Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 105 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Sepreka Mirly
Abstrak :
Latar belakang: Indonesia merupakan negara maritim yang berhubungan erat dengan industri pengiriman dan kekayaan laut yang berdampak pada sosio-ekonomik negara. Kesehatan pelaut berperan penting dalam mempertahankan manajemen ini dan perlu mendapat perhatian khusus. Pelaut memiliki risiko mengalami MAFLD, kelelahan saat bertugas, atau kombinasi keduanya. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara MAFLD dengan kelelahan kerja pada Pelaut tugboat.

Metode: Penelitian ini menggunakan metode potong lintang dengan data sekunder hasil MCU karyawan Perusahaan X. MAFLD didefinisikan sebagai fatty liver berdasarkan hasil USG ditambah dengan adanya obesitas atau overweight. Kelelahan diukur menggunakan kuesioner SOFI yang telah divalidasi dalam bahasa Indonesia. Hubungan antara MAFLD dengan kelelahan dianalisis menggunakan uji regresi logistik untuk mendapatkan nilai signifikansi (P), odds ratio (OR) dan interval kepercayaan (IK) 95%.

Hasil: Prevalensi pekerja yang mengalami kelelahan sedang sebanyak 64 orang (23,5%). Kelelahan kerja secara statistik berhubungan signifikan dengan MAFLD (aOR 5,05; IK 95% 2,65-9,60; p <0,001) dan kurangnya aktivitas fisik/olahraga (aOR 2,79; IK 95% 1,17-6,68; p 0,021).

Kesimpulan: Hampir seperempat dari total jumlah pelaut tugboat mengalami kekelahan sedang saat bekerja. Kelelahan tersebut berhubungan signifikan dengan MAFLD dan kurangnya aktivitas fisik/olahraga ......Background: Indonesia is a maritime nation closely associated with shipping industry and oceanic wealth that impacts the country's socio-economic status. The health of sailors plays a crucial role in maintaining this management and requires specific attention. Sailors are at risk of experiencing MAFLD, on-duty fatigue, or a combination of both. This research aims to investigate the relationship between MAFLD and work-related fatigue among tugboat sailors.

Methods: This study used a cross-sectional method with secondary data from the Medical Check-Up (MCU) results of Company X's employees. MAFLD was defined as fatty liver based on ultrasound results combined with the presence of obesity or overweight. Fatigue was measured using the validated SOFI questionnaire in the Indonesian language. The association between MAFLD and fatigue was analyzed using logistic regression to obtain significance values (P), odds ratios (OR), and a 95% confidence interval (CI).

Results: The prevalence of workers experiencing moderate fatigue was 64 individuals (23.5%). Statistically, work-related fatigue was significantly associated with MAFLD (aOR 5.05; 95% CI 2.65-9.60; p <0.001) and insufficient physical activity/exercise (aOR 2.79; 95% CI 1.17-6.68; p 0.021).

Conclusion: Nearly a quarter of the total number of tugboat sailors experience moderate fatigue while working. This fatigue is significantly associated with MAFLD and insufficient physical activity/exercise.

Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2023
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ferdy Nurhadi
Abstrak :
Angka kejadian penyakit ginjal kronik semakin meningkat dengan tingkat kematian pertahun yang cukup tinggi yang menjadi masalah kesehatan serius di dunia karena mengalami peningkatan insidensi, berdampak pada morbiditas dan mortalitas serta sosial ekonomi dunia termasuk di Indonesia dengan mayoritas penduduk usia produktif angkatan kerja pada industri manufaktur. Oleh karena itu diperlukan deteksi dini penurunan fungsi ginjal dan faktor yang mempengaruhinya. Penelitian ini merupakan penelitian potong lintang analitik dengan pendekatan kuantitatif menggunakan data sekunder MCU PJK3 tahun 2022 dengan total data penelitian sebanyak 2.304 data. kemudian dilakukan analisis terhadap data-data yang telah dikumpulkan. data-data tersebutmencakup jenis kelamin, usia, sulit BAK, ISK, penyakit ginjal, BSK, inkontinensia urin, hipertensi, diabetes, klas alkohol, klas merokok, klas olahraga, klas TD, klas IMT, klas GDP, lemak, urinalisa, sindrom metabolik, jenis manufaktur, lama kerja, suhu panas, suhu dingin, beban kerja tidak sesuai dengan waktu dan jumlah pekerjaan, duduk lama >4 jam terus menerus, posisi tubuh tidak ergonomis, eLFG. Hasil penelitian didapatkan bahwa terjadi penurunan fungsi ginjal (Laju Filtrasi Glomerolus /LFG <90 ml /menit /1,73 m2) sebesar 33,8% dari total pekerja industri manufaktur di Jawa Barat pada tahun 2022. Penurunan eLFG dipengaruhi faktor risiko individu, klinis dan pekerjaan. Kesimpulannya faktor risiko yang berpengaruh terhadap kejadian penurunan fungsi ginjal pada pekerja industri manufaktur di Jawa Barat pada tahun 2022 adalah jenis kelamin laki-laki, usia lebih dari 40 tahun, kondisi hipertensi derajat I dan II, kondisi obesitas dan lama masa kerja lebih dari 19 tahun, dengan faktor berpengaruh yang paling dominan adalah jenis kelamin laki-laki. ......The incidence of chronic kidney disease is increasing with a fairly high annual death rate which is a serious health problem in the world because it has increase incidence, has an impact on morbidity and mortality as well as a serious socio-economic world including in Indonesia with the majority of the working age population in the manufacturing industry. Therefore an early detection of decreased kidney function and factors that influence it become necessity. This research is an analytical quantitative research with a cross sectional design using secondary data of MCU in PJK3 in 2022 with total 2.304 data. The data includes gender, age, UTI, renal disease, bladder stone,, incontinentia urine, hypertention, DM, alcohol class, smoking class, exercise class, BP class, BMI class, fasting glucose class, lipid, urinalysis, metabolic syndrome, manufacture type, working periodes, heat temperature, cold temperature, workload not matched the time and ammount of work, prolong seating >4 hours continuously, un ergonomic body position, eGFR. The result of the study suggest there was a decrease in kidney function (Glomerolar Filtration Rate /GFR <90 ml /minute /1,73 m2) of 33,8% of the total manufacturing industry workers in West Java in 2022. The decreased of eGFR are influenced by individual, clinical and occupational risk factors. The conclusion, risk factor that influence the incidence of renal impairment in manufacture industry workers in West Java in 2022 are male, age over 40 years old, condition of hypertention grade I and II, obesity and periodes of work of more than 19 years, with the most dominant influence factor is male gender.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2023
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
O. U. Herlina Narulita
Abstrak :
Latar Belakang : Tinea pedis dapat terjadi karena memakai sepatu tertutup (safety shoes) dalam waktu lama yang dapat menyebabkan keringat berlebih sehingga menambah kelembaban di daerah sekitar kaki. Selain itu kondisi sepatu tertutup (safety shoes), khususnya safety shoes dengan kondisi bau, lembab, kotor, rusak dan sempit juga dapat menambah faktor resiko terjadinya tinea pedis. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui lama pemakaian safety shoes dan kondisi safety shoes terhadap kejadian tinea pedis pada pekerja kebersihan di RS Swasta Jakarta Selatan. Metode : Desain penelitian menggunakan desain potong lintang yang melibatkan 86 pekerja kebersihan di RS Swasta Jakarta Selatan. Pengambilan data menggunakan kuesioner yang terdiri kuesioner Pengetahuan tentang foot hygiene, kuesioner perilaku tentang foot hygiene, pemeriksaan kerokan kulit dengan KOH 10%. Hasil : Prevalensi Tinea Pedis pada Petugas Kebersihan (n=86) 31,4%. Pada penelitian ini didapatkan bahwa faktor yang memiliki hubungan bermakna untuk terjadinya tinea pedis adalah lama pemakaian safety shoes dengan tinea pedis (p = 0,003), kondisi safety shoes yang tidak baik (p = 0,002), kondisi kaos kaki yang tidak baik (p = < 0,001), perilaku tentang foot hygiene yang tidak baik (p = < 0,001). Kesimpulan dan Saran : Pada penelitian menemukan bahwa prevalensi tinea pedis pada pekerja kebersihan RS Swasta cukup tinggi. Didapatkan bahwa faktor lama pemakaian safety shoes, kondisi safety shoes yang tidak baik, kondisi kaos kaki yang tidak baik dan perilaku tentang foot hygiene yang tidak baik mempunyai hubungan bermakna dengan terjadinya tinea pedis di RS Swasta Jakarta Selatan. ......Background : Tinea pedis may occur due to wear occlusive footwear for along time that can add excessive sweating that add humidity in the area around the foot. Conditions occlusive footwear, safety shoes with a particular odor conditions, damp, dirty, broken and narrow also can increase risk tinea pedis. The aim of this study was determine the assosiation of duration of use safety shoes and safety shoes conditions on the tinea pedis on housekeeper in hospital. Methods: Cross sectional design using 86 samples on housekeeping workers of Hospital. Data are obtained from questionnaire, consists of knowledge quetionnaire about foot hygiene, Behavioral questionnaire about foot hygiene, and examination of KOH 10% field observations. Results: Prevalensi of tinea pedis in housekeeper (n=86) 31,4%.In this study was found that the factors have significant relationship to the occurance of tinea pedis is the use of occlusive footwear (safety shoes) for along time (p = 0,003), safety shoes are not good conditions (p = 0,002) ,shocks are not good conditions (p = < 0,001), and behaviors about foot hygiene is not good conditions (p = < 0,001). Conclution: The study found that the prevalence of tinea pedis on housekeeper is quite high. Several risk factors Tinea is use occlusive footwear which long time each day, conditions of safety shoes, conditions of socks and behaviors about foot hygiene is not good conditions have significant relationship.
Depok: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2017
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Novian Denny
Abstrak :
Modifikasi perilaku gaya hidup telah menjadi langkah strategis dalam penatalaksanaan obesitas. Salah satu contohnya adalah pemberian insentif sebagai motivasi eksternal dalam bentuk kompetisi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pelaksanaan program kompetisi penurunan berat badan “Ideal Weight Challenge” di sebuah perusahaan tambang batu bara pada tahun 2020 serta faktor-faktor yang mempengaruhi. Desain penelitian ini menggunakan mixed-method dengan concurrent embedded model. Hasil pengukuran berat badan, lingkar pinggang dan indeks massa tubuh 127 peserta Ideal Weight Challenge dianalisis, kemudian dilakukan in depth interview terhadap 15 informan yang terkait dengan pelaksanaan Ideal Weight Challenge. Sebanyak 38 subjek penelitian (29.92%) mengalami penurunan berat badan lebih dari 5% dan sebanyak 80 subjek (70.87%) mengalami penurunan lingkar pinggang sebanyak lebih dari 3 cm. Terdapat penurunan bermakna antara hasil pengukuran bulan pertama dengan bulan ketiga, dan bulan pertama dengan bulan keenam pada variabel berat badan, lingkar pinggang dan indeks massa tubuh (P<0.001). Analisis kualitatif menemukan 3 domain yang mempengaruhi pelaksanaan kompetisi yaitu motivasi individu, dukungan grup dan dukungan perusahaan, dengan motivasi individu yang paling dominan dalam mempengaruhi hasil penurunan berat badan, lingkar pinggang, indeks massa tubuh dan kepesertaan dalam mengikuti program. ......Lifestyle behavior modification has become a strategic step in obesity management. One example is the provision of incentives as external motivation in the form of competitions. This study aims to determine the implementation of the "Ideal Weight Challenge" weight loss competition program in a coal mining company in 2020 and the factors that influence it. This research design uses mixed-method with concurrent embedded model. The results of measurements of weight, waist circumference and body mass index of 127 Ideal Weight Challenge participants were analyzed, then in-depth interviews were conducted with 15 informants related to the implementation of the Ideal Weight Challenge. A total of 38 research subjects (29.92%) experienced a weight loss of more than 5% and 80 subjects (70.87%) experienced a waist circumference reduction of more than 3 cm. There was a significant decrease between the measurement results of the first month and the third month, and the first month and the sixth month on the variables of body weight, waist circumference and body mass index (P<0.001). Qualitative analysis found 3 domains that influenced the implementation of the competition: individual motivation, group support and company support, with individual motivation being the most dominant in influencing the results of weight loss, waist circumference, body mass index and participation in the program.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2023
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Frans Henny
Abstrak :
ABSTRAK
Latar belakang. Kebisingan merupakan potensi bahaya yang sering ditemui pada industri hulu migas, dan memerlukan pengendalian yang tepat dengan PKP agar tidak menimbulkan NIHL. Perusahaan hulu migas X menjalankan PKP sejak tahun 2014, namun perubahan STS pada audiometri berkala sebesar 12,7% melebihi acuan dari NIOSH. Tujuan Penelitian. Untuk menilai penerapan PKP yang dilakukan perusahaan hulu migas X. Metode penelitian. Menggunakan metode penelitian mixed method, dilakukan scoring pada ke-8 langkah keluaran dan perhitungan perubahan STS yang terjadi. Secara kualitatif membandingkan pelaksanaan tahapan keluaran, proses dan masukan yang diperoleh melalui kontingensi data dengan panduan dari NIOSH. Hasil penelitian. Dilakukan penilaian dan kategorisasi terhadap 8 langkah pada tahap keluaran, dengan hasil hazard monitoring, evaluasi audiometri dan record keeping dikategorikan cukup, sedangkan pengendalian enjinering dan administratif, APT, edukasi dan motivasi, evaluasi program dan audit dikategorikan kurang. Sehingga hasil penilaian untuk keseluruhan langkah pada tahap keluaran adalah kurang. Hasil pada keluaran ini berkaitan erat dengan proses dan masukan. Hampir keseluruhan proses dilakukan oleh tim pelaksana PKP yang merupakan gabungan dari tim kesehatan dan higiene industri yang sebelumnya tidak memiliki pengalaman dalam menjalankan program yang kompleks ini. Dari pihak manajemen, keterbatasan dalam pendanaan, yang utamanya untuk melakukan pengendalian enjinering dan administratif, dimana pendanaan tersebut berkaitan dengan struktur gabungan dua perusahaan serta akan habisnya masa kontrak kerja sama turut memberikan andil pada kegagalan ini. Kesimpulan. Perubahan STS pada pelaksanaan PKP di perusahaan hulu migas X sebesar 12,7% dikarenakan terdapat kekurangan pada tahapan masukan, proses dan keluaran dibandingkan panduan dari NIOSH, yang diakibatkan keterbatasan dari pihak manajemen serta tim pelaksana PKP.
ABSTRACT
Background. Noise is a potential hazard that is often encountered in the upstream oil and gas industry, and requires proper control with HCP to prevent NIHL. Upstream oil and gas company X has run HCP since 2014, but the STS changes on a periodical audiometry of 12.7% still exceed the reference from NIOSH. Purpose. To evaluate the implementation of HCP in upstream oil and gas company X. Method. Using mixed method, scoring the 8 steps of output stage and calculation of STS changes. Qualitatively compares the implementation of the outputs, processes and inputs stages obtained through contingency data, with guidance from NIOSH. Result. Assessment and categorization of the 8 steps at the output stage, with results: hazard monitoring, audiometric evaluation and record keeping are categorized fair, while engineering and administrative control, hearing protection device, education and motivation, program evaluation and audit are categorized poor. The result for the overall output stage is poor. Outputs results are related to processes and inputs. Almost the whole process is carried out by the HCP team, which is a combination of health section members and industrial hygienists that previously had no experience running this complex program. On the management side, financing constraints, principally for engineering and administrative control, where the funding relates to the combined structure of the two companies and the expiration of the contract period contribute the failure. Conclusion. STS changes in the implementation of HCP in upstream oil and gas company X amounted to 12.7% due to lack of input stage, process and output compared to guidance from NIOSH, which resulted from limitations of management and HCP implementation team.
Depok: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2018
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Anita
Abstrak :
Latar Belakang. Selain hasil produksi, kebugaran, health cost dan sickness absence merupakan parameter produktivitas yang penting bagi perusahaan. Salah satu yang mempengaruhi sickness absence adalah individu pekerja itu sendiri berupa gaya hidup tidak sehat seperti kurangnya aktivitas fisik, pola makan yang buruk, merokok dan stress. Oleh sebab itu, saat ini banyak berkembang program wellness di tempat kerja, sebagai upaya meningkatkan kesehatan dan kebugaran pekerja. Tujuan penelitian ini adalah menilai pengaruh suatu program yang dikemas dalam bentuk kompetisi latihan fisik untuk meningkatkan kebugaran terhadap penurunan sickness absence pekerja. Metode. Penelitian dengan desain cohort retrospektif dengan total sampling dilakukan di perusahaan kimia A, kota Cilegon pada bulan Mei-Juni 2019. Pada penelitian diamati hasil program latihan fisik yang dilakukan di perusahaan selama tahun 2018. Pencatatan latihan fisik dilakukan kolektif melalui aplikasi smartphone, dan evaluasi kebugaran periodik menggunakan test jalan Rockport untuk mengukur kadar VO2 max. Data sickness absence dihitung berdasarkan total hari kerja hilang selama satu tahun berjalan setelah program dimulai. Analisis data menggunakan SPSS Statistik versi 22.0. Hasil. Sebanyak 91 subjek, peserta program latihan fisik, dianalisis data programnya utuk mencari peningkatan kebugaran dan penurunan sickness absence berdasarkan data latihan fisiknya selama satu tahun. Analisis menunjukkan bahwa ada perbedaan yang signifikan antara Active Group (AG) dan Innactive Group (IG) dalam meningkatkan kebugaran (adjusted RR 4,821, 95% CI 1,544-15,052) dan penurunan sickness absence (adjusted RR 3,458, CI 95% 1,034-11.572). Probabilitas penurunan sickness absence tidak berbeda antara yang mengalami peningkatan kebugaran dan yang tidak. Selain itu, ditemukan bahwa peserta dengan berat badan normal lebih berpeluang untuk meningkatkan kebugaran dibandingkan dengan peserta dengan kelebihan berat badan lebih/obesitas (adjusted RR 3,565, 95% CI 1,093-11,635). Simpulan. Keaktifan dalam program latihan fisik terbukti meningkatkan kebugaran (nilai VO2 max) dan menurunkan sickness absence. Seseorang dengan status gizi normal lebih berpeluang untuk meningkatkan kebugaran dibandingkan status gizi lebih. ...... Background. Besides production, employee fitness status, health costs and sickness absence are important productivity parameters for the company. One of the contributing factors of sickness absence is an individual factor, with unhealthy lifestyle such as an unhealthy diet, lack of exercise, smoking and stress. Therefore, there are many wellness programs developed in the workplace, as an effort to improve worker's health and fitness. The aim of this study was to assess effect of physical exercise program for fitness improvement (value vo2 max) on sickness absence. Methods. Study with a retrospective cohort design and total sampling was carried out in chemical company A, Cilegon in May-June 2019. This study was conducted by observing the results of the workers' physical training program in the company during 2018. Records of physical exercise were carried out collectively through a smartphone application, and fitness evaluation periodically use the Rockport walking test to measure VO2 max levels. The sickness absence data is calculated based on the total lost working days during the current year after the program starts. Data analysis using SPSS Statistics version 22.0. Result. Data from 91 subjects of this study were observed to look for improvement in fitness and decrease in sickness absence based on one year's exercise data. 35 (38.5%) subjects increased their fitness (VO2 max value) and 31 (34.1%) subjects decreased in sickness absence. The factors that influence both of these are active physical exercise that carried out by 21 (23.1%) subjects. The analysis showed that there was a significant difference between Active Group (AG) and Innactive Group (IG) in improving fitness (adjusted RR 4.821, CI 95% 1.544-15.052) and decreasing sickness absence (adjusted RR 3.458, CI 95% 1.034-11.572). The probability of decreasing sickness absence does not differ between those who improve their fitness and those who do not. In addition, it was found that participants with normal weight were more likely to increase fitness compared to participants with overweight/obesity (adjusted RR 3.565, 95% CI 1.093-11.635). Conclusion. Being active in a physical training program has been shown to improve fitness level and reduce sickness absence. And normal nutritional status is more likely to improve fitness than overweight or obesity.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2019
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Putriayu Hartini
Abstrak :
ABSTRAK
Latar Belakang: Pengemudi bus Antar Kota Antar Provinsi (AKAP) memiliki risiko pekerjaan, keadaan tersebut dapat menjadi faktor risiko psikososial pekerjaan bagi pengemudi dan berpotensi menjadi faktor risiko hipertensi. Tujuan penelitian ini untuk menganalisis hubungan antara faktor psikososial pekerjaan dengan hipertensi pada pengemudi bus AKAP di Terminal X Jakarta. Metode: Desain adalah potong lintang pada 120 pengemudi bus AKAP, laki-laki usia 18-60 tahun di Terminal X Jakarta. Pengambilan sampel dengan convenience sampling dan pengambilan data dilakukan dengan wawancara terpimpin menggunakan kuesioner serta pemeriksaan tekanan darah. Faktor risiko psikososial yang diukur adalah dukungan atasan, partisipasi pengambilan keputusan, kemajuan karier, sistem penggajian tidak sesuai, konflik, istirahat yang cukup, cukup waktu bersama keluarga, kondisi bus laik, kemacetan lalu lintas, perlakuan penumpang baik dengan mempergunakan kuesioner. Hasil: Prevalensi hipertensi pada pengemudi bus 38,3%. Variabel sistem penggajian sesuai pekerjan yang paling berhubungan dengan hipertensi pada penelitian ini, dengan OR 3,19 dan CI 95% (1,025-9,94). Kesimpulan: Prevalensi hipertensi pada pengemudi bus AKAP di Terminal X cukup tinggi dibandingkan populasi umum Riskesdas 2018 yakni 34,1%. Faktor risiko psikososial pekerjaan (sistem penggajian tidak sesuai pekerjaan) berhubungan dengan hipertensi. Dibutuhkan pemeriksaan tekanan pada pengemudi bus AKAP dan edukasi pencegahan risiko psikososial pekerjaan secara berkala.
ABSTRACT
Background: Inter-provincial inter-city (IPIC) bus drivers are exposed to specific occupational hazards which may be associated with hypertension. The purpose of this study was to analyze the relationship between hypertension and occupational psychosocial factors among IPIC bus drivers from X Terminal East Jakarta. Methods: A cross-sectional study with 120 IPIC male bus drivers, aged 18-60 years in X Terminal East Jakarta was conducted. Convenience sampling method was used and data was colleced by guided interviews using a questionnaire and blood pressure measurement. Hypertension risk factors measured were age, Body Mass Index (BMI), smoking habits, caffeine drinking habits, family history of hypertension, weekly driving hours and years of working. Psychosocial risk factors measured were supervisor support, participation in decision-making, career development, fair waging system, conflict, sufficient rest, sufficient time for the family, bus condition, traffic congestion, and passengers treatment by using a questionnaire. Results: The prevalence of hypertension was 38.3%. Unfair waging system was most related to hypertension in this study with OR 3.19 CI 95% (1.25 to 9.94). Conclusion: The hypertension prevalence among IPIC bus driver is quite high compared to the general prevalence from National Basic Health Survey 2018 which is 34.1%. Occupational psychosocial risk factors (unfair waging system) had association with hypertension. Blood pressure measurement and education about occupational pychosocial risk factors prevention should be done periodically.
2020
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Novi Oktaviani
Abstrak :
Perawat mempunyai resiko mengalami status gizi berlebih yang dapat meningkatkan resiko terjadinya gangguan kesehatan serius, seperti penyakit jantung, hipertensi dan diabetes melitus. Intervensi konseling gizi dan diet diduga dapat menurunkan berat badan pada orang dengan status gizi berlebih. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui efektifitas Konseling Gizi dan penerapan Diet Rendah Energi Seimbang Teratur (REST) terhadap penurunan berat badan pada perawat dengan status gizi berlebih di rumah sakit. Penelitian dilakukan di RSUD Kesehatan Prov. Jabar dengan subjek penelitian 22 orang perawat yang mempunyai status gizi berlebih, melakukan intervensi Konseling Gizi dan penerapan Diet REST TM serta menggunakan kuesioner Bouchard, kuesioner OSI-RTM dan lembar food record. Rata-rata penurunan berat setelah mendapatkan Konseling Gizi dan melaksanakan Diet RESTM paling besar terjadi pada minggu ke-12 akhir pengamatan sebesar 2,6 kg dengan 95% IK=1,3-3,9 kg. Berdasarkan analisa bivariat didapatkan jenis kelamin memberikan pengaruh yang bermakna terhadap rata-rata penurunan berat badan. Perawat laki-laki memiliki rata-rata penurunan yang lebih besar dibandingkan perempuan (p=0,038). Rata-rata penurunan berat badan perawat laki-laki 3,1 ± 1,7kg dan perawat perempuan 1,6 ± 1,3kg. Sedangkan pengaruh faktor pekerjaan terhadap penurunan berat badan setelah mendapatkan Konseling Gizi dan menjalankan Diet RESTTM tidak menunjukkan pengaruh yang bermakna, yaitu jabatan pekerjaan (p=0,948), jumlah jam kerja (p=0,220), pembagian shift kerja (p=0,692) dan stres kerja (p=0,813). Kesimpulan dari penelitian ini terdapat pengaruh Konseling Gizi dan Diet RESTTM selama 12 minggu terhadap penurunan berat badan pada perawat dengan status gizi berlebih di rumah sakit. ......Nurse has a risk to get an excessive weight nutritional status that can increase the risk of serious health problems, such as heart disease, hypertension and diabetes mellitus. The intervention of nutrition counseling and diet are expected to lose weight in people with excessive nutritional status. Purpose of this study is to determine the effectiveness of nutrition counseling and the implementation of Rendah Energi, Seimbang dan Teratur (REST) diet on weight loss among hospital nurses with excessive weight nutritional status in the hospital. The study was conducted at Occupational Health Hospital of West Java with 22 nurses as study subjects with excessive weight nutritional status, implemented nutrition counseling intervention, a RESTTM Diet and also used the Bouchard questionnaire, OSI-RTM questionnaire and food record sheets. The greatest average weight loss after receiving nutrition counseling and implementing a RESTTM Diet occurred in the 12th week of the last observation. It was 2.6 kg with 95% CI=1.3-3.9 kg. Based on the bivariate test showed gender had a significant effect on the average weight loss. The male nurses had greater average weight loss than female nurses (p=0.038). The average weight loss of male nurses was 3.1 ± 1.7kg and female nurses 1.6 ± 1.3kg. Meanwhile, the effect of occupational factors on weight loss after receiving nutrition counseling and implementing the RESTTM Diet did not show a significant effect, such as job position (p=0.948), the number of working hours (p=0.220), work shift schedule (p=0.692) and work stress (p=0.813). The conclusion of this study is there was an effect of nutrition counseling and a RESTTM Diet in 12 weeks on weight loss among nurses with excessive weight nutritional status in the hospital.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
I Gusti Ayu Diah Tuntian
Abstrak :
ABSTRAK Latar belakang. Tingkat aktivitas fisik ringan adalah salah satu penyebab status tidak bugar yang akan berdampak terhadap kinerja dan produktivitas kerja. Perusahaan A merupakan industri vaksin dengan tingkat aktivitas fisik yang beragam. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan tingkat aktivitas fisik dengan status kebugaran jasmani pada pekerja bagian pengemasan. Metode. Disain penelitian potong lintang dengan analisis regresi logistik. Subyek berasal dari bagian pengemasan. Tingkat aktivitas fisik dinilai dengan Global Physical Activity Questionairre. Sedangkan tingkat kebugaran jasmani diukur dengan menggunakan metode YMCA-3 minute step test. Hasil. Subyek penelitian adalah 126 pekerja laki-laki bagian pengemasan dengan jenis pekerjaan yang berbeda-beda yang berumur antara 18 ? 40 tahun. Sebanyak 46,8% subyek mempunyai status tidak bugar. Faktor risiko yang berhubungan dengan status tidak bugar adalah umur (p=0,04). Faktor pendidikan, masa kerja, jenis pekerjaan, kebiasaan merokok, kadar lipid dan tingkat aktivitas fisik tidak terbukti mempertinggi risiko status tidak bugar. Sedangkan faktor status gizi dan kadar haemoglobin terbukti mempertinggi risiko status tidak bugar. Subyek yang berumur 31 ? 40 tahun mempunyai risiko 3,16 kali terhadap status tidak bugar dibandingkan dengan umur 18 ? 30 tahun (adjusted Prevalence Ratio=3,16; (CI)95%=1,04 ? 9,60). Kesimpulan. Status kebugaran tidak berhubungan dengan tingkat aktivitas fisik.
ABSTRACT Backround. Low level physical activity can caused unphysical fitness which caused to work and productivity. A company is a vaccine industry with high physical activity in difference. The objective of this study is to determine the related between physical activity level with physical fitness to the workers in packaging division. Method. Cross sectional study with logistic regression analysis. A subject is from packaging division. Physical activity level is marked by Global Physical Activity Questionairre. While physical fitness activity is measured by using YMCA-3 minute step test method. Result. The subject of the study is 126 men workers of packaging division with different types of work. The workers age is between 18 ? 40 years old. 46,8% subjects has unphysical fitness. Risk factors that related to low physical fitness was age (p=0,04). Education level, working period, type of work, smoking, lipid level and physical activity were not likely correlated to unphysical fitness. While the factors of nutritional status and hemoglobin levels increase the risk proved unphysical fitness. Subjects were aged 31- 40 years have 3,16 times the risk of unphysical fitness compared with age 18-30 years (adjusted Prevalence Ratio=3,16; (CI)95%=1,04 ? 9,60). Conclusion. Physical fitness is not related to physical activity level.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2012
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>