Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 20 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Elizabeth Dian Novita
Abstrak :
Latar belakang : Implan kontrasepsi adalah batang subdermal yang melepaskan progestin selama 3-5 tahun. Efek samping implan yang paling umum dan sering terjadi adalah perdarahan uterus abnormal (PUA). Berbagai teknik diagnostik tersedia untuk menentukan penyebab PUA. Namun, belum ada penelitian tentang temuan patologi endometrium dari ultrasonografi (USG) transvaginal dan histeroskopi yang dikonfirmasi dengan histopatologi endometrium pada akseptor kontrasepsi implan satu batang Monoplant®. Tujuan : Untuk menentukan temuan patologi endometrium dari USG transvaginal, histeroskopi, dan histopatologi pada akseptor kontrasepsi implan satu batang Monoplant® Metode : Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif observasional dengan metode cross sectionaldilakukan pada akseptor implan levonorgestrel batang tunggal yang mengalami perdarahan uterus abnormal usia 20-35 tahun. Wanita dengan kanker serviks, stenosis serviks, penyakit radang panggul, atau penyakit yang tidak memungkinkan dilakukan pemeriksaan ini dieksklusikan dari penelitian ini. Semua subjek dalam penelitian ini diperiksa menggunakan USG transvaginal, histeroskopi, dan pemeriksaan histopatologi. Data yang terkumpul kemudian dianalisis. Hasil : Sebanyak 20 subjek direkrut untuk penelitian ini. Semua subjek diperiksa menggunakan USG transvaginal, histeroskopi, dan pemeriksaan histopatologi. Tidak ada patologi lain selain penipisan endometrium dan atrofi endometrium. Hasil USG transvaginal dan histeroskopi dibandingkan dengan hasil histopatologi. Kesimpulan : Atrofi endometrium adalah penyebab utama perdarahan uterus abnormal pada wanita yang menggunakan implan satu batang levonorgestrel. Namun, pemeriksaan harus dilakukan untuk menyingkirkan etiologi tambahan yang menyebabkan perdarahan uterus abnormal. ......Background:Contraceptive implants are subdermal rods that release progestins over a 3-5 year period. The most common and frequent side effect of implants is abnormal uterine bleeding (AUB). Various diagnostic techniques are available to determine the cause of AUB. However, there have been no studies on the findings of endometrial pathology from transvaginal ultrasound and hysteroscopy confirmed by endometrial histopathology in single-rod Monoplant®implant contraceptive acceptors Objective : To determine the findings of endometrial pathology from transvaginal ultrasound, hysteroscopy, and histopathology in single-rod Monoplant®implant contraceptive acceptors Methods:An observational descriptive study using cross sectional method was performed on acceptors of single rod levonorgestrel implant having abnormal uterine bleeding aged 20-35 years old. Women with cervical cancer, cervical stenosis, pelvic inflammatory disease, or any disease that would the examination impossible were excluded. All of the subjects in this study was examined using transvaginal ultrasound, hysteroscopy, and histopathology examination. Collected data was then analyzed accordingly. Results: A total of 20 subjects was recruited to the study. All of the subjects were examined using transvaginal ultrasound, hysteroscopy, and histopathology examination. There was no other pathology other than endometrial thinning and endometrial atrophy. Results of transvaginal ultrasound and hysteroscopy were compared to histopathologic results. Conclusion:Endometrial atrophy is the main cause of abnormal uterine bleeding in women using single rod levonorgestrel implant. However, examinations should be performed to eliminate additional etiologies causing abnormal uterine bleeding.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2020
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Kieran Pasha Ivan Sini
Abstrak :
Latar Belakang: Preeklamsia digeneralisasikan sebagai gangguan multisimtomatik yang marak pada wanita hamil dengan usia kehamilan 20 minggu. Wanita berisiko mengalami preeklamsia jika mereka memiliki faktor termasuk riwayat keluarga atau gangguan hipertensi terkait kehamilan, dan penyakit ginjal kronis, nulipara, obesitas (IMT lebih dari> 35), riwayat keluarga preeklamsia, riwayat atau kehamilan multifetal saat ini, dan interval kehamilan 10 tahun dari kehamilan sebelumnya. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi kemungkinan penyebab dan faktor risiko, semoga menjelaskan pencegahan dan metodologi baru untuk mengurangi risiko, atau mungkin mencegah kondisi tersebut muncul. Metode: Penelitian ini menggunakan rekam medis yang diperoleh dari tahun 2021 dimana rekam medis tersebut berasal dari fokus studi demografi yaitu Departemen Obstetri dan Ginekologi RSUPN dr. Cipto Mangunkusumo dan dianalisis melalui program SPSS. Data yang akan dikumpulkan terkait profil demografi dan factor risiko pasien meliputi usia pasien, risiko penyakit kardiovaskular yang terkonfirmasi, kehamilan sebelumnya, dan level pendidikan. Hasil: Studi ini menemukan bahwa ada perbedaan yang signifikan secara statistik antara kelompok usia (c2(2) = 7.9, p = 0.019, Cramer's V = 0.152), riwayat penyakit kardiovaskular (c2(2) = 17.32, p < 0.001, Cramer's V = 0.226) dengan kejadian dari preeklampsia. Perbedaan yang signifikan secara statistik pada usia rata-rata juga diamati antara mereka yang menderita preeklampsia dan mereka yang tidak menderita preeklamsia (t(338) = 3,08, p = 0,002). Sementara itu, kehamilan sebelumnya (p = 0,296) dan level pendidikan (p = 0,614) secara statistik tidak berbeda signifikan dengan terjadinya preeklampsia di antara kedua kelompok sampel. Kesimpulan: Penelitian ini menunjukkan bahwa usia, riwayat penyakit kardiovaskular merupakan faktor risiko yang signifikan terhadap terjadinya preeklampsia. ......Introduction: Preeclampsia is generalized as a multisymptomatic disorder that is prevalent within pregnancies of 20 weeks’ gestation. Women are at risk of preeclampsia if they have factors including a history of familial or pregnancy-related hypertensive disorder, chronic kidney disease, nulliparity, being obese (a BMI over >35), a family history of preeclampsia, history or a current multifetal pregnancy, and a pregnancy interval of 10 years from the previous pregnancy. This study aims to identify possible causes and risk factors, hopefully shedding light towards new preventions and methodologies to somewhat reduce risks, or possibly prevent the condition from ever emerging. Methods: This research uses medical records obtained from the year 2021, where the records originate from the Department of Obstetrics and Gynecology, RSUPN dr. Cipto Mangunkusumo and later analyzed through SPSS. Data that will be collected relating to the patients’ demographic profiles and risk factors includes the age of the patient, confirmed risk of cardiovascular diseases, previous pregnancies, and educational level. Results: This study found that there are statistically significant differences between age groups (c2(2) = 7.9, p = 0.019, Cramer’s V = 0.152), history of cardiovascular disease (c2(2) = 17.32, p < 0.001, Cramer’s V = 0.226) with the occurrence of preeclampsia. A statistically significant difference in mean ages were also observed between those that had preeclampsia and those that did not (t(338) = 3.08, p = 0.002). Meanwhile, previous pregnancies (p = 0.296) and educational level (p = 0.614) was not statistically significantly different to the eventual occurrence of preeclampsia in between the two groups of samples. Conclusion: This study shows that age, history of cardiovascular disease, are significant risk factors towards the occurrence of preeclampsia.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Kartika Indah Lestari
Abstrak :
ABSTRAK
Latar Belakang: Prolaps Organ panggul POP adalah tonjolan atau penonjolan organ panggul dan segmen yang terkait vagina ke dalam atau melalui vagina.1 POP Sering dijumpai pada wanita dewasa dan usia lanjut.1-3 Umumnya wanita yang menderita POP datang dengan keluhan adanya benjolan pada vaginanya.9,10 Gangguan pada fungsi seksual jarang dikeluhkan, namun dari kepustakaan diketahui bahwa pasien prolaps stage 3-4 terkait dengan sulitnya pencapaian orgasme.13 Sedangkan Roovers dkk melaporkan prevalensi disfungsi seksual sebesar 68 pada pasien POP. Sayangnya, Di Indonesia sendiri penelitian mengenai disfungsi seksual pada penderita POP cukup jarang, bahkan peneliti sendiri belum mendapatkan datanya. Oleh karena itu penting dilakukan penelitian mengenai prevalensi disfungsi seksual pada pasien prolaps organ panggul.Tujuan : Mengetahui prevalensi disfungsi seksual pada penderita prolaps organ panggulMetode: Dengan desain potong lintang, di dua rumah sakit pusat rujukan di Jakarta RSUPN Ciptomangunkusumo dan RSUP Fatmawati . Semua pasien POP yang memenuhi kriteria inklusi mengisi kuesioner indeks fungsi seksual FSFI-19 , kemudian dilakukan analisis data univariat untuk karakteristik data subjek, dan bivariat untuk mengetahui hubungan antara variable dependen dan independen.Hasil: Dari 82 data yang dianalisis, prevalensi disfungsi seksual pada pasien POP mencapai 57,3 . Sedangkan sebagian besar pasien POP juga sudah mengalami menopause dengan prevalensi sebesar 76.8 . Prevalensi disfungsi seksual pada pasien POP yang sudah menopause sebesar 66,7 . Dari hasil analisis bivariat, usia, menopause, obesitas dan stadium prolaps adalah faktor risiko yang signifikan terhadap kejadian disfungsi seksual pada pasien POP. Variabel usia, merokok, menopause, obesitas dan stadium prolaps, memiliki nilai p 60 dengan OR 8 IK95 2,45- 26,12 , dan obesitas IMT 30 kg/m2 dengan OR 0,30 IK 95 0,09-0,98 .Kata kunci : prolapse organ panggul, disfungsi seksual, fungsi seksual, seksual aktif
ABSTRACT
AbstractBackground Pelvic Organ Prolapse POP is a bulge or protrusion of pelvic organs and related segments into or through the vagina vagina.1 POP often be found in adult women and older people.1 3 Generally, women who suffer from POP present with a lump vaginal .9,10 Disturbances in sexual function rarely complained, but from the literature it is known that patients with stage 3 4 prolapse associated with difficulty in achieving a orgasme.13 While Roovers et al reported the prevalence of sexual dysfunction was 68 in patients with POP. Unfortunately, in Indonesia, research on sexual dysfunction in patients with POP quite rare, even the researchers themselves do not get the data. It is therefore important to do research on the prevalence of sexual dysfunction in patients with pelvic organ prolapse and factors associated with sexual dysfungtion among them.Objective To determine the prevalence of sexual dysfunction in patients with pelvic organ prolapse and factors associated with sexual dysfungtion among them.Methods A cross sectional design, in two referral hospitals in Jakarta RSUPN Ciptomangunkusumo and Fatmawati Hospital All patients who met the inclusion criteria POP fill out a questionnaire of sexual function index FSFI 19 , then performed univariate analysis of data on the characteristics of the data subject, bivariate and multivariate analysis to know the relationship between the dependent and independent variablesResults Of the 82 analyzed data, the prevalence of sexual dysfunction in patients with POP reached 57.3 . While most of the patients had experienced menopause POP also with a prevalence of 76.8 The prevalence of sexual dysfunction in patients who are menopausal POP by 66.7 . From the results of the bivariate analysis, age, menopause, obesity and stage of prolapse is a significant risk factor on the incidence of sexual dysfunction in patients with POP. The variables of age, smoking, menopause, obesity and stage of prolapse, p 60 with an OR 8 IK95 2,45 26.12 , and obesity BMI 30 kg m2 with an OR of 0.30 CI 95 0.09 to 0.98 . Keywords pelvic organ prolapse, sexual dysfunction, sexual function, sexually active
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2016
T58898
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rizki Fauzi Suskhan
Abstrak :
Latar belakang: Ketuban pecah dini (KPD) adalah pecahnya kantung ketuban sebelum persalinan. KPD dapat menyebabkan komplikasi yang dapat mengancam nyawa baik bagi ibu maupun bayi. Penelitian ini akan memberikan gambaran yang faktual, sistematis, dan terbaru mengenai fakta terkait kejadian ketuban pecah dini di RSCM dengan karakteristik demografi yang diselidiki. Metode: Penelitian observasional deskriptif ini mengggunakan desain potong lintang. Populasi penelitian adalah Ibu hamil yang bersalin di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo Jakarta selama periode Agustus hingga Desember 2021 dengan besar sampel sebanyak 80 subjek yang dalam rekam medis terdiagnosis mengalami ketuban pecah dini, diambil dengan teknik purposive sampling. Hasil: Pada penelitian ini didapatkan umur pasien diantara 16—46 tahun dengan rata-rata 29.4541 6.559. Lama pendidikan formal yang ditempuh mayoritas pasien maupun pasangannya, yakni 7 – 12 tahun baik pasien (60%) maupun pasangannya (72.5%). Jenis pekerjaan pasien didominasi oleh yang tidak bekerja (62.5%) sedangkan untuk pasangan didominasi oleh karyawan swasta (52.5%). Alamat asal tempat tinggal pasien yang memiliki persentase terbesar berasal dari Jakarta Timur (33.8%). Sebagian besar pasien multigravida (63.7%), tetapi hampir setengahnya nullipara (46.3%), dan hampir seluruh pasien tidak memiliki riwayat KPD sebelumnya (96.3%). Kesimpulan: Mayoritas pasien KPD pada penelitian ini memiliki ciri-ciri: lulusan SMA/sederajat (48.8%), tidak bekerja (62.5%), bertempat tinggal di Kota Jakarta Timur (27%), multigravida (63.7%), nullipara (46.3%), dan tidak memiliki riwayat KPD (96.3%). ......Introduction: Premature rupture of membrane (PROM) is defined as the rupture of the amniotic sac before the onset of labor. PROM may cause complications that threaten the mother's and her baby's lives. This research will give factual, systematic, and newest information on the case of premature rupture of membrane at RSCM. Methods: This cross-sectional study used a descriptive observational approach. The population are pregnant women that gave birth at RSCM from August to December 2021. Total of 80 samples was obtained using purposive sampling from secondary data in the medical records that were diagnosed with premature rupture of membrane. Result: In this study, the patient's age was between 16 and 46 years with an average of 29.4541 ± 6.559. The length of formal education taken by the majority of patients and their partners is 7-12 years, both patients (60%) and their partners (72.5%). The type of jobs of patients is dominated by those who do not work (62.5%) while for couples it is dominated by private employees (52.5%). The patient's residence address which has the largest percentage comes from East Jakarta (33.8%). Most of the patients were multigravida (63.7%), but almost half were nulliparous (46.3%), and almost all patients had no previous history of PROM (96.3%). Conclusion: The majority of PROM patients in this study had the following characteristics: high school graduates/equivalent (48.8%), not working (62.5%), residing in East Jakarta City (27%), multigravida (63.7%), nullipara (46.3%), and had no history of PROM (96.3%)
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dyah Paramita Wardhani
Abstrak :
Latar Belakang : Preeklampsia masih menjadi penyebab utama morbiditas dan mortalitas pada ibu hamil. Hingga saat ini masih belum ada program penapisan untuk memprediksi preeklampsia di Indonesia. Pada tahun 2018 di Jakarta, dilakukan penelitianmengenai faktor-faktor risiko maternal dan profil biofisik yang dinilai dapat meningkatkan kejadian preeklampsia. Namun, hasil penelitian tersebut masih perlu dilakukan validasi eksternal untuk mengonfirmasi bahwa hasilnya valid dan bisa diaplikasikan pada situasi, waktu, tempat yang berbeda. Tujuan: Melakukan validasi eksternal hasilpenelitian terdahulu Metode: Desain kohort prospektif. Semua ibu hamil yang melakukan pemeriksaan kehamilan di RSCM, RSUK JoharBaru, dan RSUK Tebet dari April-November 2018 diikuti hingga bersalin/terjadi preeklampsia pada Januari 2019. Hasil: Total subjek 467 orang. Insidens preeklampsia dari ketiga rumah sakit adalah 18,2%. Hasil penelitian dianalisis secara bivariat dilanjutkan multivariat. Hasil penelitian yang secara statistik signifikan adalah hipertensi kronik, riwayat preeklampsia, tekanan arteri rerata≥ 95 mmHg, dan indeks pulsatilitas a.uterina tinggi. AUC-ROC (kemampuan diskriminasi untuk memprediksi preeklampsia) 85%. Sehingga merupakan instrumen yang baik untuk uji diagnostik. Hasil ROC dari penelitian sebelumnya menunjukkan hasil yang serupa. Cut off dari penelitian ini 0,91 (sensitivitas 79% dan spesifisitas 84%). Hasil uji validitas eksternal dari penelitian sebelumnya diterapkan pada penelitian ini dan menunjukkan hasil yang valid dan memiliki akurasi yang baik. Kesimpulan: Faktor-faktor yang meningkatkan risiko preeklampsia, yaitu hipertensi kronik, riwayat preeklampsia, tekanan arteri rerata ≥95 mmHg, dan indeks pulsatilitas a.uterina tinggi. Hasil perbandingan uji diagnostik dan uji validitas eksternalbaik. ......Background: preeclampsia is still leading causes of morbidity and mortality in pregnant women. Until today, there is still no screening program to predict preeclampsia in Indonesia. In Jakarta 2018, conducted research on maternal risk factors and biophysical profile to predict preeclampsia. However, the results still needs to be performed external validation to confirm that the results of the study are valid and can be applied on different situations, populations, and times. Objective: to perform external validation of the previous studyMethods: A prospective cohort design. Participants are all pregnant women who perform antenatal care in RSCM, RSUK JoharBaru, and RSUK Tebet from April-November 2018. They will be followed until January 2019. Results: Total participants 467 subject. Incidence of preeclampsia from 3 hospitals was 18,2%. The results had been analyzed bivariate continuing multivariate. The results of this study which statistically significant werechronic hypertension, history ofpreeclampsia, mean arterial pressure≥ 95 mmHg, and high pulsatility index of uterine artery. AUC-ROC (discrimination ability to predict preeclampsia) was 85%. Therefore, it is a good instrument fordiagnostic test. The ROC result of previous study seen shows the similar result.Cut off of this study was 0,91 (79% sensitivity and 84% specificity). The result of external validity test from previous study which applied to this study was valid and showed a good accuracy.Conclusion: Several factors increase the risk of preeclampsia, such as chronic hypertension,history of preeclampsia, mean arterial pressure≥ 95 mmHg, and high pulsatility index of uterine artery. The results of diagnostic test and external validation test are good.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2019
T57679
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Arresta Vitasatria Suastika
Abstrak :
ABSTRAK
Latar Belakang : Sejak dimulai penyelenggaraan sistem Jaminan Kesehatan Nasional, pemerintah menerapkan sistem rujukan berjenjang. Namun, RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo sebagai fasilitas kesehatan rujukan tingkat lanjutan mengalami peningkatan jumlah pasien, khususnya di Poliklinik Obstetri dan Ginekologi. Peneliti ingin mengetahui perbandingan pola kasus rujukan sebelum dan setelah era JKN di Poliklinik Obstetri dan Ginekologi RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo. Metode : Penelitian ini adalah observasional potong lintang dengan menggunakan data rekam medis pasien yang dirujuk ke Poliklinik Obstetri dan Ginekologi RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo selama tahun 2013 dan 2014. Analisis dilakukan dengan analisis bivariat dengan chi square untuk membedakan ketepatan diagnosis rujukan, ketepatan asal fasyankes perujuk, dan kesesuaian diagnosis rujukan sebelum dan setelah pelaksanaan JKN. Hasil : Terdapat peningkatan jumlah kunjungan Poliklinik Obstetri dan Ginekologi sejak dilaksanakannya program JKN pada tahun 2014, yaitu sebanyak 4.311 pasien. Jumlah subjek adalah sebanyak 222 subjek, terdiri dari 104 subjek pada tahun 2013 dan 118 subjek pada tahun 2014. Dari analisis data, didapatkan tingkat ketepatan diagnosis sebelum JKN adalah 81,7% dan setelah JKN 72,9% (p=0,118), tingkat ketepatan fasyankes perujuk sebelum JKN adalah 63,5% dan setelah JKN 71,2% (p=0,220), serta tingkat kesesuaian diagnosis sebelum JKN adalah 89,4% dan setelah JKN 84,7% (p=0,302). Kesimpulan : Tidak ada perbedaan yang bermakna secara statistik antara ketepatan diagnosis rujukan, ketepatan fasyankes perujuk, dan kesesuaian diagnosis fasyankes rujukan sebelum dan sesudah pelaksanaan JKN.
ABSTRACT
Background : Since the start of National Health Coverage Program or in Indonesian Jaminan Kesehatan Nasional (JKN), the government has implemented vertical referral system. Even though Dr. Cipto Mangunkusumo General Hospital is the highest referral health facility, there is a growing number of patients, specifically in obstetric and gynacology outpatient clinic. Objective : To understand the pattern of referral cases (accuracy of referral diagnosis, accuracy of referral health facility and consistency of referral diagnosis) in obstetrics and gynecology outpatient clinic before and after the implementation of JKN. Methods : This is an observational cross sectional study using medical records of patients who were referred to obstetrics and gynecology outpatient clinic in Dr. Cipto Mangunkusumo General Hospital in 2013 and 2014. Data was analyzed with bivariate analysis with chi square, consisting the accuracy of referral cases, accuracy of referral health facility, and consistency of referral cases before and after implementation of JKN. Results: There is a growing number of patients in obstetrics and gynecology outpatient clinic after the implementation of JKN in 2014, which is 4.311 patients. Subjects were 222 cases, 104 cases from 2013 and 118 cases from 2014. From the analyzed data, the accuracy of referral diagnosis before JKN is 81,7% and after JKN 72,9%. (p=0,118), the accuracy of referral health facility before JKN is 63,7% and after JKN 72,9% (p=0,220), and the consistency of referral diagnosis before JKN is 89,4% and after JKN 84,7% (p=0,302). Conclusion : There is no statistically significant difference between the accuracy of referral diagnosis, accuracy of referral health facility, and consistency of referral diagnosis before and after the implementation of JKN.
2019
T55574
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ribkhi Amalia Putri
Abstrak :
Latar belakang: Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR) merupakan Metode Kontrasepsi Jangka Panjang (MKJP) yang memiliki efektivitas tinggi. Pemasangan AKDR pascaplasenta akan meningkatkan cakupan penggunaan kontrasepsi dan menurunkan angka unmeet need. Metode pemasangan AKDR pascaplasenta bervariasi dengan menggunakan tangan, inserter, dan klem. Selain masalah pemasangan, permasalahan yang sering muncul pada penggunaan AKDR diantaranya adalah ekspulsi, infeksi, dan efek samping, yang mempengaruhi kenyamanan dan penerimaan klien. Tujuan: Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui efektivitas, ekspulsi, penerimaan, dan efek samping pemasangan AKDR pascaplasenta dengan klem. Metode: Penelitian ini merupakan studi observasional longitudinal prospektif. Populasi terjangkau adalah akseptor AKDR pascaplasenta yang melahirkan di RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo pada periode April 2018 sampai dengan Maret 2019. Evaluasi dilakukan melalui wawancara pada minggu keenam, bulan ketiga, dan bulan keenam. Analisis data bersifat deskriptif dalam jumlah dan persentase. Hasil: Sebanyak 94 orang subjek diikutkan dalam penelitian. Sebanyak 4,2% tidak dapat dilakukan pendataan pada bulan ketiga dan 19,1% pada bulan keenam. Efektivitas AKDR mencapai 100%. Angka ekspulsi diperoleh 2,13% pada minggu keenam, 3,45% pada bulan ketiga, dan 0% pada bulan keenam. Angka penerimaan didapatkan pada bulan ketiga 93,3% dan bulan keenam 90,8%. Efek samping yang muncul adalah: perdarahan (3,45% pada bulan ketiga dan 1,45% pada bulan keenam) dan nyeri perut (3,45% pada bulan ketiga dan 4,35% pada bulan keenam). Kejadian perforasi dan infeksi tidak ditemukan. Keluhan tambahan yang didapatkan berupa dispareunia, keputihan, dan benang keluar. Sebanyak 91,1% subjek pada bulan ketiga dan 88,16% pada bulan keenam merasa puas terhadap pemasangan AKDR pascaplasenta dengan klem. Kesimpulan: Pemasangan AKDR pascaplasenta dengan klem memiliki efektivitas baik, dengan angka ekspulsi kumulatif 5,32% dan penerimaan kumulatif tiga bulan 93,3% dan enam bulan 90,8%. ......Bakcground: Intrauterine device (IUD) is a high effectivity of long term contraception method. Postplascenta IUD increase the number of contraception use and decrese the unmeet need of contraception. There are three methods of postplacental IUD: manually using hand, using inseter, and clamp. Instead of insertion problem, expulsion, infection, and side effects are problems that influence the comfortability and acceptability. Objectives: To evaluate the effectivity, expulsion, acceptability, and side effects of postplacenta IUD insertion using clamp. Method: This is an observational longitudinal prospective study. The population are IUD acceptors who delivered at Dr. Cipto Mangunkusumo National General Hospital, Jakarta at April 2018-March 2019. The evaluation was done at 6 weeks, 3 months, and 6 months after delivery by interviewing the subjects. Data was analysed descriptively on number and precentage. Result: A total of 94 women were included in this study, with 4,2% loss of follow up at 3 months and 19,1% at 6 months. The effectivity was 100%. The expulsion rate were 2,13%; 3,45%; and 0% at 6 weeks, 3 months, and 6 months respectively. The total acceptability rate at 6 weeks, 3 months, and 6 months were 96,81%; 93,3%; and 90,8% respectively. The post-placenta IUD acceptability rate at 6 weeks, 3 months, and 6 months were 95,74%; 88,89%; and 85,63%. The side effects were menorrhagia (3,45% at 3 months and 1,45% at 6 months) and abdominal pain (3,45% at 3 months and 4,35% at 6 months). We didn't find any perforation and infection. The additional side effects were dyspareunia, vaginal discharge, and coming out of threat. 91,1% and 88,16% subjects were satisfy to the IUD contraception at 3 months and 6 months. Conclusion: Postplacenta IUD using clamp had good effectivity, with cumulative expulsion rate 5,32%. The acceptability were 93,3% and 90,8% at 3 months and 6 months respectively.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2019
T58709
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sulaeman Andrianto Susilo
Abstrak :
Latar Belakang: Angka kematian ibu (AKI) di Indonesia mencapai 359 per 100.000 kelahiran hidup. Metode kontrasepsi jangka Pajang (MKJP) menjadi salah satu pilihan kontrasepsi yang efektif untuk menurunkan AKI. Kontrasepsi implan merupakan salah satu MKJP yang rendah penggunaannya dikarenakan kurangnya edukasi mengenai efek samping yang akan ditimbulkan. Tujuan: Mengetahui perbedaan karakteristik pola perdarahan penggunaan implan levonorgestrel satu batang dan dua batang. Metode: Penelitian ini merupakan studi kohort prospektif pada pasien di RSCM Kintani yang pada bulan Maret 2016 hingga bulan Mei 2018. Sampel penelitian diambil dengan metode consecutive sampling. Analisis menggunakan uji chisquare untuk mengetahui hubungan antara karakteristik pola perdarahan antara pengguna implan levonorgestrel satu batang dan dua batang. Hasil: Terdapat 140 subjek penelitian dimana 70 subjek (50%) pengguna implan levonorsgestrel satu batang dan 70 subjek (50%) pengguna implan levonorgestrel dua batang. Pada bulan pertama pengguna implan LNG satu batang didapatkan amenore (32.9%), memendek (22.9%), normal (30%), memanjang 14.2%), sedangkan pada pengguna implan LNG dua batang didapatkan amenore (41.4%), memendek (15.7%), normal (32.9%), memanjang (10%). Tidak didapatkan hubungan kemaknaan antarkedua implan. Kesimpulan: Tidak terdapat perbedaan kemaknaan anatara karakteristik pola perdarahan pengguna implan levonorgestrel satu batang dan dua batang ......Backgrouds: The maternal mortality rate (MMR) in Indonesia reaches 359 per 100,000 live births. The long-term contraceptive method (MKJP) is an effective contraceptive choice for reducing MMR. Implanted contraception is one of the MKJPs whose use is low due to lack of education about the side effects that will be caused. Aim: Knowing the different characteristics of bleeding patterns using levonorgestrel implants one rod and two rods. Method: This study is a prospective cohort study in patients at RSCM Kintani from March 2016 to May 2018. The research sample was taken by consecutive sampling method. Analysis using the chi-square test to determine the relationship between the characteristics of bleeding patterns between users of implants levonorgestrel one rod and two rods. Result: There were 140 research subjects in which 70 subjects (50%) used singlebar levonorsgestrel implants and 70 subjects (50%) used two-bars levonorgestrel implants. In the first month, users of one rod LNG implants obtained amenorrhea (32.9%), shortened (22.9%), normal (30%), lengthened 14.2%), whereas in two rods LNG implant users obtained amenorrhea (41.4%), shortened (15.7%) ), normal (32.9%), elongated (10%). There was no relationship of significance between the two implants. Conculsion: There was no difference in significance between the characteristics of the bleeding patterns of levonorgestrel implant users one rod and two rods.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2019
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sitorus, Jimmy Toga
Abstrak :
ABSTRAK Latar belakang: Implan merupakan metoda kontrasepsi dengan efektivitas yang tinggi. Namun salah satu efek samping yang sering dikeluhkan sehingga menjadi alasan tidak melanjutkan atau tidak memilih kontrasepsi implan adalah peningkatan berat badan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perubahan berat badan (BB) dan indeks massa tubuh (IMT) akseptor implan satu batang (Monoplant®). Metode: Penelitian ini merupakan bagian dari suatu penelitian uji klinis fase 2 yang lebih besar. Data perubahan BB dan IMT diperoleh dari pengukuran serial yang tercatat dalam rekam medis pasien selama tiga tahun pemasangan Monoplant® di Klinik Raden Saleh, Jakarta. Hasil: Dari 21 subjek penelitian ini, didapatkan rerata BB dan IMT sebelum dan setelah 3 tahun pemasangan Monoplant® yakni 53,1 (SB 11,0) kg dan 22,4 (SB 4,5) kg/m2, serta 54,8 (SB 9,4) kg dan 23,1 (SB 3,9) kg/m2 . Meskipun ada kecenderungan naik, tetapi secara statistik kenaikan BB dan IMT tersebut tidak bermakna (p=0,09) dan (p=0,08). Terdapat perbedaan berat badan dalam pengukuran serial, terutama setelah bulan ke-12 (Uji repeated ANOVA p=0,024). Walaupun tidak terdapat perbedaan rerata IMT, terdapat perbedaan proporsi subjek berdasarkan kategori IMT sebelum dan setelah pemasangan Monoplant® (Uji Marginal homogeinity p=0,046). Peningkatan kadar levonorgestrel terjadi pada bulan ke-6 yang kemudian diikuti oleh kenaikan IMT pada bulan ke-12. Kesimpulan: Terdapat kecenderungan peningkatan BB dan IMT pengguna Monoplant®, khususnya setelah satu tahun meskipun secara statistik tidak bermakna.
ABSTRACT Background: Implant is contraception method which has high effectiveness. However, one of the side effects which is mostly experienced that becomes the reason of not continuing or not choosing implant contraception is the increasing of weight. This research is aimed at finding out the change of weight and body mass index (BMI) of single rod implant acceptor (Monoplant®). Method: This method is the part of a research of a bigger phase two in clinical test. Data changes of weight and BMI is obtained from series of measurement which is recorded in patients? medical record in three years of Monoplant® placement in Raden Saleh Clinic, Jakarta. Result: From 21 subjects of this research, the average weight and BMI before and after 3 years of Monoplant® placement is gained, i.e. 53.1 (SD 11,0) kg and 22.4 (SD 4.5) kg/m2, and 54.8 (SD 9.4) kg and 23.1 (SD 3.9) kg/m2. Despite the tendency of increasing, statistically the increasing of weight and BMI, however, is meaningless (p=0.09) and (p=0.08). There is a difference of weight in series of measurement, particularly after the 12th month (Repeated test ANOVA p=0.024). Even thought there is no difference of BMI average, there is a difference of subject?s proportion based on BMI categories before and after Monoplant® placement (Marginal homogeneity test p=0.046). The increasing of levonorgestrel level occurs in the 6th month and subsequently followed by the increasing of BMI in the 12th month. Conclusion: There is a tendency of increasing weight and BMI in Monoplant® users, specifically after one year despite the fact that it is statistically meaningless.
2015
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Medissa Diantika
Abstrak :
ABSTRAK
Latar Belakang: Endometriosis merupakan kondisi yang sering ditemukan pada wanita usia reproduksi. Keterlambatan dignosis masih menjadi kendala. Saat ini, metode diagnosis non invasif termasuk transvaginal sonography telah direkomendasikan. Penelitian ini bertujuan mengevaluasi akurasi transvaginal sonogrpahy untuk mendiagnosis kista endometriosis di RS Cipto Mangunkusumo

Metode: Penelitian ini merupakan penelitian uji diagnostik yang dilakukan di RS Cipto Mangunkusumo pada Januari 2014 ? Juni 2015. Subjek penelitian merupakan pasien rawat jalan dengan kecurigaan kista endometriosis berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisik. Pasien kemudian diperiksa transvaginal sonography oleh pemeriksa berpengalaman sesuai dengan protokol penelitian. Selanjutnya, pemeriksaan histologi dengan sediaan masa yang diambil dari prosedur operasi dijadikan baku emas

Hasil: Terkumpul 98 pasien yang dianalisis. Kista endometriosis terkonfirmasi pada 85 pasien (86,7%) berdasarkan pemeriksaan histologi. Akurasi, sensitivitas, spesifisitas, nilai duga positif dan nilai duga negatif transvaginal sonography yakni 84,9 (71,0-98,8)%, 92,9%, 76,9%, 96,3%, and 62,5%. Transvaginal sonography memiliki area under the curve yang lebih tinggi secara signifikan dibandingkan dengan hanya pemeriksaan fisik (84,9% vs 78,8%).

Kesimpulan: Transvaginal sonogprahy bermanfaat untuk mendiagnosis kista endometriosis dan dapat direkomendasikan dalam praktik sehari-hari
ABSTRACT
Background: Endometriosis is common among reproductive age women. Late diagnosis is still the main concern. To date, non-invasive diagnostic test including transvaginal sonography is recommended. This study aimed to evaluate the accuracy of transvaginal sonography to diagnose endometriosis cyst among patients in Cipto Mangunkusumo Hospital.

Method: This was a diagnostic study performed in Cipto Mangunkusumo Hospital from January 2014 to June 2015. Outpatients with suspicion to have endometrial cyst based on patients? history and clinical examination were recruited. Patients were then scanned by experienced sonologist using transvaginal sonography following our research protocol. The gold standard was histologic finding of removed surgical mass

Results: A total of 98 patients were analyzed. Endometrial cyst was confirmed by histology among85 patients (86.7%). The accuracy, sensitivity, specificity, positive predictive value and negative predictive value of transvaginal sonography were 84.9 (71.0-98.8)%, 92.9%, 76.9%, 96.3%, and 62.5%, respectively. Transvaginal sonogpraphy significantly had higher area under the curve compared to clinical examination alone (84.9% vs 78.8%).

Conclusion: Transvaginal sonography appears to be usefull to diagnose endometriosis cyst among outpatients and recommended in daily clincial practice
2015
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2   >>