Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 12 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Dian Rizki Adiningtyas
"ABSTRACT
Pemilihan mainan berdasarkan jenis kelamin anak memiliki dampak penting pada perkembangan pemahaman anak tentang jenis kelamin dan keterampilan anak-anak. Penelitian saat ini bertujuan untuk menyelidiki korelasi antara sikap peran gender, stereotip gender untuk mainan, dan keinginan mainan. Penelitian ini juga bertujuan untuk melihat perbedaan sikap peran gender pada ibu yang bekerja dan yang tidak bekerja. Sampel dari sembilan puluh sembilan ibu yang bekerja dan 108 ibu yang tidak bekerja (N = 207) dengan anak-anak berusia 3-5 tahun yang tinggal di wilayah Jabodetabek berpartisipasi dalam penelitian ini. Pearson Correlation menunjukkan korelasi yang signifikan antara sikap peran gender dan stereotip gender (r = 0,364, p <0,05), keinginan mainan untuk mainan sesama jenis (r = 0,142, p <0,05), dan keinginan mainan untuk mainan netral (r = -.203 p <0,05). Stereotip gender juga menunjukkan korelasi yang signifikan dengan keinginan mainan untuk sesama jenis (r = 0,374, p <0,05) dan mainan netral (r = -.299, p <0,05). Tidak ada korelasi signifikan yang ditemukan untuk sikap peran gender dan keinginan mainan untuk mainan seks lintas jenis, serta stereotip gender dan keinginan mainan untuk mainan seks lintas jenis. Uji t sampel independen menunjukkan perbedaan yang signifikan dalam sikap peran gender antara ibu yang bekerja dan tidak bekerja (t = 3,422, p <0,05, dua ekor) di mana ibu yang bekerja menunjukkan sikap peran gender yang lebih egaliter. Hasil penelitian ini melibatkan sosialisasi tentang gender yang dilakukan oleh orang tua melalui mainan anak-anak.

ABSTRACT
The choice of toys based on the sex of the child has an important impact on the development of children's understanding of gender and children's skills. Current research aims to investigate the correlation between gender role attitudes, gender stereotypes for toys, and toy desires. This study also aims to look at differences in attitudes of gender roles in working and non-working mothers. A sample of ninety-nine working mothers and 108 non-working mothers (N = 207) with children aged 3-5 years who live in the Greater Jakarta area participated in this study. Pearson Correlation showed a significant correlation between attitudes of gender roles and gender stereotypes (r = 0.364, p <0.05), the desire of toys for same-sex toys (r = 0.142, p <0.05), and the desire of toys for neutral toys ( r = -.203 p <0.05). Gender stereotypes also showed a significant correlation with same-sex toys (r = 0.374, p <0.05) and neutral toys (r = -.299, p <0.05). No significant correlations were found for gender role attitudes and toy desires for cross-sex sex toys, as well as gender stereotypes and toy desires for cross-sex sex toys. Independent sample t test showed significant differences in gender role attitudes between working and non-working mothers (t = 3,422, p <0.05, two tails) where working mothers showed more egalitarian gender role attitudes. The results of this study involve the socialization of gender conducted by parents through children's toys."
2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Maya Efriza
"Dalam menjalani peran sebagai mahasiswa baru banyak masalah yang harus dihadapi, sehingga dapat menimbulkan distres psikologis. Untuk mengatasi masalah tersebut, diperlukan upaya-upaya sistematis untuk menunjang kegiatan dalam perkuliahan, seperti self regulated learning. Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk melihat hubungan antara self regulated learning dan distres psikologis pada mahasiswa baru Universitas Indonesia. Partisipan penelitian ini terdiri dari 414 mahasiswa baru Universitas Indonesia.
Variabel distres psikologis diukur dengan Self Report Questionaire 20 (SRQ-20), sedangkan variabel self regulated learning dengan Motivated Strategies of Learning Questionnaire (MSLQ). Dengan analisis Biserial Correlation, ditemukan bahwa terdapat hubungan negatif (rb = -0.731, p< 0.01, one-tailed) antara self regulated learning  dan distres psikologis.

New college student are faced with several problems that can trigger psychological distress. To overcome such problems, they need efforts that can support daily college life, such as self-regulated learning. Using a sample of 414 first-year students of University Indonesia, study aims to investigate the relationship between self regulated learning and psychological distress in first-year students of University Indonesia.
Psychological distress is measured using Self Report Questionaire 20 (SRQ-20), while self regulated learning is measured using Motivated Strategies of Learning Questionnaire (MSLQ). With Biserial Correlation analysis, it was found that self regulated learning negative relationship with psychological distress (rb = -0.731, p< 0.01, one-tailed) between self regulated learning and psychological distress.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Zanya Nai Rana
"ABSTRAK
Orang tua sebagai family caregiver utama memegang peranan penting dalam tumbuh kembang serta anak dengan epilepsi (ADE). Penelitian ini bertujuan untuk melihat hubungan antara affiliate stigma, caregiver burden, dan dampak keduanya pada kualitas hidup. Sebanyak 48 orang tua yang merupakan caregiver primer dengan usia minimal 25 tahun dan memiliki ADE yang berusia maksimal 16 tahun diminta untuk berpartisipasi pada penelitian korelasional dengan mengisi kuesioner daring maupun luring. Affiliate stigma diukur menggunakan Affiliate Stigma Scale, caregiver burden diukur menggunakan Zarit Burden Interview (ZBI), dan kualitas hidup family caregiver ADE diukur menggunakan WHOQOL-BREF yang dikembangkan oleh WHO. Berdasarkan analisis korelasi menggunakan Pearson Product Moment didapatkan hasil korelasi yang

signifikan dan negatif antara affiliate stigma dan kualitas hidup (r (48) = -0,393, p < 0,01), caregiver burden dan kualitas hidup (r (48) = -0,516, p < 0,01). Selain itu, affiliate stigma

dan caregiver burden juga memiliki hubungan positif yang signifikan (r (48) = 0,657, p < 0,01). Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa semakin besar skor affiliate stigma dan caregiver burden, semakin rendah skor kualitas hidup family caregiver ADE. Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian terdahulu yang melihat hubungan antara ketiganya pada populasi caregiver. Temuan ini dapat digunakan sebagai landasan untuk rancangan intervensi pada family caregiver epilepsi untuk meminimalisir affiliate stigma dan caregiver burden yang dialami.

ABSTRACT
Parents usually act as a primary caregiver and have an important role in children with epilepsy (CWE) development. This study aims to analyse the relationship between affiliate stigma, caregiver burden, and both effects on quality of life. A total of 48 parent whom a primary caregiver of CWE aged at least 25-year old with CWE aged at least 16- year old were asked to participate in this correlational study and fill the online or offline questionnaires. Affiliate Stigma was measured by Affiliate Stigma Scale, whereas caregiver burden and quality of life was measured by Zarit Burden Interview (ZBI) and WHOQOL-BREF, respectively. Using Pearson Product Moment, the result shows significant and negative relationships between affiliate stigma and quality of life (r (48) = -0,393, p < 0,01), caregiver burden and quality of life (r (48) = -0,516, p<0,01). The analyses also shows that affiliate stigma and caregiver burden have a significant and positive relationship too (r (48) = 0,657, p < 0,01). In conclusion, the high score of affiliate stigma and caregiver burden indicates the lower score of quality of life in family caregiver CWE. This study shows a similar results with another similar study on caregiver. This finding may be useful in designing a intervention on family caregiver CWE to minimalize the felt affiliate stigma and caregiver burden."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Chong Sung Woo
"Tujuan dari penelitian ini adalah untuk melihat apakah terdapat perbedaan keterlibatan ayah pada remaja berdasarkan jenis kelamin dan budaya remaja. Sampel penelitian ini adalah imigran Korea (n=106) yang saat ini tinggal di Jakarta dan orang Indonesia (n=343) yang saat ini tinggal di JABODETABEK, dengan usia antara 15 sampai 18 tahun. Penelitian ini menggunakan Nurturant Fathering Scale (Affective domain), Reported Father Involvement Scale (Behavioral domain), dan Desired Father Involvement Scale (Desired domain) untuk mengukur keterlibatan ayah. Data diperoleh secara luring dan daring dengan kuesioner yang disebar pada SMA, baik nasional dan internasional. Data dianalisis menggunakan Two-way ANOVA. Hasil menunjukkan keterlibatan ayah tidak berbeda pada remaja laki-laki dan perempuan. Namun, terdapat perbedaan keterlibatan ayah berdasarkan budaya, di mana imigran Korea menunjukkan tingkat keterlibatan ayah yang lebih tinggi pada Behavioral domain dibandingkan orang Indonesia, khususnya pada "menyediakan penghasilan" dari Ayah kepada remaja imigran Korea. Sedangkan, orang Indonesia menunjukkan tingkat keterlibatan ayah yang tinggi pada Desired domain dibandingkan imigran Korea, khususnya pada "menyediakan penghasilan" dari Ayah kepada remaja Indonesia. Lebih lanjut, tidak ditemukan efek interaksi antara jenis kelamin dan perbedaan budaya kepada keterlibatan ayah.

The aim of this research is to discover whether father involvement in adolescents differs basedontheiradolescents’genderandculturaldifferences. Thesamplesforthisresearch are immigrant Koreans (n=106) who currently live in Jakarta and Indonesians (n=343) who currently live in JABODETABEK, with an age range between 15-18 years old. This research used Nurturant Fathering Scale (Affective domain), Reported Father Involvement Scale (Behavioral domain) and Desired Father Involvement Scale (Desired domain) to measure father involvement. The data was taken through both offline and online questionnaires in high schools (both National and International). The statistic of Two-way ANOVA was used to analyze the data. This research found that father involvement did not differ between male and female adolescents. However, father involvement did differ based on the culture, immigrant Korean showed higher levels of father involvement in the Behavioral domain than Indonesians (Jabodetabek), especially in “Providing Income” of the father towards immigrant Korean adolescents. However Indonesian (Jabodetabek) showed much higher levels of father involvement in the Desired domain than immigrant Korean, especially in “Providing Income” of the father towards Indonesian (Jabodetabek) adolescents. Moreover, the interaction effect of gender and cultural differences towards father involvement were not found as well."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Marsa Dhiya M
"Penelitian ini bertujuan untuk menguji hubungan antara interaksi ayah-orang dewasa keterikatan dengan orang dewasa baru yang berada dalam hubungan romantis. Keterlibatan Ayah memiliki dua aspek yaitu aspek afektif dan aspek perilaku. Aspek afektif dari interaksi ayah menggunakan Nurturant Fathering Scale (NFS), sedangkan aspek perilaku Interaksi ayah diukur menggunakan Skala Keterlibatan Ayah (FIS). Keduanya adalah alat ukur dikembangkan oleh Finley dan Schwartz (2004). Kemelekatan orang dewasa memiliki dua dimensi, yaitu dimensi kecemasan dan penghindaran. Untuk mengukur kedua dimensi orang dewasa attachment, digunakan untuk mengukur Experience dalam bentuk Close-Short Relations (ECR-S) Milik Wei, Russell, Mallinckrodt, dan Vogel (2007). Sebanyak 551 responden dalam penelitian ini. Hasil penelitian ini menunjukkan aspek afektif Interaksi ayah memiliki hubungan dengan kecemasan lampiran (r = -0,129, p <0,01, dua sisi) tetapi tidak memiliki hubungan dengan menghindari keterikatan. Kemudian Ditemukan bahwa perilaku interaksi ayah tidak berhubungan kecemasan atau menghindari keterikatan.

This study aims to examine the relationship between father-adult interactions with new adults who are in romantic relationships. Father's involvement has two aspects, namely affective aspects and behavioral aspects. The affective aspect of the father's interaction uses the Nurturant Fathering Scale (NFS), while the behavioral aspects of the father's interaction are measured using the Father's Involvement Scale (FIS). Both are measuring tools developed by Finley and Schwartz (2004). Adult attachment has two dimensions, namely the dimensions of anxiety and avoidance. To measure both dimensions of adult attachment, it is used to measure Experience in the form of Close-Short Relations (ECR-S) by Wei, Russell, Mallinckrodt, and Vogel (2007). A total of 551 respondents in this study. The results of this study indicated that the affective aspect of the father's interaction had a relationship with attachment anxiety (r = -0.129, p <0.01, both sides) but had no relationship with attachment avoidance. Later it was found that the father's interaction behavior was not related to anxiety or attachment avoidance."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dinni Rahmawati
"Penelitian sebelumnya menemukan bahwa welas asih berperan sebagai mediator dalam hubungan antara penundaan dan stres. Di sisi lain, munculnya konsep prokrastinasi aktif yang melihat prokrastinasi dari sudut pandang yang lebih positif menimbulkan pertanyaan baru, apakah welas asih secara konsisten berperan sebagai mediator dalam konteks hubungan prokrastinasi yang aktif dan penuh tekanan. Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peran welas asih sebagai mediator dalam hubungan antara prokrastinasi aktif dan stres. Partisipan dalam penelitian ini adalah 221 mahasiswa aktif dari berbagai perguruan tinggi di Indonesia yang terdiri dari 63 laki-laki (28,51%) dan 158 perempuan (71,49%). Pengukuran ketiga variabel tersebut dilakukan dengan menggunakan kuesioner self report yaitu Tuckman Procrastination Scale (TPS) untuk menyaring partisipan yang prokrastinasi, Active Procrastination Scale (APS) untuk mengukur prokrastinasi aktif, Perceived Stress Scale (PSS) untuk mengukur tingkat stres, dan Skala Cinta Kasih. (SCS) untuk mengukur belas kasihan diri. Hasil penelitian menemukan bahwa prokrastinasi aktif berpengaruh langsung negatif dan signifikan terhadap stres. Namun, hasil uji hubungan mediasi (efek tidak langsung) menunjukkan bahwa welas asih tidak berperan sebagai mediator dalam hubungan antara prokrastinasi aktif dan stres.

Previous research has found that compassion acts as a mediator in the relationship between procrastination and stress. On the other hand, the emergence of the concept of active procrastination which sees procrastination from a more positive point of view raises new questions, whether compassion consistently acts as a mediator in the context of an active and stressful procrastination relationship. Therefore, this study aims to determine the role of compassion as a mediator in the relationship between active procrastination and stress. Participants in this study were 221 active students from various universities in Indonesia consisting of 63 men (28.51%) and 158 women (71.49%). Measurement of these three variables was carried out using a self-report questionnaire, namely the Tuckman Procrastination Scale (TPS) to screen for procrastination participants, the Active Procrastination Scale (APS) to measure active procrastination, the Perceived Stress Scale (PSS) to measure stress levels, and the Loving Kindness Scale. (SCS) to measure self-compassion. The results found that active procrastination had a negative and significant direct effect on stress. However, the results of the mediation relationship test (indirect effect) show that compassion does not act as a mediator in the relationship between active procrastination and stress."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Thomy Rachman Hanif
"Prestasi akademis merupakan salah satu komponen dari kesuksesan mahasiswa di perguruan tinggi. Penelitian ini melihat hubungan antara unconditional self-acceptance dan prestasi akademis yang dimediator oleh grit berdasarkan teori dari self-regulation. Salah satu faktor yang berperan dalam meningkatkan fungsi mahasiswa untuk mencapai prestasi akademis adalah unconditional self-acceptance. Mahasiswa yang memiliki unconditional self-acceptance yang tinggi akan berkontribusi terhadap perkembangan grit yang dimilikinya sehingga ia dapat gigih dan tetap semangat ketika ia berhadapan dengan tantangan dan kegagalan yang mungkin terjadi dalam mencapai tujuan mendapatkan prestasi akademis yang tinggi. Hasil penelitian yang dilakukan pada 306 mahasiswa yang sedang menempuh perkuliahan minimal semester 7 yang tersebar di seluruh Indonesia menunjukkan hasil bahwa grit memediasi secara penuh (fully mediated) pengaruh unconditional self-acceptance terhadap prestasi akademis (Indirect Effect = 0,0304, BootSE = 0,0151, 95% CI [0,0024 – 0,0615]).

Academic achievement is one of many component of the students success in college institutions. One of the factors that play a role in improving the function of students to achieve the academic achievement is unconditional self-acceptance. Students which have high unconditional acceptance will increase their grit so they can be persevere and keep their passion up when they face challenges and failures that may occur in achieving the goals of high academic achievement. This study looks at the relationship between unconditional self-acceptance and academic achievement that mediated by grit based on the theory of self-regulation. The results of this study that conducted from 306 students who were taking course at least semester 7 scattered throughout Indonesia showed the results that grit fully mediated the effect of unconditional self-acceptance on academic achievement. (Indirect Effect = 0.0726, BootSE = 0,0304, BootSE = 0,0151, 95% CI [0,0024 – 0,0615])."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ceisha Kartika Novianti
"Anak usia prasekolah rentan mengalami permasalahan regulasi emosi yang berdampak pada aspek psiko-sosial dan akademik, baik pada saat ini maupun usia mendatang. Regulasi emosi anak terbukti berhubungan dengan regulasi emosi ibu dan sosialisasi emosi juga terbukti mampu berperan sebagai mediator dalam hubungan ini. Penelitian ini ingin mengetahui peran sosialisasi emosi sebagai mediator dalam hubungan antara regulasi emosi ibu dan anak usia prasekolah. Penelitian kuantitatif dengan desain korelasional ini melibatkan 205 ibu dari anak usia prasekolah (3-6 tahun) sebagai partisipan.
Hasil analisis mediasi menunjukkan bahwa tidak terdapat direct effect yang signifikan antara regulasi emosi ibu dan anak usia prasekolah dan tidak terdapat indirect effect yang signifikan melalui sosialisasi emosi secara supportive, tetapi terdapat indirect effect yang ditemukan signifikan melalui sosialisasi emosi secara unsupportive dalam memediasi hubungan antara regulasi emosi ibu dan anak usia prasekolah. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa regulasi emosi ibu tidak dapat berhubungan secara langsung dengan regulasi emosi anak usia prasekolah, tetapi harus melewati sosialisasi emosi secara unsupportive terlebih dahulu untuk berhubungan dengan regulasi emosi anak usia prasekolah.

Preschool-aged children are vulnerable to emotional regulation problems that have an impact on psycho-social and academic aspects, both now and in the future. Children's emotional regulation has been shown to be related to maternal emotion regulation and emotional socialization has also been shown to be able to act as a mediator in this relationship. The current study examined the role of emotion socialization as a mediator of the relations between maternal emotional regulation and emotion regulation of preschool-aged children. This quantitative study with a correlational design involved 205 mothers of preschool children (3-6 years old) as participants.
Results of the mediation analysis revealed that there was no significant direct effect between the maternal emotion regulation and preschool-aged children was not significant, and there was no significant indirect effect through supportive emotional socialization, whereas there was significant indirect effect through unsupportive emotional socialization in mediating the relationship between maternal emotion regulation and preschool-aged children. Therefore, it can be concluded that maternal emotional regulation cannot be directly related to emotional regulation of preschool-aged children, but must pass through unsupportive emotional socialization first to correlate with emotional regulation of preschool-aged children.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2021
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yudhistira Ghifari Adlani
"Pandemi COVID-19 berdampak secara internal dan eksternal terhadap bagaimana mahasiswa menjalankan perkuliahan di perguruan tinggi. Hal ini membuat tuntutan yang dialami oleh mahasiswa tahun pertama menjadi bertambah. Self-compassion sebagai strategi koping yang sehat dapat membantu mahasiswa tahun pertama dalam mengatasi tuntutan selama perkuliahan secara daring. Penelitian ini bertujuan untuk melihat hubungan antara self-compassion dengan penyesuaian diri mahasiswa tahun pertama selama perkuliahan secara daring di masa pandemi dan juga melihat perbandingan variabel self-compassion dan penyesuaian diri mahasiswa pada data demografis. Partisipan penelitian adalah mahasiswa angkatan 2021 program sarjana yang berkuliah secara daring (N = 351). Metode penelitian menggunakan desain non-eksperimental dan data diolah dengan analisis korelasional. Hasil penelitian menunjukkan bahwa: 1) self-compassion berkorelasi secara positif dan signifikan terhadap penyesuaian diri mahasiswa, 2) setiap komponen self-compassion berkorelasi secara positif dan signifikan terhadap penyesuaian diri mahasiswa dan 3) self-compassion menunjukkan perbedaan yang signifikan pada variabel demografis (umur dan jenis universitas). Implikasi dari penelitian ini adalah self-compassion dapat digunakan sebagai strategi koping dalam mengatasi tuntutan transisi mahasiswa tahun pertama pada masa perkuliahan secara daring di masa pandemi, dan perguruan tinggi perlu membekali mahasiswanya dengan strategi tersebut.

The COVID-19 pandemic has had an impact both internally and externally on how students carry out lectures at universities. This makes the things experienced by first-year college students increase. Self-compassion as a healthy coping strategy can help first-year college students in overcoming problems during lectures. This study aims to see the relationship between self-compassion and adjustment of first-year college students during lectures during the pandemic and also to compare the variables of self-compassion and college student adjustment to demographic data. Research participants are college students of the 2021 undergraduate program who study online (N = 351). The research method uses a non-experimental design and the data is processed by correlational analysis. The results showed that: 1) self-compassion was positively and significantly correlated with college student adjustment, 2) each component of self-compassion was positively and significantly correlated with college student adjustment and 3) self-compassion showed significant differences in demographic variables (age and type of university). The implication of this research is that self-compassion can be used as a coping strategy in dealing with the transition of first-year college students during online lectures during a pandemic, and universities need to equip their students with this strategy.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rendra Sukana
"Pengguna internet merasakan kekhawatiran akan privasi mereka di internet seiring dengan maraknya isu penyalahgunaan dan pembobolan informasi personal. Literasi digital dapat membantu pengguna melindungi dirinya dari resiko penyalahgunaan privasi. Sementara itu, bias optimisme membuat pengguna merasa bahwa orang lain lebih rentan terkena resiko penyalahgunaan privasi dibandingkan dirinya sendiri. Penelitian ini bertujuan untuk meneliti hubungan antara literasi digital dan kekhawatiran privasi serta peran bias optimisme sebagai moderator. Data dari 216 mahasiswa Universitas Indonesia menunjukkan bahwa tidak ada peran moderasi dari bias optimisme pada korelasi antara literasi digital dan kekhawatiran privasi. Selain itu, juga tidak ditemukan adanya korelasi yang signifikan antara literasi digital dan kekhawatiran privasi. Penelitian selanjutnya harus terus menggali faktor-faktor lain yang dapat terhubung dengan kekhawatiran privasi di Indonesia.

Internet users begin to feel concerned about their information privacy as online privacy issues keep emerging. Digital literacy could help users to protect their online privacy, while people with high optimistic bias believe that others are more vulnerable to privacy risks than themselves. This study investigated the relationship between digital literacy, information privacy concern and the moderating role of optimistic bias using the sample of 216 students of Universitas Indonesia. The results of this study do not show any moderating effects of optimistic bias. Furthermore, the author found no significant correlation between digital literacy and information privacy concern. Further research should examine other factors that may play significant role in indonesians' information privacy concern."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2   >>