Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 141 dokumen yang sesuai dengan query
cover
cover
S.M. Tjandrakesuma
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 1986
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hianly Muljadi
Abstrak :
Serial Harry Potter karangan J. K. Rowling yang menjadi best seller dunia bukan saja mengundang pujian, tapi juga menuai protes dan pencekalan dari kelompok religius konservatif di beberapa negara bagian Amerika Serikat. Serial ini dituding menyebarkan kepercayaan akan Iblis dan mempromosikan tenung lewat sihir yang melatarbelakangi kisah dalam serial ini. Namun, pencekalan serial Harry Potter rupanya tidak terjadi di Indonesia. Pembaca Indonesia tampaknya tidak terpengaruh sama sekali dengan isu ini, walaupun bukan berarti berita tersebut tidak diketahui sama sekali oleh mereka. Dalam penelitian ini saya melakukan identifikasi dan klasifikasi terhadap para pembaca serial Harry Potter di Indonesia sehubungan dengan reaksi dan tanggapan mereka terhadap unsur sihir dalam serial tersebut. Saya juga mengungkapkan ideologi yang melatar belakangi reaksi dan tanggapan mereka tersebut. Dalam penelitian ini saya menggunakan pendekatan cultural studies, terutama melalui teori Encoding dan Decoding yang dikemukakan Stuart Hall, serta model penelitian audience research yang dilakukan oleh Ian Ang. Setelah menyelesaikan klasifikasi dan analisis ideologi terhadap para pembaca serial Harry Potter di Indonesia, saya berpendapat bahwa adalah suatu hal yang tidak mungkin untuk mendapatkan satu tafsir yang seragam terhadap sebuah teks, seperti sama tidak mungkinnya untuk menemukan satu ideologi yang terunggul yang bisa mengakomodasi semua tafsir yang ada dalam benak pembaca suatu teks. Written by an English author, J. K. Rowling, the Harry Potter series that became the world best seller not only received excellent reviews but also strong objection and banning from conservative religious groups in some parts of the United States. The series was accused of spreading Evil beliefs and promoting witchcraft through magic, which becomes the central theme of the story. The banning of the Harry Potter series did not happen in Indonesia Indonesian readers did not seem to be affected by the accusation at all. But this did not mean that Indonesian readers were completely indifferent to the news. In this research I identify and categorize Harry Potter readers in Indonesia based on their reactions and comments towards the element of magic in the series. I also analyze the ideology behind those reactions and comments. In this thesis I use the cultural studies approach, especially the Encoding Decoding theory by Stuart Hall and audience research methods used by Ian Ang. After finishing the classification and analyzing the ideology of Harry Potter readers in Indonesia, I am of the opinion that it is impossible to create one definite reading towards a text, as it is also impossible to find the best ideology that can accommodate all readings articulated by the readers.
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2004
T11837
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Harfiyah Widiawati
Abstrak :
Pesatnya perkembagan teknologi informasi membuat website menjadi sebuah ruang penandaan yang bisa menjangkau khalayak global. Keterbatasan ruang dan waktu yang ditiadakan oleh website memungkinkan orang untuk berbagi tanda, berbagi makna, dan berbagi ide, kapanpun dan di manapun. Akibatnya informasi dapat mengalir dengan cair, masuk dan pergi ke benak orang dan budaya yang berbeda. Sirkulasi ideologipun terjadi di ruang penandaan ini. Simbol-simbol yang ditata dengan pengaturan tertentu akan menimbulkan makna-dan ideologi-yang tertentu pula. Dalam advertensi, pengorganisasian tanda menjadi penting untuk menciptakan sebuah imaji. Website, yang salah satu fungsinya adalah advertensi, mensirkulasikan dan mendistribusikan sistem penandaan sesuai ideologi yang ingin diusungnya, karena itu penelaahan terhadap penataan website dapat membongkar bangun ideologi yang menyangganya. Website The British Council memuat segala informasi yang boleh diketahui orang mengenai institusi budaya ini. Analisis wacana yang penulis lakukan terhadap situs www.britishcouncil.org ini menunjukan banyak sekali tegangan, dan kontradiksi antara pengaturan tanda, proses penandaan dalam konteks sejarah perpolitikan dunia, dan makna yang ditimbulkan oleh penandaan itu. Dengan melihat makna lapis ke dua yang muncul dari sistem penandaan situs ini, dapat diketahui ideologi apa yang bersirkulasi dan dianut oleh lembaga budaya ini, sekaligus implikasi politis dari pendistribusian makna penandaan ini.
The rapid development of information technology promotes website as a space of signification that can reach global audience. The limitation of lime and space eliminated by website enables one to share signs, meanings and ideas every time and everywhere. As a consequence, information can flow fluidly, in and out, to and fro in the mind of people of different cultural background. Hence, circulation of ideology occurs in this very process of sign faction. The symbols arranged in particular organization would create particular meaning-and ideology -as well. In advertencies, the organization of signs becomes important to create certain image. Website, whose function among others is advertency, circulates and distributes signification system based on the ideology that it carries, therefore an analysis toward the organization of the website can deconstruct the building of ideology that construct it. The British Council website includes all the information which can be made available for people about this cultural institution. A discourse analysis, done by the writer, toward the site of www.britishcouncil.org shows that there are tensions as well as contradictions among the organization of the signs, the signification process in the context of the political history of the world, and the meaning established by the signification. By looking at the second order meaning of the signification system on the cite, we can acknowledge the kind of ideology that this cultural institution circulates and is trying to build, as well as the political implication of the distribution of such signification meaning.
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2003
T11802
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Endah Triastuti
Abstrak :
Tesis ini menelusuri bagaimana implikasi pengubahan yang dilakukan Disney dalam film animasi Mulan terhadap perempuan dan masyarakat Cina dengan menggunakan alat analisa semiotik Roland Barthes. Sistem bertingkat pada semiotik Barthes memperlihatkan bagaimana sebuah pesan yang sama, yaitu Mulan, dapat dilihat dari sisi yang berbeda. Menurut Disney, Mulan menjadi sebuah pesan tentang kepahlawanan seorang perempuan, karenanya Disney berani mengklaim bahwa Mulan dibuat dengan rasa keberpihakan kepada perempuan dan masyarakat non Barat. Dilihat dari kerangka pemikiran feminisme dan mengacu pada perbedaan antara versi Cina dan versi Disney, film animasi Mulan menjadi sebuah pesan bahwa perempuan mengalami subordinasi yang bertingkat-tingkat. Subordinasi pertama terhadap perempuan terjadi ketika seseorang terlahir dengan jenis kelamin perempuan. Dengan bertopang pada mitos, masyarakat telah memberikan sekumpulan karakter pada perempuan yang mereka sebut sebagai karakter feminin. Masyarakat menjadikan karakter tersebut sebagai alasan yang kuat untuk menyebut perempuan sebagai mahluk yang subordinat dan menindas perempuan. Subordinasi berikutnya terhadap perempuan terjadi ketika karakter feminin yang seolah menjadi karakter alamiah perempuan dilekatkan pada sesuatu (benda/orang/kelompok). Sehingga pada akhirnya apapun yang dinilai memiliki karakter feminin akan ditempatkan pada posisi yang subordinat dan mengalami penindasan. Karena mereka yang ingin berkuasa atas sesuatu pada akhirnya menggunakan cara-cara yang sama dengan cara-cara yang digunakan laki-laki untuk menguasai perempuan. Melalui pendekatan etnografis, saya menemui bahwa di tingkat penonton terdapat tiga kelompok berkenaan dengan makna yang mereka berikan terhadap Mulan: yaitu kelompok lover, kelompok ironist serta kelompok hater.
Jakarta: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2004
T11970
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Djoko Tri Budi Widyanto
Abstrak :
Pendahuluan
Karsinoma serviks uterus merupakan satu di antara keganasan pada wanita yang penting. Di negara-negara maju ia menduduki urutan setelah kanker payudara, kolorektum dan endometrium, sedangkan di negara negara yang sedang berkembang kanker serviks uterus menempati urutan pertama (2,26).

Di Amerika Serikat, The American Cancer Society memperkirakan kasus-kasus baru karsinoma serviks uterus yang invasif, selama tahun 1981 ditemukan sebanyak 16.000 kasus dengan kematian 7.200 kasus (dikutip dari 13,39). Pada tahun 1987, angka ini sedikit berubah, ialah ditemukan 14.000 kasus baru dengan 6.800 kasus kematian (dikutip dari 17).

Di Indonesia, walaupun kita belum mempunyai sistem registrasi dan pelaporan yang baik, Departemen Kesehatan Republik Indonesia memperkirakan penderita kanker sekitar 50 per 100.000 penduduk, dengan karsinoma serviks uterus menduduki urutan pertama (dikutip dari 30).

Di Rumah Sakit Dr. Cipto Mangunkusumo Jakarta, dari tahun 1978-1982 ditemukan kanker ginekologik sebanyak 3.874 dan 73% di antaranya ialah karsinoma serviks uterus. Dari angka angka yang dikumpulkan Bagian Patologi Anatomik Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia Jakarta, dari tahun 1979-1980, tampak bahwa karsinoma serviks uterus menempati urutan pertama, yang disusul kanker payudara dan kulit (2). Selama tahun 1985, di tempat yang sama, MANGUNKUSUMO dkk. melaporkan bahwa di antara 10 tumor ganas primer yang tersering menurut lokasi, kanker serviks uterus tetap menduduki urutan pertama (24,4%), disusul kanker payudara 20,1% dan rektum 6,6% {22).

Karsinoma serviks uterus pada umumnya terjadi pada wanita golongan sosial ekonomi rendah (2,26).

Pada umumnya penderita datang pada stadium yang sudah lanjut. WAGGONER dan SPRATT (1969), menemukan 374 dari 945 kasus karsinoma serviks uterus {39,58%) berada pada stadium III (36).

Telah disepakati oleh para ahli, bahwa dalam penentuan tingkat klinik penyakit karsinoma serviks uterus diperlukan pemeriksaan pemeriksaan rutin ialah pemeriksaan fisik, pelvis, pemeriksaan radiologik foto toraks dan urografi intravena, sistoskopi serta rektosigmoidoskopi (2,4,13,15,17,26,29,36, 37,38,39).

Akhir akhir ini, dengan ditemukannya alat alat canggih seperti Tomografi Komputer dan Magnetic Resonance Imaging, pusat-pusat kedokteran di luar negeri telah mencoba untuk mengevaluasi perluasan kanker serviks uterus dengan alat-alat tersebut (4,12,13,17,19,28,37,38,39). Pemeriksaan dengan alat alat tersebut masih mahal, apalagi penderita penderita karsinoma serviks uterus umumnya berasal dari kalangan sosial ekonomi rendah. Sehingga untuk penentuan perluasan penyakit, pemeriksaan urografi intravena tetap merupakan pemeriksaan radiologik yang tidak ditinggalkan (2,4,13,15,17,26,29,36,37,38,39).

Pemeriksaan urografi intravena merupakan bagian pemeriksaan yang penting dalam evaluasi awal kanker serviks uterus oleh karena dapat memperlihatkan adanya obstruksi ureter yang menunjukkan bahwa tingkat penyakit telah lanjut, yaitu stadium IIIB dan keadaan tersebut menentukan harapan hidup penderita (dikutip dari 13). Gambaran abnormal urogram intravena yang ditemukan sebelum pengobatan berhubungan erat dengan prognosis yang buruk (dikutip dari 36). Pada stadium lanjut, dengan pemeriksaan urografi intravena dapat ditemui adanya obstruksi traktus urinarius/hidronefrosis. FRIEDLAND dkk.(1983), menemukan 15-35% kasus dengan hidronefrosis unilateral maupun bilateral {11). Sedangkan MESCHAN dkk. {1984) menemukan

hidronefrosis pada 20% kasus (24). Adanya hidronefrosis menunjukkan prognosis yang buruk (7). Sebab utama kematian penderita karsinoma serviks uterus ialah gagal ginjal akibat obstruksi ureter bilateral (11)?

1991
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dewi Syafriyetti Soeis
Abstrak :
ABSTRAK
Karsinoma serviks uteri merupakan keganasan ginekologik yang terbanyak ditemukan di Indonesia. (5,12,16) Dari tahun 1978-1982 di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo ditemukan kanker ginekologik sebanyak 3874 dan 73 96 diantaranya ialah kanker serviks uteri.

Banyak upaya yang telah dilakukan untuk penemuan secara dini karsinoma serviks uteri ini yang pada umumnya meliputi pemeriksaan kolposkopik dan sitologi. (2,17) Lebih dari 50% dari seluruh penderita datang pada stadium lanjut. Untuk pengobatan dari karsinoma ini tergantung pada stadium tumor saat penderita datang berobat antara lain meliputi bedah, radiasi dan khemoterapi. (11)

Untuk menilai perluasan proses maupun untuk persiapan pengobatan diperlukan pemeriksaan laboratorium, foto thoraks, pielografi intra vena ( PIV ), sistoskopi dan sigmoidoskopi.

Cara pengobatan ditentukan oleh stadium penyakit dimana pada stadium I dan stadium 1I awal bisa diobati dengan salah satu terapi radiasi atau histerektomi radikal. Untuk tumor dengan stadium yang lebih lanjut, terapi radiasi merupakan pilihan utama.

Dengan pemeriksaan PIV dapat mengetahui tumor yang timbul di kelenjar getah bening paraaorta, dinding panggul, parametrium atau vesika urinaria. Tumor tersebut dapat mendesak atau menyumbat ureter, sehingga akan timbul hidroureter, hidronefrosis atau afungsi ginjal. Pemeriksaan penunjang PIV ini juga dibutuhkan untuk ikut menentukan stadium dari karsinoma serviks uteri.(2,10) Di RSCM sebelum dimulainya pengobatan karsinoma serviks uteri ini secara rutin dilakukan pemeriksaan PIV ini.
1989
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hondo Supeno
Abstrak :
Latar Belakang Masalah
Telah dikenal berbagai cara untuk pemeriksaan adanya penyakit jantung koroner baik secara invasif maupun non invasif, untuk menentukan jenis dan lokasi kelainan tersebut.

Salah satu pemeriksaan non invasif yang kini telah dapat dikerjakan di Indonesia adalah pemeriksaan perfusi miokard dengan memakai Thallium 201 (3).

Pada tahun 1973, Zaret dan Strauss telah mempergunakan potasium 43 untuk pembuatan perfusi miokard terhadap penderita transien miokard iskemi (3). Kemudian pada tahun 1975 dipergunakan Thallium 201, sebagai analog dari potasium untuk pemeriksaan perfusi miokard. Pada tahun 1976 Ritchie dkk melaporkan penggunaan Thallium 201, dimana pemeriksaan kedua dilakukan 2 jam kemudian tanpa disuntik Thallium.

Diantara berbagai kelebihan dari pemeriksaan perfusi ini juga didapatkan beberapa kelemahan, yaitu adanya organ-organ sekitar seperti ventrikel kanan, diafragma, jaringan lemak (terutama pada wanita adanya payudara) gaster dan hepar yang ikut mengambil Thallium 201.

Pemeriksaan ini mempunyai sensitifitas dan spesifisitas tertentu, tergantung pembuluh koroner mana yang terkena, derajat penyempitan, berapa buahkah pembuluh yang terkena, apakah satu pembuluh atau beberapa pembuluh (1,4,5,7).
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 1990
T58514
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Nasir
Abstrak :
ldentitas agama dan militanisme dalam karya saslra telah lama muncul, yaitu sejak tahun l940-an, tidak hanya di Timur tengah , tetapi juga di Asia selatan. Mereka umumnya mengangkat pertanyaan-pertanyaan yang berhubungan dengan identitas agama. Berdasarkan pengamatan bahwa identitas agama bukanlah sesuatu yang esensial dan fundamental, namun sesuatu yang tidak esensial. Penulis mencoba melihat problema identitas agama dan militanisme dalam novel Train to Pakistan dan Laffa, Penulis melakukan analisa terhadap tokoh, konflik, latar, sudut pandang dan nada untuk membcrikan gambaran hal-hal yang berhubungan dengan konsep idcntitas agama dan militanisme. Train to Pakistan menyorot seorang pemuda Pakistan yang pemah mengecap pendidikan di Barat dan menetap di India. Iqbal merupakan lokoh yang menjalankan misi organisasi BIP di Mano Majra sebagai daerah konflik. Ia bergelimang dengan problema identitas agama untuk menoapai tujuannya, meskipun gagal. Dalam novel yang sama seorang tokoh yang bemama Jugga mengalami konflik yang sama, tetapi deugan cara yang berbeda. Ia berpisah dengan kekasihnya Noora karena konflik agama. Kckasihnya beragama Islam scdangkan dirinya Sikh. Pada hal bagi mereka berdua agama bukanlah penghambat dalam membina tali kasih, temyata agama dapat memisahkan mereka. 'I`okoh yang lain adalah Malli, seorang pencuri kelas kakap, yang mengaku sebagai sikh deng n tujuan untuk menindas, merampas, dan membunuh umat Islam. Ia sclalu terlibat dalam bcrbagai konflik, bail: dengan temannya maupun dengan orang Iain. Identitas agama dalam Lajja sama problemanya dengan Train to Pakistan. Novel tersebut mengangkat stereotip Islam yang tidak toleran dan bnital yang ditunjukkan dengan perilaku militan oleh tokoh-tokoh dalam novel. Mesldpun demikian, stercotip tersebut tidak ada relevansinya dengan kehidupan umat yang scbenarnya. - Problema identitas agama dan militanisme dipresentasikan dalam kedua novel penuh dcngan kesulitan. Konflik diantara tokoh-tokoh menunjukkan bahwa perjuangan mereka untuk mcmbentuk identitas tidak pemah tetap, selalu berubah~ ubah. Karcna posisi mereka berubah akibat pengaruh politilc. Pengarang tersirat dalam kedua novel sangat perhatian terhadap isu idcntitas agama karena pemikiran mereka tentang identitas tersebut sangat erat kaitannya dcngan pluralisme agama dibandingkan dengan singularitas. Mereka mcnyarankan agar idcntitas agama tidak dipermasalahkan dalam kehidupan bemegaia dan bermasyarakat, khususnya di Pakistan dan Bangladesh.
Abstract
Religious identity and militanism in litarary work has been coming up since 1940s, was not only in the Midle East, but also in the South Asia. Most of them explore questions of religious identity and militanism. Based on the observation that religious identity is not an essential and fundamental, but it is anti essential. The present writer tries to focus on religious identity and militanism in Train to Pakistan and Lalja. The writer carries out an analysis of character, conflict, setting, point of view and tone to give a description of the matter which is related to the concepts of religious identity and militanism. Train to Pakistan focused on a Pakistanise young man who is westem educated and lived in India. Iqbal is a prominent figure who carried out his BJP organization mission in the conflicted area, namely Mano Majra. He is involved with religious identity in order to get his aim, yet it is fail. ln the same novel another figure named Jugga had the same problem, but in di&`erent way. He is a part from his girl friend, Noora, because of religion conflicts. His girl ti'iend's identity is Islam and he is Sikh. For both of them, religion is not a barrier or an obstacle in loving each other. Another tigure is Malli, he is a dacoit and claims that his religion is Sikh, in order to be able to oppress the muslim, to loot and to kill them freely. He is always involved with conflicts between his friends and other believers. Religious identity in Lajja is as problematic as in Train to Pakistan. It supports the stereotype that Islam is intolerant and brutal as shown by the militanism attitudes of the characters in the novel. Yet, this stereotype is not relevance to the real life of ummat. The problems of religious identity and militanism represented in both novels are complicated. Conflicts between characters show that their struggle to construct religious identity is not perfect, but alwayas changes. These changes are caused by their political will and situation. The implied authors of the two novels are concemed with issues of religious identity and their rethinking of term redefines it in tenns of religious pluralism rather than singularity. They suggest that religious identity is not questioned in the state life and in corelation with one-another, especially in Pakistan and Bangladesh.
Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2000
T5287
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tauhid Ahmad
Abstrak :
Sejak diterapkannya sistem nilai tukar floating pada Agustus 1997, gejolak nilai tukar rupiah semakin sulit diprediksi. Oleh karena itu, otoritas moneter perlu mengestimasi nilai tukar keseimbangan yang mencakup faktor-faktor fundamental perekonomian maupun non fundamental perekonomian. Nilai tukar keseimbangan diperlukan dalam rangka mengetahui misalignment nilai tukar sehingga ekspektasi nilai tukar di pasar juga dapat diketahui lebih dini. Salah satu pendekatan yang digunakan untuk rnengetahui nilai tukar keseimbangan yaitu pendekatan Behavioral Equilibrium Exchange Rate (BEER) dimana variabelnya yaitu resiko (indeks country risk), perbedaan suku bunga dalam dan luar negeri rill, asset luar negeri bersih, terms of trade, produktifitas dan harga minyak rill. Penelitian ini bertujuan mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi nilai tukar n it berdasarkan pendekatan BEER tersebut, keseimbangan nilai tukar rill jangka pendek dan panjang serta misalignment selama periode penelitian. Metode yang digunakan yaitu aplikasi time series yang terdiri dari uji unit root untuk mengetahui suatu variabel stationer atau tidak, uji kointegrasi untuk mengetahui apakah pendekatan tersebut mempunyai hubungan jangka panjang atau tidak, serta metode koreksi kesalahan (ECM) untuk mengetahui apakah pendekatan tersebut mempunyai hubungan jangka pendek atau tidak. Selanjutnya, untuk mengetahui misalignment nilai tukar maka digunakan selisih antara nilai tukar rill efektif aktual dengan nilai tukar keseimbangan. Periode penelitian dilakukan pada observasi September 1992 hingga Desember 2002, observasi September 1992 - Juli 1997 maupun observasi Agustus 1997 hingga Desember 2002. Hasil estimasi menunjukkan bahwa pada periode observasi September 1992 hingga Desember 2002, variabel indeks country risk, perbedaan suku bunga dalam dan luar negeri rill, terms of trade, produktifitas, asset luar negeri bersih dan harga minyak nil merupakan faktor fundamental BEER yang signifikan mempengaruhi nilai tukar riil efektif pads jangka panjang, termasuk dummy krisis. Namun pads jangka pendek, hanya variabel terms of trade yang tidak signifikan mempengaruhi nilai tukar rill efektif. Hasil analisis ini sejalan dengan pemecahan periode analisis pada bagian selanjutnya sehingga membuktikan adanya structural break pada periode krisis. Pada periode September 1992-.luli 1997, variabel indeks country risk, produktifitas, asset Iuar negeri bersih dan harga minyak iii! merupakan faktor fundamental dalam pendekatan BEER. Hanya dua variabel yang tidak signifikan yaitu perbedaan suku bunga dalam dan luar negeri rill dan terms of trade. Sedangkan pada jangka pendek hampir semua variabel siginifikan mempengaruhi nilai tukar rill rupiah, kecuali variabel terms of trade. Pada periode Agustus 1997-Desember 2002, indeks country risk, produktifitas, asset luar negeri bersih dan perbedaan suku bunga dalam dan luar negeri signifikan mempengaruhi nilai tukar efektif pada jangka panjang, kecuali terms of trade serta perbedaan suku bunga dalam dan luar negeri Pada jangka pendek, hampir semua variabel yang digunakan dalam pendekatan BEER mempengaruhi nilai tukar nil efektif, kecuali variabel terms of trade. Dari grafik misalignment juga membuktikan bahwa secara keseluruhan, variabel-variabel fundamental dalam model BEER dapat menjelaskan keseimbangan nilai tukar riil. Kemudian, sejak dimulainya era floating, misalignment semakin mengecil yang artinya nilai tukar rill aktual semakin mendekati nilai tukar keseimbangannya.
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2004
T18874
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>