling is associated with 10,31 percent, 9,98 percent, and 11,60 percent increase to the rate of returns to education for industrial 2, industrial 3, and industrial 8 respectively.
Relevance to Development Studies
The advantages of education can be achieved by seeing the capability of worker to understand and adapt new technology which related to the higher level of education. The higher levels of schooling of workers give effects to an upturn in ability and skills of workers. Higher education will increase capability which has an impact to economic growth. In addition, the increased of human capital is associated with innovation and creation to the new technology. It will create increases productivity due to more skilled worker, and it will also reflect to higher wages. Regarding to the large numbers of labor force with educational attainment below senior high school in Indonesia. Indonesia government has to give extra efforts to higher educational level. The quality of higher educational level may help worker to improve new technology and increase the contribution to the economic development.
"
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2013
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rian Puspita Sari
"ABSTRAK
Studi ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh kawasan perlindungan laut
(KPL) di Indonesia terhadap kemiskinan. Panel data dari tahun 2006 – 2010 untuk
tingkat kabupaten, dan dari tahun 2005-2010 untuk tingkat provinsi diestimasi
dengan metode efek tetap. Indikator kemiskinan yang digunakan adalah P0, P1 dan
P2. Selain KPL, digunakan juga pertumbuhan ekonomi dan pertumbuhan populasi
sebagai variabel bebas untuk mengontrol karakteristik wilayah. Hasil estimasi
menunjukkan hubungan negatif antara KPL dan kemiskinan untuk hampir semua
indikator kemiskinan dan definisi KPL. Artinya KPL berkontribusi terhadap
pengentasan kemiskinan. Studi ini juga menunjukkan bahwa pertumbuhan
ekonomi dan pertumbuhan populasi merupakan determinan dari kemiskinan

ABSTRACT
The main purpose of this study is to examine whether marine protected areas
(MPAs) in Indonesia have an impact on poverty alleviation. It takes municipality
and province as unit of analysis, and employs a panel data set from 2006 to 2010
for municipality level and from 2005 to 2010 for province level. In the estimation,
there are 294 municipalities and 33 provinces are involved. The fixed effect model
is employed in order to control for regional and municipality characteristics. As
outcome variables different measures of poverty are considered and compared
such as the poverty headcount index, the poverty gap, and the poverty severity.
The primary independent variable is MPAs, which is defined using different
definitions such as the share of MPAs, an indicator for the presence of MPAs, and
the absolute size of MPAs. Population growth and GRDP growth are the other
independent variables which control for regional socioeconomic characteristics.
The results show a significant impact of MPAs on poverty reduction. It is
demonstrated by the negative relationship between MPAs and the poverty
measures for almost all indicators of poverty and MPA definition. On average,
protection of marine areas gives contribution on poverty alleviation. Beyond
MPAs, this paper also confirms existing findings about poverty dynamics.
Characteristics of the region, economic growth and population growth determine
poverty considerably. Regarding economic growth, the poorer the area the more
desirable the formation of an MPA."
2013
T39239
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Utri Dianniar
"Sejak akhir Perang Dunia II, perjanjian perdagangan regional telah menjamur di seluruh penjuru dunia. Dengan semakin mengemukanya perdagangan bilateral dan regional, penting kiranya untuk mengetahui implikasi yang mungkin terjadi pada perdagangan dunia sebagai akibat dari perjanjian tersebut. Dalam dua dekade terakhir, perekonomian Asia telah terlibat dalam beberapa FTA seperti ASEAN Free Trade Area (AFTA) dan ASEAN-China Free Trade Area (ACFTA). Indonesia, yang merupakan salah satu negara anggota ASEAN, telah berpartisipasi secara aktif dalam kerjasama ini.
Berkaitan dengan hal tersebut di atas, tesis ini bertujuan untuk menganalisa dampak perjanjian perdagangan bebas pada aliran perdagangan produk pertanian Indonesia. Tujuan lainnya adalah untuk mengetahui kemungkin adanya efek Linder pada perdagangan bilateral Indonesia, di mana intensitas perdagangan akan meningkat ketika negara-negara yang melakukan hubungan bilateral tersebut mempunyai pendapatan per kapita yang cenderung sama.
Penelitian ini berfokus pada sektor pertanian dikarenakan sebagian besar negara-negara anggota ASEAN, termasuk Indonesia, sangat bergantung pada sektor ini sebagai penyumbang terbesar terhadap Produk Domestik Bruto (PDB). Oleh karena itu, analisa dilakukan secara lebih spesifik mengenai dampak yang ditimbulkan akibat adanya FTA terhadap sektor pertanian di Indonesia, terutama pada aliran perdagangan produk pertanian.
Dalam melakukan analisa tersebut, tesis ini menggunakan Gravity Model untuk menyelidiki faktor-faktor penentu aliran perdagangan produk pertanian di Indonesia, baik dari sisi ekspor maupun impor. Untuk tujuan tersebut, penelitian ini membentuk tiga gravity model yaitu basic, augmented dan gravity model dengan efek Linder dan melakukan perhitungan menggunakan cross section dan data panel.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa model efek tetap (fixed effect) lebih efisien daripada model efek random. Hasil empiris menunjukkan bahwa keanggotaan AFTA dan ACFTA tidak membawa dampak yang signifikan terhadap aliran perdagangan produk pertanian Indonesia. Dari penyelidikan efek Linder, terungkap bahwa efek Linder tidak ditemukan dalam perdagangan bilateral Indonesia. Indonesia cenderung untuk melakukan perdagangan dengan negara-negara yang memiliki tingkat pendapatan per kapita yang tinggi.

Since the end of World War II, regional trade agreements have proliferated across the world. As bilateral and regional trade agreements is becoming increasingly prominent, it is important to ascertain what implications this may have for world trade. In the last two decades, Asian economies have been involved in several FTAs such as ASEAN Free Trade Area (AFTA) and ASEANChina Free Trade Area (ACFTA). Indonesia, which is the member of ASEAN, has been actively participate in these cooperations.
The purpose of this paper is to analyse the impacts of free trade agreements on Indonesia’s agricultural trade flows and to investigate the existence of Linder effect on Indonesia’s bilateral trade where trade will be greater when the income per capita of trading countries are more similar.
It is focus on agricultural sector because most ASEAN countries, including Indonesia, depend on this sector as a major source of gross domestic product (GDP). Therefore, it is interesting to analyse specifically what the impacts of FTAs on Indonesia’s agricultural sector, especially on its trade flows.
The gravity model is chosed to investigate the determinants of Indonesia's agricultural trade flows, from both export and import side. With this objective this paper constructs basic, augmented and gravity model with linder effect and perform cross sectional and panel data estimations. It finds that the fixed effect model is to be preferred than random effects gravity model.
The empirical results shows that the membership of AFTA and ACFTA does not bring significant impact on Indonesia’s agricultural trade flows. From the linder effect investigation, it reaveals that linder effect does not exist in Indonesia's bilateral trade. Indonesia tends to trade with countries that have high level of income per capita.
"
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2013
T38919
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library