Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 15 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Salma Athiyyah Hilmy
"The Wandering Earth-Liúlàng Dìqiú (2019) adalah sebuah film bergenre science fiction atau fiksi ilmiah Tiongkok yang menceritakan tentang regu penyelamat yang berusaha untuk merelokasi bumi ke orbit yang jauh dari matahari, sambil berusaha untuk mencegah bumi bertabrakan dengan jupiter. Tokoh protagonis yang berasal dari berbagai latar belakang bersatu di bawah Pemerintahan Bumi Bersatu (PBB), untuk membentuk aliansi global, mengumpulkan sumber daya dan pengetahuan untuk melaksanakan rencana ambisius merelokasi bumi, mencerminkan nilai tradisional Tiongkok yang mengutamakan kesejahteraan kolektif di atas kepentingan individu. Penelitian ini membahas bagaimana nilai kolektivisme-Jítǐ zhǔyì khas Tiongkok memengaruhi tindakan yang diambil oleh tokoh protagonis untuk mencegah bumi bertabrakan dengan jupiter dan menyelamatkan kehidupan manusia. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif-deskriptif dengan metode pengumpulan data dengan studi pustaka, yaitu pengumpulan data yang bersumber dari buku maupun jurnal. Hasil dari penelitian menunjukkan bahwa ditampilkannya nilai kolektivisme khas Tiongkok sebagai salah satu cara untuk menyelamatkan umat manusia dan bumi melalui tindakan para tokoh protagonisnya merupakan pesan propaganda tentang peran penting Tiongkok dalam memimpin kerja sama dan kolaborasi global menghadapi tantangan kelangsungan hidup manusia di muka bumi.

The Wandering Earth- Liúlàng Dìqiú (2019) is a science fiction film that tells a story about rescue teams that are trying to move the Earth into an orbit far from the sun, while trying to prevent the earth from colliding with jupiter. Protagonists who come from various backgrounds unite under the United Earth Government (UEG) to form a global alliance, gathering resources and knowledge to carry out an ambitious plan to relocate the earth, reflecting traditional Chinese values that prioritize collective well-being over individual interests. This research aims to discuss how the typical Chinese value of collectivism influences the actions taken by the protagonist to prevent the earth from colliding with Jupiter and save human life. This study used a qualitative-descriptive method with data collection methods using literature study by collecting data from books and journals. The results of the research show that the display of the unique Chinese value of collectivism- Jítǐ zhǔyì as a way to save humanity and the earth through the actions of the protagonists is a propaganda message about China's important role in leading global cooperation and collaboration in facing the challenges of human survival on earth.
"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2024
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Radityaharjo Joyopuspito
"Xiaokang Shehui merupakan salah satu impian Republik Rakyat Cina yang ditargetkan dapat dicapai pada tahun 2021. Xiaokang Shehui merupakan konsep dari Konfusianisme yang mengacu pada masyarakat yang relatif sejahtera dan perekonomian yang merata. Sejak dimulainya Reformasi dan Keterbukaan, perekonomian Cina terus berkembang dengan pesat selama beberapa dekade terakhir, tapi kemiskinan dan ketimpangan terus menjadi masalah utama di Cina. Demi bisa mengatasi kemiskinan dan ketimpangan serta mewujudkan masyarakat yang cukup sejahtera secara komprehensif, pemerintah Cina menerapkan berbagai strategi untuk mengentaskan kemiskinan. Seiring dengan waktu dan perkembangan ekonomi, strategi pengentasan kemiskinan yang sebelumnya diterapkan tidak lagi sesuai untuk mengatasi masalah yang menjadi penyebab kemiskinan, terutama untuk warga-warga di daerah pedalaman dan terpencil. Agar bisa mengatasi kemiskinan yang disebabkan oleh faktor yang berbeda-beda, pemerintah Cina menerapkan strategi Jingzhun Fupin atau Pengentasan Kemiskinan yang Tepat Sasaran. Artikel ini membahas mengenai strategi Pengentasan Kemiskinan yang Tepat Sasaran dengan berfokus kepada hasil yang dicapai dan melihatnya melalui perspektif Membangun Masyarakat Cukup Sejahtera secara Komprehensif. Hasil penelitian menunjukkan adanya dampak yang signifikan dari strategi Pengentasan Kemiskinan yang Tepat Sasaran dalam mengentaskan kemiskinan dan membangun masyarakat cukup sejahtera secara komprehensif.
Xiaokang Shehui is one of the dreams of the People's Republic of China targeted to be achieved in 2021. Xiaokang Shehui is a concept that originates from Confucianism which refers to a relatively prosperous society and an equitable economy. Since the start of Reform and Opening Up, China's economy has continued to develop rapidly over the past few decades, but poverty and inequality continue to be major problems in China. To overcome poverty and inequality and create a comprehensively prosperous society, the Chinese government is implementing various strategies to alleviate poverty. Along with the times and economic developments, the poverty alleviation strategies that were previously implemented are no longer suitable for overcoming the problems that cause poverty, especially in rural and remote areas. In order to overcome poverty caused by different factors, the Chinese government implemented the Jingzhun Fupin or the Targeted Poverty Alleviation strategy. This article discusses the Targeted Poverty Alleviation strategy with a focus on the results achieved and seeing it through the perspective of Comprehensively Building a Moderately Prosperous Society. The research results show that there is a significant impact of the Targeted Poverty Alleviation strategy in alleviating poverty and comprehensively building a moderately prosperous society."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2024
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Bernadette Chyntia Larasati
"Masyarakat Tionghoa memercayai bahwa shio dapat menentukan nasib seseorang. Banyak orang Tionghoa berharap anak mereka dapat lahir pada tahun naga karena mereka percaya orang bershio naga akan mendapat kemudahan dan keberuntungan dalam hidupnya. Kepercayaan ini memunculkan sebuah fenomena yang dikenal Dragon Baby Boom, yaitu angka kelahiran meningkat pada tahun naga terutama di beberapa negara yang memiliki banyak populasi masyarakat dengan tradisi Cina yang kental. Fenomena ini juga terjadi di masyarakat Tionghoa di Indonesia, tetapi penelitian ini secara khusus memilih masyarakat Cina Benteng sebagai subjek penelitian untuk melihat keunikan dan stigma mengenai Cina Benteng yang dianggap telah meninggalkan tradisi Tionghoa masih memercayai shio sebagai pedoman dalam hidup. Dalam tulisan ini, penulis meninjau kepercayaan masyarakat Cina Benteng terhadap shio dan menemukan bahwa peran keluarga yang masih memegang teguh tradisi, keyakinan baru yang sudah bertentangan dengan tradisi, dan cara berpikir rasional menentukan bagaimana mereka memaknai shio naga.

The Chinese community believes that the zodiac (shio) can determine a person’s destiny. Many Chinese families hope their children are born in the year of dragon, as they believe individuals with the dragon shio are destined for ease and success in life. This belief has led to a phenomenon known as the Dragon Baby Boom, where birth rates increase during the year of the dragon, especially in countries with large populations of Chinese communities deeply rooted in tradition. This phenomenon also occurs among Chinese communities in Indonesia. This study focuses on the Chinese Benteng community to explore their uniqueness and the stigma they face, often seen as having abandoned traditional Chinese customs, yet still adhering to shio beliefs as life guidance. In this article, the author examines the Chinese Benteng community’s belief in the shio and finds that the role of families who uphold traditions, new beliefs that differ from traditions, and rational thinking shapes their views on the dragon shio"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2024
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Grandy Marchellino Guswandi
"Film The Flowers of War adalah sebuah film bergenre perang karya sutradara Zhang Yimou, seorang sutradara ternama Tiongkok. Film yang dirilis pada tahun 2011 ini merupakan adaptasi dari novel 13 Flowers of Nanjing (Jinling Shisan Chai) karya Yan Geling. Perilisan film ini diwarnai juga dengan meningkatnya tensi antara Tiongkok, Jepang, dan Amerika tentang kepulauan Senkaku. Film yang berlatar belakang pada peristiwa Pembantaian Nanjing pada era Perang Tiongkok-Jepang tahun 1937 ini, menampilkan kerumitan karakter perempuan bernama Yu Mo yang diperankan oleh Ni Ni. Artikel ini membahas karakter Yu Mo sebagai metafora bunga Plum (Meihua) salah satu bunga khas dalam budaya Tiongkok yang memiliki makna ketahanan, pengorbanan, dan keindahan, juga sekaligus menyoroti perannya sebagai sosok patriotik dalam film. Menggunakan metode kualitatif dengan pengumpulan data berupa studi pustaka, artikel ini berhasil mengungkap karakterisasi protagonis perempuan meresonansi simbol bunga Plum dalam menyampaikan pesan patriotik dan ketahanan Tiongkok.

The Flowers of War is a war film by renowned Chinese director Zhang Yimou. The movie, released in 2011, is an adaptation of the novel 13 Flowers of Nanjing (Jinling Shisan Chai) by Yan Geling. The film's release was also marked by rising tensions between China, Japan, and the United States over the Senkaku islands. The movie, set during the Nanjing Massacre during the 1937 Sino-Japanese War, features a complex female character named Yu Mo, played by Ni Ni. This article discusses Yu Mo's character as a metaphor of the plum blossom (Meihua), a typical flower in Chinese culture with meanings of resilience, sacrifice, and beauty, while also highlighting her role as a patriotic figure in the film. Using a qualitative method with data collection in the form of a literature study, this article successfully reveals the characterization of the female protagonist resonating the symbol of the Plum flower in conveying China's patriotic and resilience message."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2024
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Adina Rizqiarsih Romael
"Diplomasi berkaitan dengan penyelenggaraan hubungan resmi antarnegara yang mana tujuannya adalah menyelesaikan perbedaan dan menjamin kepentingan negara. Pada era pemerintahan Xi Jinping, Tiongkok mengubah “gaya” diplomasi menjadi lebih asertif dan agresif yang kemudian dijuluki sebagai diplomasi wolf warrior. Penelitian ini memiliki tujuan untuk memaparkan alasan gaya diplomasi era Xi Jinping disebut diplomasi wolf warrior dan perkembangan gaya diplomasi tersebut, serta sejauh mana efektivitas gaya baru diplomasi ini dalam mencapai tujuan. Metode yang digunakan dalam artikel ini adalah metode kualitatif dengan pendekatan ilmu sejarah. Tahapan penelitian mencakup heuristik, verifikasi, interpretasi, dan historiografi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penerapan gaya diplomasi wolf warrior yang banyak memanfaatkan aplikasi media sosial bertujuan untuk membentuk citra RRT sebagai negara yang kuat dalam upaya memiliki nilai tawar yang tinggi dalam lingkup internasional. Dinamika gaya diplomasi ini menuai berbagai respon dan dampak bagi RRT.

Diplomacy is related to the implementation of official relations between countries where the aim is to resolve differences and secure states interest. During the reign of Xi Jinping, China changed its diplomatic “style” to be more assertive and aggressive, which was later dubbed as wolf warrior diplomacy. This study aims to explain why the Xi Jinping era diplomacy style is called wolf warrior diplomacy and the development of this diplomacy style, as well as the effectiveness of this new style of diplomacy in achieving goals. The method used in this article is a qualitative method with a historical science approach. The research stages include heuristics, verification, interpretation, and historiography. The results show that the application of the wolf warrior diplomacy style, which utilizes social media applications, aims to shape the PRC's image as a strong country to have a high bargaining value in the international sphere. The dynamics of this style of diplomacy reap various responses and impacts for the PRC."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2023
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Ayasophia Miranda
"Sistem Kredit Sosial (SKS) adalah kebijakan pemerintah pada era Xi Jinping yang ditujukan untuk mempromosikan perilaku baik dan menghukum perilaku buruk. Sistem ini dioperasikan dengan memberikan skor kepada individu berdasarkan perilaku dan tindakan mereka. Sejak masa kepemimpinan Presiden Xi Jinping, pemerintah Tiongkok semakin gencar untuk mengimplementasikan kebijakan ini. Terlepas dari ragamnya respon masyarakat terhadap penerapan sistem ini, pemerintah meresmikan kebijakan SKS pada tahun 2020 dan melaksanakannya hingga sekarang. Hal itulah yang menjadi pokok bahasan dalam artikel ini. Metode penelitian yang digunakan dalam artikel ini adalah metode kualitatif dengan pendekatan ilmu sejarah, dengan tahapan penelitian yang mencakup heuristik, verifikasi, interpretasi, dan historiografi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa implementasi kebijakan Sistem Kredit Sosial sebagai bentuk penilaian kepercayaan terhadap individu, perusahaan, dan entitas pemerintah, tidak serta merta langsung mendapatkan dukungan dari masyarakat, melainkan menciptakan ragam respon terkait kebijakan ini.

The Social Credit System is a government policy during the Xi Jinping era that aimed at promoting good behaviour and punishing bad behaviour. This system is operated by assigning a score to individuals based on their behaviour and actions. Since President Xi Jinping's reign, the Chinese government has increasingly implemented this policy. Regardless the variety of public responses to the implementation of this system, the government formalized the SKS policy in 2020 and has been implemented ever since. That is the subject of discussion in this article. The research method used in this article is a qualitative method with a historical science approach, with research stages that include heuristics, verification, interpretation, and historiography. The results of the study show that the implementation of the Social Credit System policy as a form of judging trust in individuals, companies and government entities, does not automatically gain support from the community, but instead creates a variety of responses related to this policy."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2023
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Tiara Salsabila
"Sengketa Laut Cina Selatan telah menjadi konflik kepentingan di antara negara-negara kawasan tersebut. Republik Rakyat Tiongkok (RRT) mengklaim sekitar 90 persen wilayah Laut Cina Selatan melalui penggunaan peta sembilan garis putus-putus namun klaim ini bertentangan dengan klaim kedaulatan negara lain, termasuk Filipina. Hal itulah yang menjadi pokok bahasan dalam artikel ini. Tujuan utama penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor-faktor utama yang mendorong Tiongkok tetap mempertahankan klaimnya terhadap Laut Cina Selatan dan untuk mengetahui seberapa efektif peta nine-dashed line untuk mempertahankan Laut Cina Selatan terutama dalam sengketanya dengan Filipina. Metode penelitian yang digunakan dalam artikel ini adalah metode kualitiatif dengan pendekatan ilmu sejarah. Adapun tahap penelitian mencakup heuristik, verifikasi, interpretasi, dan historiografi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa meskipun RRT menggunakan peta dengan nine dashed line sebagai dasar klaim di Laut Cina Selatan namun ternyata hal itu kurang efektif untuk mendukung klaimnya atas Laut Cina Selatan.

The South China Sea dispute has become a conflict of interest among the countries of the region. The People's Republic of China (PRC) claims about 90 percent of the South China Sea through the use of the nine-dash line map but this claim conflicts with the sovereignty claims of other countries, including the Philippines. That is the subject of discussion in this article. The main objective of this research is to find out the main factors that encourage China to maintain its claim to the South China Sea and to find out how effective the nine-dashed line map is in defending the South China Sea, especially in its dispute with the Philippines. The research method used in this article is a qualitative method with a historical science approach. The research stages include heuristics, verification, interpretation, and historiography. The results of the study show that even though the PRC uses a map with nine dashed lines as the basis for claims in the South China Sea, it turns out to be less effective in supporting its claims over the South China Sea."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2023
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Firda Aisyah
"Wu Zetian adalah kaisar perempuan satu-satunya dalam sejarah kedinastian Tiongkok dan tercatat menggunakan 14 nama era selama pemerintahannya. Nama era memegang peranan penting dalam pemahaman sejarah dan historiografi Tiongkok. Nama era dapat merepresentasikan keadaan politik, sosial, budaya, dan pribadi kaisar sebagai penciptanya. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui latar belakang perubahan nama era dan karakter Wu Zetian yang tercermin melalui analisis nama era. Penelitian ini menggunakan metode penelitian sejarah. Hasil analisis menunjukkan bahwa ditemukan empat faktor utama perubahan nama era pada masa pemerintahan Wu Zetian, yaitu peristiwa, pencapaian, suasana hati, dan harapan. Selain itu, nama era mencerminkan Wu Zetian sebagai perempuan yang memiliki karakter religius, ambisius, percaya diri, bijaksana, berjiwa pemimpin, dan penuh pertimbangan.

Wu Zetian, the only female emperor in Chinese dynastic history, used 14 reign-titles during her reign. Reign-titles hold a significant role in comprehending Chinese history and historiography. Reign-titles can reflect the political, social, cultural, and personal circumstances of its creator, the emperor. This research aims to determine the background to the change in reign-title and Wu Zetian's character as reflected through the analysis of reign-titles. This research uses historical research methods. The analysis reveals that during Wu Zetian's reign, reign-titles changed due to four main factors: events, achievements, moods, and expectations. Furthermore, the reign-titles of Wu Zetian indicate her as a highly ambitious woman with strong religious beliefs, exceptional self-confidence, wisdom, prudence, and leadership skills."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2024
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Geshia Putri Fidia
"Film Ip Man 3 adalah film action karya sutradara Wilson Yip yang dirilis pada tahun 2015. Film ini menceritakan kehidupan Ip Man bersama keluarganya di Hong Kong pada tahun 1959. Penulis melihat bahwa film Ip Man 3 tidak hanya menampilkan adegan aksi bela diri Wing Chun, tetapi juga menampilkan adegan yang memiliki keterkaitan dengan prinsip Wuxing 五行 dalam ajaran Konfusianisme. Oleh karena itu, penelitian ini dilakukan dengan mengaitkan adegan yang ditampilkan oleh tokoh Ip Man dengan prinsip Wuxing 五行 dalam ajaran Konfusianisme untuk melihat unsur nilai dominan Wuxing 五行 yang ditunjukkan tokoh Ip Man dalam film Ip Man 3. Dari hasil penelitian yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa tokoh Ip Man merepresentasikan pemikiran Konfusianisme, terutama prinsip Wuxing 五行melalui adegan yang ditampilkan, yaitu Ren 仁 (cinta kasih) ditemukan terdapat 9 adegan, Yi 义 (kebenaran) 3 adegan, Li 礼 (sopan santun) 2 adegan, Zhi 智 (kebijaksanaan) 4 adegan, dan Xin 信 (kepercayaan) 1 adegan. Hal tersebut sangat berpengaruh terhadap pemikiran, tingkah laku, dan perkataan Ip Man dalam menjalankan kehidupan sehari-hari. Selain itu, dari kelima unsur Wuxing 五行 tersebut, unsur yang paling dominan dari tokoh Ip Man adalah unsur Ren 仁. Film Ip Man 3 merupakan film action yang memiliki pesan tentang cinta kasih yang disampaikan melalui tokoh Ip Man. Walaupun ia adalah seorang ahli bela diri, namun ia sangat memprioritaskan orang-orang yang ia cintai, terutama keluarganya.

Ip Man 3 is an action film made by Wilson Yip released on 2015. This film tells the story of Ip Man’s life with his family in Hong Kong in 1959. The writer observed that the film not only shows Wing Chun martial arts scenes, but also shows scenes that are related to the Wuxing 五行 principle in Confucianism. Therefore, this research was conducted by correlating the scenes displayed by the character Ip Man with the Wuxing 五行 principle in Confucianism to identify the dominant value element of Wuxing 五行 demonstrated by the character Ip Man in the Ip Man 3 film. From the results of the conducted research, it can be concluded that Ip Man represents Confucian thought, especially the principle of Wuxing 五行 through the displayed scenes, with Ren 仁 (Benevolent Love) found in 5 scenes, Yi 义 (Righteousness) in 3 scenes, Li 礼 (Propriety) in 2 scenes, Zhi 智 (Wisdom) in 4 scenes, and Xin 信 (Trust) in 1 scene. These elements greatly influence Ip Man's thoughts, actions, and words in his daily life. Among the five Wuxing 五行 elements, the dominant element for the character is the Ren 仁, which represents benevolent love. Ip Man 3 is an action movie that has a message about benevolent love conveyed through the character Ip Man. Although he is a martial arts expert, he prioritizes the people he loves, especially his family."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2024
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Frodewald Grimbert
"Selama 7 tahun terakhir, Tiongkok sedang menghadapi penurunan angka kelahiran yang cukup signifikan. Pada tahun 2023, Tiongkok tidak lagi menduduki peringkat sebagai negara dengan populasi terbesar di dunia. Mengamati keseriusan masalah ini, peneliti tertarik untuk menyelidiki faktor-faktor yang menyebabkan penurunan angka kelahiran yang signifikan di Tiongkok dari 2017 hingga 2023. Penelitian ini mengevaluasi pengaruh kebijakan pemerintah, perubahan sosial budaya, dan faktor ekonomi terhadap tren kelahiran dengan menggunakan metode penelitian kualitatif dan kuantitatif dari data sekunder seperti lembaga pemerintah, laporan statistik, kajian literatur, dan laporan berita. Hasil menunjukkan bahwa kebijakan seperti Kebijakan Satu Anak berkontribusi terhadap penurunan angka kelahiran. Faktor-faktor ekonomi seperti harga perumahan yang tinggi, biaya membesarkan anak yang tinggi, peningkatan pengangguran anak muda, dan perubahan sosial seperti urbanisasi dan peningkatan partisipasi wanita dalam angkatan kerja juga berkontribusi terhadap penurunan angka kelahiran. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan wawasan bagi para pembaca serta pandangan baru bagi para penyusun kebijakan untuk merumuskan strategi yang lebih efektif dalam mengatasi penurunan angka kelahiran di Tiongkok.
Over the last 7 years, China has been facing a significant decline in birth rates. In 2023, China will no longer rank as the country with the largest population in the world. Observing the seriousness of this problem, researchers are interested in investigating the factors that caused the significant decline in birth rates in China from 2017 to 2023. This research evaluates the influence of government policies, sosio-cultural changes, and economic factors on birth trends using qualitative and quantitative research methods from secondary data such as government agencies, statistical reports, literature reviews, and news reports. The results show that policies such as the One Child Policy contributed to the decline in birth rates. Economic factors such as high housing prices, high costs of raising children, rising youth unemployment, and social changes such as urbanization and increased participation of women in the labor force also contribute to declining birth rates. It is hoped that the results of this research will provide insight for readers as well as new views for policy makers to formulate more effective strategies in overcoming the declining birth rate in China."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2024
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
<<   1 2   >>