Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 23 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Amira Eka Pratiwi
"ABSTRAK
Sistem pendidikan dan sekolah memiliki kontribusi besar untuk mendorong toleransi beragama siswa. Salah satu cara termudah untuk mendorong toleransi beragama adalah dengan memberikan pengetahuan yang cukup mengenai kepercayaan dan keragaman. Di Indonesia, nilai keragaman dan toleransi diajarkan dalam Pendidikan Kewarganegaraan. Idealnya, semakin baik nilai PKn seorang siswa, semakin baik pula probabilitas siswa menunjukkan toleransi beragama. Namun, ketika menyangkut sikap, pengaruh lingkungan dan nilai-nilai yang dianut subjek juga patut dipertimbangkan. Penelitian sebelumnya telah menunjukkan bukti-bukti tentang bagaimana sikap yang ditanamkan di rumah dan sekolah berkontribusi pada sikap siswa. Penelitian terbaru juga menunjukkan pentingnya intellectual humility sebagai virtue untuk mendorong sikap positif seperti toleransi beragama. Penelitian ini bertujuan untuk melihat seberapa besar peran nilai PKn, toleransi beragama orang tua, toleransi beragama guru, dan intellectual humility dalam memprediksi toleransi beragama siswa. Penelitian ini dilakukan pada 182 partisipan siswa SMA, 182 orang tua siswa, dan 62 guru. Penelitian ini menggunakan alat ukur Toleransi Beragama untuk mengukur variabel sikap toleransi beragama siswa, orang tua, dan guru, serta menggunakan alat ukur Comprehensive Intellectual Humility Scale (CIHS) untuk mengukur variabel IH. Pengambilan sampel pada penelitian kuantitatif ini dilakukan dengan metode convenience sampling. Data dianalisis menggunakan multiple regression analysis. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa semua variabel secara bersama-sama dapat memprediksi toleransi beragama siswa SMA (F(4, 177) = 15,05, p < 0,000), R2 = 0,254. Namun, ketika dilakukan regresi parsial, hanya toleransi agama orang tua dan intellectual humility yang signifikan memprediksi toleransi beragama sampel. Ini menyiratkan bahwa sikap orang tua lebih berperan daripada kontribusi sekolah. Namun, fakta bahwa intellectual humility berkontribusi secara signifikan dapat dianggap sebagai peluang bagi sekolah atau institusi pendidikan lainnya untuk menerapkan virtue ini ke dalam sistem. Penelitian ini memberikan implikasi praktis bagi sekolah atau lembaga pendidikan untuk mendorong siswa agar memiliki virtue dan sikap positif, terutama intellectual humility dan toleransi beragama. Keterbatasan yang ditemukan dari penelitian ini adalah adanya penolakan yang terjadi terkait pengukuran toleransi beragama yang disebabkan oleh karakteristik budaya partisipan.

ABSTRACT
The education and school system have a major contribution to encourage religious tolerance of students. One of the easiest ways to encourage religious tolerance is to provide sufficient information regarding beliefs and diversity. In Indonesia, the value of diversity and tolerance is well introduced in civic education. Ideally, the better the subject's performance score, the better the probability of students showing religious tolerance. However, in terms of attitudes, the influence of the community and the virtues of the subjects are also worth considering. Previous research has shown numerous evidence of how shared attitudes at home and school contributes to student attitudes. Recent research also shows the significance of intellectual humility as a virtue to promote positive attitudes such as religious tolerance. This study aims to see how much civic education performance, parents' religious tolerance, teachers' religious tolerance, and intellectual humility can predict students' religious tolerance. This research was conducted on 182 participants of high school students, 182 parents, and 62 teachers. This study uses the Religious Tolerance measurement to measure the variable of religious tolerance of students, parents, and teachers, wereas using the Comprehensive Intellectual Humility Scale (CIHS) to measure the IH variable. Sampling method used by this study was convenience sampling. Data were analyzed using multiple regression analysis. The results of this study indicate that all variables together can predict the religious tolerance of high school students (F (4, 177) = 15.05, p <0.000), R2 = 0.254. Interestingly, the partial regression analysis shows that only parents' religious tolerance and intellectual humility can significantly predict the sample's religious tolerance. This implies that parents' attitudes matter more than school contributions. However, the fact that intellectual humility contributes significantly can be seen as the opportunity for schools to implement the virtue into their systems. This study provides some implications for schools or educational institutions about virtue and positive attitude encouragement, especially regarding intellectual humility and religious tolerance. A few limitations found in this study is including the refusal that occurs related to the measurement of religious tolerance caused by the cultural characteristics of the participants."
2020
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Martha Emma Fredrika
"Kecurangan akademik adalah perilaku yang menggunakan cara-cara tidak sah untuk mencapai hasil yang sah, haitu mendapatkan keberhasilan akademik atau menghindari kegagalan akademik (Bowers, 1966). Sejak penelitian Bowers, penelitian-penelitian tentang kecurangan akademik memberikan konfirmasi bahwa kecurangan akademik terus terjadi di negara-negara di seluruh dunia dan berada pada tingkat yang membahayakan (McCabe, 2005; Lin & Wen, 2007; Lambert, Ellen, & Taylor, 2006; Diekhoff, Labeff, Shinorhara, & Yasukawa, 1999; McCabe, Feghali, & Abdallah, 2008). Selama ini penelitian tentang kecurangan akademik banyak dilakukan di tingkat universitas dan sekolah menengah. Belum ada penelitian kecurangan akademik pada siswa Sekolah Dasar.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mendapatkan gambaran kecurangan akademik pada siswa kelas 6 Sekolah Dasar di Indonesia. Penelitian melibatkan 60 siswa kelas 6 SD yang terdiri atas 26 siswa SD swasta dan 34 siswa SD negri. Penelitian menemukan bahwa kecurangan akademik sudah terjadi pada siswa kelas 6 SD dan berada pada level moderat. Secara umum partisipan penelitian mendapat skor yang sedang untuk kecurangan akademik (Mean = 23,81) dari skor minimum 16 dan skor maksimum 38.

Cheating is a manifestation of using illegitimate means to achieve a legitimate end, in this case academic success or at least the avoidance of academic failure (Bowers, 1966). Studies about academic dishonesty conducted since Bowers' confirmed that academic dishonesty persists at an alarming rate in countries all over the world (McCabe, 2005; Lin & Wen, 2007; Lambert, Ellen, & Taylor, 2006; Diekhoff, Labeff, Shinorhara, & Yasukawa, 1999; McCabe, Feghali, & abdallah, 2008). There are many research on academic dishonesty among university or high school students. None has conduct study of academic dishonesty among elementary school 6th grader until now.
The objective of this research is to give a description of academic dishonesty among the elementary school 6th grader in Indonesia. The research involved 60 elementary school 6th grader, 26 from private school and 34 from public school. The finding is: Academic dishonesty has occured among the 6th grader at the moderate level. Overall participants got medium score for academic dishonesty (M = 23,81) from minimum score of 16 to maximum score of 38.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2013
S45037
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rience Fitwendry
"Pervasive Developmental Disorder-Not Otherwise Specified (PDD-NOS) merupakan salah satu bentuk spektrum pada autism spectrum disorder (ASD). Layaknya anak autis lainnya, anak PDD-NOS sering mengalami pemusatan perhatian atau berkonsentrasi (Mangunsong, 2009). Individu autistik seringkali tidak bisa memusatkan perhatiannya dalam menyelesaikan tugasnya karena ia lebih asyik tenggelam dalam dunianya sendiri. Hal ini akan sangat mengganggu apabila anak tersebut sudah memasuki usia sekolah yang menuntut perhatian anak untuk fokus dalam mengikuti pelajaraan. Ada beberapa terapi yang sering digunakan untuk menangani anak autistik antara lain Metode Applied Behavior Analysis (ABA) dengan teknik discrete trial training (DTT) yang bersifat home-based theraphy. Metode ABA tepat bagi anak yang mengalami PDD-NOS karena teknik ini memiliki tujuan sederhana, dan menggunakan proses pengajaran yang terstruktur, terarah, serta terukur. Program intervensi ini dilakukan oleh orangtua untuk meningkatkan konsentrasi anak dalam kegiatan menulis dengan menggunakan teknik DTT. Keterlibatan orangtua dalam melakukan intervensi memberikan dampak yang signifikan terhadap keberhasilan program. Kesimpulan program intevensi adalah adanya peningkatan pemahaman pada ibu dalam menggunakan teknik DTT untuk meningkatkan konsentrasi subyek dalam aktivitas menulisnya. Hal ini berdampak pada adanya peningkatan konsentrasi pada subyek pada aktivitas menulisnya."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2009
T38583
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Soraya Arifianti
"Intellectual Humility (IH) merupakan suatu sifat kebajikan yang baru-baru ini dikembangkan dalam bidang ilmu psikologi dan dipercaya dapat membantu para siswa Sekolah Lanjutan Tingkat Atas (SLTA) mengelola dirinya saat bertemu dengan
perbedaan berpendapat. Dewasa ini, alat ukur The Comprehensive Intellectual Humility Scale (CIHS) telah teruji secara komprehensif mampu mengukur konsep IH
yang terdiri atas empat aspek yang berbeda, yaitu; Independence of Intellect and Ego (IIO), Openness to Revising One’s Viewpoint (OROV), Respect for Others’
Viewpoints (ROV), Lack of Intellectual Overconfidence (LIO). Tujuan dari penelitian
ini adalah mengadaptasi alat ukur CIHS ke dalam versi bahasa Indonesia pada siswa
SLTA di Indonesia. Metode penelitian kuantitatif dilakukan dalam beberapa tahap
berdasarkan pedoman adaptasi alat ukur dari International Test Commission (ITC).
Penelitian ini melibatkan 411 partisipan berusia 14-19 tahun (M = 16.10) dipilih
melalui convenience sampling. Prosedur pengujian reliabilitas dan validitas melalui
internal consistency dan confirmatory factor analysis (CFA) telah dilakukan. Hasil
perhitungan reliabilitas menunjukkan alat ukur CIHS versi Bahasa Indonesia tidak
memiliki item-item dengan nilai konsistensi internal yang tinggi, baik secara
keseluruhan maupun pada dua aspek yang termasuk di dalamnya. Sementara itu, hasil
uji validitas dengan menggunakan CFA menunjukkan model good fit, dengan
memenuhi 2 dari 3 kriteria yang berlaku. Pengembangan alat ukur ini masih
diperlukan terutama dalam meningkatkan nilai reliabilitasnya. Meskipun demikian,
alat ukur CIHS versi Bahasa Indonesia valid dalam mengukur konstruk Intellectual
Humility. Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai acuan penelitian adaptasi alat
ukur, pengembangan konstruk Intellectual Humility di kemudian hari, serta
pengembangan lebih jauh dari penelitian ini dapat membantu guru dan para psikolog
sekolah dalam proses asemen pengukuran Intellectual Humility untuk pengembangan karakter siswa SLTA di Indonesia.

Intellectual Humility (IH) is a virtue that was recently developed in the field of
psychology and is trusted to be able to help high school students manage themselves
when facing disagreements. Currently, The Comprehensive Intellectual Humility
Scale (CIHS) has been tested comprehensively to be able to measure the IH which
consists of four different aspects, namely; Independence of Intellect and Ego (IIO),
Openness to Revise Someone's Point of View (OROV), Respect for Other
Perspectives (ROV), Lack of Too Intellectual Trust (LIO). The purpose of this study
was to adapt the CIHS into an Indonesian version for secondary school students in
Indonesia. The quantitative research method was carried out in several stages based
on the guidelines for adapting measuring instruments from the International Test
Commission (ITC). This study involved 411 participants aged 14-19 years (M = 16.10)
who were selected by convenience sampling. The procedure for testing the reliability
and validity through internal consistency and confirmatory factor analysis (CFA) was
carried out. The results of reliability calculations show that the Indonesian version of
the CIHS does not have items with high internal consistency, both as an overall score
and on the two aspects included in it. Other than that, the results of the validity test
using the CFA showed a good fit, by meeting 2 of the 3 criterions. The development
of this measurement is still needed, especially in increasing its reliability score.
However, the Indonesian version of the CIHS is valid in measuring the construct of
intellectual humility. The results of this study can be used as a reference for measuring instrument adaptation research, the development of the intellectual humility construct in the future, and further development of this study can assist
teachers and school psychologists in the process of measuring Intellectual Humility for building characters of secondary school students in Indonesia.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2021
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Gistilisanda Fauzin Hundra
"ABSTRAK
Hasil survei KPAI sepanjang tahun 2011 hingga 2016 terdapat 12.202 kasus anak dan remaja Indonesia terlibat perilaku berisiko. Daerah Jabodetabek menjadi daerah dengan kasus anak dan remaja terbanyak yang terlibat perilaku berisiko yaitu 5.160 kasus. Regulasi diri remaja menjadi faktor protektif terhadap perilaku berisiko. Pola asuh orang tua dan kemampuan regulasi emosi orang tua menjadi faktor protektif utama terhadap perilaku berisiko remaja dan kemampuan regulasi diri remaja. Berdasarkan pemaparan tersebut, maka penelitian ini bertujuan untuk melihat peran mediasi pola asuh orang tua terhadap kontribusi dari strategi regulasi emosi orang tua terhadap regulasi diri remaja. Analisis data penelitian ini menggunakan multiple regression dengan model template Hayes yaitu model empat dengan menggunakan satu variabel mediator. Sampel penelitian ini terdiri dari 157 pasang partisipan penelitian yaitu ayah, ibu, dan remaja yang diperoleh dari SMP 73 Tebet, SMA 3 Bogor, dan SMP 8 Depok dengan menggunakan metode accidental sampling. Penelitian ini menggunakan tiga alat ukur yaitu The Adolescent Self-Regulatory Inventory (ASRI) untuk mengukur regulasi diri partisipan remaja, Emotion Regulation Questionnaire (ERQ) untuk mengukur regulasi emosi orang tua, serta Parenting Style Four Factor Questionnaire (PSFFQ) untuk mengukur pola asuh orang tua. Berdasarkan hasil analisis regresi berganda pada partisipan remaja menunjukkan bahwa adanya peran mediasi dari pola asuh authoritative ayah pada kontribusi strategi regulasi emosi reappraisal dan suppression ayah terhadap kemampuan regulasi diri remaja. Adanya peran mediasi dari pola asuh authoritarian ibu pada kontribusi strategi regulasi emosi reappraisal ibu terhadap kemampuan regulasi diri remaja.

ABSTRACT
The results of the KPAI survey from 2011 to 2016 included 12,202 cases of Indonesian children and adolescents involved in risk behaviour. Jabodetabek is the area with the most cases of children and adolescents involved in risk behaviour, namely 5,160 cases. Adolescent self-regulation becomes a protective factor against risk behaviour. Parenting and parents emotional regulation abilities become the main protective factors towards adolescent risk behaviours and adolescent self-regulation abilities. Based on that explanation, this study aims to examine the mediating role of parenting towards the contribution of parents emotional regulation strategies to adolescent self-regulation. Data analysis of this study used multiple regression with the Hayes template model, namely model four with using one mediator variable. The sample of this study consisted of 157 pairs of study participants namely fathers, mothers, and adolescents obtained from 73 Tebet Middle School, 3 Bogor High School, and Depok 8 Middle School by using accidental sampling method. There are three measuring instruments in this study, namely The Adolescent Self-Regulatory Inventory (ASRI) to measure teenage participant self-regulation, Emotion Regulation Questionnaire (ERQ) to measure parents emotional regulation, and Parenting Style Four Factor Questionnaire (PSFFQ) to measure parenting. Based on the results of multiple regression analysis on adolescent participants showed that there is a mediating role of paternal authoritative parenting on contribution of the paternal emotion regulation (reappraisal and suppression) to adolescent self-regulation abilities, then there is a mediating role of maternal authoritarian parenting on contributing of maternal emotion regulation (reappraisal) to adolescent self-regulation abilities.
"
2019
T55151
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ayu Apriyanti Harandavina
2010
S3664
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Alfa Restu Mardhika
"ABSTRAK
Banyak anak penyandang disabilitas intelektual ringan mengalami masalah dalam
berinteraksi sosial di sekolah. Berdasarkan hal itu, keterampilan sosial merupakan hal yang
penting bagi anak disabilitas intelektual ringan untuk dapat berkembang di sekolah inklusi.
Salah satu metode yang efektif untuk meningkatkan keterampilan sosial pada anak disabilitas
intelektual ringan adalah dengan pendekatan modifikasi perilaku, terutama menggunakan
modeling. Dalam melakukan suatu modifikasi perilaku juga patut dipertimbangkan
pemberian penguatan terhadap perilaku baru yang muncul. Salah satu teknik penguatan yang
efektif untuk mengajarkan individu disabilitas intelektual ringan ialah melalui token
economy. Dalam rangka mengetahui efektivitas program dengan menggunakan modeling dan
token economy dalam meningkatkan keterampilan sosial pada penyandang disabilitas
intelektual ringan, maka peneliti merancang suatu program dengan menggunakan teknik
modifikasi perilaku melalui model simbolik (film kartun) dan penerapan token economy
sebagai penguatan perilaku. Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah
desain kasus tunggal tipe A-B-A. Hasil penelitian menunjukkan adanya peningkatan
keterampilan sosial pada subjek saat sebelum dan sesudah pemberian program.

Abstract
A lot of children with mild mental retardation experience social interaction issue in their
school. Therefore, social skills become very important for children with mild mental
retardation to develop in the inclusive school. One method that effectively enhancing social
skills children with mild mental retardation is through behavior modification approach,
especially through modeling. In exercising behavior modification, need to amplify for any
new behaviors emerge. On e of amplification method which effectively teaches children with
mild mental retardation is through token economy. In terms to know the modeling and token
economy program effectiveness in enhancing social skills of children with mild mental
retardation, the researcher design a program with behavior modification technique through
model approach (cartoon short film) and token economy application as behavior amplifier.
The research is using single case type A-B-A design. Research result shows there is an
enhancement in social skills on subject after the program."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2012
T31152
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Nurhayati Djamas
"ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peningkatan atau perubahan perilaku prososial anaJk usia empat sampai enam tahun di TK Tartiila setelah inemperoleh intervensi prog am pembe ajara nilai empti. Jenis penelittan yang dipilih adalah before and after study design oengan menggunakan disain satu kelompoit subjek penelitian ( r.me gro.up pre test and post tes f design). Subjek penelitian seba yak 30 orang murid TK Ta iila Kelompok A dan B. ntervensi pembelajaran ni ai empati menggunakan model pembelajaran konstruif-belajar aktif yang mengu amakan keterlibatan aktif anak dalam seluruh rangkaian aktivitas belajar, terutama melalui kegiatan bermain di kelompok. Materi pe belajaran yaitu nilai empat' yang mendorong perilaku prososial yang meliputi; :geduli terfiadap orang lain dan memahami orang lain, berbagi, menolong, dan kerjasama tlengan orang lain. Kegiatan intervensi pembelajaran an perilaku prososial dilakukan selama tiga hari di TK Tartiila, ymtu pada tanggal 14 Mei sampai tanggal 1 Mei 2012. Dari hasil uji beda rata-rata s or serta nilai t yang dihasilkan pada pengujian skor pre test dan post test terdapat peningkatan perilaku prososial dengan hasil yang signifikan pada l.o.s. 0.0.1, sehingga Ho ditolak dan Ha diterima.

Abstract
This study aims to nderstand the change of prosocial l5ehavior of children at age of four to six years at Tartiila Kindergarden after the interyention of learning o empathic value. he type of research has ben used in this study is the before and afi er study design it one group pre test and pos· test des1g. Subject of this research eomposed of 30 students of Ta iila Kinde garden at {J-rou :A atld B. The intervention of empathic value learning using constructive-active learning model with actively involvement o:f the children imto all process of learning activities, especial y through group-playinCemtent of learning is empathic :va ue which increase prosocial behavior using four indicators: 'hderstan[ing and caring of others, sharing, helping, and cooperation with others. Learning activities whic improve prosocial behavior of children has been carried out for three day, from 14 through 16 of May. Data analysis of comparing mean scores and t val e of pre est ana ost test scoring has showed the increase of prosocial behavior of children at significance level at l.o.s. 0.0.1., therefore Ho is rejected and Ha is accepted.
"
2012
T31577
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Rizki Mustika
"ABSTRAK
Prestasi akademik merupakan hal yang penting bagi seorang pelajar. Berdasarkan penelitian
yang dilakukan oleh Maliawan (1998), tanggung jawab berhubungan secara positif signifikan
dengan prestasi. Hasil penelitian Cobb (dalam Wentzel 1993) juga menunjukkan bahwa
tanggung tanggung jawab memiliki pengaruh terhadap prestasi. Tindakan yang bertanggung
jawab berkembang dari rasa tanggung jawab. Menurut Stern (2008) rasa tanggung jawab
berkembang lebih kuat jika siswa berada dalam lingkungan yang sesuai. Maka, dapat
diasumsikan akan terdapat perbedaan rasa tanggung jawab pada siswa yang berada dalam
lingkungan yang sesuai dan tidak sesuai. Kesesuaian kepribadian individu dengan karakteristik
lingkunganya disebut Holland (dalam Donohue, 2006) sebagai congruence dan ketidaksesuaian
sebagai incongruence. Konsep kesesuaian tersebut penting bagi siswa kelas XI yang menghadapi
penjurusan di SMA. Menurut Sphokane, et al. (2000) masih sedikit penelitian mengenai
lingkungan pendidikan dan karakter siswa. Sepengetahuan peneliti, di Indonesia juga belum
pernah ada penelitian mengenai tanggung jawab dan congruence. Oleh karena itu, peneliti
melakukan penelitian untuk mengetahui apakah secara kuantitatif terdapat perbedaan rasa
tanggung jawab pada siswa kelas XI yang memiliki congruence dan incongruence. Rasa
tanggung jawab diukur menggunakan alat ukur tanggung jawab yang disusun berdasarkan teori
Sukiat (1993) dan pengukuran minat dilakukan dengan menggunakan alat tes Self Directed
Search (SDS) Holland. Congruence dan incongruence ditentukan dengan mencocokkan hasil tes
minat subjek dengan jurusannya. Partisipan dalam penelitiaan ini berjumlah 118 orang siswa
kelas XI SMA N 81 Jakarta. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat perbedaan mean
rasa tanggung jawab yang signifikan pada siswa kelas XI yang memiliki congruence dan
incongruence (t = -3.139; p = 0.002, signifikan pada LoS 0.05).

Abstract
Academic achievement is important for a student. Based on research that was conducted by
Maliawan (1998), responsibility has positive significant with achievement. Cobb (in Wentzel
1993) is also showed that the sole responsibility to have an influence on achievement.
Responsible action develops from a sense of responsibility. According to Stern (2008) sense of
responsibility grow stronger if the student is in a suitable environment. Thus, we can assume that
there will be differences in the sense of responsibility between students who are in a suitable
environment and are not. Suitability of individual personality characteristics toward the
environment, (Holland in Donohue, 2006), has a congruence and incongruence as
incompatibility. The concept of fitness is important for students who face a majoring subject in
XI class of high school. According Sphokane, et al. (2000) there still a little research on the
educational environment and character of the students. Researcher's knowledge, in Indonesia has
not been any research on the responsibility and congruence. Therefore, the researchers conducted
a study to determine whether there are quantitative differences in the sense of responsibility to
the class XI student who has a congruence and incongruence. Sense of responsibility was
measured by using a measuring instrument which is based on responsibility which is applied by
Sukiat theory (1993) and the measurement of interest is done by using the assay Self Directed
Search (SDS) Holland. Congruence and incongruence are determined by comparing test results
with their major interest in the subject. Participants in this research consist of 118 class XI
student of SMA N 81 Jakarta. The results of this research indicate that there are differences mean
a significant sense of responsibility in class XI students who have a congruence and
incongruence."
2012
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Fathana Gina
"ABSTRAK
Masa remaja ditandai dengan berbagai perubahan yang terjadi, salah satunya adalah meningkatnya reaksi emosional dan tidak stabil pada remaja. Salah satu pola emosi umum yang dialami pada masa remaja adalah marah. Namun remaja yang terus-menerus mengalami marah rentan terhadap berbagai dampak negatif. Menurut pendekatan kognitif, emosi (termasuk marah) merupakan hasil dari pikiran individu yang muncul ketika ia menemui situasi dan memaknainya sebagai sesuatu yang relevan dengan tujuannya. Marah merupakan salah satu emosi negatif yang timbul karena adanya goal incongruence, yaitu individu menilai bahwa situasi yang terjadi tidak sesuai dengan keinginannya. Dengan demikian, untuk mengurangi timbulnya emosi marah, penilaian individu terhadap situasi pemicu marah perlu diubah. Intervensi psikologis yang menekankan pada pengubahan kognisi sebagai dasarnya adalah modifikasi kognitif-perilaku dengan teknik restukturisasi kognitif. Dengan penggunaan single subject A-B design, penelitian ini melibatkan seorang subjek penelitian, seorang remaja puteri berusia 13 tahun. Subjek mengikuti intervensi yang terdiri dari 5 sesi dengan durasi 60-90 menit/sesi. Berdasarkan wawancara yang dilakukan sebelum dan setelah intervensi, terlihat adanya perubahan penilaian subjek terhadap situasi pemicu marah yang sebelumnya negatif menjadi lebih positif. Penelitian ini menyimpulkan bahwa intervensi modifikasi kognitif-perilaku dengan teknik restrukturisasi kognitif yang disusun dalam penelitian ini tepat diberikan pada remaja yang mengalami kesulitan mengendalikan emosi marah.

ABSTRACT
Adolescence is characterized by a variety of changes, one of which is the increasing and unstable emotional reactions. One common pattern of emotions experienced in adolescence is anger. Adolescents who are constantly having angry can get negative impacts. From the perspective of cognitive approach, emotion (including anger) depends on individual’s thought which appears when he faces the situation and interprets it as something relevant to his goal. Anger is one of the negative emotion because of goal incongruence, when individu appraises the situation doesn’t go as he wants. Hence, to reduce anger, the individu’s appraisal of anger provoking situation has to be changed. Psychological intervention which emphasize the cognitive changes as it base is cognitive behavior modification with cognitive restructuring technique. This research is using single subject A-B design and involves one research subject, a 13 years old female adolescent. The intervention consists of 5 sessions with 60-90 minutes/session. Based on interview conducted before and after intervention, the cognitive behavior modification using cognitive restructuring technique had made a significant change of subject’s appraisal of anger provoking situation from negative became more positive. This research concluded that cognitive behavioral modification using cognitive restructuring technique in this research is accurate to be given to adolescent who has problem in controlling anger."
Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2013
T32688
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3   >>