Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 54 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Nanis Setyowati
"Tesis ini mengemukakan penggunaan honorifiks Jepang dan Jawa sebagai permasalahan, penelitian dilakukan dengan cara perbandingan kontrastif dengan menggunakan satu buah novel terkenal dari masing-masing bahasa Jepang dan Jawa. Penggunaan honorifiks Jepang dan Jawa tersebut dikaitkan dengan faktor hubungan sosial dan faktor status sosial partisipannya.
Persamaan :
1. Pada hubungan sosial atas-bawah, kenjougo dan krama andhap digunakan oleh penutur yang lebih rendah.
2. Pada hubungan sosial berdasarkan usia, kenjougo dan krama andhap digunakan oleh penutur yang lebih muda.
Perbedaan :
1. Di masyarakat Jepang, penggunaan kenjougo melibatkan konsep in-group, tetapi di masyarakat Jawa tidak terdapat konsep in-group.
2. Mengenai status sosial dalam profesi, di Jepang kenjougo hanya digunakan oleh penutur yang profesinya berstatus lebih rendah sehingga bersifat satu arah, tetapi di Jawa krama andhap digunakan oleh kedua-duanya, sehingga bersifat dua arah, yang lebih rendah kepada yang lebih tinggi, maupun yang lebih tinggi kepada yang lebih rendah.
Ada juga yang tidak bisa dibandingkan. Misalnya mengenai hubungan sosial antara penjual jasa dan pelanggan, di Jepang kenjougo digunakan oleh penjual jasa kepada pelanggannya, sehingga menimbulkan kesan"Customer is a king ", tetapi di dalam novel Jawa "Anteping Tekad" tidak diketemukan kasus bandingannya."
Jakarta: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2005
T15207
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yulyanti Hertesa
"Bubble economy (ekonomi gelembung) serta munculnya deflasi di Jepang pada awal tahun 1990 mengakibatkan jumlah perusahaan yang bersedia mempekerjakan anak muda yang baru saja lulus menurun secara drastis. Hal tersebut berakibat munculnya orang-orang yang disebut NEET, yaitu orang-orang yang tidak bekerja yang berusia 15-34 tahun (tidak melakukan pekerjaan, dan sebagai pengangguran tidak pula terlibat dalam usaha pencarian kerja), yang di dalamnya tidak termasuk pelajar dan orang yang terlibat urusan rumah tangga. NEET terbagi menjadi empat jenis, yaitu menarik diri dari masyarakat; menghabiskan waktu bersama teman; stagnan; dan kehilangan kepercayaan diri. Eksistensi NEET merupakan bukti eksistensi sebuah kumpulan orang yang tidak sesuai dengan nilai kehidupan kelompok dalam masyarakat Jepang. Nilai-nilai dalam penelitian ini meliputi nilai on yang berarti hutang budi; nilai giri yang merupakan kewajiban moral; nilai ninjo yang merupakan kecenderungan, perasaan, dan keinginan alamiah manusia yang tidak terikat norma-norma; serta kyoudoutaino ittaisei yang merupakan semangat bersatu dalam kerja sama demi kemajuan kelompok. Metode penelitian yang digunakan adalah metode penelitian deskriptif yang bermaksud untuk membuat pemetaan (pemaparan) secara sistematis, faktual, dan akurat mengenai fakta-fakta dan sifat-sifat populasi tertentu. Metode penulisan yang digunakan bersifat deskriptif analitis, yaitu menggambarkan dan melakukan analisa tehadap permasalahan yang diajukan. Pengumpulan data dilakukan dari data kepustakaan (library research). Dari penelitian ini ditemukan bahwa NEET menerima on dari orang-orang di sekitar mereka, namun tidak melaksanakan giri untuk membalas on tersebut. Mereka lebih mendahulukan ninjo daripada giri, dan pada jenis NEET yang mengalami kehidupan berkelompok, mereka tidak memiliki nilai kyoudoutaino ittaisei dalam kehidupan berkelompok tersebut."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2008
S13909
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Ranny Rastati
"Jepang merupakan salah satu bangsa yang mengenal budaya pemberian yang disebut zoutou bunka. Ada berbagai kesempatan untuk saling tukar-menukar pemberian salah satunya adalah pada saat ulang tahun, khususnya ulang tahun anak-anak. Salah satu elemen penting dalam budaya pemberian adalah seni membungkus hadiah yang disebut rappingu. Selain kertas dan pita, warna memegang peranan penting dalam seni membungkus hadiah.
Warna dapat dikelompokkan menjadi dua yaitu warna maskulin dan feminin. Warna maskulin diperuntukkan bagi anak laki-laki, sedangkan warna feminin diperuntukkan bagi anak perempuan. Adanya pembedaan warna menjadi warna maskulin dan feminin ditentukan oleh konvensi sosial yang diwariskan secara turun-temurun. Warna pun memiliki dua buah makna, yaitu makna simbolis yang dekat dengan alam dan warna psikologis yang merupakan asosiasi psikologis yang ditentukan oleh kesepakatan masyarakat.
Metode penelitian yang digunakan adalah metode penelitian kualitatif yaitu penelitian yang dilakukan dengan mengutamakan kedalaman pemahaman terhadap hubungan antar konsep yang diuraikan secara deskriptif analisis. Sumber data yang dipakai berasal dari buku Quick and Easy Enchanting Gifts Wrapping tahun 2004 oleh Yoshiko Hase dan buku Rappingu to Ka-do tahun 2007 oleh Marie Takeda.
Berdasarkan analisis yang telah dikumpulkan, maka dapat disimpulkan bahwa perbedaan jenis kelamin dapat menimbulkan pembedaan penggunaan warna pada hadiah ulang tahun anak-anak. Selain itu, makna yang dikandung dalam warna pun dapat digunakan untuk menyampaikan rasa dari si pemberi kepada si penerima.

Japanese is one of the nation that having the knowledge of gift and giving culture that it called zoutou bunka. There are many occasion for gift and giving in Japan, one of them is birthday, especially children's birthday. One of the important element in Japanese gift and giving culture is the art of wrapping gifts that called rappingu. Besides paper and ribbon, color is one of the important elements for the art of wrapping gifts.
Color can be classified as two, that is masculine color and feminine color. Masculine colors are for boys and feminine colors are for girls. The differences definite by social consensus generation by generation. Color have two meanings, that is symbolical meaning, is the similarity color with the nature, and psychological meaning, is psychological association by society consensus.
This is a study that using a descriptive analysis method. This method describes the facts then continued to analyze the data. The source of data from Quick and Easy Enchanting Gifts Wrapping year 2004 by Yoshiko Hase and Rappingu to Ka-do year 2007 by Marie Takeda.
After analyzing the data it can conclude that sex can emerge the differences of using colors in children birthday gifts. Also, the color meaning can be using to deliver feel from a giver to a receiver.
"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2008
S13885
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Widyaningsih Peni Lestari
"Giongo dan Gitaigo merupakan salah satu aspek bahasa Jepang yang menarik bagi para pembelajar bahasa Jepang yang berbahasa ibu bahasa Indonesia Namun karena jumlahnya yang begitu banyak sementara padanannya dalam bahasa Indonesia sangat terbatas, kadang-kadang giongo dan Gitaigo ini menjadi salah satu kendala pada saat belajar bahasa Jepang. Giongo dan gitaigo yang terdiri dari empat suku kata dengan bentuk pengulangan utuh dua suku kata awal merupakan Giongo dan gitaigo yang paling banyak ditemukan dalam novel Madogiwa No Tottochan yaitu sebanyak 54 buah. Namun dengan mengetahui bentuk giongo dan gitaigo, tidak berarti mengetahui makna yang terkandung dalam giongo dan gitaigo tersebut.
Penelitian tentang hubungan antara bentuk giongo dan gitaigo yang terdiri dari empat suku kata dengan bentuk pengulangan utuh dua suku kata awal dengan makna yang terkandung di dalamnya, menggunakan konsep yang dilemukakan oleh Shoko Hamano yang terdapat dalam The Sound-Symbolic System Of Japanese. Hamano membuat suatu kesimpulan bahwa distribusi atau letak konsonan maupun vokal di dalam giongo dan gitaigo, mempengaruhi makna yang terkandung dalam giongo dan gitaigo tersebut.
Hasilnya menunjukkan bahwa ada hubungan antara distribusi atau letak konsonan maupun vokal di dalam giongo dan gitaigo dengan makna yang terkandung dalamnya. Namun tidak semua data menunjukkan makna sesuai dengan apa yang diungkapkan oleh Hamano. Ada beberapa perkeeualian yaitu pads giongo dan gitaigo seperti Bura-bura, gowa-gowa dan yore-yore. Adapun secara umum dapat diambil kesimpulan sebagai benkut: Pengulangan bentuk dasar secara utuh menunjukkan makna suatu gerakan atau kegiatan yang dilakukan berulang kali atau berkelanjutan; menunjukkan makna obyek yang rnelebar atau mengembang; juga menunjukkan makna keadaan yang tetap atau statis.
Konsonan awal yang mengalami palatalisasi seperti kyo atau cho menunjukkan makna adanya sifat yang kekanak-kanakan. Ada 33 kombinasi konsonan dan 16 kombinasi vokal yang ditemukan dalam 54 giongo dart gitaigo yang dianalisa dalam Bab III Penjelasan makna vokal yang dikemukakan oleh Hamano kurang spesifik atau terperinci sehingga lebih sulit untuk menguraikan makna berdasarkan kombinasi vokal dibandingkan dengan analisa berdasarkan kombinasi konsonan."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2006
S13934
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fitria Ulfah
"Skripsi ini membahas anak yang mengalami kekerasan di dalam keluarga dan laporan-laporan mengenai kekerasan pada anak di jidousoudanjo. Penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan desain deskriptif dengan telaah kepustakaan. Data diperoleh dari beberapa sumber buku yang berkaitan dengan penelitian ini. Hasil dari penelitian ini adalah kekerasan pada anak yang terjadi dalam keluarga di Jepang merupakan hasil dari pola sosialisasi orangtua yang otoriter, tujuannya untuk mendisiplinkan anak dengan menggunakan hukuman-hukuman fisik namun cenderung negatif yang berakibat pada kekerasan fisik. Anak yang mengalami kekerasan seperti ini yang banyak dijumpai di yougoshisetsu.

The focus of this study is children who abused in Japan family and many of abuse cases dealt with by the jidousoudanjo have resulted in children being placed in yougoshisetsu. While yougoshisetsu may be better able to help children who have been abused, the emergence of an increasingly large number of abused children may at the same time help yougoshisetsu to survive.This research is qualitative descriptive interpretive. The data were collected by book which relevant with this study. The resulted this research is children abuse which happened in Japanese family is resulted from parent_s socialization for children is strictly, its for the children discipline but strictly with physical punishment which negative effect to children is children abuse. Many children which have been abused like this in yougoshisetsu just for have protection."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2009
S13616
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Dhiyah Ratna Putri
"Skripsi ini membahas tata saji hanami bentou yang merupakan bagian dari budaya kuliner Jepang. Penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan desain eksposisi.Penelitian ini bertujuan untuk memberikan informasi dan menjelaskan mengenai tata saji hanami bentou pada kegiatan hanami di Jepang. Hanami Bentou merupakan jenis obentou yang disajikan pada kegiatan hanami di Jepang. Tata saji hanami bentou sangat memperhatikan mengenai tampilannya yang berwarnawarni disesuaikan dengan suasana musim semi. Warna yang dominan terlihat pada hanami bentou merupakan warna yang melambangkan kegiatan hanami.

The focus of this study is the food arrangement of hanami bentou which is a part of Japanese culinary culture. This research is qualitative interpretive exposition. The purpose of this study is to provide information and to explain the food arrangement of hanami bentou during hanami in Japan. Hanami Bentou is a kind of obentou served at the hanami in Japan. The colorful appearance plays an important role in the food arrangement of hanami bentou. The colors of the food represent the atmosphere of hanami in Japan.
"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2011
S262
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Arinie Ratna Puspita
"Skripsi ini membahas mengenai kyōgashi yang disajikan pada perayaan ohanami. Kyōgashi adalah istilah untuk kue manis ala Jepang yang dibuat di Kyoto dan pada umumnya dijadikan sebagai hadiah dan disuguhkan pada upacara minum teh. Secara bentuk, kyōgashi mencerminkan alam Jepang. Penulis meneliti makna yang terkandung pada kyōgashi ohanami melalui bentuk dan warna-nya. Penelitian ini menunjukkan bahwa kyōgashi merupakan bentuk simbolis dari kecintaan orang Jepang terhadap alam dan menjadikannya sebagai objek penghargaan.

The focus of this study is kyōgashi in ohanami ceremony. Kyōgashi is a term for Japanese sweets made in Kyoto which is usually made as a gift and presented in the tea ceremony. Regarding the form kyōgashi reflects the nature of Japan. The author analyze the meaning behind kyōgashi in ohanami ceremony through its shapes and colors. The result of this research show that kyōgashi is a symbolic form of the Japanese love of nature where they thinks that nature is an object to be appreciated."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2012
S42042
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Ajeng Priendarningtyas
"Makalah ini membahas mengenai budaya populer Jepang, yakni manga sebagai bentuk keberhasilan soft power Jepang. Penelitian dalam pembahasan ini menggunakan konsep budaya populer oleh Hidetoshi Kato dan konsep soft power oleh Joseph S. Nye Jr, serta difokuskan pada penggunaan metode kualitatif dengan teknik deskriptif analisis. Perhatian dari masyarakat Jepang terhadap budaya populer dapat dimanfaatkan menjadi sumber ‘soft power’, salah satunya keberhasilan komik Doraemon yang berkembang pesat baik di Indonesia maupun di seluruh dunia. Penelitian ini bertujuan memberikan penjelasan akan keberhasilan soft power Jepang dalam pengaruh perkembangan komik Jepang pada era globalisasi saat ini, serta memberikan gambaran akan peranan penting dalam mendukung dan menyokong perkembangan komik Jepang hingga ke seluruh penjuru dunia.

This thesis discusses about pop culture in Japan, which is called manga as a form of soft power as an achievement for Japan. This research uses the concept of pop culture by Hidetoshi Kato and the concept of soft power by Joseph S. Nye Jr. in addition; this research focuses on qualitative method with descriptive analysis technique. Concern from Japanese people towards the popular culture can be used as a source for 'soft power', one of the most successful works is Doraemon a comic that expands rapidly in Indonesia and worldwide. This research aims to give explaination of Japan's soft power achievment in comic the expansion in globalization era, in particular to illustrate how important it is to give support and reinforcement in comic expansion through out the world."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2013
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Nanda Dian Windy Lestari
"Penelitian ini merupakan hasil kajian mengenai pandangan orang Jepang terhadap juku pada masa kini. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menjelaskan pandangan orang Jepang mengenai juku pada masa kini. Penelitian dilakukan dengan menyebarkan angket kepada beberapa warga Jepang yang tinggal di Jakarta. Pada masa dulu, juku dianggap penting oleh masyarakat Jepang, karena peranannya yang sangat membantu bagi para siswa. Begitu pula pandangan orang Jepang terhadap juku masa kini. Hanya saja yang berbeda adalah orangtua saat ini memberikan kebebasan bagi anaknya untuk ikut atau tidak ikut dalam juku.

This research is the result of analize about japanese view of juku in the present day. The Purpose of this research is to desribe the japanese view of juku in the present day. The research had been done by distributed the quetionnaires to japanese who live in Jakarta. In the past, juku was important for japanese, because the function which helped for the students. Likewise, the japanese view of juku in the present day. But, the differency is just the parents in the present day give the freedom to their children for choose that they want to go to juku or not.
"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2013
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Mutiara Zulhijah
"Penelitian ini mengkaji dampak ijime dalam dorama “Seito Shokun”. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan dampak ijime yang ada dalam dorama Seito Shokun. Penelitian dilakukan dengan menggunakan metode deskriptif analisis dalam cakupan kualitatif. Sumber data yang digunakan dalam penelitian adalah dorama Seito Shokun (2007) karya sutradara Karaki Marehiro dan Tamura Naoki yang berjumlah 10 episode. Teori yang digunakan dalam menganalisis permasalahan adalah teori milik Mitsurui Taki mengenai sumber tekanan yang menjadi penyebab ijime dan teori milik Mc Clure dan Shirataki mengenai dampak ijime. Setelah melakukan analisis, dapat disimpulkan bahwa penyebab ijime yang muncul dalam dorama Seito Shokun adalah tekanan yang bersumber dari guru, dan keluarga. Tekanan dari guru berupa penyalahgunaan otoritas guru dan pengajaran kedisiplinan yang telah melupakan aspek kemanusiaan, sedangkan dari keluarga berupa ketidakberfungsian peran masing-masing anggota keluarga. Dampak yang muncul adalah hikikomori, toukoukyohi, kenakalan, dan bunuh diri.

This study examined the impacts of ijime on Seito Shokun’s dorama. The purpose of this study was to describe the impacts of ijime on Seito Shokun’s dorama. The study was conducted by using the descriptive analysis method in qualitative coverage. Sources of data used in the study was 10 episodes of Seito Shokun’s drama (2007) which directed by Karaki Marehiro and Naoki Tamura. The theory used to analyze the problem is Mitsurui Taki's theory about the source of pressure which becoming the causes of ijime and Mc Clure and Shirataki's theory about the impacts of ijime. After analyzing, it would be concluded that the cause of ijime which appear in Seito Shokun’s drama is the pressure that comes from teachers, and families. Pressure from teachers are abuse of authority and discipline’s teaching which forgotten the aspect of humanity, while from the family is malfunction roles of each family member. However the impacts that appeared are hikikomori, toukoukyohi, delinquency, and suicide.
"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2013
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6   >>