Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 13 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Purba, Elida Hairunida Br.
Abstrak :
Posyandu berguna untuk memberdayakan masyarakat dan memberikan kemudahan memperoleh pelayanan kesehatan dasar. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor yang berhubungan dengan perilaku kunjungan ke posyandu pada ibu balita di Wilayah Kerja Puskesmas Pancoran Mas Kota Depok tahun 2012. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan desain cross sectional. Dengan sampel 298 ibu balita yang dipilih secara acak di 20 posyandu. Hasil penelitian didapatkan ibu balita yang berperilaku baik berkunjung ke posyandu masih rendah sebanyak 39,9%. Ada 5 variabel yang secara statistik berhubungan dengan perilaku kunjungan ke posyandu yaitu lebih banyak pada ibu yang berpendidikan dibawah SMP, berpengetahuan baik, bersikap positif, memiliki Kartu Menuju Sehat (KMS) serta membutuhkan pelayanan posyandu. Disarankan untuk melakukan dan meningkatkan monitoring upaya promosi kesehatan dengan supervisi langsung ke posyandu dan memberikan penyuluhan kepada masyarakat tentang kegiatan yang ada di Posyandu. ......Posyandu is useful to empower communities and to provide the easiest of obtaining basic health services. The objectives of this study was conducted to determine the related factors with the behavior visits to posyandu on toddlers mothers in the working area of health center Depok Pancoran Mas in 2012. This study was a descriptive with cross sectional design. There were 298 samples of toddlers mothers randomly chosen in 20 posyandu. The results obtained are wellbehaved toddler mothers as much as 39.9%. There are five variables that were statistically related with the behavior visits to posyandu namely: there were more on educated mothers under Junior School, good knowledge, positive thinking, the ownership of Health Child Card (KMS) and the needs to posyandu. It is further recommended to perform and improve the monitoring of health promotion efforts with direct supervision to posyandu and provide counseling to the public about the existing activities in posyandu.
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2012
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Bet Idhya
Abstrak :
Inisiasi Menyusu Dini (IMD) sangat penting dilaksanakan karena dapat menurunkan angka kematian Bayi baru lahir sebanyak 22 %. Bidan sebagai tenaga kesehatan yang paling banyak menolong persalinan sangat berperan penting dalam kesuksesan program IMD. IMD sudah dibuktikan oleh para ahli dapat meningkatkan keberhasilan ASI Ekslusif. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan pelaksanaan Inisiasi menyusu Dini oleh Bidan Praktek Swasta di Kota Bukittinggi Tahun 2012. Penelitian ini adalah penelitian kuantitatif, menggunakan desain studi cross sectional dengan cara penyebaran kuesioner dan wawancara. Sampel dalam penelitian ini merupakan total dari populasi yaitu 50 responden (Bidan Praktek swasta), dan penelitian kualitatif dengan wawancara mendalam pada 6 orang bidan. Analisa dengan menggunakan chi square pada 9 variabel dalam penelitian ini yaitu umur, pendidikan, pengetahuan, sikap, masa kerja, pelatihan, sosialisasi, dukungan ibu melahirkan dan dukungan keluarga ibu melahirkan. Dari hasil penelitian yang diperoleh bahwa pelaksanaan IMD oleh bidan praktek swasta adalah 44% . Faktor-faktor pada bidan yang berhubungan dengan pelaksanaan IMD adalah sikap (OR 4,53) , pelatihan (OR 4,12) dan dukungan ibu melahirkan (OR 2,0). ......Early Initiation of Breastfeeding (IMD) is very important because it can reduces newborn mortality rate by 22%. Midwives as the health professionals who help most of the labor, have a very important role in the success of the Early Initiation. Early Initiation has been proven by experts, can improve the success of exclusive breastfeeding. This study aims to determine the factors associated with the implementation of Early Initiation of Breastfeeding by private practise’s midwives in the City Bukittinggi In 2012. The study is a quantitative study, using a crosssectional study design by using questionnaires. The sample in this study is the total of the population that is 50 respondents (Private Practice Midwives), and interviews and qualitative study with in depth interviews in 6 midwives. Using chi square analysis on 9 variables in this study are age, education, knowledge, attitudes, employment, training, socialization, maternal support and family support. From the results showed that the implementation of the IMD by midwives in private practice was 44%. Factors of the midwives related to the implementation of IMD are the attitude (OR 4,53), training (OR 4,12) and maternal support (OR 2,0).
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2012
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Purba, Elida Hairunida Br.
Abstrak :
Posyandu berguna untuk memberdayakan masyarakat dan memberikan kemudahan memperoleh pelayanan kesehatan dasar. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor yang berhubungan dengan perilaku kunjungan ke posyandu pada ibu balita di Wilayah Kerja Puskesmas Pancoran Mas Kota Depok tahun 2012. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan desain cross sectional. Dengan sampel 298 ibu balita yang dipilih secara acak di 20 posyandu. Hasil penelitian didapatkan ibu balita yang berperilaku baik berkunjung ke posyandu masih rendah sebanyak 39,9%. Ada 5 variabel yang secara statistik berhubungan dengan perilaku kunjungan ke posyandu yaitu lebih banyak pada ibu yang berpendidikan dibawah SMP, berpengetahuan baik, bersikap positif, memiliki Kartu Menuju Sehat (KMS) serta membutuhkan pelayanan posyandu. Disarankan untuk melakukan dan meningkatkan monitoring upaya promosi kesehatan dengan supervisi langsung ke posyandu dan memberikan penyuluhan kepada masyarakat tentang kegiatan yang ada di Posyandu.
Posyandu is useful to empower communities and to provide the easiest of obtaining basic health services. The objectives of this study was conducted to determine the related factors with the behavior visits to posyandu on toddlers mothers in the working area of health center Depok Pancoran Mas in 2012. This study was a descriptive with cross sectional design. There were 298 samples of toddlers mothers randomly chosen in 20 posyandu. The results obtained are wellbehaved toddler mothers as much as 39.9%. There are five variables that were statistically related with the behavior visits to posyandu namely: there were more on educated mothers under Junior School, good knowledge, positive thinking, the ownership of Health Child Card (KMS) and the needs to posyandu. It is further recommended to perform and improve the monitoring of health promotion efforts with direct supervision to posyandu and provide counseling to the public about the existing activities in posyandu.
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2012
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Amalia Dona
Abstrak :
Salah satu tujuan Millennium Developments Goals adalah memerangi HIV/AIDS dan penyakit menular lainnya.Pengetahuan tentang HIV AIDS merupakan salah upaya untuk mencegah penularan HIV di kalangan WPS dan mempengaruhi perilaku pemakaian kondom. Selain itu faktor sosial demografi dikalangan WPS juga mempengaruhi dalam pemakaian kondom.Tujuan penelitian untuk mengetahui hubungan karakteristik dan pengetahuan tentang HIV/AIDS pada Wanita Penjaja Seks Langsung (WPSL) terhadap perilaku mewajibkan pemakaian kondom pada pelanggan. Desain penelitian adalah cross sectional dengan jumlah sampel 120 WPSL diambil secara simpel random sampling. Hasil analisis statistik diperoleh WPSL yang konsisten mewajibkan pemakaian kondom pada pelanggan sebesar 35%.Analisis bivariat diperoleh variabel status kawin (OR=3,7 95% CI = 1,6-8,8) dan pengetahuan tentang HIV/AIDS (OR=2,6 95% CI= 1,2-5,6) mempunyai hubungan bermakna secara statistik dengan perilaku mewajibkan pemakaian kondom pada pelanggan. Berdasarkan hasil temuan, maka di sarankan untuk meningkatkan kegiatan penyuluhan kesehatan dilokalisasi dalam rangka mencegah penularan HIV/AIDS.
One of the goals of Millennium Developments Goals is to combat HIV/AIDS and other infectious diseases. Knowledge about HIV AIDS can prevent HIV transmission among FSWs and influence condom use behavior. In addition, the social demographic factors among Female Sex Workers (FSWs) also affect the use of condoms. This research to knowRelationship Characteristic and Knowledge About HIV/AIDS in Direct FSWs behavior in have to used condom to clients.The study design was cross sectional with 120 sample of Direct FSWs with simple random sampling. Result by statistical analysis find that Direct FSWs requires consistent use of condoms to clients that 35%. Bivariat analysis find that variable marital status (OR=3,7 95% CI = 1,6-8,8) and knowledge about HIV/AIDS (OR=2,6 95% CI= 1,2-5,6) had statistically significant between behavior in have to the use of condoms to clients.Based on this finding, it is recommended to increase the health promotion activities to increase condom used in localization to prevent HIV/AIDS transmision.
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2011
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Orpa Saman Lebang
Abstrak :
Merokok masih merupakan masalah kesehatan hingga saat ini. Ada beberapa faktor yang menyebabkan seseorang untuk menjadi perokok, yaitu faktor lingkungan, perilaku dan faktor personal yang saling berinteraksi satu sama lain. Di Sulawesi Selatan usia pertama kali merokok terbanyak terdapat pada usia remaja dibawah dari 20 tahun. Penelitian ini membahas tentang gambaran perilaku merokok pada remaja di SMU Wahyu Kota Makassar Sulawesi Selatan. Penelitian ini dilakukan menggunakan metode kualitatif, pengumpulan data dilakukan dengan wawancara mendalam. Untuk validasi data menggunakan trianggulasi data dan trianggulasi sumber. Hasil studi menemukan bahwa semua informan berasal dari keluarga perokok, memiliki teman yang juga perokok, pernah melihat iklan tentang rokok dan guru yang merokok di sekolah. Selain itu, semua informan juga mengaku kalau mengetahui adanya tata tertib tentang larangan merokok bagi siswa. Namun,menurut salah satu informan yang pernah ketahuan merokok, ia tidak diberi sanksi atau peringatan dari pihak sekolah pada saat kejadian. Dilihat dari sikap semua informan mempunyai sikap yang pro terhadap rokok karena mereka mempunyai persepsi bahwa dengan merokok akan memiliki banyak teman serta dapat mengurangi stres. Ada beberapa saran yang diberikan berdasarkan penelitian diantaranya, yaitu untuk pihak sekolah agar menerapkan tata tertib sekolah tentang larangan merokok bagi siswa-siswi secara tegas dan menerapkan Kawasan Tanpa Rokok (KTR) di sekolah. Pihak sekolah juga diharapkan melakukan razia rokok secara rutin terhadap siswa. ......Smoking is still a health problem until today. There are several factors that cause a person to become a smoker, that environmental factors, behavioral and personal factors interact with each other. In South Sulawesi age of first smoking ever found in adolescents under the age of 20 years. This study discusses the overview of smoking behavior in adolescents inWahyu high school, Makassar, South Sulawesi. This research was conducted using qualitative methods, data collection is done by in-depth interviews with the informants. As for the validitasi data using triangulation and triangulation of data sources. The study found that all the informants came from a family of smokers, have a friend who is also a smoker, never seen on cigarette advertising and teachers who smoke at school. In addition, all informants also admitted that he knew the rules about smoking ban for students. However, according to one informant who once caught smoking, he is not sanctioned or warning from the school at the time of the incident. In view of the attitude of all respondents have a pro attitude towards smoking, they perception that smoking will have a lot of friends and can reduce stress. There are some suggestions given based on such research, which is to the school to implement school rules on smoking bans for students and apply strictly No Smoking Area in school. Moreover, the school is alsoexpected to conduct regular raids againts students smoking.
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2013
S45864
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Shania Adhanty
Abstrak :
Menurut WHO, penyakit DM merupakan salah satu penyakit yang menjadi masalah kesehatan masyarakat yang disebabkan karena terjadi peningkatan kasus selama beberapa dekade terakhir dan telah menyumbang 4,2 juta kematian pada tahun 2019 dimana proporsi penderita DM terbanyak adalah DM tipe 2. Di Indonesia, penyakit DM merupakan salah satu penyakit tidak menular (PTM) yang menyebabkan kematian utama. Diet merupakan salah satu komponen penatalaksanaan DM dan penting untuk mencegah terjadinya komplikasi penyakit. Kepatuhan terhadap diet menjadi perilaku yang sangat penting dan diperlukan kendali diri untuk melakukannya. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan lokus kendali diri untuk sehat baik dimensi internal, orang berpengaruh dan keberuntungan dengan kepatuhan diet pada pasien DM tipe 2 di RSUD Kota Depok tahun 2020 beserta faktor lain yang mempengaruhi. Penelitian ini menggunakan desain cross-sectional dengan pendekatan kuantitatif dan pengambilan data dilakukan melalui convenience sampling pada 52 pasien DM tipe 2 yang berkunjung ke poli penyakit dalam RSUD Kota Depok. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner kepatuhan diet, multidimensional health locus of control form C, Diabetes Knowledge Questionnaire dan kuesioner dari peneliti sebelumnya. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pasien memiliki nilai kepatuhan diet yang cukup yaitu sebesar 66,23 dari skala 100. Hasil uji korelasi pearson menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan dengan kekuatan sedang dan positif antara lokus kendali untuk sehat dimensi internal dengan kepatuhan (r= 0,46) diikuti dengan dimensi orang berpengaruh yang menunjukkan hubungan dengan kekuatan sedang dan positif terhadap kepatuhan diet (r= 0,28) dan dimensi keberuntungan menunjukkan kekuatan sedang dan negatif terhadap kepatuhan diet (r= -0,28). Variabel usia, tingkat pendidikan, pekerjaan, lama menderita DM dan pengetahuan DM tidak menunjukkan hubungan yang signifikan dengan kepatuhan diet. Namun variabel jenis kelamin memiliki hubungan dengan kepatuhan diet (0,029) dan diduga menjadi variabel pengganggu hubungan antara lokus kendali diri untuk sehat dengan kepatuhan diet. Oleh karena itu diperlukan adanya penyuluhan dan edukasi yang dilakukan untuk meningkatkan kesadaran dan tanggung jawab pasien terhadap kepatuhan diet. ......According to WHO, Diabetes Mellitus (DM) is a disease that have been concerned as public health problem because of the number of cases continuously increased for decades and contributed 4,2 million deaths in 2019 where the largest proportion are people with type 2 diabetes. In Indonesia, DM is one of the non-communicable disease that cause major death. Diet is one of the important components of DM management to prevent disease complications. Adherence to diet becomes a very important behavior and requires self control to perform it. The purpose of this study is to determine the relationship between health locus of control on internal, powerful others and chance dimensions with dietary adherence among patients with type 2 DM at Depok City Hospital in 2020 along with another influencing factors. This study used a cross-sectional design with quantitative approach and data collection carried out through convenience sampling on 52 patients with type 2 DM who visited internist poly. The instrument used in this study are dietary adherence questionnaire, multidimensional health locus of control form C, diabetes knowledge questionnaire and questionnaire from the previous research. The results of this study indicate that patients have adequate dietary adherence values of 66,23 from scale of 100. Pearson correlation test results indicate that there are a significant relationship between health locus of control internal dimension with moderate and positive relationship with dietary adherence (r= 0,46) followed by powerful-others dimension which show moderate and positive relationship with dietary adherence (r= 0,28) while chance dimension show moderate and negative relationship with dietary adherence (r= -0,28). The other variables such as age, level of education, occupation, duration of DM and knowledge did not show a significant relationship with dietary adherence. However, sex variables show a significant relationship with dietary adherence with p value (0,029) and thought to be a disturbing variable of the relationship between health locus of control with dietary adherence. Therefore, an intervention and education are needed to increase awareness and patient responsibility towards adherence to diet.
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Handayani
Abstrak :
ASI eksklusif adalah pemberian ASI saja tanpa tambahan makanan atau minuman lain hingga bayi berusia 6 bulan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran dan faktor-faktor yang berhubungan dengan perilaku pemberian ASI eksklusif pada bayi di Kabupaten Kepulauan Anambas. Penelitian ini bersifat deskriptif dengan rancangan cross sectional. Sampel penelitian adalah ibu yang mempunyai bayi 6-12 bulan dan berada di wilayah kerja Puskesmas Kecamatan Palmatak yang berjumlah 160 orang. Variabel dependen adalah perilaku pemberian ASI eksklusif, sedangkan variabel independen adalah faktor predisposisi (umur, pendidikan, pekerjaan, pengetahuan, sikap, serta nilai dan budaya), faktor pendorong (pemeriksa kehamilan, penolong persalinan, tempat persalinan) dan faktor penguat (dukungan keluarga, dukungan teman, dukungan petugas kesehatan). Analisis dilakukan secara univariat dan bivariat. Hasil penelitian menggambarkan bahwa sebagian besar responden tidak memberikan ASI eksklusif pada bayinya (90,6%). Faktor predisposisi umur, pekerjaan dan sikap tidak menunjukkan hubungan yang bermakna dengan perilaku pemberian ASI eksklusif, akan tetapi dari pendidikan, pengetahuan serta nilai dan budaya responden menunjukkan ada hubungan bermakna dengan perilaku pemberian ASI eksklusif dimana untuk pendidikan di peroleh p value : 0.001, pengetahuan dengan p value: 0.036 dan nilai budaya ibu dengan p value: 0.004. Faktor pendorong pemeriksa kehamilan dan penolong persalinan menunjukkan tidak ada hubungan yang bermakna dengan perilaku pemberian ASI eksklusif karena walaupun sebagian besar responden memeriksakan kehamilan dan bersalin di tenaga kesehatan ternyata tidak meningkatkan perilaku pemberian ASI eksklusif. Sebaliknya dari tempat persalinan ada hubungan bermakna dengan perilaku pemberian ASI eksklusif dan di peroleh p value : 0.011. Faktor penguat yang berupa dukungan keluarga, teman dan petugas kesehatan tidak menunjukkan ada hubungan yang bermakna dengan perilaku pemberian ASI eksklusif. ......Exclusive breastfeeding is an activity to give infants mother?s milk without adding other foods and beverages before the infants is 6 months old. The research aims at figuring out the habits and other factors related to breast feeding for infants di Kepulauan Anambas Regency. This is a descriptive research apllying cross sectional design. There were 160 samples of mothers caring 6 to 12 year-old infants within the working territory of Palmatak?s District Community Health Center. The dependent variable was the habits of conducting exclusive breastfeeding, the independent variable was predisposition factors (age, education, occupation, knowledge, attitude, value, and culture), while the reinforcement factors were (pregnancy supervisor, birth attendance, place of give birth), and the supporting factors were (family, colleagues, and medics support). The analysis was conducted by using univariat and bivariat technique. The result shows that most of the respondents who did not practice exclusive breastfeeding to their infants, which was 90.6%. The predisposition factors of age, occupation, and attitude did not have a meaningful relationship towards the habits of conducting breastfeeding. However, the factors of education, knowledge, value, and culture did show a meaningful relationship towards the practice of conducting breastfeeding. The education factor holds p value of 0.0001, knowledge has 0.036, and cultural value has 0.004 p value. The reinforcement factors of ANC given and birth attendance did not have meaningful relationship with the practice breastfeeding. On the contrary, the factor of givingbirth place had meaningful relationship with the habits of conducting breastfeeding with 0.011 p value. Finally, the supporting factors of family, colleagues, and medics supports did not show meaningful relationship with it.
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2011
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Nova Emeliawati
Abstrak :
Kebijakan program Jampersal bertujuan untuk meningkatkan akses ibu hamil melakukan persalinan di fasilitas kesehatan sehingga diharapkan dapat menurunkan angka kematian ibu dan angka kematian bayi dalam upaya mempercepat pencapaian target MDG’s. Di Kabupaten Mukomuko dari tahun 2010 hingga 2012, jumlah kematian ibu dan bayi terus meningkat, jumlah persalinan di fasilitas kesehatan lebih rendah dibandingkan jumlah persalinan di non fasilitas kesehatan pada tahun 2012. Penelitian ini bertujuan untuk melihat gambaran implementasi kebijakan program Jampersal di Kabupaten Mukomuko Provinsi Bengkulu tahun 2012. Desain penelitian ini adalah kualitatif dengan menggunakan metode analisis isi (content analysis), wawancara mendalam pada informan dan studi literature serta pendekatan masalah secara deskriptif analisis. Hasil penelitian menunjukkan bahwa implementasi kebijakan program Jampersal di Kabupaten Mukomuko telah dilaksanakan sesuai dengan petunjuk teknis Jampersal yang dikeluarkan oleh Kementerian Kesehatan. Yang menjadi kendala dalam implementasi kebijakan ini adalah rendahnya tarif yang menyebabkan sangat sedikitnya BPS yang terlibat. Keterbatasan fasilitas kesehatan serta sulitnya akses ke fasilitas kesehatan menyebabkan rendahnya jumlah persalinan di fasilitas kesehatan. ......The policy of Jampersal aims to improve access of pregnant women to deliver in health facilities that are expected to reduce maternal mortality and infant mortality rates in an effort to accelerate the achievement of the MDG's. In Mukomuko district from 2010 to 2012, the number of maternal and infant mortality continues to increase, the number of deliveries in health facilities is lower than the number of deliveries in health facilities non in 2012. This study aims to see an overview of the implementation of Jampersal policy in the Mukomuko regency Bengkulu province in 2012. This is a qualitative research design using content analysis, in-depth interviews with informants and the literature study and descriptive approach to problem analysis. The results showed that the implementation of Jampersal policy in the Mukomuko regency has been implemented in accordance with the technical instructions Jampersal issued by the Ministry of Health.Which is a constraint in the implementation of this policy is that the low rates cause BPS very least involved. Limitations of health facilities and the difficulty of access to health facilities has a low number of deliveries in health facilities.
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2013
T33314
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Iksanatun Fadila Oktabriani
Abstrak :
Kemiskinan meningkatkan kesenjangan akses pelayanan kesehatan dan status kesehatan antara masyarakat kaya dan miskin. Berbagai studi menunjukkan bahwa pembiayaan kesehatan berhubungan dengan akses seseorang ke fasilitas dan pelayanan kesehatan. Perempuan yang memiliki jaminan kesehatan cenderung untuk bersalin ditolong oleh tenaga kesehatan, dibandingkan perempuan yang tidak memiliki jaminan kesehatan. Jawa Barat dan Banten masih menanggung jumlah penduduk miskin yang tinggi. Meskipun cakupan kepemilikan jaminan kesehatan terus mengalami peningkatan dari tahun ke tahun, cakupan penolong persalinan oleh tenaga kesehatan di Jawa Barat dan Banten tidak meningkat secara signifikan. Analisis regresi logistik multivariabel dilakukan terhadap 90 sampel perempuan miskin untuk mengkaji pengaruh kepemilikan Jamkesmas terhadap persalinan ditolong oleh tenaga kesehatan. Kemilikan jamkesmas pada perempuan miskin di Provinsi Jawa Barat dan Banten adalah sebesar 26,6 sedangkan cakupan penolong persalinan oleh tenaga kesehatan sebesar 40,6. Perempuan miskin yang memiliki jamkesmas mempunyai odds untuk bersalin ditolong oleh tenaga kesehatan sebesar 2,1 kali dibandingkan yang tidak memiliki jamkesmas 95 CI= 0,5 ndash; 8,3. Meskipun demikian, data dalam penelitian ini belum cukup untuk membuktikan bahwa jamkesmas secara statistik signifikan terhadap peningkatan persalinan ditolong oleh tenaga kesehatan. Peningkatan cakupan jamkesmas harus dibarengi dengan peningkatan faktor lain seperti akses, kunjungan pemeriksaan kehamilan, dan diseminasi informasi melalui media terkait kesehatan ibu dan manfaat kepemilikan jaminan kesehatan untuk memperkuat resolusi Universal Health Coverage. ...... Poverty raises the gap in the access to health services and health status of rich and poor communities. Studies showed that health financing is related to one 39 s access to health facilities and services. Women who have health insurance tend to delivery assisted by health personnel, compared with women who do not have health insurance. West Java and Banten still bears the high number of poor people. Although coverage of health insurance ownership continues to increase from year to year, coverage of birth attendants by health personnel in West Java and Banten has not significantly increased. Multivariable logistic regression was conducted on 90 samples of poor women to evaluate the role of Jamkesmas for delivery assisted by health personnel. There are 26.6 poor women in West Java and Banten Province who had Jamkesmas. Childbirth assisted by health personnel among poor women in West Java and Banten Province is 40.6. Although multivariable analysis showed that women who had Jamkesmas is 2.1 higher 95 CI 0,5 8,3 to delivery assisted by health personnel compared to women who had not Jamkesmas, data in this study is not enough to prove that Jamkesmas is statistically significant to improve the utilization of delivery services assisted by health personnel. Thus, increased coverage of the Jamkesmas should be accompanied by improvements of other factors such as access, antenatal visits, and information dissemination related maternal health and the benefits of health insurance itself through media to strengthen the Universal Health Coverage agenda.
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2018
T50542
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fajrinayanti
Abstrak :
Pradiabetes merupakan suatu kondisi risiko untuk texjadinya Diabetes Melitus (DM) tipe 2, yang dapat disebabkan oleh faktor keturunan dan perilaku yang berisiko, seperti konsumsi lemak yang tinggi, kurang serat, rendah karbnhidrat, kurang gerak badan dan merokok. Diperkirakan prcvalensi pradiabetes lebih tinggi dibandingkan prevalensi DM itu sendiri. Penelitian ini bertujuan mengetahui hublmgan fhktor risiko perilaku (konsumsi lemak, konsunasi serat, konsumsi karbohidrat, aktivitas iisik dan merokok) dengan kejadian pradiabetes pada kelompok umur 40-59 tahun di Kota Padang Panjang tahun 2008 setelah dikendalikan oleh faktor keturunan, dengan menggunakan data primer, rancangan potong lintang. Responden dipilih secara acak sederhana dari tiap kelurahan yang menjadi kluster sebanyak |74 orang. Analisis data dcngan dcsain kompleks secara univariat, bivarial (regresi logistik sedcrhana) dan multivariat (regresi logistik ganda). Hasil penelitian menunjukkan rata-rata kadar Gula Darah Sewaktu (GDS) kclompok umur 40-59 tahun adalah I15,4=t25,3 mg/dl, dengan jumlah pradiabetes scbcsar 57,5%. Ada hubungan bermakna antara konsumsi lemak, konsumsi serat dan aktivitas fisik dengan kejadian pradiabetes (p<0,05) tanpa dipengaruhi oleh faktor keturunan. Perilaku dominan yang berhubungan dengan kejadian pradiabetes adalah konsumsi lemak (OR=l 8,7, 95% CI: 6,0-57,5), dimana seseorang yang memiliki pola konsumsi lemak 252,10 g/hari akan berislko untuk pradiabetes 18,7 kali dibandingkan mereka yang konsumsi Iemaknya 62,10 g/hari. Konsumsi serat <1l,96 g/hari akan berisiko 9,5 kali untuk pradiabetes diaandingkan yang konsumsi seratnya 211,96 g/hari. Seseorang dengan aktivitas fisik <120 menit/hari akan berpeluang 13,7 kali untuk pradiabetes dibandingkan yang mcmiliki aktivitas fisik 2120 menit/hari. Disarankan kepada Dinas Kesehatan agar melakukan pencegahan pertama (prima1ypreventive)dengan KIE1entang kondisi pradiabetes serta faktor perilaku yang berisiko dan pembentukan ‘Queer group" pradiabetes ciiharapkan dapat menimbulkan mawas diri dari masyarakat terhadap kondisi pradiabetes sebagai pcnccgahan meningkatnya DM tipe 2. ......Pre-diabetes is a condition to the risk of Diabetes Mellitus (DM) type 2, that can caused by genetic factor and behavior risk factors, such as fat consumption, insufficiently Eber consumption, low carbohydrate consumption, sedentary life, and smoking. Prevalence of pre-diabetes is assumed higher than prevalence of DM. This research purposed is assessed behavior risk factors association with pre-diabetes incident on 40-59 years old in Padang Panjang City in 2008 after genetic factor is controlled This study used cross sectional design. Respondent were sampled by multistage random sampling (n=l74). Data were analyzed with design complex by partial regression, simple logistic regression and multivariate (multiple logistic regression). The study found pre-diabetes incident is 57.5% with Random Plasma Glucose (RPG) 115.41 25.3 mg/dl in average. There is a significantly associated between fat consumption, fiber consumption and physical activity with pre-diabetes incident on 40- 59 years old in Padang Panjang (p<0.05), without adjustment by genetic. Dominant factor that is associated with pre-diabetes incident is fat consumption (0R=l8. 7; CI: 6.0-57.5), that who has tat consumption 252.10 gjday will have 18.7 times to pre-diabetes compared to people who fat consumption <52.l0g/day. Respondent who has Eber consumption <1l.96 g/day will have 9.5 times to pre-diabetes than who Hber consumption 211.96 g/day. They who have physical activity <1 20 minutes/day should have probability 13.7 times to pre-diabetes than who has physical activity index 2120 minutes/day. Health district office should develop primary preventive with elucidation (communication, information and education) about pre-diabetes condition and risk behavioral and than should form pre-diabetes peer group can be arise society introspection to pre-diabetes condition as prevent as increases DM type 2.
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2008
T34437
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
<<   1 2   >>