Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 12 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Bona Adhista
"Latar Belakang: Pasien yang menggunakan ventilator mekanik (VM) merupakan pasien dengan penyakit kritis dan memiliki angka mortalitas yang tinggi. Pengetahuan tentang prediktor mortalitas dapat membantu pengambilan keputusan klinis untuk tatalaksana pasien dan mengetahui prognosis pasien. Studi-studi tentang faktor prediktor mortalitas pasien yang menggunakan VM menunjukkan hasil yang berbeda-beda dan tidak ada penelitian yang komprehensif di Indonesia.
Tujuan: Mengetahui faktor-faktor prediktor mortalitas pasien yang menggunakan VM di RSCM.
Metode: Penelitian ini merupakan studi kohort retrospektif pada pasien di Unit Perawatan Intensif (UPI) RSCM yang menggunakan VM selama tahun 2010 –2012. Data klinis dan laboratorium beserta status luaran (hidup atau meninggal) selama perawatan diperoleh dari rekam medis. Analisis bivariat dilakukan pada variabel usia, keganasan, Acute Respiratory Distress Syndrome (ARDS), renjatan, pasca operasi, riwayat henti jantung, hiperglikemia, CVD, gangguan ginjal akut, sepsis dan hipoalbuminemia. Variabel yang memenuhi syarat akan disertakan pada analisis multivariat dengan regresi logistik.
Hasil: Sebanyak 242 pasien diikutsertakan pada penelitian ini. Didapatkan angka mortalitas selama perawatan sebesar 45,4%. Kelompok usia, keganasan, ARDS, renjatan, pasca operasi, riwayat henti jantung, stroke, gangguan ginjal akut, sepsis dan hipoalbuminemia merupakan variabel yang berbeda bermakna pada analisis bivariat. Prediktor mortalitas pada analisis multivariat adalah gangguan ginjal akut (OR 1,91; IK 95% 1,08 sampai 3,39; p = 0,002), renjatan (OR 2,13; IK 95% 1,18 sampai 3,85; p = 0,012), CVD (OR 3,39; IK 95% 1,65 sampai 6,95; p = 0,01), ARDS (OR 2,19; IK 95% 1,10 sampai 4,35; p = 0,025) dan riwayat henti jantung (OR 4,85; IK 95% 1,56 sampai 15,07; p = 0,006).
Kesimpulan: Gangguan ginjal akut, renjatan, CVD, ARDS, dan riwayat henti jantung merupakan prediktor independen mortalitas pada pasien yang menggunakan VM.

Background: Mechanical ventilation (MV) is one of the most essential modality that supports many critically ill patients in the intensive care unit (ICU). A high mortality rate was observed in mechanically ventilated patients. The prediction of patients outcome at initiation of MV is important in decision-making process and in the effort reducing mortality rate. This study was designed to determine early predictors of mortality in patients with MV.
Objective: To determine early predictors of mortality in patients with MV in Cipto Mangunkusumo Hospital.
Methods: We performed a retrospective cohort study on 242 ICU patients who used MV for more than 48 hours between January 2010 – June 2012. Data were collected at initiation of mechanical ventilation and the main outcome was all-cause mortality during ICU. We analyzed age, sepsis, hypoalbuminemia, shock, post surgical, Acute Kidney Injury (AKI), hyperglicemia, CVD, malignancy, cardiac arrest, Acute Respiratory Distress Syndrome (ARDS) at initiation of MV. Multivariate logistic regression analysis was performed to identify independent predictors of mortality.
Results: A total of 242 patients were evaluated in this study. In-hospital mortality rate was 45.4%. The independent predictors of mortality in multivariate analysis were AKI (OR: 1.91; 95% CI 1.08 to 3.39; p = 0.02), shock (OR: 2.13; 95% CI 1.18 to 3.85; p = 0.012), stroke (OR: 3.39; 95% CI 1.65 to 6.95; p = 0.01), ARDS (OR: 2.19; 95% CI 1.10 to 4.35; p = 0.025) and cardiac arrest (OR: 4.85; 95% CI 1.56 to 15.07; p = 0.006).
Conclusion: Shock, CVD, ARDS, cardiac arrest, and AKI were independent predictors of mortality due to patients with MV.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2014
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Liwang, Frans
"Latar Belakang: Variabilitas hemoglobin (var-Hb) merupakan suatu fenomena fluktuasi kadar Hb dalam satuan waktu tertentu yang dialami oleh pasien penyakit ginjal kronikyang menjalani hemodialisis rutin (PGK-HD).Var-Hb telah diketahui sebagai prediktor independen luaran klinis buruk. Namun,faktor-faktor yang mempengaruhinya belum banyak diketahui. Tujuan: Mengetahui besaran proporsi var-Hb pada pasien PGK-HD di Indonesia dan faktor-faktor yang mempengaruhinya. Metode: Penelitian ini merupakan studi kohort prospektif yang melibatkan pasien GGK-HD berusia ≥18 tahun di Unit Hemodialisis RSCM. Faktor-faktor yang dinilai saat awal ialah kadar Hb, reticulocyte-hemoglobin equivalent(RET-He), albumin, fosfatase alkali, dan C-reactive protein (CRP)serum, serta adekuasi dialisis (Kt/V). Adanya perdarahan saluran cerna(termasuk darah samar feses), dosis erythropoietin-stimulating agent(ESA)dan zat besi, serta kejadian transfusi darah akan dicatat. Kadar Hb kemudian diperiksa setiap 4 minggu hingga 24 minggu pengamatan. Var-Hb dinilai dengan standar deviasi residual dan nilai ≥1,0dianggap sebagai var-Hb tinggi. Uji hipotesis dilakukan dengan uji bivariat sesuai jenis data, dilanjutkan dengan analisis multivariat menggunakan uji regresi logistikmultipel. Hasil: Sejumlah 127 subyek (rerata[SD]usia 49,06[15,1], perempuan 52%, rerata[SD]kadar Hb 9,75[1,00]g/dL) diikutsertakan dalam analisis. Proporsi subyek dengan var-Hb tinggi ialah 47,24%. Berdasarkan analisis bivariat dan multivariat, faktor yang mempengaruhi var-Hb adalah kadar RET-He(p=0,004), dosis ESA (p=0,032), dan kejadian transfusi darah (adjustedOR6,967, IK95% 2,74-17,71;p<0,001). Kesimpulan: Proporsi pasien PGK-HD di Indonesia yang memiliki var-Hb tinggi ialah 47,24%(IK95% 38,3-56,3%). Faktor-faktor yang mempengaruhi var-Hb ialah kadar RET-He,dosis ESA, dan kejadian transfusi darah.

Background: Hemoglobinvariability(Hb-var) is a phenomenon of Hb fluctuation during a course of time that is frequently observed in chronic kidney disease on hemodialysis (CKD-HD)patients. Hb-varis now recognized asapredictor of poor clinical outcomes. However, factors that influence the Hb-var are not well understood.Objectives.This study was aimedto measure the proportion of Hb-var in CKD-HD patients in Indonesia and identify factors associated. Methods: This was a prospective cohort study involving CKD-HD patients aged ≥18 years old in Hemodialysis Unit in RSCM. Factors identified at baseline were serum levels of Hb,reticulocyte-hemoglobin equivalent (RET-He), albumin,alkalinephosphatase, C-reactive protein (CRP), and dialysis adequacy (Kt/V). Hb level was measured every 4 weeks until 24weeks of follow up. Any evidence of gastrointestinal bleeding (including occult blood feces), erythropoietin-stimulating agent (ESA) dosage, and blood transfusion werealsonoted. Hb-var was calculatedas the residual standardofdeviation, and value ≥1.0 was considered as high.Hypothesis testing was performed by bivariate analysis, thencontinued with multivariateanalysis using multiple regression logistic test. Results: As 127 subjects (mean[SD]of age 49.06[15.1], female 52%, mean[SD]of Hb 9.75[1.00]g/dL) were included in the analysis. The proportion of subjects with high Hb-var were 47.24%. According to bivariate and multivariate analysis, factors that determined Hb-var were RET-Helevels (p=0.004), ESA dosage (p=0.032), and blood transfusion (adjustedOR 6.967, 95%CI2.74-17.71,p<0.001). Conclusion: Theproportion of CKD-HD patients in Indonesia with high Hb-var was47.24% (95%CI 38.3-56.3%). Factors that determined Hb-var wereRET-Helevels, ESA dosage, and blood transfusion."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2020
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Singh, Gurmeet
"Insidens penyakit jamur invasif semakin meningkat di seluruh dunia dalam 2-3 dekade terakhir. Penyakit ini perlu mendapat perhatian, khususnya pada pasien yang dirawat di Intensive Care Unit (ICU) karena kelompok tersebut lebih rentan. Diagnosis dan terapi dini sangat penting untuk mendapatkan hasil akhir yang lebih baik, ditandai dengan penurunan angka morbiditas dan mortalitas.
Tujuan: Mengetahui profil pasien sakit kritis akibat penyakit jamur invasif yang didiagnosis secara dini,
Metode: Penelitian ini merupakan studi kohort prospektif pada pasien sakit kritis yang dirawat di RSCM selama periode Maret 2015-September 2015. Jumlah subjek pada penelitian ini diambil berdasarkan jumlah subjek terbanyak dari salah satu faktor (HIV), yaitu 74 subjek. Pada perawatan hari ke-5 hingga 7, dilakukan pengambilan spesimen sesuai dengan standar operasional Pengendalian dan Pencegahan Infeksi Rumah Sakit (PPIRS).
Hasil: Sejumlah 206 pasien diikutsertakan pada penelitian ini. Pada 74 subjek dengan penyakit jamur invasif, mayoritas subjek adalah laki-laki (52,7%), usia rerata 58 tahun (rentang 18-79), rerata skor Leon 3 (rentang skor 2-5), subjek terbanyak pada kelompok non-bedah atau non-trauma (72,9&), dengan rerata isolasi jamur positif pada hari ke-5. Spesies jamur yang paling banyak menyebabkan infeksi adalah spesies Kandida (92,2%). Kultur urin merupakan spesimen dengan isolat jamur terbanyak (70,1%) dengan angka mortalitas sebesar 50%.
Kesimpulan: Kejadian penyakit jamur invasif yang didiagnosis secara dini banyak didapatkan pada pasien sakit kritis dengan angka mortalitas yang tinggi."
Jakarta: Departement of Internal Medicine. Faculty of Medicine Universitas Indonesia, 2016
616 UI-JCHEST 3:1 (2016)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Nababan, Toman
"ABSTRAK
Pendahuluan. Pneumonia menjadi penyebab utama morbiditas dan mortalitas pada pasien stroke iskemik akut yang dirawat di rumah sakit. Diperlukan suatu sistem skor yang valid dan mudah diterapkan sebagai alat untuk memprediksi dan menstratifikasi risiko timbulnya pneumonia pada pasien stroke iskemik akut. Penelitian ini dilakukan untuk menilai kemampuan skor A2DS2 dalam memprediksi timbulnya pneumonia pada pasien stroke iskemik akut.
Metode. Penelitian ini merupakan studi kohort retrospektif terhadap pasien stroke iskemik akut yang dirawat di Rumah Sakit dr. Cipto Mangunkusumo, Jakarta. Usia, fibrilasi atrium, disfagia, jenis kelamin (laki-laki), dan tingkat keparahan stroke (dinilai dengan National Institute of Health Stroke Scale/NIHSS), dinilai pada awal perawatan di rumah sakit dan kemudian diikuti hingga tujuh hari sejak onset stroke iskemik untuk dilihat outcome-nya (pneumonia atau tidak). Analisis data dilakukan menggunakan program SPSS for windows versi 20.0. Performa kalibrasi skor A2DS2 dinilai dengan uji Hosmer-Lemeshow dan plot kalibrasi. Performa diskriminasi skor A2DS2 dinilai dengan area under the curve (AUC).
Hasil. Sebanyak 281 subjek diikutsertakan pada penelitian ini dengan angka kejadian pneumonia dalam tujuh hari sejak onset timbulnya stroke iskemik sebanyak 118 subjek (42%). Uji Hosmer-Lemeshow menunjukkan p = 0,222 dengan plot kalibrasi menunjukkan koefisien korelasi r = 0,982. Nilai AUC yang didapatkan sebesar 0,885 (IK 95% 0,845-0,924).
Simpulan. Skor A2DS2 memiliki performa kalibrasi dan diskriminasi yang baik dalam memprediksi timbulnya pneumonia pada pasien stroke iskemik akut."
Jakarta: Bidang Penelitian dan Pengembangan Departemen Ilmu Penyakit Dalam, Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2018
610 JPDI 5:3 (2018)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Intan Nurjannah
"Latar Belakang : Mortalitas akibat kondisi hipertiroid sebesar 20% dan peningkatan kematian sebesar 1,13x. Mortalitas akibat penyakit pada kelenjar tiroid dihubungkan dengan kejadian kardiovaskuler, salah satunya infark miokard yang diperantarai oleh mekanisme aterosklerosis. Pemeriksaan ketebalan tunika intima-media arteri karotis (CIMT) direkomendasikan untuk menilai risiko kejadian KV. Penelitian ini bertujuan untuk membandingkan ketebalan tunika intima-media pada pasien Graves kondisi hipertiroid dengan kondisi remisi.
Metode : Penelitian ini bersifat cross-sectional dengan populasi terjangkau adalah pasien Graves yang berobat ke poliklinik metabolik endokrinologi RSCM yang dilakukan pada bulan Desember 2019 hingga April 2020. Kondisi overt hipertiroid didefinisikan dengan pasien Graves yang masih memiliki gejala toksik dengan laboratorium TSH rendah dan FT4 tinggi, belum mendapat pengobatan atau belum eutiroid dalam pengobatan minimal 3 bulan. Kondisi remisi didefinisikan dengan kondisi eutiroid setelah berhenti pengobatan selama minimal 6 bulan. Pasien kemudian diambil data dan dilakukan pemeriksaan laboratorium meliputi TSH, fT4, profil lipid, gula darah dan pemeriksaan EKG. Setelahnya dilakukan pemeriksaan CIMT menggunakan USG doppler dengan software yang secara otomatis mengukur CIMT sebanyak 3x pada sisi kanan dan kiri arteri karotis, kemudian diambil nilai rata rata pemeriksaan tersebut.
Hasil Penelitian : Didapatkan 32 pasien kondisi overt hipertiroid dan 17 kondisi remisi. Median tebal tunika intima-media arteri karotis (CCA-IMT) pada subjek overt hipertiroid adalah 0,473 mm dengan rentang 0,384-0,639 mm. Median CCA-IMT pada subjek remisi adalah 0,488 mm dengan rentang 0,388-629 mm. Tidak didapatkan perbedaan rerata CIMT pada kondisi hipertiroid dan kondisi remisi (p :0,109). Dalam analisis tambahan didapatkan bahwa didapatkan adanya pengaruh usia dalam ketebalan tunika intima media pada pasien graves baik kondisi overt hipertiroid dan kondisi remisi.
Background : Mortality caused by hyperthyroid estimated around 20% and increasing risk of date 1,13 times than all-caused mortalitu. Hyperthyroid associated with cardiovascular event, such as atherosclerosis mediated myocardial infarction. Carotid intima media thickness recommended to evaluate risk of cardiovascular event. Aim of this study to compare CIMT between overt hyperthyroid and remission in Graves disease.
Method : This is cross-sectional study with targeted population was Graves patient who came in metabolic endocrinology policlinic in Cipto Mangunkusumo hospital. This study being done within December 2019 until April 2020. Overt hyperthyroid was defined as clinically toxic as well as laboratorium supported for thyrotoxicosis, treatment naïve or havent reached euthyroid within 3 month of treatment. While remission defined as clinical and laboratorium euthyroid after minimal 6 month stopping anti thyroid drugs. History, physical examination, laboratorium examination (included TSH, fT4, lipid profile, fasting blood glucose) as well as electrocardiogram obtained. CIMT evaluated in right and left artery carotid with ultrasonography that automatically count for thickness intima media then calculated means after 3 times examination. Data then collected and being analysed.
Result : we collect 32 patient in overt hyperthyroid and 17 in remission state. Median CIMT in overt hyperthyroid and in remission state was 0,473 mm and 0,488 mm, consecutively, p : 0,109. Additional multivariate analysis stated aged had correlation with carotid intima media in Graves disease.
Conclusion : there are no significant differences in carotid intima media thickness between overt hyperthyroid and remission state in Graves disease.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2020
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Cekli Wahyuwidowati
"ABSTRAK
Latar belakang : Kunjungan dan angka mortalitas pasien di Instalasi Gawat Darurat (IGD) semakin meningkat dengan kondisi penyakit yang bervariasi, sehingga deteksi yang cepat dan tepat pada pasien dengan risiko mortalitas tinggi sangat penting. Skor Hypotension, Oxygen Saturation, Low Temperature, ECG Changes, and Loss of Independence (HOTEL) sangat baik dan penting untuk diterapkan pada pasien gawat darurat karena menggunakan variabel-variabel yang mudah dan cepat diperoleh. Namun demikian skor tersebut belum divalidasi di Indonesia.
Tujuan : untuk menilai performa skor HOTEL dalam memprediksi mortalitas 24 jam pasien non bedah di IGD Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM).
Metode: Penelitian ini merupakan studi kohort retrospektif. Subjek penelitian adalah pasien non bedah yang masuk ke IGD RSCM pada bulan Oktober hingga November 2012. Variabel bebas yang dinilai adalah tekanan darah sistolik, saturasi oksigen perifer, suhu tubuh, perubahan elektrokardiogram (EKG), dan kemampuan berdiri tanpa bantuan. Luaran yang dinilai adalah mortalitas dalam 24 jam setelah masuk IGD. Performa kalibrasi dinilai dengan uji Hosmer-Lemeshow. Performa diskriminasi dinilai dengan area under the curve (AUC).
Hasil: Terdapat 815 pasien non bedah yang datang ke IGD RSCM selama bulan Oktober hingga November 2012. Sebanyak 804 (98,7%) subjek memenuhi kriteria inklusi dengan mortalitas 24 jam sebesar 30 (3,7%) subjek. Performa kalibrasi HOTEL dengan uji Hosmer-Lemeshow menunjukkan p = 0,753. Performa diskriminasi ditunjukkan dengan nilai AUC 0,86 (IK 95% 0,781; 0,931).
Simpulan: Skor HOTEL memiliki performa kalibrasi dan diskriminasi yang baik dalam memprediksi mortalitas 24 jam pada pasien non bedah yang masuk ke IGD RSCM.

ABSTRACT
Background: The number of visit and mortality rate of emergency patients at Emergency Department (ED) have been increasing from time to time. Those patients have wide spectrum conditions. Appropriate identification of the patients with high mortality risk is crucial. The Hypotension, Oxygen Saturation, Low Temperature, ECG changes, and Loss of Independence (HOTEL) score is easy and important to be applied in the ED, however, the score has not been validated in Indonesia.
Objective: to evaluate performance of HOTEL score in predicting the 24-hour mortality non-surgical patients in ED of Sakit Cipto Mangunkusumo hospital.
Method: This was a retrospective cohort study. The research subjects were the non-surgical patients who admitted to ED of RSCM between October-November 2012. We collected systolic blood pressure, peripheral oxygen saturation, body temperature, ECG changes, and loss of independence. Those data were evaluated based on the HOTEL scoring system. The outcome were evaluated in 24- hour after admission (alive or dead). The calibration was evaluated with the Hosmer-Lemeshow test. The discrimination performance was evaluated with area under the curve (AUC).
Results: There were 815 non-surgical patients admitted to the ED between October until November 2012. There were 804 (98,7%) subjects included. The 24-hour mortality rate was 30 subjects (3,7%). The calibration performance with the Hosmer-Lemeshow test showed p = 0,753. The discrimination performance was shown with the AUC score 0,86 (95% CI 0.781; 0.931).
Conclusion: The HOTEL score has a good calibration and discrimination performance in predicting the 24-hour mortality of the non-surgical patients in ED of Cipto Mangunkusumo hospital.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2014
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ummi Ulfah Madina
"Latar belakang: Peningkatan usia lanjut menimbulkan dampak kesehatan, diantaranya adalah sarkopenia dan kerapuhan. Kekuatan genggam tangan merupakan komponen sarkopenia, fenotip sindrom kerapuhan, dan bersifat dinamis. Berbagai studi potong lintang menilai hubungan kekuataan genggam tangan dengan usia, jenis kelamin, status nutrisi, status fungsional, status mental, dan komorbiditas namun temuan masih beragam. Selain itu, belum ada studi longitudinal untuk mengetahui hubungan perubahan kekuatan genggam tangan dengan usia, jenis kelamin, status nutrisi, status fungsional, status mental dan komorbiditas di Indonesia.
Tujuan: Mengetahui hubungan antara usia, jenis kelamin, status nutrisi, status fungsional, status mental dan komorbiditas dengan perubahan kekuatan genggam tangan pada pasien usia lanjut.
Metode: Penelitian kohort prospektif menggunakan data sekunder pasien usia lanjut yang kontrol rutin di Poliklinik Geriatri RSCM Jakarta dari register studi longitudinal INA-FRAGILE yang telah diobservasi selama 1 tahun (2013-2014). Uji analisis multivariat regresi logistik digunakan untuk menilai hubungan antara usia, jenis kelamin, status nutrisi (skor MNA), status fungsional (skor ADL), status mental (skor GDS-SF), indeks komorbiditas (skor CIRS) dengan perubahan kekuatan genggam tangan.
Hasil: Dalam 1 tahun pengamatan dari 162 subjek, didapatkan rerata usia 72,9 (SB 5,9) tahun, jenis kelamin terbanyak perempuan (57,41%), memiliki nutrisi baik (83,9%), mandiri (median ADL 9–20), tidak depresi (median GDS-SF 0–11), rerata indeks komorbiditas 11,8 (SB 3,7), dan 53,1% mengalami penurunan kekuatan genggam tangan. Status nutrisi (OR=2,7; p=0,033) dan indeks komorbiditas (OR 0,3; p<0,002) berhubungan dengan kekuatan genggam tangan.
Simpulan: Status nutrisi dan komorbiditas memengaruhi perubahan kekuatan genggam tangan pada pasien usia lanjut dalam 1 tahun di rawat jalan.

Background: Increasing elderly population throughout the world has been related to increased prevalence of sarcopenia and frailty. Handgrip strength is a component of sarcopenia, one of frailty syndrome phenotypes, and a dynamic process. Previous cross-sectional studies have assessed association of age, sex, nutritional status, functional status, mental status and comorbodity but the results were varied. That being said, there was no longitudinal study has been done to determine the correlation of handgrip strength changes with age, sex, nutritional status, functional status, mental status, and comorbidity in Indonesia.
Objective: To examine correlation between age, sex, nutritional status, functional status, depressive symptopms, comorbidity, and handgrip strength changes in elderly patients.
Methods: A prospective cohort study using secondary data of elderly patients whom routinely visiting Geriatric Out-Patients Clinic at Cipto Mangunkusumo Hospital, Jakarta from INA-FRAGILE register that have been observed for 1 year (2013-2014). The multivariate logistic regression analysis was used to assess correlation between sex, age, nutrional status (MNA score), functional status (ADL score), depressive symptoms (GDS-SF score), comorbidities (CIRS score) and handgrip strength changes.
Results: From 162 subjects which were included in the study, the mean age was 72.9 (SB 5.9) years, predominantly female (57.41%), with good nutrition (83.9%), independent (median 9- 20), not depressed (median 0-11), has average comorbidity index 11.8 (SB 3.7), and 53.1% experienced decreased handgrip strength. Nutritional status (OR = 2.7, p = 0.033) and comorbidity index (OR 0.3, p <0.002) correlated with handgrip strength changes.
Conclusion: Nutritional status and comorbidity correlates with handgrip strength changes in out-patients elderly within 1 year.
"
Depok: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2018
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Farah Prashanti Karnen
"Latar Belakang. Pasien autoimun rentan terhadap infeksi COVID-19 dan luaran yang lebih berat, sehingga penting untuk mendapat vaksinasi. Namun, terdapat kekhawatiran efek samping, kekambuhan penyakit, serta efektivitas dan imunogenitas vaksin.
Tujuan. Mengetahui cakupan vaksinasi COVID-19 di Poli Alergi Imunologi RSCM dan faktor-faktor yang berhubungan.
Metode. Studi potong lintang ini melibatkan 260 pasien autoimun dari Poli Alergi Imunologi RSCM periode Juli-Agustus 2023. Pengambilan data menggunakan kuesioner. Analisis bivariat dengan Uji Chi-Square atau Fischer dan analisis multivariat dengan regresi Poisson.
Hasil. Cakupan vaksinasi COVID-19 pasien autoimun untuk dosis pertama 60%, dosis kedua 57.3%, dan dosis ketiga 40%. Melalui analisis bivariat, didapatkan faktor yang berhubungan dengan cakupan berupa pekerjaan tenaga kesehatan (PR 1,68; p < 0,001), rekomendasi dokter yang merawat (PR 6,47; p<0,001), dan skala persepsi pasien terhadap keparahan penyakit (p<0,001). Analisis multivariat menunjukkan hubungan antara rekomendasi dokter yang merawat (PR 4,67; p<0,001), pekerjaan tenaga kesehatan (PR 1,56; p=0,01), diagnosis SLE (PR 0,81; p=0,003) dan skala persepsi pasien terhadap keparahan penyakit (PR 0,88; p<0,001).
Simpulan. Cakupan vaksinasi COVID-19 dosis pertama pada pasien autoimun di Poli Alergi-Imunologi RSCM adalah 60%. Studi ini menemukan hubungan cakupan vaksinasi dengan rekomendasi dokter yang merawat, pekerjaan sebagai tenaga kesehatan, diagnosis SLE, dan persepsi pasien terhadap keparahan penyakit.

Background. Autoimmune patients are susceptible to COVID-19 infection and severe outcomes, so it is important to receive vaccination. However, there are concerns about side effects, disease recurrence, and vaccine effectiveness and immunogenicity.
Objective. To explore uptake of COVID-19 vaccination at RSCM Allergy Immunology Clinic and related factors.
Method. This cross-sectional study involved 260 autoimmune patients from the RSCM Allergy Immunology Clinic for July-August 2023. Data was collected with questionnaire. Bivariate analysis with Chi-Square or Fischer Test and multivariate analysis with Poisson regression.
Results. COVID-19 vaccination coverage for autoimmune patients for the first dose is 60%, the second dose is 57.3%, and third dose is 40%. Through bivariate analysis, associated factors were health worker employment (PR 1.68; p < 0.001), recommendation of treating doctor (PR 6.47; p < 0.001), and patients’ perception of their illness (p< 0.001). Multivariate analysis showed association between recommendation of treating doctor (PR 4.67;p<0.001), health worker's occupation (PR 1.56;p=0.01), SLE diagnosis (PR 0.81;p=0.003) and the scale patient perception of disease severity (PR 0.88;p<0.001).
Conclusion. Coverage first dose COVID-19 vaccination in autoimmune patients at RSCM Allergy-Immunology Clinic is 60%. This study found association between recommendation of treating doctor, healthcare workers, SLE diagnosis, and patients’ perception of their illness.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2024
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Taufik Rizkian Asir
"Latar belakang: Diabetes melitus merupakan faktor risiko penting terjadinya
aterosklerosis, aterosklerosis merupakan penyakit sistemik yang bisa terjadi di seluruh
pembuluh darah baik pada mikrovaskular maupun makrovaskular. Adanya bukti
iskemia akibat stenosis yang disebabkan aterosklerosis pada salah satu pembuluh darah,
mengharuskan kita lebih waspada akan adanya proses aterosklerosis di tempat lain.
NPD di kaki terjadi akibat komplikasi diabetes pada mikrovaskular yang akhirnya
mengakibatkan kerusakan pada persarafan di kaki. Maka perlu mewaspadai proses
ateroslerosis di tempat lain, baik pada pembuluh arteri makro maupun mikrovaskular di
kaki. Pemeriksaan non invasif untuk melihat adanya ganguan makrovaskular di kaki
menggunakan ABI dan TBI sedangkan untuk gangguan mikrovaskular dengan TcPO2.
Penelitian ini dilakukan untuk dapat menilai hubungan derajat neuropati perifer diabetik
yang dinilai dengan TCSS dengan proses ateroskerosis dipembuluh darah kaki, baik
yang makrovaskular dengan ABI dan TBI maupun mikrovaskular TcPo2 pada pasien
DM tipe 2.
Metode: Penelitian potong lintang dilakukan pada pasien DM tipe 2 dengan NPD
dengan nilai TCSS >5 di Poliklinik Pelayanan Jantung Terpadu, poliklinik Endokrin
dan Metabolik dan Poliklinik Ilmu Penyakit Dalam Umum RSCM. Data diperoleh dari
wawancara, rekam medik, pemeriksaan ABI, TBI dan TcPO2. Variabel penelitian
berupa derajat neuropati perifer, ABI, TBI dan TcPO2. Analisis bivariat terhadap
masing-masing variable dengan menggunakan uji Spearman.
Hasil: Sebanyak 36 subjek yang memenuhi kriteria pemilihan diikutkan dalam
penelitian, rerata usia 62 tahun dengan 20 (55,6%) di antaranya perempuan dan median
lama diabetes 12 tahun. Berdasarkan analisa bivariat dengan uji spearman penelitian ini
mendapatkan korelasi negatif yang bermakna secara statistik dengan koefisien korelasi
sedang antara derajat neuropati perifer diabetik yang dinilai dengan TCSS dengan ABI
(r = -0,475, p = 0,003) dan TBI (r = -0,421, p = 0,010). Dan pada pemeriksaan TcPO2
juga di dapatkan korelasi negatif yang bermakna secara statistik dengan koefisien
korelasi sedang ( r = -0,399, p = 0,016)
Simpulan : Terdapat korelasi negatif yang bermaksa secara statistik antara derajat
neuropati perifer diabetik dengan ABI, TBI dan TcPO2.

Background: Diabetes mellitus is important risk factor of atherosclerosis.
Atherosclerosis is systemic disease that can occur in all blood vessels both
microvascular and macrovascular. There is evidence of ischemia due to stenosis caused
by atherosclerosis in one blood vessel, which requires us to be more aware with the
process of atherosclerosis in other places. Diabetic peripheral neuropathy (DPN) in the
lower extremity results from complications of diabetes in the microvascular which can
damage nerve in the lower extremity. Then it is necessary to be aware of the process of
aterosclerosis elsewhere, both in the macro and microvascular arteries in the lower
extremity. Non-invasive examination to look macrovascular disorders in the lower
extremity are using ankle brachial index (ABI) and toe brachial index (TBI) while for
microvascular disorders with TcPO2. This study was conducted to assess the
association of the degree of diabetic peripheral neuropathy assessed by toronto clinical
scoring system (TCSS) with the process of atherosclerosis in the blood vessels of the
lower extremity, both macrovascular with ABI and TBI as well as microvascular TcPo2
in Patients with type 2 diabetes mellitus (DM)
Methods: Cross-sectional study was carried out in patients with type 2 DM with DPN
with TCSS values> 5 in the Integrated Cardiac Polyclinic, Endocrine and Metabolic
Polyclinic, and Internal Medicine Polyclinics at RSCM. The Data were obtained from
interviews, medical records, ABI, TBI and TcPO2 examinations. The research variables
are the degree of peripheral neuropathy, ABI, TBI and TcPO2. Bivariate analysis of
each variable was used the Spearman test.
Results: Total of 36 subjects who met the selection criteria were included in the study,
the average age was 62 years with 20 (55.6%) of whom were women and the median
duration of diabetes was 12 years. Based on bivariate analysis with the Spearman test,
this study found a statistically significant negative correlation with moderate correlation
coefficient between the degree of diabetic peripheral neuropathy assessed by TCSS with
ABI (r = -0.475, p = 0.003) and TBI (r = -0.421, p = 0.010) . The TcPO2 examination
also found a statistically significant negative correlation with moderate correlation
coefficient (r = -0.399, p = 0.016)
Conclusion : There is a statistically significant negative correlation between the degree of diabetic peripheral neuropathy with ABI, TBI and TcPO2 examinations.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2020
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Jusi Susilawati
"Latar Belakang: Harapan hidup pasien thalasemia bergantung transfusi bertambah baik karena transfusi darah dan terapi kelasi besi yang sesuai. Penyakit jantung akibat toksisitas besi tetap menjadi penyebab utama kematian pada pasien thalasemia bergantung transfusi. MRI T2* jantung dapat mendeteksi dini toksisitas besi di jantung dan dapat mengevaluasi hasil pengobatan dengan membandingkan nilai T2* pra dan pasca terapi kelasi besi.
Tujuan Penelitian: Penelitian ini bertujuan mendapatkan profil perbaikan toksisitas besi di jantung pada pasien thalasemia dewasa bergantung transfusi. Penelitian ini juga bertujuan untuk melihat kesesuaian antara perbaikan nilai T2* jantung dengan perbaikan feritin serum dan saturasi transferin.
Metode Penelitian: pre and post test dengan data sekunder retrospektif pada pasien dewasa thalasemia bergantung transfusi yang kontrol di poliklinik thalasemia Kiara dan poliklinik dewasa hematologi-onkologi medik RSUPN Cipto Mangukusumo. Penelitian dilakukan pada bulan Juli-Desember 2019. Data sekunder diperoleh dari rekam medis dan registri pasien thalasemia berupa riwayat medis, jenis obat kelasi besi, nilai T2* jantung satu tahun berturut-turut, kadar feritin serum dan saturasi transferin. Analisis data berupa data deskriptif dan uji marginal homogeneity serta uji kappa.
Hasil: Sebanyak 115 pasien dilibatkan dalam penelitian ini. Terdapat perbaikan T2* jantung sebanyak 7,0% dan menetap baik (T2* jantung tetap >20 milidetik) sebanyak 72,2%. Tidak terdapat kesesuaian antara perbaikan nilai T2* jantung dengan perbaikan feritin serum (nilai kappa = 0,044) dan perbaikan nilai T2* jantung dengan saturasi transferin ( nilai kappa = 0,011).
Simpulan: Perbaikan toksisitas besi di jantung pasca terapi kelasi besi sebanyak 7,0% dan menetap baik sebanyak 72,2%. Tidak terdapat kesesuaian antara perbaikan nilai T2* jantung dengan perbaikan kadar feritin serum dan saturasi transferin.

Background: Life expectancy of the transfusion dependent thalassemia patients is getting better because of blood transfusion and appropriate iron chelation therapy. Heart disease due to iron toxicity remains the leading cause of death in thalassemia patients who need transfusion. MRI T2* can allow to detect premature iron toxicity in the heart and can evaluate the results by comparing myocardial T2* pre and post iron chelation therapy.
Objectives: This study aims to obtain a profile of improvement in cardiac iron toxicity in adult thalassemia patients who need transfusion. This study also supports to see aggrement between improvement in myocardial T2* with improved serum ferritin level and transferrin saturation.
Methods: pre and post test with retrospective secondary data in adult thalassemia patients requiring controlled transfusions in Kiara thalassemia clinic and hematology-medical oncology clinic Cipto Mangukusumo General Hospital. The study was conducted in July-Desember 2019. Data were obtained from medical records and thalassemia registry, which consisted of medical history, type of chelation, myocardial T2* within one year, serum ferritin level and transferrin saturation. Data analysis was performed in descriptive data and marginal homogeneity test and Kappa test.
Results: A total of 115 patients were included in this study. There was an improvement of a myocardial T2* in 7.0% patients and persistently good (myocardial T2* remains >20 milliseconds) in 72.2%. There was no agreement between improvement in myocardial T2* with improvement in serum ferritin level (kappa value 0.044) and improvement in myocardial T2* with transferrin saturation (kappa value 0.011).
Conclusion: Improvement of cardiac iron toxicity after iron chelation therapy was 7.0% and persistently good in 72.2%. There was no agreement between the improvement in myocardial T2* with improvement in serum ferritin level and transferrin saturation."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2020
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
<<   1 2   >>