Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 11 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Rd. Moch. Yusuf Affandi
"Sistem perdagangan yang efisien dan efektif, mampu memanfaatkan pasar untuk membentuk harga yang wajar dan transparan guna memperkokoh kesatuan ekonomi nasional Indonesia akan tercapai jika mekanisme perdagangan berjalan dengan baik dan risiko yang melekat dalam kegiatan usaha dapat dikendalikan. Diantaranya risiko fluktuasi harga yang timbul karena adanya perubahan harga barang, nilai tukar uang, tingkat suku bunga ataupun inflasi. Produk komoditi yang paling banyak menghadapi fluktuasi harga adalah komodoti pertanian, pertambangan dan industri hulu yang banyak dihasilkan Indonesia. Jika risiko harga tidak dikurangi/dihindari, maka kelangsungan usaha serta daya saing komoditi Indonesia dapat terpengaruh.
Instrumen pengelolaan risiko yang paling banyak digunakan oleh dunia usaha global adalah penggunaan kontrak berjangka melalui perdagangan berjangka. Dengan pertimbangan tersebut, yang dilandasi dengan Undang-Undang No.32 tahun '1997 kegiatan perdagangan berjangka di Indonesia telah dilakukan sejalan dengan pemberian ijin kepada PT. Bursa Berjangka Jakarta (BBJ) sebagai penyelenggara perdagangan berjangka di Indonesia pada tanggal 15 Desember 2000.
Mengingat potensi pasar berjangka di Indonesia sangat menjanjikan karena kebutuhan risiko harga akan semakin meningkat sebagai akibat perekonomian dunia yang semakin global dan terbuka, sehingga industri perdagangan berjangka di Indonesia diperkirakan akan berkembang dengan pesat. Namun kenyataan yang terjadi, ternyata pasar berjangka tidak kunjung likuid yang tercermin dari minimnya jumlah transaksi yang terjadi di BBJ dan adanya citra buruk tentang perdagangan berjangka di masyarakat akibat adanya pihak-pihak yang ingin mengeruk keuntungan tanpa mengindahkan aturan/rambu yang berlaku.
Hasil kajian yang dilakukan dengan metode Proses Hirarki Analitik yang selanjutnya disingkat PHA terhadap kuesioner yang telah diisi oleh 31 (tiga puluh satu) expert yang berkompeten dalam industri perdagangan berjangka di Indonesia menyatakan bahwa ada 4 (empat) faktor yang berpengaruh dan menjadi penentu yang dapat menjadi pendorong maupun kendala dalam pengembangan perdagangan berjangka di Indonesia yang dirinci menurut skala prioritas dan bobot nilai sebagai berikut : prioritas pertama, faktor kebijakan (0,39086) dengan urutan sub faktor meliputi kebijakan Bappebti, kebijakan dari Instansi terkait dan kebijakan Bursa Berjangka.
Prioritas kedua, faktor kondisi perdagangan berjangka saat ini (0,26512) dengan urutan sub faktor meliputi Iemahnya penegakan hukum terhadap pialang illegal, kurangnya pemahaman dan pengetahuan masyarakat terhadap perdagangan berjangka, banyaknya pengusaha/investor yang melakukan transaksi di Bursa Berjangka iuar negeri, Terbatasnya jumlah pelaku pasar yang aktif dan komitmen pendiri BBJ untuk memaukan perdagangan berjangka di Indonesia. Prioritas ketiga, Faktor peluang (0,18907) dengan urutan sub faktor meliputi perdagangan berjangka sebagai sarana pengelolaan risiko dan alternatif investasi. Prioritas terakhir kondisi faktor (0,15496) dengan urutan sub faktor terdiri dari kemampuan SAM, kondisi permodalan serta sarana dan prasarana.
Ada tiga alternatif strategi yang diajukan sesuai saran dan pendapat expert untuk dikaji dengan metode PHA, yaitu kerjasama dengan industri terkait di dalam dan luar negeri, deregulasi kebijakan dan revitalisasi industri perdagangan berjangka Indonesia. Setelah dilakukan pengkajian, ternyata alternatif strategi yang menempati prioritas tertinggi adalah deregulasi kebijakan (0,39139). Untuk itu, deregulasi kebijakan harus dilakukan secara menyeluruh oleh Institusi yang terlibat dalam kegiatan perdagangan berjangka dengan tujuan : (a) mewujudkan kegiatan perdagangan berjangka yang teratur, wajar, efisien dan efektif serta dalam suasana persaingan yang sehat; (b) meningkatkan kepercayaan dan melindungi masyarakat/semua pihak yang terlibat dalam kegiatan perdagangan berjangka melalui penegakan hukum dan pemberian sanksi yang tegas kepada semua pihak yang melanggar aturan yang berlaku dan disepakati secara bersama.
Upaya-upaya yang perlu segera dilakukan oleh pemerintah adalah mengatasi konflik yuridiksi antara Bappebti dan Bapepam tentang kontrak berjangka untuk komoditi finansial. Solusi yang penulis usulkan adalah melakukan ubenchmarking" dengan 'negara maju seperti Jepang yang telah menerapkan spesialisasi terhadap komoditi yang akan dijadikan sebagai subyek kontrak, tentunya dengan tidak mengabaikan kondisi iklim usaha industri dan perdagangan pasar berjangka maupun pasar modal di Indonesia."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2003
T12177
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Endang Pristiwati
"ISO 9000 adalah satu-satunya standar sistem manajemen mutu yang diakui dunia dan bersifat global, serta dapat diterapkan untuk berbagai jenis industri maupun organisasi. ISO 9000 yang dipakai saat ini adalah ISO 9000 versi 2000 dan merupakan hasil revisi terbaru, yang lebih fleksibel dengan bahasa yang lebih mudah dipahami, serta lebih menekankan pada peranan dan tanggung jawab manajemen puncak terhadap sistem manajemen mutu.
Standar ini begitu penting bagi industri kita karena semua perusahaan yang ingin menjual produknya di pasaran internasional, harus terlebih dahulu memiliki registrasi melalui sertifikat ISO 9000. Mengingat pentingnya standar ini, Departemen Perindustrian dan Perdagangan (Depperindag) telah melakukan upaya sosialisasi dan pelatihan tentang sistem manajemen mutu, khususnya untuk Usaha Kecil Menengah (UKM) dan bahkan telah mengeluarkan Surat Keputusan Menteri Perindustrian dan Perdagangan nomor:34 /MPP/SK/1996 untuk mendorong peningkatan sistem manajemen mutu di UKM. Masih sedikitnya organisasi di Indonesia yang mendapatkan sertifikat sistem manajemen mutu ISO 9000 menunjukkan masih lemahnya kesadaran organisasi akan pentingnya / manfaat ISO 9000 dan bahkan ada kecurigaan bahwa penerapan ISO 9000 hanyalah merupakan persyaratan dari suatu negara maju untuk menghambat masuknya barang/jasa ke negara tersebut.
Perolehan sertifikat Sistem Manajemen Mutu ISO 9001 : 2000 di perusahaan perak HS SILVER 800-925 dan CV YANI'S GALLERY adalah bukti bahwa industri kecil mampu dan dapat memperoleh sertifikat sistem manajemen mutu ISO 9001 : 2000 dan sekaligus merupakan hasil kongrit program sertifikasi dari Depperindag, yang selama ini masih diragukan keberhasilannya.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui presepsi pimpinan di kedua perusahaan perak tersebut terhadap manfaat ISO 9001 : 2000 dan kepuasan pelanggan internal dengan adanya penerapan sistem manajemen mutu tersebut .Bila perusahaan perak menerapkan ISO 9001 : 2000 secara benar dan konsekuen dan didasari untuk kepentingan organisasi, maka pasti akan merasakan manfaat dari penerapan ISO 9000 tersebut. Salah satu bukti pengukuran keberhasilan penerapan ISO 9001 : 2000 adalah dengan mengukur kepuasan pelanggan internal.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah gabungan antara studi kasus dengan menggunakan kuesioner, wawancara, dan observasi di lapangan. Untuk presepsi pimpinan diambil pimpinan perusahaan atau Wakil Manajemen, sedangkan jumlah sampel yang diambil untuk kepuasan pelanggan internal adalah 35, dengan Cara pengambilan sampel menggunakan metode stratified random sampling, Wawancara selain kapada pimpinan juga dilakukan kepada wakil manajemen, dan tim ISO 9000 di perusahaan. Observasi lapangan dilakukan untuk melihat kesesuaian antara apa yang dikatakan dan ditulis dalam dokumen dan hasil wawancara dengan apa yang sesungguhnya dikerjakan.
Presepsi pimpinan terhadap ISO 9001 2000 dikatakan bermanfaat apabila nilai rata-rata penilaian per item adalah ≥1 (cukup bermanfaat), sedangkan untuk kepuasan pelanggan internal dinyatakan meningkat apabila rata-rata jumlah nilai responden ≥ 20 atau rata rata penilaian per item adalah ≥ 1 (sedikit lebih puas ).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa presepsi pimpinan HS SILVER 800-925 terhadap ISO 9001 : 2000 adalah dapat memberikan manfaat internal maupun eksternal dengan nilai rata-rata penilaian per item pernyataan = 2 (bermanfaat). Sedangkan presepsi pimpinan CV Yani's terhadap ISO 9001 : 2000 adalah dapat memberikan manfaat eksternal, dengan rata-rata penilaian per item = 2,06 (bermanfaat) tetapi hanya sedikit sekali bisa memberikan manfaat internal, dengan nilai rata-rata per item = 0,55 atau sedikit diatas netral (0). Kepuasan pelanggan internal di HS SILVER 800-925 dapat meningkat, yaitu dengan rata-rata jumlah nilai responden 25,13 atau rata-rata penilaian per item = 1,25, sedikit diatas nilai 1 (Sedikit lebih puas) dengan jumlah responden yang menyatakan puas (memberikan nilai posip) sejumlah 75,32 %,. Sementara di CV Yani:s Gallery tidak dapat meningkatkan kepuasan pelanggan internal , yaitu dengan rata-rata jumlah nilai responden 2,42 atau rata-rata penilaian per item = 0,12, mendekati netral (0) dan responden yang menyatakan puas atau memberikan nilai positip hanya 34,35 %."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2003
T12283
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tobing, Halomoan L.
"Sistem Manajemen Mutu SNI 19-17025-2000 merupakan standar nasional mengenai sistem mutu pada laboratorium pengujian dengan tujuan agar dapat memberikan kepastian mutu untuk memenuhi persyaratan pelanggan dengan harapan pelanggan menjadi puas. SNI 19-17025-2000 merupakan revisi dari ISO Guide 25 yang telah dilakukan oleh Badan Standardisasi Nasional (BSN). Laboratorium Pengujian Balai Besar Industri Agra (BBIA) menerapkan SNI 19-17025-2000 sejak laboratorium pengujian BBIA diakreditasi oleh Komite Akreditasi Nasional (KAN)- BSN pada bulan Nopember 1999.
Laboratorium Pengujian BBIA menerapkan sistem manajemen mutu SNI 19-17025-2000 untuk memenuhi permintaan pelanggannya sebagai konsistensi di bidang laboratorium pengujian yang selalu bergerak dinamis sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Sistem manajemen mutu SNI 19-17025-2000 lebih memberi kepastian mutu kepada pelanggannya baik pelanggan eksternal maupun pelanggan internal yang tidak dapat dipungkiri untuk mengantisipasi terhadap era perdangan bebas yang untuk AFTA sudah dimulai pada tahun 2001
Kajian ini bertujuan untuk melihat kepastian mutu yang diberikan oleh laboratorium pengujian BBIA kepada pelanggannya melalui penerapan (peragaan) SNI 1 9-1 7025-2000 dengan menggunakan metode evaluasi. Metode evaluasi ini dipakai untuk mengetahui seberapa jauh konsistensi penerapan SNI 19-17025-2000 dengan mengevaluasi (memeriksa) terhadap dokumen-dokumen mutu, laporan hasil audit sistem mutu, laporan hasil kaji ulang manajemen, laporan pengaduan pelanggan, dan hasil penilaian dari lembaga sertifikasi. Kemudian diperiksa apakah ada korelasi antara kepastian mutu dengan kepuasan pelanggan berdasarkan penilaian dan persepsi pelanggan dengan menggunakan eksplanatif. Pada kajian ini teknik sampling yang dipakai adalah acak sederhana dan populasi yang dipilih merupakan pelanggan dari wilayah Jakarta, Bogor, Tanggerang dan Bekasi (Jabotabek), Pada kajian ini juga dipakai antara lain teori manajemen stratejik, pemasaran, dan sistem manajemen mutu.
Hasil kajian ini menunjukkan bahwa Laboratorium Pengujian BBIA konsisten dalam penerapan SNI 19-17025-2000, yang secara langsung memberikan kepastian mutu pada
sistem manajemen mutunya. Berdasarkan data dan informasi dari hasil print out dari program SPSS 11,0 diperoleh kesimpulan bahwa pelanggan puas terhadap mutu yang diberikan oleh laboratorium pengujian BBIA dengan penerapan SNI 19-17025-2000. Juga diperoleh hasil dari kuesioner terhadap pendapat atau persepsi dari para ahli eksternal dan internal dibidang laboratorium pengujian BBIA bahwa keberadaan dan kemampuan laboratorium pengujian BBIA sesuai dengan out put dari penerapan SNI 19-17025 secara konsisten.
Disarankan, agar dalam upaya meningkatkan kepuasan pelanggan, laboratorium pengujian BBIA perlu memberikan perhatian serius terhadap faktor-faktor lain diluar jaminan mutu antara lain: faktor-faktor pelayanan, sistem informasi pelanggan (bulletin, leaflet, web site, dll), sistem pemesanan/order, sistem pengambilan contoh yang diuji ke perusahaan, seminar, pelatihan-pelatihan, harga dan faktor-faktor lainnya yang berpengaruh kepada kepuasan pelanggan.
Hasil kajian ini belum dapat disimpulkan secara umum dan menyeluruh disebabkan masih memiliki kekurangan (keterbatasan) antara lain: ruang lingkup kajian, sampel, populasi, dart hanya bersifat pada satu studi kasus laboratorium pengujian. Oleh karena itu untuk dikemudian hari dapat diharapkan terlaksananya kajian lanjutan yang lebih solid, utuh, dan terpadu, dimana outputnya dapat memberikan manfaat dan dampak yang luas terhadap daya saing laboratorium-laboratorium uji."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2003
T12338
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rustiawan Anis
"Salah satu hasil penting KTT Bumi (1992) adalah menempatkan aspek lingkungan sebagai faktor yang berpengaruh dalam perdagangan barang dan jasa, dan melahirkan suatu pendekatan baru dalam pengelolaan lingkungan, yaitu pendekatan berorientasi pasar (market-based oriented). Pendekatan tersebut melahirkan preferensi baru dalam pengaturan standar-standar lingkungan yang berlaku global dan bersifat sukarela (voluntary), serta digunakan sebagai acuan dalam perdagangan internasional. Salah satu standar lingkungan internasional tersebut adalah standar manajemen lingkungan seri ISO-14000, dan salah satunya adalah standar sistem -manajemen lingkungan (SML) ISO-14001.
SML ISO-14001 merupakan salah satu alat atau perangkat manajemen lingkungan guna mencapai perbaikan berkelanjutan dalam pengelolaan dan pengendalian dampak lingkungan (continual improvement). Penerapan SML ISO-14001 relatif baru, sejak terbit tahun 1996 sampai pertengahan tahun 2000 diperkirakan lebih dari 14,000 organisasi di dunia telah meraih sertifikat SML ISO-14001, dimana 70 organisasi diantaranya berada di Indonesia. Dalam penerapannya, beberapa kalangan masih meragukan efektifitas penerapan SML ISO-14001 dalam mendukung tercapai dan terpeliharanya perbaikan lingkungan yang berkelanjutan (continual improvement). OIeh karena itu, peneliti tertarik untuk meneliti perkembangan penerapan SML ISO-14001 pada organisasi yang telah menerapkan dan meraih sertifikat SML ISO-14001.
2. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian yang dilakukan pada tiga organisasi yang telah menerapkan dan meraih sertifikat SML ISO-14001 paling sedikit dua tahun adalah:
a. Untuk mengetahui tingkat perkembangan penerapan SML ISO-14001;
b. Untuk mengetahui pola kinerja lingkungan (operasional);
c. Untuk mengetahui tingkat ketaatan terhadap peraturan lingkungan;
d. Untuk mengetahui manfaat yang diperoleh setelah menerapkana dan meraih sertifikat SML ISO-14001
3. Hipotesis
Hipotesis kerja penelitian adalah organisasi yang telah menerapkan dan meraih sertifikat SML ISO-14001 paling sedikit dua tahun memiliki:
a. Perkembangan SML yang lebih baik dari persyaratan minimun standar ISO-14001;
b. Pola kinerja lingkungan (operasional) yang cenderung semakin membaik dari waktu ke waktu;
c. Tingkat ketaatan terhadap peraturan lingkungan yang cenderung semakin meningkat dari waktu ke waktu;
d. Manfaat nyata penerapan SML.
4. Metode Penelitian
Objek penelitian dibatasi pada 3 (tiga) organisasi industri yang telah memperoleh sertifikat SML ISO-14001 dan telah menerapkan SML paling sedikit dua tahun, serta berlokasi di wilayah Jabotabek. Lingkup periode waktu yang diteliti pada objek penelitian adalah sejak SML pertama kali diterapkan sampai waktu penelitian dilaksanakan.
Instrumen penelitian divalidasi oleh lima ahli di bidang metodologi penelitian dan SML ISO-14001. Sebelas Orang ahli melakukan penilaian tingkat kepentingan prinsip dan elemen penerapan SML ISO-14001 dengan metode proses analisis hirarki (PAH) yang diolah dengan software Expert Choice Version 9.0.
Metode pengumpulan data lapangan menggunakan teknik audit SML, dengan instrumen: (a) daftar ujilperiksa skor tertimbang (weighting score checklist); (b) kuesioner; dan (c) daftar isian kinerja. Data dianalisis dengan menggunakan analisis statistik deskriptif, mencakup: (a) analisis kesenjangan (gap analysis); (b) analisis tabel dan grafik; dan (c) analisis kecenderungan (trend analysis) regresi kurva linier.
5. Hasil dan Pembahasan
Hasil penelitian yang diperoleh adalah sebagai berikut:
a. Penilaian ahli dengan metode PAH menunjukkan ada perbedaan tingkat kepentingan prinsip dan elemen penerapan SML ISO-14001, yaitu: prinsip pelaksanaan dan operasi (0.335), prinsip pemeriksaan dan tindakan koreksi (0.237), komitmen dan kebijakan (0.229), dan prinsip perencanaan (0.199). Sedangkan lima elemen dengan tingkat kepentingan relatif tertinggi adalah: kebijakan lingkungan (0.124), kaji ulang manajemen (0.105), pengendalian operasi (0.088), ketidaksesuaian, tindakan koreksi, pencegahan (0.083), dan struktur-tanggungjawab (0.071).
b. Rerata skor penerapan SML 1S0-14001 masing-masing organisasi penelitian adalah 54.6% (PT.ABC), 58.2% (PT.OPQ), dan 63.2% (PT.XYZ). Skor tersebut menunjukkan tidak ada perbedaan yang besar dalam penerapan SML ISO-14001 pada ketiga organisasi penelitian.
c. Rerata perkembangan (skor beyond ISO) masing-masing organisasi penelitian adalah 76.1%-(PT.ABC), 87.8% (PT.OPQ), dan 103.9% (PT.XYZ). Skor tersebut menunjukkan penerapan SML ISO-14001 pada ketiga organisasi penelitian telah melampaui persyaratan minimum standar ISO-14001.
d. Kinerja lingkungan (operasional) ketiga organisasi penelitian belum seluruhnya menunjukkan kecenderungan yang semakin membaik dari waktu ke waktu. Kinerja operasional dipengaruhi oleh: (1) tingkat kepedulian karyawan; (2) pemantauan kinerja manajemen; (3) evaluasi kinerja operasional; dan (4) alokasi biaya lingkungan.
e. Tingkat ketaatan terhadap peraturan lingkungan pada ketiga organisasi penelitian belum menunjukkan kecenderungan yang semakin meningkat dari waktu ke waktu. Kinerja ketaatan terhadap peraturan lingkungan dipengaruhi oleh: (1) tingkat pengetahuan dan pemahaman peraturan lingkungan; (2) mekanisme inspeksi lingkungan; (3) pengkajian manfaat dan biaya; dan (4) mekanisme tindakan koreksi dan pencegahan.
f. Manfaat nyata yang diperoleh organisasi penelitian selama menerapkan SML ISO-14001 dua tahun atau lebih adalah kerapihan dan kebersihan, serta meningkatnya kepedulian lingkungan karyawan.
g. Kesenjangan penerapan SML ISO-14001 terhadap praktik manajemen lingkungan terbaik (BEMP-best environmental management practices) terletak pada pendekatan rancangan sistem yang belum sepenuhnya tepat dan konsisten, baik dari segi orientasi sistem maupun karakteristik efektifitas system.
6. Kesimpulan
Kesimpulan yang diperoleh dari hasil penelitian adalah sebagai berikut:
Penerapan SML ISO-14001 pada ketiga organisasi penelitian telah berkembang Iebih baik dari persyaratan minimum standar SML ISO-14001, namun masih memiliki kesenjangan relatif terhadap praktik manajemen lingkungan terbaik (BEMP-best environmental management practices);
Pola kinerja lingkungan (operasional) pada ketiga organisasi penelitian belum seluruhnya menunjukkan kecenderungan yang semakin membaik dari waktu ke waktu selama periode dua tahun Iebih penerapan SML ISO-14001;
Tingkat ketaatan terhadap peraturan lingkungan pada ketiga organisasi penelitian belum menunjukkan kecenderungan yang semakin meningkat dari waktu ke waktu selama periode dua tahun Iebih penerapan SML ISO-14001.
Manfaat nyata yang diperoleh organisasi penelitian setelah menerapkan SML ISO-14001 dua tahun Iebih adalah kerapihan dan kebersihan, serta meningkatnya kepedutian lingkungan karyawan.

Progress Evaluation of Implementation of Environmental Management System ISO-14001 (Case Studies: 3 industries in Jabotabek Region)1. Background
Earth Summit in 1992, among other results, has put environmental aspect as significant factor to trade on goods and services. The summit has also commenced market based oriented as a new approach on environmental management. The approach brings in new preference on regulating international and voluntary environmental standards, and has used as reference in international trade. One of the standards is ISO-14000 series standard on environmental management, which includes ISO-14001 environmental management system (EMS) standard.
ISO-14001 EMS meant to achieve continual improvement within environmental impact management. Implementation of ISO-14001 EMS is relatively new, it is predicted that since its issuance in 1996 up till med of 2000, more than 14,000 organizations around the world has gained ISO-14001 certificate, includes 70 organizations in Indonesia. In the implementation, some group of people still skepticism on how effective implementation of ISO-14001 to achieve continual improvement of environmental performance. Therefore, writer interests to study progress of implementation of ISO-14001 EMS within organization that has gained and implemented ISO-14001 certificate.
2. Objectives
Objectives of the study, progress evaluation of implementation of ISO-14001 in three organizations that has gained ISO-14001 certificate for at least two years, includes:
a. To examine level of implementation progress of ISO-14001 EMS;
b. To examine model of operational environmental performance;
c. To examine level of compliance to environmental regulation;
d. To examine benefits from implementing ISO-14001 EMS.
3. Hypothesis
Hypothesis of the study is that organization that has gained and implemented ISO-14001 EMS for at least two years, should has:
a. Progress of EMS implementation that is better than minimum requirement standard of ISO-14001;
b. Pattern of operational environmental performance that is tend to continually improve;
c. Level of environmental regulation compliance that is tend to improve from time to time;
d. Gain real benefits of EMS implementation.
4.Research Methods
The study limits to three organizations that has gained ISO-14001 certificate and has implemented it for at least two years, and located in Jabotabek region. Time frame of the study is since EMS was implemented for the first time up until the time of the study.
Five experts on research methodology and ISO-14001 EMS validate instrument of the study. Eleven experts judges level of importance of each lSO-14001 principles and element by using Analytical Hierarchy Process (AHP). The judgment has developed by using Expert Choice Version 9.0 software.
Method of data collection is EMS audit by using instruments: (a) weighting score checklist; (b) questionnaires; and (c) performance evaluation form. Data has been analyzed with descriptive analytical statistic, includes: (a) gap analysis; (b) tables and graphs analysis; and (c) trend analysis of linear regression curve.
5.Results and Discussion
Results of the study are as follows:
a. Experts judgment by using AHP indicates differentiate between level of importance of ISO-14001 EMS principles and elements implementation, as follows: implementation and operation principle (0.335), checking and corrective action principle (0.237), commitment and policy principle (0.229), and planning principle (0.199). Five elements with level of importance relatively higher are as follows: environmental policy (0.124), management review (0.105), operational control (0.088), non-conformance and corrective and preventive action (0.083), and structure and responsibility (0.071).
b. Average score of ISO-14001 EMS implementation of each organization are 54.6% (PT.ABC), 58.2% (PT.OPQ), and 63.2% (PT.XYZ). The score indicates there is no big difference in ISO-14001 EMS implementation between the organizations.
c. Average beyond ISO score of each organization is 76.1% (PT.ABC), 87.8% (PT.OPQ), and 103.9% (PT.XYZ). The score indicates implementation of ISO-14001 EMS by the organizations has go beyond minimum requirement standard of ISO-14001.
d. Operational environmental performance of the organizations has not yet indicated trend of continual improvement. The operational performance has effected by: (1) level of employee awareness; (2) monitoring of management performance; (3) evaluation of operational performance; and (4) allocation of environmental budget.
e. Level of compliance to environmental regulation of the organizations has not yet indicated a positive trend from time to time. The compliance performance has determined by: (1) level of knowledge and understanding of environmental regulation; (2) environmental inspection mechanism; (3) cost-benefit review; and (4) corrective action and preventive mechanism.
f. Real benefits gained by the organizations by implementing ISO-14001 EMS for two years or more are even more clean and tidy, and increasing of environmental awareness of the employees.
g. Gap to best environmental management practices (BEMP) is a chance to the organizations to improve and leveling their EMS performance. The Gap is on approach of system design that has not yet appropriate and consistent, for both system orientation and effectiveness of system characters.
6. Conclusions
Conclusions drawn from the study are as follows:
a. ISO-14001 EMS implementation of the organizations has developed better than minimum requirement standard of ISO-14001 EMS, however there is gap to BEMP;
b. Pattern of operational environmental performance of the organizations has not yet indicated trend of continual improvement in the second year or more of ISO-14001 EMS implementation;
c. Level of environmental regulation compliance of the organizations has not yet indicated a positive trend from time to time in the second year or more of ISO-14001 EMS implementation;
d. Real benefits to the organizations for the period of the second year or more of ISO-14001 EMS implementation are cleanness and tidiness, and increasing environmental awareness of the employees.
e. Bibliography: 57 (1985-2000)"
Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2000
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Azhar Fitri
"Industri manufaktur sebagai penghasil devisa negara, berperan penting dalam memperkuat struktur perekonomian Indonesia. Kuatnya struktur industri hulu dan antara (termasuk pertambangan, pengolahan, pertanian, kehutanan, dan barang modal lainnya) sebagai penghasil bahan baku yang berkontribusi terhadap pendapatan devisa negara, serta penyelaras faktor pertumbuhan sub sektor ekonomi, akan memperkuat dasar dan mendukung percepatan pertumbuhan industri turunan/hilirnya. Krisis ekonomi dan moneter yang melanda Indonesia dan negara Asia lainnya pada pertengahan tahun 1997 mengakibatkan penutupan industri yang mengandalkan bahan baku impor. Penguatan struktur industri melalui pengisian kekosongan pohon industri diharapkan mampu mengisi peluang perluasan dan pengembangan industri hilir yang berimplikasi pada penguatan struktur industri, pertumbuhan kesempatan berusaha, pertumbuhan tenaga kerja, serta alternatif penambahan devisa negara. Melalui penelusuran pohon industri petrokimia dan besi baja diharapkan akan ditemukan peluang penumbuhan industri yang kompeten dalam menyediakan bahan baku/pendukung bagi industri hilir sesuai resource base (kekayaan sumber daya) Indonesia, added value dan prospek pasar yang cerah, sehingga menghasilkan produk yang memiliki daya saing dan daya tahan di pasar internasional didukung strategi dan kebijakan yang kondusif.
Penelitian bertujuan menggali peluang usaha industri turunan petrokimia dan besi baja yang berpotensi ditumbuhkembangkan berdasarkan ketersediaan bahan baku (local content) dan permintaan (demand) produk industri. Penelitian dilakukan dengan metode kajian kepustakaan/survei dokumentasi, metode wawancara (dan pengisian kuesioner) dari narasumber terkait, serta metode evaluasi. Analisis metode deskriptif menggunakan SWOT (Strength - Weakness - Opportunities- Threat) analysis untuk mendapatkan posisi kekuatan dan kelemahan struktur industri secara internal-eksternal, selanjutnya dievaluasi dengan uji AHP (Analytical Hierarchy Process) melalui pengolahan data primer hasil wawancara/kuesioner narasumber dari DJ-ILMEA (Direktorat Jenderal Industri Logam, Mesin, Elektronika, dan Aneka), DJ-IKAH (Direktorat Jenderal Industri Kimia, Agra, dan Hasil Hutan), DJ-KLIPI (Direktorat Jenderal Kerjasama Lembaga Industri dan Perdagangan), serta DJ-IKDK (Direktorat Jenderal industri Kecil dan Dagang Kecil), Departemen Perindustrian dan Perdagangan.
Skenario prioritas pengembangan industri dengan pendekatan konsep Porter's Diamond, mengidentifikasi faktor- faktor yang mempengaruhi daya saing industri meliputi : kondisi faktor, kondisi permintaan; industri terkait/pendukung; struktur dan persaingan; serta kebijakan pemerintah. SWOT analysis terhadap posisi industri didapat turunan petrokimia dan besi baja yang sangat berpeluang dikembangkan meliputi : Acetic Anhydride; Acrylonitrile; Aniline (phenyl amine, ammobenzene); Monoethanolamine; (Ethanol amine); 0-, M- , P-Phenylenediamine; Poly methyl methacrylate; serta Vinyl acetat (Ethanyl ethanoat); Industri turunan besi baja : Alloy Pig Iron, Shaft Bars dan Semi-finish Stainless Steel. Optimalisasi sumber daya industri dalam rangka meningkatkan daya saing industri dilakukan melalui pemanfaatan potensi internal berupa maksimalisasi kekuatan struktur industri serta minimalisasi kelemahan/dampak eksternal industri. Faktor internal meliputi : optimalisasi pemanfaatan sumber daya bahan baku, orientasi pasar, penguatan ketrampilan sumber daya manusia, fasilitas manufaktur, dan jalur distribusi. Faktor eksternal meliputi : pertumbuhan permintaan, pengguna, teknologi, harga produk, serta persaingan."
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2000
T 1804
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Simatupang, Alexander Marisi
"Minyak sawit (Crude Palm Oil - CPO ) dapat dikatakan sebagai salah satu "ujung tombak" perolehan devisa ekspor natural base tersebut. Hal ini dimungkinkan dari tiga kondisi : (1) secara komparatif ketersediaan lahan memungkinkan untuk perluasan produksi; (2) secara kompetitif minimnya pesaing menjadi alasan tersendiri; (3) sebagai bahan baku dari banyak industri, permintaan akan komoditi ini akan terus meningkat seiring dengan tumbuhnya industri-industri tersebut. Akan tetapi kinerja ekspor CPO Indonesia ternyata belum optimal memanfaatkan ketiga kondisi ini.
Tesis ini mencoba mencari aspek-aspek yang paling menentukan keberhasilan/kegagalan kinerja ekspor dalam mempertahankan/memperluas pangsa pasar CPO Indonesia di pasar internasional. Metoda pengukuran yang digunakan adalah konstanta pangsa pasar (Constant Market Share Analysis - CMSA) yang telah disempurnakan oleh Fagerberg dan Softie (1987). Intuisi dalam pendekatan menggunakan metode ini adalah bahwa pertumbuhan ekspor merupakan efek dari : fluktuasi total impor negara tujuan, permintaan terhadap komoditi bersangkutan; dan efek daya saing yang merupakan selisih ekspor aktual dan hipotetik bila suatu negara ingin mempertahankan pangsa pasar.
Berdasarkan analisis CMSA periode 1994-1998, tidak memuaskannya prestasi kinerja ekspor Indonesia yang dalam mempertahankan/memperluas pangsa nilai ternyata lebih diakibatkan oleh kondisi daya saing atau kekuatan penawaran dari dalam negeri. Hal tersebut dicerminkan dengan dominasi efek daya saing yang menunjukkan angka negatip -54,64% periode 1995-1996 dan -76,24% periode 1997-1998 di pasar UE; -53,42% periode 1994-1995 dan -39,95% periode 1997-1998 di pasar India; dan -92% periode 1997-1998 di pasar Cina. Selain itu didapati hubungan negatif antara proporsi efek daya saing dengan besarnya pajak ekspor CPO Indonesia dimana pada proporsi negatip efek daya saing diatas, terjadi pada saat tingginya pajak ekspor Indonesia.
Dengan demikian kebijakan pengekangan ekspor pemerintah Indonesia adalah aspek daya saing yang paling signifikan. Dalam jangka pendek disarankan kepada pemerintah Indonesia untuk menurunkan pajak ekspor serendah mungkin untuk menyehatkan kembali persawitan nasional.
Berdasarkan angka indeks spesialisasi perdagangan (ISP), CPO Indonesia sudah berada dalam tahap kematangan. Kondisi ini sangat rentan terhadap penurunan daya saing karena sebagai komoditi primer, bargaining power pembeli sudah sangat kuat karena terus-menerus melakukan efisiensi di segala aspek (continues improvements). Dengan demikian, bersama para pengusaha sawit nasional pemerintah Indonesia disarankan untuk sedini mungkin mengembangkan industri derivatif. Dengan kata lain untuk mengoptimalkan keunggulan komparatif dari CPO, spesialisasi harus dilakukan melalui industri hilir.
"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2000
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Adinda Arimbi Saraswati
"Tujuan dari pembentukan Kawasan Industri Berwawasan Lingkungan (KIBL) adalah untuk memperbaiki kinerja ekonomi bagi industri-industri didalamnya dengan cara meminimalkan dampak lingkungan. Pola pendekatan yang digunakan meliputi desain infrastruktur kawasan dan industri berwawasan lingkungan, produksi bersih, efisiensi energi dan kemitraan antar perusahaan. Kawasan industri di Indonesia pada umumnya berupa kumpulan industri yang belum memiliki hubungan satu dengan yang lain. Konsep Kawasan Industri Berwawasan Lingkungan sangat penting untuk diterapkan mengingat daya dukung alam semakin menurun dibandingkan pertumbuhan industri yang begitu cepat. Dengan memasukkan pertimbangan aspek lingkungan pada tahap perencanaan, akan dapat dihasilkan suatu kegiatan industri yang tidak hanya lebih ekonomis tetapi juga berwawasan lingkungan. Kegiatan industri dewasa ini tidak dapat lagi berjalan apa adanya, yaitu dengan kebiasaan mengeluarkan limbah yang merusak lingkungan. Perusahaan KI yang berperan sebagai pengelola KI mempunyai tanggungjawab untuk melakukan pengelolaan dari efek kegiatan industri yang ada didalamnya, upaya tersebut diharapkan mampu mengurangi risiko bagi lingkungan dan masyarakat Dengan demikian salah satu kunci keberhasilan KIBL adalah adanya pengelolaan kawasan yang mampu mengintegrasikan antara lingkungan kawasan, komunitas industri dalam kawasan dan interaksi dengan masyarakat sekitar.
Penelitian ini mengidentifikasi seberapa jauh upaya yang dilakukan oleh Pengelola Kawasan Industri sehingga dapat memenuhi kaidah-kaidah KIBL dan dapat terus menjadi acuan bagi kawasan industri lain. Penelitian ini bertujuan untuk memberi masukan bagi konsep pengelolaan Kawasan Industri Berwawasan Lingkungan dengan memperhatikan hambatan-hambatan yang dihadapi pengelola.

The purpose of the establishment of Eco Industrial Park is to improve the economic performance of Industries in it by way of minimizing environmental impact. Patterns used approach involves the area of infrastructure design and environmental friendly Industries, cleaner production, energy efficiency and partnership between companies. Industrial estates in Indonesia are generally a collection of industry that does not have relationships with each other. KIBL very important concept to be applied given the natural carrying capacity compared to declining growth in the indusfry so guickly. By induding the consideration of environmental aspects at the design stage, will be produced by an industry that is not only more economical but also environmental friendly. Industrial activity today can no longer walk as it is, is business as usual 'with the habit out environmentally damaging waste. KI Company that acts as the manager of KI has a responsibility to make the management of the effects of industrial activities is therein; these efforts are expected to reduce the risk to the environment and society. Thus one key to success is the management KIBL able to integrate the area between the environmental area, communities and Industries in the region of interacbon with the surrounding community.
This study identifies how far the efforts made by the Industrial Management in order to meet the rules and KIBL can continue to be a reference for other industrial areas. This study aims to provide input for the concept of management of Eco Industrial Park by considering the constraints faced by managers.
"
Jakarta: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2009
T26840
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Sharah Nadya
"ABSTRAK
Berbagai penelitian mengungkapkan bahwa Sistem Manajemen Lingkungan SML ISO 14001 memiliki banyak manfaat untuk perusahaan. SML ISO 14001:2004 telah diterapkan oleh PT.X akan tetapi dari hasil audit ekternal masih ditemukan ketidaksesuaian dengan persyaratan ISO 14001 terutama pada masalah pengendalian operasional yang berkaitan dengan masih kurangnya kontrol pengawasan terhadap tumpahan limbah B3, belum adanya analisis resiko K3 dan lingkungan, dan kurangnya pendataan undang-undang yang berlaku. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis peran manajemen puncak dalam pengoptimalan kinerja SML ISO 14001:2004 dan untuk memperbaiki kekurangan yang muncul dalam penerapan SML ISO 14001:2004 di PT.X berdasarkan pola PDCA. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah kombinasi kuantitatif dan kualitatif, jumlah sampel sebanyak 28 pekerja dihitung dengan menggunakan metode Slovin. Pemilihan karyawan menggunakan metode simple random sampling. Metode analisis dalam penelitian ini adalah metode deskriptif analitis. Hasil penelitian diolah dengan metode univariat, bivariat, dan multivariat. Hasil analisis univariat komitmen manajemen menunjukan training terkait aspek lingkungan secara regular belum dilakukan, umpan balik-kaji ulang sudah baik hal ini dibuktikan dengan tinjauan manajemen dan laporan ketidaksesuaian ditindaklanjuti dengan baik. Penghargaan hanya mencakup penerapan tindakan disiplin, namun untuk pemberian reward/kompensasi belum diberikan. Kinerja SML ISO di PT.X sudah baik namun pengendalian terhadap tumpahan limbah B3 harus dilakukan, analisis risiko tentang K3 dan lingkungan juga harus diidentifikasi. Hasil analisis bivariat menunjukkan hubungan yang sedang dan positif antara komitmen manajemen dan kinerja SML ISO 14001:2004 dengan nilai korelasi r = 0,405. Hubungan yang sedang dan positif pada umpan balik - kaji ulang dan kinerja SML ISO 14001:2004 dengan nilai korelasi r = 0,416, dan hasil analisis menunjukkan hubungan yang kuat dan positif pada penghargaan dan kinerja SML ISO 14001:2004 dengan nilai korelasi r = 0,721. Hasil analisis multivariat menunjukkan hubungan yang kuat dan positif dengan nilai korelasi r = 0,705. Kesimpulan yang dapat diambil dari hasil analisis tersebut adalah peran manajemen puncak terhadap pengoptimalan kinerja SML ISO 14001:2004 di PT. X cukup baik. Partisipasi manajemen puncak memainkan peran penting dalam optimalnya kinerja SML ISO 14001:2004. Program Sistem Manajemen Lingkungan ISO 14001 tidak dapat berjalan secara efektif tanpa partisipasi yang aktif, komitmen yang baik dan berkelanjutan dari manajemen puncak.

ABSTRACT
The Environment Management System EMS provide benefits for the company. The EMS ISO 14001 2004 has been implemented by PT.X, but from the results of external audit, its still found a non conformity especially on operational control issues on lack of control over the hazardous material spills, there is no safety and health risk analysis, and less validity of applicable law data, so it makes the performance of EMS ISO 14001 2004 has not optimized. The purpose of this study is to analyze role of top management in optimizing the performance of EMS ISO 14001 2004 and to correct the deficiencies that arise in the application of EMS ISO 14001 2004 based on PDCA. This study use quantitative and qualitative method. Selection of respondent use simple random sampling method. The sample of 28 workers were calculated using the Slovin method and analysis use analytical descriptive method. The results of this study were processed by univariate, bivariate,and multivariate. The univariate analysis results of management commitment shows training on environmental aspect has not been done regularly, the feedback ndash review such as management review has been organized. The rewards only cover for disciplinary action, but for compensation has not been given. The performance of EMS ISO about control of spills hazardous material should be done, risk analysis of occupational safety and health OSH and the environment risk analysis should have been identified. The bivariate analysis results shows a medium and positive relationship between commitments management and performance of EMS ISO 14001 2004 with correlation value r 0,405. Feedback review and performance on of EMS ISO 14001 2004 shows medium and positive relationship with correlation value r 0,416. The reward and performance of EMS ISO 14001 2004 shows strong and positive relationship with correlation value r 0,721. The multivariate analysis shows strong and positive relationship between commitment management, feedback review, rewards and performance EMS ISO 14001 2004 2004 with correlation value r 0,705. The conclusions can be drawn from the result is the participation of top management at PT.X is considerably good. The participation of top management plays an important role to optimum performance of EMS ISO 14001 2004. The environmental management system program can not run effectively without active participation, good commitment and continuously from top management."
2018
T50815
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Luciawati Sunarjo
"ABSTRAK
Pada tahun 2006 di Indonesia tercatat ada 81 kawasan industri yang telah beroperasi dari 203 kawasan industri yang memiliki ijin pengusahaan kawasan industri, dengan total Iuas kawasan ± 67.000 Ha. Prinsip Eco-Industrial Park (EIP) sejak tahun 1999 sudah mulai diterapkan di beberapa negara maju termasuk negara-negara di Asia seperti Jepang, China, India, Thailand, Philipina, dan Korea dan terbukti dapat meningkatkan manfaat ekonomi, Iingkungan, dan sosial. Namun di Indonesia pengembangannya hingga saat ini masih terkesan lambat. Kawasan Industri Jababeka merupakan satu-satunya kawasan industri di Indonesia yang berinisiatif untuk mengembangkan EIP yang ditawarkan oleh Kementerian Lingkungan Hidup dalarn kerangka Program Lingkungan Hidup Indonesia-Jarman (ProLH), tapi sejauh ini belum diketahui efektifrtas dan efisiensi dalam pengembangannya.
Tujuh prinsip EIP berdasarkan -teori terdiri dari: (1) integrasi ke dalam sistem alam; (2) sistem energi; (3) aliran material dan pengelolaan Iimbah dari seluruh industri; (4) air; (5) pengelola kawasan yang efektif; (6) rehabilitasi infrastruktur, (7) integrasi kawasan industri dengan masyarakat sekitar, telah diterapkan oteh para pengusaha industri di dalam Kawasan industri Jababeka sebanyak 3 (tiga) prinsip yaitu integrasi ke dalam sistem alam, prinsip air, dan prinsip rehabilitasi infrastruktur. Hal ini terkait dengan masalah resources sustainability dan penghematan biaya. Prinsip EIP yang sudah diterapkan di Kawasan Industri Jababeka tersebut, signifikansinya menjadi suatu EIP masih rendah karena belum menyentuh pembangunan sistem. Sedangkan menurut penilaian 15 orang ahli dengan metode AHP menunjukan adanya perbedaan tingkat kepentingan prinsip, elemen-elemen dan altematif kebijakan pencapaian suatu EIP. Berdasarkan penilaian para ahli alternatif kebijjakan untuk percepatan tercapainya Kawasan industri Jababeka menjadi suatu EIP adalah pengembangan penggunaan teknologi ramah lingkungan."
2007
T 20850
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Akhmad Syihabuddin
"ABSTRAK
Dibangunnya kawasan hijau dalam bentuk hutan kota di sekitar kawasan industri Pulogadung atas dasar keyakinan peranan fungsi jasa ekologis komunitas berbagai jenis tumbuhan yang dinilai mampu memperbaiki kualitas lingkungan kawasan industri. Tujuan penelitian adalah untuk menganalisis dinamika pertumbuhan hutan kota, kondisi iklim mikro, besaran karbon, pengetahuan dan sikap masyarakat, dan upaya pengelolaan hutan kota kawasan industri. Penelitian dilakukan di Hutan Kota kawasan Industri Pulogadung, Kelurahan Rawa Terate, Kecamatan Cakung, Kota Jakarta Timur. Sampel vegetasi terdiri dari 3 petak tunggal, sedangkan sampel manusia terdiri atas 40 responden dan 2 informan. Struktur dan komposisi vegetasi yang mendominasi di Hutan Kota Kawasan Industri Pulogadung Trembesi Samanea saman untuk fase pohon dengan INP 74,98 ; Mahoni Swietenia mahagoni untuk fase tiang dengan INP 177,67 ; petai cina Leucaena leucocephala untuk fase pancang dengan INP 61,33 . Profil vegetasi menunjukkan kriteria pohon masa kini 100 didominasi oleh model arsitektur Troll dengan kerapatan vegetasi pohon 225 individu/Ha. kondisi iklim mikro masuk kategori tidak nyaman yaitu 29,75, padahal kondisi idealnya atau kondisi nyaman pada kisaran 25,0-

ABSTRACT
The construction of green areas in the form of urban forest around Industrial Estate Pulogadung on the basis of the role of faith communities ecological service functions of various types of plants are considerably to improved the environmental quality of industrial estates. The purpose of the study is to analyze the dynamics of the growth of the urban forest the micro climatic conditions the amount of carbon the knowledge and attitudes and the urban forest manegement efforts industrial estate. The study was conducted the Urban forest Industrial Estate Pulogadung, East Jakarta. Samples of vegetation consist of 3 single swath, while the human sample consisted of 40 respondents. The structure and composition of vegetation that dominates in Urban forest Industrial Estate Pulogadung Samanea saman for phase IVI tree with 74.98 Swietenia mahagoni for phase pole with IVI 177.67 Leucaena leucocephala for phase with IVI 61,33 stake. Profile vegetation shows trees criteria today 100 dominated by Troll architectural model with a density of 225 trees vegetation individuals ha. micro climatic conditions in the category of uncomfortable 29.75 , whereas the condition or conditions ideally convenient in the range 25,0 "
2017
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2   >>