Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 33 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Desi Kurnaini
Abstrak :
Penelitian ini ditujukan untuk menjawah pertanyaan mengenai apakah pelaksanaan program terapi perilaku dengan metoda /Ipplied Behavior- Analysis (ABA) efektif meningkatkan kemampuan anak yang menderita gangguan autisme. Autisme adalah sualu gangguan pervasif yang tcrjadi di dalam masa perkembangan yang ditandai dengan adanya hendaya dalam bidang komunikasi, intcraksi sosial, kognitif, motorik, dan poly perilaku stercotipik dimana gejala-gejala tersebut muncul sebelum anak berusia 3 tahun. Aspek perilaku pada anak penyandang autisme seringkali menghambat terealisasinya potensi anak. Karma itulah maka penanganan pada anak penyandang autisme seringkali dipusatkan pada terapi perilaku. Terapi perilaku bertujuan dasar membentuk perilaku yang lehih dapat diterima di lingkungan sosial dan mengurangi perilaku yang bermasalah (lovaas, 1981). Salah satu terapi perilaku yang sangal popular adalah Applied Behavior Analyisi (ABA) yang telah diteliti terbukti dapat membantu mcmbentuk perilaku yang dapat diterirna oleh Iingkungan sosial pada anak peyandang autisme. Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh gambaran yang mcndalam mengenai efektivitas pclaksanaan program terapi perilaku dengan menggunakan metoda Applied Behcmiour Analysis (ABA) disertai panduan materi yang meugacu pada keterampilan dasar latihan pada anak penyandang autisme oleh Maurice (1996) yang disesuaikan pada kemampuan dan perkembangan subyck yang telah menjalani terapi perilaku dengan metoda ABA selama satu setengah tahun. Karma itu pendekatan penelitian yang dipilih adalah pendekatan kualitatif. Metoda pengumpulan data yang digunakan dalam penclitian ini adalah metoda wawancara mendalam terhadap of ang ua dan terapis serta observasi terhadap anak. Dad hasil penelitian dipcroleh basil bahwa terdapat peningkatan antara kondisi sebelum subyck mendapatkan terapi perilaku dengan metoda ABA dan kondisi subyck setelah mendapatkan terapi perilaku dengan metoda ABA. Selain itu didapatkan hasil bahwa terdapat peningkatan pada 3 aspek kemampuan yang diobscrvasi sclama 12 sesi pertemuan. Hasilnya adalah pada kemampuan meniru/imilasi subyek dapat melakukan gerakan menuang, memotong, mengetuk, putar tangan, berdiri, berputar, tepuk tangan, dan buka mulut. Pada kemampuan pra akademik, subyek dapat menyusun tujuh potongan bentuk menjadi gambar Benda utuh, subyek dapat mengenal ukuran bcsar dan ukuran kecil pada bendabenda idcntik yang sudah dikenalnya, dan subyek dapat menyusun 6 balok dengan susunan yang bervariatif Pada kemampuan bahasa reseptif, subyek dapat mengidentifikasi kursi, meja, lemari, pintu, TV, dan jendela, subyek dapat mengenali mama, papa, dan kiki (kakak pertama) melalui foto, dan subyek dapat mengenali anggota tubuh seperti tangan, kaki, mata, dan mulut.
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2006
T18639
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Prisilia Riski
Abstrak :
Sebuah pengaturan rumah tangga yang pada sebagian waktunya salah satu dari pasangan tinggal di dekat tempat kerjanya disebut dengan istilah commuter marriage. Menjaga rumah tangga tanpa bantuan atau dukungan dari pasangan dapat membuat ibu yang menjalani commuter marriage mengalami kelelahan fisik dan emosional (Bergen, 2006). Ketidakberadaan suami dalam keseharian ibu yang menjalani commuter marriage mungkin dapat mengakibatkan berkurangnya dukungan suami pada ibu. Dukungan dari suami dapat mempengaruhi parenting self-efficacy pada ibu (Tsou, 2010). Penelitian ini dilakukan untuk melihat perbedaan parenting self-efficacy pada ibu dengan commuter marriage dan ibu yang tinggal dengan suaminya. Tiga puluh orang ibu dengan commuter marriage dan tiga puluh orang ibu yang tinggal dengan suaminya menjadi partisipan dalam penelitian ini. Parenting self-efficacy ibu diukur dengan menggunakan Self- Efficacy for Parenting Tasks Index (Coleman & Karraker, 2000). Hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan antara parenting self-efficacy ibu dengan commuter marriage dan ibu yang tinggal dengan suaminya. ......A household arrangement which at part of the time one partner lives near their workplace is called commuter marriage. Maintaining a household without the help or support of a spouse can make commuter marriage mothers encounter physical and emotional exhaustion (Bergen, 2006). Husband's absence in mothers who undergo commuter marriage may reduce spousal support to the mother. Support from husband can affect mothers’ parenting self-efficacy (Tsou, 2010). This research was conducted to see the difference of parenting self-efficacy between mothers with commuter marriage and mothers who lived with their husbands. Thirty women with commuter marriage and thirty women who lived with their husbands became participant in this study. Maternal parenting self-efficacy was measured using the Self-Efficacy for Parenting Tasks Index (Coleman & Karraker, 2000). The results showed that there was no difference of parenting self-efficacy between mothers with commuter marriage and mothers who lived with their husbands.
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2013
S44532
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tirta Firdaus Nuryananda
Abstrak :
Skripsi ini bertujuan untuk melihat hubungan antara Parenting Self-Efficacy dan Persepsi Dukungan Sosial pada ibu tunggal bekerja dengan anak usia kanak-kanak madya (usia 5-12 tahun). Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dan termasuk dalam penelitian korelasional serta menggunakan non-probability sampling design. Responden berjumlah 30 orang ibu tunggal bekerja dan diambil datanya menggunakan teknik purposive sampling. Pengambilan data dilakukan dengan alat ukur Self Efficacy for Parenting Task Index dari Coleman dan Karraker (2000) dan Multidimensional of Perceived Social Support dari Zimet, Dahlem, Zimet dan Farley (1988). Hasil uji statistik menunjukkan tidak terdapat hubungan yang signifikan antara Parenting Self-Efficacy dan Persepsi Dukungan Sosial (r = 0,0079 ; p > 0,05). Domain Parenting Self-Efficacy yang memiliki nilai mean tertinggi adalah Health dan domain yang memiliki nilai terendah adalah Recreation. Domain Persepsi Dukungan Sosial yang memiliki nilai mean tertinggi adalah Keluarga sedangkan domain Teman memiliki nilai mean terendah. ......This study determined to see wether there’s correlation between Parenting Self-Efficacy and Perceived Social Support on working single-mother with children in middle childhood (5-12 years) or not. This study formed in correlational quantitative research which used nonprobability sampling design. The respondents were 30 respondents of working single-mother. The data was taken with Self Efficacy for Parenting Task Index from Coleman and Karraker (2000) to measure Parenting Self Efficacy and Multidimensional of Perceived Social Support from Zimet, Dahlem, Zimet dan Farley (1988) to measure Perceived Social Support. The result indicated that there's no significant positive correlation between the two variables with r = 0,0079 and p > 0,05. Domain Health had the highest mean score and domain Recreation had the lowest mean score in Parenting Self-Efficacy. In Perceived Social Support, domain Family had the highest mean score whereas domain Friends had the lowest mean score.
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2014
S58657
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ni Luh Pratisthita
Abstrak :
Laki-laki yang menyukai laki-laki dikenal dengan sebutan gay (pria homoseksual) (Emka, 2004). Walaupun keberadaan gay masih menjadi hal kontroversial di masyarakat, seperti manusia pada umumnya mereka juga memiliki figur attachment / significant others yang terus mengalami perubahan dari sejak kecil hingga masa dewasa. Pada penelitian ini akan dibahas mengenai gambaran attachment styles yang dialami oleh gay dalam rentang usia dewasa muda. Bowlby dan Ainsworth (dalam Colin, 1996) mendefinisikan attachment yakni kecenderungan makhluk hidup dalam membentuk ikatan afeksi yang kuat dengan orang lain yang dianggap istimewa dan bertahan dalam waktu yang lama terhadap figur tertentu yang ditandai oleh adanya keinginan untuk mencari dan memelihara kedekatan dengan figur tersebut, terutama pada saat-saat yang menekan, agar mendapatkan perasaan nyaman dan aman. Adult attachment style terbagi menjadi empat prototipe yakni secure, preoccupied, dissmising-avoidant dan fearful-avoidant (Colin & Feeney, 2004). Peneliti menggunakan metode kualitatif dengan wawancara dan observasi sebagai metode pengumpulan data utama untuk menggali gambaran gay dan attachment stylesnya. Subjek dalam penelitian ini adalah gay dewasa muda dan memiliki figur attachment. Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa dua diantara tiga subjek gay tersebut termasuk dalam secure attachment style.
Man who loves man or also known as gay (homosexual) (Emka, 2004). Although the existance of the gay community still become a controvesial matter in our people, like the people in general they had a figure attachment / significant others too which is experienced a continuously alteration from childhood to mature age. This research will examine about the description of attachment styles which is experienced by young adulthood gay. Bowbly and Ainsworth (in Colin, 1996) make a definition of attachment that is the tendency of living creature in making a strong bound affection with the other people who is special and last longer to a certain figure which is marked by the will to search and rise that propinquity with that figure, especially when in underpressure momment, so he/she got a good and secure feeling. Adult attachment style consists of four prototypes that is secure, preoccupied, dissmissing and fearful-avoidant (Colin & Feeney, 2004). The researcher uses a qualitative method as the main method to collect data then interview and observation as part of collecting data method for digging up the figure of the gay and attachment styles. Subject in this research is a young adulthood gay and have a figure attachment. From this research?s result shows that two of three gay subjects considered as secure attachment style.
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2008
155.418 PRA a
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Dewi Ratna Wulan
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2010
S3635
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Indria Mayangsari
Abstrak :
Parenting Self-Efficacy didefinisikan sebagai persepsi mengenai kemampuan yang dimiliki orang tua untuk dapat secara positif mempengaruhi tumbuh kembang anak (Coleman & Karakker, 2000). Penting bagi orang tua untuk memiliki Parenting Self-Efficacy yang tinggi, karena tingginya Parenting Self-Efficacy dikaitkan dengan kualitas parenting yang baik. Pada proses parenting anak adopsi, terdapat tantangan yang berbeda dari proses pengasuhan anak nonadopsi. Penelitian ini dilakukan untuk mendapatkan gambaran deskriptif mengenai Parenting Self-Efficacy pada ibu yang memiliki anak adopsi usia anak-anak madya serta melihat pada domain manakah terdapat Parenting Self-Efficacy terendah dan tertinggi. Pegumpulan data dilakukan secara kuantitatif dengan menggunakan kuesioner SEPTI (Self-Efficacy Parenting Task Index) yang ditujukan kepada ibu yang memiliki anak adopsi usia 5-12 tahun. Hasil penelitian menunjukan sebagian besar subyek memiliki parenting self-efficacy yang rendah pada domain disiplin dan memiliki parenting self-efficacy yang tinggi pada domain kesehatan. ......Parenting self-efficacy is defined as parent?s perception of their ability to positively influence the behavior and development of their children (Coleman & karraker, 2000). It is important to have high parenting self-efficacy for parents. Because High of parenting self efficacy can affect the quality of parenting. There are different strain in the proccess parenting of adopted children than nonadopted children. The study was conducted to gain the description about parenting self efficacy in adoptive mother with middle aged children and want to know which domain have a highest and lowest parenting self efficacy. The design quantitative study was used in this study and using SEPTI (Self Efficacy Parenting Task Index) quetioner developed by Coleman and Karraker to 25 mothers who have adopted middle aged children. The result showes that the dicipline get the lowest skor and the healthy domain get the highest score.
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2012
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Farraas Afiefah
Abstrak :
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui hubungan antara religiusitas Islam dengan parenting self-efficacy pada ibu dari toddler. Pengukuran religiusitas Islam dilakukan dengan alat ukur The Revised - Muslim Religiosity-Personality Scale yang dibuat oleh Krauss (2011), sedangkan parenting self-efficacy diukur melalui Self-Efficacy Parenting for Tasks Index- Toddler Scale yang dibuat oleh Coleman (1998). Partisipan pada penelitian ini berjumlah 69 ibu dari toddler yang beragama Islam dan merupakan warga negara Indonesia. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa terdapat hubungan positif yang signifikan antara religiusitas Islam dengan parenting self-efficacy (r=0,475; p=0,000; p<0,05). Artinya, semakin tinggi religiusitas Islam ibu, semakin tinggi pula parenting self-efficacy-nya; begitu pula sebaliknya. Kedua dimensi religiusitas ditemukan memiliki korelasi yang positif dengan parenting self-efficacy, namun korelasi antara religious personality dengan parenting self-efficacy ditemukan lebih kuat, karena religious personality mengukur tingkat penerapan agama Islam ke dalam ibadah serta perilaku sehari-hari. Religiusitas Islam juga ditemukan memiliki korelasi yang positif dengan semua domain parenting self-efficacy. Berdasarkan hasil tersebut, religiusitas Islam ibu perlu ditingkatkan karena dapat memiliki dampak positif pada keyakinan ibu dalam melakukan parenting terhadap anaknya. ...... This study examined the relationship between Islamic religiosity and parenting self-efficacy among mothers of toddler. Islamic religiosity was measured by The Revised - Muslim Religiosity-Personality Inventory (Krauss, 2011), whereas the parenting self-efficacy was measured by Self-Efficacy Parenting for Task Index - Toddler Scale (Coleman, 1997). The respondents of this study were 69 Indonesian muslim mothers of toddler. The result of this study shows that there is a significant, positive relationship between Islamic religiosity and parenting self-efficacy (r=0,475; p=0,000; p<0,05). It indicates that the higher mothers` Islamic religiosity, the higher their parenting self-efficacy, and vice versa. Based on this study, both of the dimensions of Islamic religiosity is found to have a positive relationship with parenting self-efficacy, but the religious personality dimensions is found to have a stronger relationship with parenting self-efficacy, because religious personality measured participant`s application of Islam in their daily life. In this study, Islamic religiosity is found to have a positive relationship with every domain of parenting self-efficacy. Based on this result, mothers need to increase their Islamic religiosity, because it is found to have and association with their parenting self-efficacy, or their belief about their ability in parenting their children.
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2013
S45197
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Denia Putri Prameswari
Abstrak :
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui gambaran mengenai parenting self-efficacy ibu dari toddler yang kembar dan tidak kembar. Pengukuran parenting self-efficacy menggunakan alat ukur Self-Efficacy Parenting for Tasks Index- Toddler Scale (Coleman & Karraker, 1998). Partisipan penelitian berjumlah total 86 orang yang terdiri dari 35 orang ibu dari toddler yang kembar (34 kembar 2 & 1 kembar 3) dan 51 orang ibu dari toddler yang tidak kembar. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antara parenting self-efficacy ibu dengan anak usia toddler yang kembar dan tidak kembar (0.023 pada L.o.S 0.05 ). Domain terendah parenting self-efficacy, baik pada partisipan secara keseluruhan maupun pada kelompok ibu dari toddler yang kembar dan kelompok ibu dari toddler yang tidak kembar adalah domain discipline. Sedangkan domain tertingginya adalah domain teaching. Domain yang memiliki perbedaan paling besar pada ibu dari toddler yang kembar dan tidak kembar adalah domain emotional availability.
This comparative study was conducted to obtain the description of parenting self-efficacy between mother with multiple and singleton toddler. To measure this parenting self-efficacy, the Tasks Index-Toddler Scale (Coleman & Karraker, 1998) was used. The total participants of this research were 86 mothers that consisted of 35 mothers with multiple toddler (34 twins & 1 triplet) and 51 mothers with singleton toddler. The results of this research showed that there were significant differences between mother?s parenting self-efficacy with multiple and singleton toddler (0.023 on L.O.S 0.05). The lowest domain of parenting self-efficacy on participants as a whole as well as on group of mothers with multiple and singleton toddler was discipline and the highest domain was teaching. The domain with highest difference on mothers with multiple and singleton toddler was emotional availability.
Depok: Universitas Indonesia, 2013
S45124
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yufa Azmi Madieni
Abstrak :
Penelitian bertujuan melihat ada tidaknya perbedaan parenting self-efficacy yang signifikan antara ibu dengan status sosial ekonomi menengah ke atas dan bawah yang memiliki anak usia kanak-kanak madya, baik secara keseluruhan maupun per domain. Partisipan penelitian in berjumlah 81 orang, yang terdiri dari ibu dengan status sosial ekonomi menengah ke atas (n= 40) dan ibu dengan status sosial ekonomi bawah (n= 41). Seluruh partisipan mengisi Self-Efficacy Parenting for Tasks Index (Coleman & Karraker, 2000). Hasil penelitian ini menunjukan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antara parenting self-efficacy ibu dengan status sosial ekonomi menengah ke atas dan bawah yang memiliki anak usia kanak-kanak madya (0.000 pada L.O.S 0.05). Ditinjau berdasarkan kelima domain parenting self-efficacy juga menunjukkan adanya perbedaan yang signifikan antara ibu dengan status sosial ekonomi menengah ke atas dan bawah yang memiliki anak usia kanak-kanak madya. Domain tertinggi parenting self-efficacy, baik pada ibu dengan status sosial ekonomi menengah ke atas dan ibu dengan status sosial ekonomi bawah adalah domain kesehatan. Sedangkan domain terendah pada pada ibu dengan status sosial ekonomi menengah ke atas adalah domain prestasi dan domain terendah pada pada ibu dengan status sosial ekonomi bawah adalah domain disiplin. Analisis tambahan menemukan hubungan yang signifikan antara parenting self-efficacy dan usia saat menikah, tingkat pendidikan ibu, tingkat pendidikan ayah, pekerjaan ayah dan pengeluaran keluarga per bulan. ......Study aims to investigate the difference of parenting self-efficacy between mothers of middle childhood children based on socioeconomic status, as a whole and each of its domain. Participants were 81 mothers of middle childhood children, that consisted of mothers with upper-middle socioeconomic status (n= 40) and mothers with low socioeconomic status (n= 41). All subjects completed Self-Efficacy Parenting for Tasks Index (Coleman & Karraker, 2000). The results of this research revealed significant difference between groups (0.000 on L.O.S 0.05). Based on each domain also revealed significant difference between groups. The highest domain of parenting self-efficacy on each group was discipline. Meanwhile the lowest domain in upper-middle SES group was achievement and the lowest domain in lower SES group was discipline. Additional findings include significant correlation between parenting self-efficacy and the age of married, mother’s education, father’s education, father’s occupation, and family outcome per month.
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2013
S45441
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Amelia Suci Wardani
Abstrak :
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui hubungan antara parenting self-efficacy dan parental coping pada ibu yang memiliki anak penderita kanker usia kanak-kanak madya. Pengukuran parenting self-efficacy menggunakan adaptasi alat ukur Self-Efficacy for Parenting Tasks Index (Coleman & Karraker, 2000) dan pengukuran parental coping menggunakan alat ukur Coping Health Inventories for Parents (McCubbin, 1983). Partisipan pada penelitian ini adalah 31 orang ibu yang memiliki anak penderita kanker usia kanak-kanak madya. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan positif yang signifikan antara parenting self-efficacy dan parental coping pada ibu yang memiliki anak penderita kanker usia kanak-kanak madya (r = 0.482, p = 0.000, signifikan pada L.o.S 0.01). Artinya, semakin tinggi parenting self-efficacy yang dimiliki oleh ibu maka usaha parental coping yang dilakukan juga akan semakin tinggi. Selain itu, hasil tambahan penelitian menemukan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan pada parenting self-efficacy dan parental coping ibu yang memiliki anak penderita kanker yang menjalani rawat inap dan rawat jalan. ......This research was conducted to find the correlation between parenting self-efficacy and parental coping among mothers of middle childhood with cancer. Parenting self-efficacy was measured using an adaptation instrument named Self-Efficacy for Parenting Tasks Index (Coleman & Karraker, 2000) and parental coping was measured using an adaptation instrument named Coping Health Inventories for Parents (McCubbin, 1983). The participants of this research are 31 mothers who have middle childhood with cancer. The main results of this research show that parenting self-efficacy has a significant positively correlation with parental coping (r = 0.482, p = 0.000, significant at L.o.S 0.01). That is, the higher mothers parenting self-efficacy, the higher parental coping effort. Furthermore, the additional results of this research have also found that there is a significant difference in parenting self-efficacy and parental coping among mothers of children with cancer who is hospitalized and as an outpatient.
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2013
S45531
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4   >>