Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 8 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Lie Tjun Tjie
Abstrak :
Kemajuan yang dicapai dari hasil teknologi arsitektur bangunan merupakan hasil perpaduan antara kemajuan dibidang konsruksi,material dengan kebutuhan-kebutuhan manusia yang cenderung berkembang. Peran arsitek sangat mentukan di dalam berbagai proses perencanaan dan perancangan arsitcktur bangunan. . Sejalan dengan pandangan arsitek William Pena, (1977) yang menyatakan bahwa ? proses perencanaan dan perancangan arsitektur, termasuk dalam salah satu kegiatan berpikir kreatif, dimana di dalamnya banyak melibatkan kemampuan berpikir dua arah yaitn antara verbal dan visual yang digunakan secara bergantian dan seimbang ?_ Kemampuan berpikir dua arah yang berbeda identik dengan kemampuan berpikir transformasi kreatif. Penjelasan ini banyak menggunakan dasar-dasar teori otak, kreativitas serta teori dari perencanaan dan perancangan arsitektur. Untuk mengungkapkan hal tersebut penelitian ini merumuskan masalah sebagai berikut: (1) apakah ada hubungan yang signifikan antara kemampuan berpikir trausformasi kreatif dengan prestasi belajar di bidang perencanaan dan perancangan arsitektur bangunan, (2) apakah ada perbedaan yang signifikan antara laki-lal-ci dengan perempuan terhadap kemampuan berpikir transformasi kreatif di Indonesia. Untuk menjawab permasalahan tersebut, peneliti menggunakan metode korelasi, dengan subyek penelitian diambil dari mahasiswa dan mahasiswi fakultas teknik arsitektur di Universitas PANCASILA, Serengseng, dengan besarnya sampel 100 orang dengan perbandingan antara laki-laki 56 dan percmpuan 44 Dari hasil penelitian ini ditemukan bahwa: (1) korelasi yang dihasilkan antara kemampuan berpikir transformasi kreatif dengan prestasi belajar dibidang perencanaan dan perancangan arsitektur bangunan sebesar 0,63 hingga 0,68, (2) tidak terdapat perbedaan yang signifrkan antara laki-laki dengan perempuan terhadap kemampuan berpikir transformasi kreatif. Di dalam penelitian ini juga ditemukan adanya ketidakseimbangan antara kemampuan berpikir transformasi keatif dari visual ke verbal dengan verbal ke visual, hal ini diduga karena sistem belajar yang kurang memperhatikan terhadap kemampuan berpikir transformasi kreatif. Dari fakta yang ditemukan di lapangan sebagian besar waktu pembelajaran banyak digunakan pada kemampuan berpikir transformasi kreatif dari visual ke verbal jika dibandingkan dengan dari verbal ke visual. Bertitik tolak dari temuan penelitian ini, dapat ditarik kesimpulan bahwa kemampuan berpikir trausformasi kreatif memiliki korelasi yang cukup tinggi terhadap prestasi belaiar di bidang perencanaan dan perancangan arsitektur banguanan, serta tidak ada perbedaan antara laki-laki dengan perempuan terhadap kemampuan berpikir transfonnasi kreatif. Satan-saran yang diajukan adalah: (1) kemampuan berpikir transformasi kreatif selayaknya mendapat perhatian di dalam proses belaiar disamping pada bidang perencanaan dan perancangan arsitektur juga tidak menutup kemungkinan untuk segala bidang ilmu yang lebih luas, (2) apabila peneliti lain ingin menggunakan alat tes kemampuan berpikir transformasi kreatlf ini untuk keperluan yang dikaitkan dengan bidang-bidang lainnya, hendaknya patut diperhatikan validitas dan reliabilitasnya. ( mengingat keterbatasan peneliti di dalam merancang alat ukur kemampuan berpikir transformasi kreatif baru menjangkau internal validity dan belum sampai kepada external validity).
Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2000
T37979
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sismai Herni
Abstrak :
Indonesia sebagai negara berkembang, dalam era globalisasi pada abad 21 ini, mengalami berbagai persaingan baik dalam bidang ekonomi, hukum, ilmu pengetahuan dan teknologi, maupun dalam dunia pendidikan. Untuk memenuhi tuntutan persaingan tersebut sangat dibutuhkan Sumber daya manusia yang betu|~betul berpotensi dan ahli di bidangnya, agar dapat bersaing dengan bangsa lain dalam membangun bangsa Sumber daya manusia yang berpotensi akan melanjutkan estafet kepemimpinan bangsa, calon para ahli tersebut antara lain diperoleh dari anak berbakat, yang sekarang sedang da1am proses belajar di sekolah dan dikelompokkan di kelasl sekolah unggul. Khusus di Sumatera Barat proses tersebut dilaksanakan di kelas unggu1. Pelaksanaan pendidikan di kelas unggul tingkat SLTP ini sebagian besar baru dalam rangka pengelompokan, dan belum melakukan perlakuan sesuai kebutuhan anak berbakat, sehingga prosesnya sama dengan kelas reguler. Anak berbakat itu adalah anak yang mempunyai kemampuan luar biasa, merupakan aset nasional yang harus dipersiapkan sedini mungkin untuk meningkatkan sumber daya manusia yang akan berkiprah melaksanakan pembangunan bangsa. Berhubung Pedoman Khusus untuk pelaksanaan pendidikan di kelasl sekolah unggul tingkat SLTP ini belum ada secara tertulis,maka penulis ingin melihat bagaimana hubungan antara latar belakang orangtua dengan prestasi belajar anak berbakat di kelas unggul di SLTP N Padang, Padang Panjang dan Bukittinggi, Sumatera Barat.Penelitian ini dimaksudkan untuk melihat sejauh mana hubungan antara latar belakang keluarga dengan prestasi belajar anak berbakat di kelas unggul SLTPN. Padang, Padang Panjang dan Bukittinggi Sumatera Barat. Alasan pemilihan di kota ini adalah karena sistim kekeluargaan yang berlaku didasari oleh garis keturunan ibu (matrilineal), berbeda dengan sistem patrilinear di daerah lain di Indonesia dan dalam kehidupan sehari-hari masih banyak dipengaruhi oleh adat istiadat. Penelitian ini dilakukan pada 50 orang siswa dan orangtua anak berbakat pada tujuh SLTP N di kota Madya Padang, Bukittinggi dan Padang Panjang Sumatera Barat. Alat untuk mengidentiflkasikan siswa berbakat dengan memberikan tes TIKI-M Bentuk Pendek untuk mengukur intelegensi,TKV P 1 untuk mengukur kreativitas dan Task Commitment untuk mengukur keterlibatan diri terhadap tugas Kepada 338 orang siswa kelas 2 di delapan SLTP N.Penentuan siswa berbakat berpedoman pada konsep Renzulli, yaitu intelegensi di atas rata-rata, kreativitas dan task commitment tinggi. Penelitian ini juga menggunakan kuesioner tentang status sosial ekonomi , peranan dan sikap orangtua siswa berbakat dan daftar isian. Kesemua kuesioner ini diuji cobakan pada orangtua siswa berbakat di SLTP Lab School IKIP Jakarta dan orangtua siswa berbakat di SLTP Al-lzhar Pondok Labu Jakarta Selatan, serta telah diuji validitas dan reliabilitasnya. Kuesioner dan daftar isian ini diberikan pada orangtua siswa berbakat melalui anak-anak mereka. Data tentang NEM ketika tamat SD dan prestasi siswa berbakat ketika kelas 1 SLTP diminta kepada Kepala Sekolah. Penelitian ini bertujuan untuk melihat; 1) gambaran siswa berbakat sesuai dengan karakteristik keluarga anak berbakat; 2) gambaran orangtua siswa berbakat sesuai dengan karakteristik keluarga anak berbakat; 3) hubungan antara pendidikan ayah dengan prestasi anak berbakat; 4) hubungan antara pendidikan ibu dengan prestasi anak berbakat; 5) hubungan antara tingkat status ekonomi orangtua dengan prestasi siswa berbakat; 6) hubungan antara peranan orangtua dengan prestasi siswa berbakat; 7) hubungan antara sikap orangtua dengan prestasi siswa berbakat; 8) Hubungan antara pendidikan ayah,pendidikan ibu, tingkat status ekonomi, peranan dan sikap orangtua dengan prestasi belajar anak berbakat; 9) sumbangan dari pendidikan ayah, pendidikan ibu, status ekonomi, peranan dan sikap orangtua pada prestasi anak berbakat Ada tujuh hipotesis yang dikemukakan pada pe-nelitian ini yaitu: 1) Terdapat hubungan yang bermakna antara pendidikan ayah dengan prestasi belajar AB; 2) Terdapat hubungan yang bemuakna antara pendidikan ibu dengan prestasi belajar anak berbakat; 3) Terdapat hubungan yang bermakna antara tingkat status ekonomi orangtua dengan prestasi belajar anak berbakat, 4) Terdapat hubungan yang bermakna antara peranan orangtua dengan prestasi belajar anak berbakat; 5) Terdapat hubungan yang bermakna antara sikap orangtua dengan prestasi belajar anak, berbakat; 6) Terdapat hubungan yang bermakna secara bersama antara pendidikan ayah, pendidikan ibu, status ekonomi, peranan dan sikap orangtua dengan prestasi belajar anak berbakat; 7) Terdapat sumbangan yang bermakna secara bersama-sama maupun secara masing-masing dari pendidikan ayah, pendidikan ibu, status ekonomi, peranan dan sikap orangtua dengan prestasi belajar anak berbakat. Untuk membuktikan hipotesis ini, data diolah dengan menggunakan SPSS versi 7.5. Pembuktian hipotesis satu sampai lima digunakan korelasi Multiple Regression, menguji hipotesis keenam, digunakan korelasi Partial dan pengujian hipotesis ketujuh digunakan Multiple Regression. Secara keseluruhan hasil penelitian ini menunjukkan bahwa: 1) Terdapat hubungan yang bermakna antara pendidikan ayah dengan prestasi belajar anak berbakat dengan dengan r = .350, 2) Terdapat hubungan antara tingkat status ekonomi orangtua dengan prestasi belajar anak berbakat dengan r = .329; 3) Terdapat hubungan yang bermakna antara peranan orangtua dengan prestasi belajar anak berbakat dengan r = .309; 4) Tidak terdapat hubungan yang bermakna antara tingkat pendidikan ibu dan sikap orangtua dengan prestasi belajar anak berbakat. Bila dilihat hubungan secara Parsial: 1) Terdapat hubungan yang bermakna antara pendidikan ayah dengan prestasi belajar anak berbakat, r = .353 dengan p = .013; 2) Terdapat hubungan yang bermakna antara pendidikan ibu dengan prestasi belajar anak berbakat, r = .300 dengan p = .036; 3) Terdapat hubungan yang bermakna antara peranan orangtua dengan prestasi belajar anak berbakat r = .308 dengan p = .031. Tetapi status ekonomi dan sikap orangtua tidak berhubungan secara bermakna. Dari lima variabel yang dikemukan, ditemukan sumbangan yang bermakna dari pendidikan ayah dan peranan orangtua pada prestasi betajar anak berbakat, sebesar 22,5%. Tetapi pendidikan ibu, tingkat status ekonomi, sikap orangtua tidak memberikan sumbangan yang bermakna pada prestasi belajar anak berbakat. Bita dilihat hasil analisis regresi setiap variabet, ditemukan bahwa pendidikan ayah memberikan sumbangan yang bermakna 12,2%, tingkat status ekonomi orangtua1O,8% dan peranan orangtua 9,5% pada prestasi belajar anak berbakat. Tetapi pendidikan ibu dan sikap orangtua tidak memberikan sumbangan yang bermakna pada prestasi belajar anak berbakat. Saran yang diajukan adalah 1) Penempatan anak-anak di kelas unggul, perlu dilakukan dengan menggunakan tes TIKI M Bentuk Pendek, TKV Paralel 1, Task Commitment, dan NEM, agar diperoleh siswa yang betul-betul unggul dan berbakat sehingga kemampuannya dapat dikembangkan secara khusus dan optimal; 2) Pemerintah sudah saatnya membuat sekolah unggul tingkat SLTP di tiga kota madya ini, karena diperkirakan minimal ada 20 orang anak berbakat di kelas unggul SLTP N pada setiap kota madya karena NEM siswa tidak menjamin bahwa mereka berbakat dan unggul; 3) Perlu dibuat Kurikulum SLTP beserta petunjuk Teknis Pengelolaan Kelas/Sekotah Unggul, dimana dalam kurikulum ini,ditambahkan kerjasama antara sekolah dengan orangtua anak berbakat dan masyarakat; 4) Perlu pembinaan orangtua anak berbakat melalui pelatihan untuk orangtua anak berbakat agar dapat membantu anak dalam mengembangkan bakatnya di rumah. Hal ini karena peranan orangtua cukup banyak memberikan sumbangan pada prestasi belajar anak berbakat; 5) Perlu dilakukan penelitian lanjutan dilihat dari aspek pengasuhan orangtua pada anak berbakat, konsep diri, motivasi dan emosi anak berbakat dihubungkan dengan prestasi belajarnya di kelas/sekolah unggul untuk semua tingkat sekolah. ......Indonesia as a developing country, at the dawn of globalization in the 21st century finds various competitions in economy, law, science and technology as well as in education. lt also needs potential and competency human resources to develop its nation. They will be the future leaders. They are gifted students who are now in the process of leaming and are grouped in 'smart classes" which is particularly found in West Sumatera. These classes are still at a grouping stage, and are not yet given special treatment. Gifted children are the ones who have extraordinary abilities and who are considered as a national asset. They should be prepared as early as possible to improve human resources in the developing of the country. Due to the lack of written guidelines to can'y out the education of these smart children, the author tries to see the correlation between the family background and the leaming achievement of gifted students in smart classes in Padang, Padang Panjang and Bukittinggi. The reasons in choosing these cities are based on the matrilineal system, which is different from patrilineal systems and traditions in other places in Indonesian. The study was conducted at seven SLTPS N in Padang, Padang Panjang and Bukittinggi with a sample of 50 gifted children besides their parents. The instruments used in this study to identify gifted children, were TIKI-M Short Form to measure intelligence, TKV P 1 to measure creativity, and Task Commitment to measure self involvement to task. The tests were given to 338 students of grade two in eight SLTPNs. RenzulIi's concepts were used to determine the above average intelligence, creativity and high task commitment. Questionnaires were also used for social economic status, roles and attitude of gifted' children's parents. These questionnaires had been tried out to the gifted children parents at SLTP Lab School of UNJ and Al-Azhar Pondok Labu to test the validity and reliability of instruments. These questionnaires were given to 50 parents of gifted children. NEM and Report were given and were asked when they were in grade 1 by principal of the school. The objectives of the research were to see: 1) the description of the gifted children in accordance with their family characteristics; 2) the description of the gifted children's parents in accordance with the gifted children?s family characteristics; 3) the correlation between father's education and gifted children leaming achievement; 4) the correlation between mothers education and gifted children leaming achievement; 5) the relationship between economic status of parents and leaming achievement; 6) the relationship between the roles of the parents and leaming achievement; 7) parents' attitude and leaming achievement; 8) the correlation between father's education, mothers education, economic status, parents' roles and attitude simultaneously and gifted children leaming achievement; 9) father's and mothers education contribution, economic status, parents roles and attitude toward the leaming achievement. The hypotheses in this study are: 1) there is a significant correlation between father's education and leaming achievement: 2) there is a meaningful relationship between mothers education and leaming achievement; 3) there is a meaningful correlation between the parents economic status and leaming achievement; 4) there is a meaningful correlation between the roles of the parents and leaming achievement; 5) there is a meaningful correlation between the parents' attitude and leaming achievement; 6) there is a meaningful relationship between fathers? and mothers? education, economic status, the rules and attitude of parents simultaneously and leaming achievement; 7) there is a meaningful contribution of fathers' education, mothers' education, economic status. the rules and attitude of parents to learning achievement To prove this hypothesis the computer SPSS version 7.5 was used. Multiple Regression was used to prove hypothesis 1-5, Partial Correlation was used to test hypothesis 6 and Multiple Regression was used to test hypothesis 7. The results of the research reveal that: 1) there is a meaningful correlation between the education of the father and leaming achievement with r = .350; 2) there is a meaningful relationship between the parents' economic status and learning achievement with r = .329; 3). There is a meaningful relationship between the parents roles and learning achievement with r = .309; 4). But there is no meaningful correlation between mothers? education, attitude of parents and leaming acchlevement. Viewed from Partial simultan Correlation; 1) there is a significant correlation between the fathers' education and leaming achievement of gifted children with r = .353 an p = .013; 2) there is a meaningful relationship between mothers education and leaming achievement with r = .300 and p = .036; 3) there is a meaningful relationship between the role of the parents and leaming achievement with r = . 308 and p = .O3?l. But there is no significant relationship between the economic status and attitude of parents and leaming achievement. It is found that, there is a meaningful contribution of the parents? role and contribution of the fathers' education 22,5%, yet mothers' education, economic status, and attitude of parents do not give meaningful contributions to the leaming achievement of gifted children in smart class. lf each variable is analised it is found there is a meaningful contribution of father education 12,2%, the economic status 10,8 % and role of parent 9.5 %. But mothers? education, attitude of parents do not give meaningful contribution to leaming achievement of gifted children in smart classes. Some suggestions are as follows: 1) It is necessary to use TlKl-M Short Form Test, TKV-P1, Task Commitment and NEM to place the children in a "smart class", so that we will get the real smart and gifted children whose abilities can be particularly and optimally developed; 2) lt is time for the govemment to establish -?i smart- classes 'finthe cities mentioned above; 3) lt is necessary to create a curriculum and guidance for this kind of class to manage technically and cooperatively with the school principals,parents and society; 4) It is also necessary to guide the parents to help their children at home in developing their talents; 5) lt would be better to have a further study on this matter viewed from other aspects to improve the potential human resources.
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2000
T37854
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dessy Ilsanty Syarif
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2001
S2819
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Jane Savitri
Abstrak :
Adversiry Quotient adalah kemampuan individu untuk berespon terhadap kesulitan yang didasari oleh keempat dimensinya yaitu kontrol, Ownership, Reach dan Endurance (Stoltz, 1997). Advemily Quonenr rnemberikan pcmahaman baru mengenai apa yang diperlukan siswa untuk mencapai kesukscsan , terutama bagi peningkatan kemampuan untuk mengatasi hambatan 31811 keaulitan yang dihadapi dalam proses pendidikan maupun tantangan kehidupan . ` Penelitian ini dilakukan untuk menjawab permasalahan yang timbul dengan menguji tiga hipotesis. Metode penelitian yang digunakan yaitu korelasi. Sedangkan tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui kontribusi ( sumbangan yang bermakna ) dari Orientasi Masa Depan dalam bidang pcndidikan dan iklim kelas baik secara bersama-sama maupun tersendiri atau parsial terhadap Adversify Qumienr siswa, besamya sumbangan yang bermakna tersebut. Sampel penelitian adalah siswa kelas dua SMUK 2 BPK Penabur Bandung sebanyak 169 orang. Alat ukur yang digunakan adalah Adversiry Quorienr yang diadaptasi oleh Lesmawati , dari alat ukur yang dikembangkan oleh Stoltz, Orientasi Masa Depan dalam bidang pendidikan hasil modifikasi Victoriana dari tcori Nurmi, dan iklim kelas yang dimoditikasi bcrdasarkan skala iklim kelas dari Trickett dan Mons. Analisis data yang digunakan adalah analisis regresi Multiple Regression dengan metode stepwise. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Orientasi Masa Depan dalam bidang pendidikan memberikan sumbangan yang bermakna terhadap Adverxi/y Quolienr, bcrbeda dengan iklim kelas yang tidak memberikan sumbangan bermakna terhadap Advenviry Quolienl Namun secara bcrsama-sama , Orientasi Masa Depan dalam bidang pendidikan dan iklim kelas masih membcrikan sunibangan bcmnakna terhadap Adversity Quotient. Berdasarkan pengolahan Iebih lanjut diperoleh hasil bahwa aspek perencanaan dan evaluasi dari Orientasi Masa Depan dalam bidang pendidikan membcrikan sumbangan bermakna terhadap dimensi conrrol, ownership dan endurance dari Adversily Quorienl , sedangkan dimensi Involvement dan Teacher Comm! memberikan sumbangan bemakna bagi dimensi control , owncrzv/tip dan reach dariadversity Quntient Saran yang dibcrikan pada sekolah adalah berusaha untuk mengembangkan ketiga aspek Orientasi Masa Depan dalam bidang pendidikan secara berkesinambungan dan membekali guru dengan pemahaman /hlvenwry Qfmfiem dan mcrancang aktivitas kelas yang memfasilitasi siswa untuk tcrlibal dan berpartisipasi aktiff Sclain ilu guru berupa unluk lebih banyak menekankan pengalaman-pcngalaman keberhasilan siswa daripada pengalaman-pengalaman kegagalan mcreka agar keyakinan diri siswa dalam mencapai keberhasilan semakin meningkat. Berdasarkan hasil penelitian, maka disarankan pula untuk melakukan penulitian mengenai Adversiry Quorien/ pada setting pendidikan yang lain dengan cakupan yang lebih luas. Selain ilu yang dapat ditclili variabcl-variabci Iain yang mungkin mempengaruhi Adversity Quorienr seperti pengaruh-pcngaruh dari orang tua, guru, teman sebaya dan orang-orang yang memiliki peran penting selama masa kanak~kanak , sehingga dapat diperoleh pemahaman yang lebih komprehensif tentang Adversity Quurient.
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2004
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Beatriz Arisekundiatmi
Abstrak :
Salah satu masalah yang paling serius dan menonjol yang sedang dihadapi umat manusia saat ini adalah pcnyalahgunaan NAPZA di kalangan rcmaja. NAPZA mem-pakan kependekan dari Narkotika, Alkohol, Psikotropika, dan Zat Adiktif lainnya. Penyalahgunaan NAPZA adalah pemakaian obat dan zat berbahaya lain secara terus menerus atau sekali-sekali secara berlebihan, dan tidak menurut petunjuk doktcr, serla dapat menimbulkan gangguan-gangguan terlentu baik badan maupun jiwa seseorang, diikuti oleh akibat sosial yang tidak diinginkan (Wibisana, 1991). Permasalahan mengenai penyalahgunaan NAPZA di Indonesia saat ini sangat memprihatinkan, Permasalahan ini muncul pertama kali pada tahun 1969 ketika ditemukannya seorang pasien penyalahguna NAPZA di suatu rumah sakit di Jakarta, namun sekarang sepertinya tidak ada satu pun rumah sakit yang tidak merawat pecandu baikrakibat langsung clari ketergantungannya terhadap zat maupun akibat yang terjadi pada organ tubuh mereka (Padmohoedojo, 2000), estimasi jumlah penyalahguna di Indonesia adalah 1,3 juta orang. Peningkatan kuantitas penyalahguna yang diiringi dengan peningkatan kualitas zat yang disalahgunakan, serta peredaran dengan berbagai cara menyebabkan penyalah-gunaan zat telah merebak ke hampir semua sekolah di kota besar (DIKBUD, 1999), bahkan di kota-kota pinggiran dan kota kecil. Mengingat usia awal mengenal clan menggunakan zat semakin mud; besarnya biaya yang dihamburkan, dampak penyalahgunaan yang mengancam turunnya mutu SDM, sulitnya keluar dari ketergantungan, dan masih belum ditemukan upaya penanggulangan penyalahgunaan zat yang sempuma dan memuaskan maka dirasakan semakin perlunya ditingkatkannya upaya untuk memperoleh informasi yang dapat meningkatkan efisiensi dan efektivitas upaya penanggulangan terutama upaya preventif. Penelitian ini bertujuan untuk mengungkap kondisi keluarga, kondisi sekolah, teman sebaya dan ketersediaan NAPZA pada remaja non penyalahguna NAPZA dan remaja penyalahguna NAPZA. Kondisi keluarga, kondisi sekolah, teman sebaya dan ketersediaan NAPZA yang diungkap dalam penelitian ini adalah kondisi-kondisi yang dapat mempengaruhi remaja untuk menolak menyalahgunakan NAPZA mengacu pada teori belajar sosial Bandura (1986), pendapat dan hasil penelilian Rhodes dan Jason (1990), Blum dkk. (dalam Atkinson, 1997), Utami Munandar (1996), Slavin (1997), Fisher dan Harrison (1997), Rutter dkk. (1998), Bonnie Bernard (dalam Fisher 8: Harrison, 1997), serta Wiccaro & Mc Namara(dalam Jason & Eames, 1997). Instrumen penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah The Adolescent Version of The Substance Abuse Subtle Screening Inventory dan kuesioner. The Adolescent Version Qf The Substance Abuse Subtle Screening Inventory digunakan untuk mcngklasikan subyek pcnelitian menjadi dua kelompok, remaja penyaiahguna NAPZA dan remaja non penyalahguna NAPZA, Instrumen ini digunakan karena memiliki tingkat akurasi yang tinggi, murah dan mudah mengelolanya. Penelitian ini dilakukan di empat SMU di Bogor. Subyek penelitian ini adalah siswa kelas dua SMU yang masih aktif sekolah dan bemsia antara 15 sampai 18 tahun. Dari 315 subyek, ada 296 yang terklasifikasi sebagai remaja non penyalahguna dan 19 subyek sebagai remaja penyalahguna, Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa secara umum kondisi keluarga, kondisi sekolah, teman sebaya, dan ketersediaan NAPZA di lingkungan remaja non penyalahguna NAPZA berbeda secara signifikan dengan kondisi keluarga, kondisi sekolah, teman sebaya dan ketersediaan NAPZA di lingkungan remaja penyalahguna Untuk penelitian lebih lanjut disarankan untuk menambahkan jumlah sampel terutama yang, menyalahgunakan zat dan menambahkan variabel, yakni karakteristik individu.
2001
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Andrian Nirmansyah
Abstrak :
ABSTRAK
Pendekatan belajar adalah kecenderungan strategi yang digunakan siswa dalam kegiatan belajarnya untuk mencapai hasil belajar. Kepribadian tipe D adalah kecenderungan individu untuk secara terus menerus mengalami emosi negatif dan menghindari ekspresi diri ketika berada dalam interaksi sosial. Penelitian ini dilakukan untuk melihat hubungan antara tipe pendekatan belajar dengan kepribadian tipe D. Sebanyak 50 orang pelajar di Banten menjadi sampel penelitian ini. Hasil analisis menunjukkan bahwa tipe pendekatan belajar (surface approach, deep approach, dan strategic approach) tidak memiliki hubungan yang signifikan dengan kepribadian tipe D.
Abstract
Learning approach is the intention of strategy that used by student to reach learning outcomes. Type D personality is the intention to simultaneously experience negative emotion and inhibit self expression in social interaction. This research examine the relationship between types of learning approach with type D personality. The sample comprised 50 students in Banten for this research. Result indicated that there is no significant relationship between types of learning approach (surface approach, deep approach, and strategic approach) with type D personality.
2012
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Hafiani Dwi Wulandari
Abstrak :
Selama ini para ibu seringkali kurang menggunakan waktu kebersamaan untuk mendengarkan pengalaman dan kebutuhan anak. Mendengar aktif merupakan hal yang perlu para ibu lakukan sebagai dasar untuk membangun komunikasi dan kedekatan dengan anak. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah pelatihan tentang teknik mendengar aktif dapat meningkatkan kemampuan mendengar aktif para ibu dari keluarga militer yang memiliki anak usia 4-6 tahun. Kemampuan mendengar aktif ibu dibandingkan pada saat sebelum dan setelah diberikan materi pelatihan. Program pelatihan ini mengacu pada Program Effectiveness Training dengan menggunakan desain one group before and after design. Kegiatan pelatihan diikuti oleh enam ibu dari keluarga militer yang berdomisili di Cijantung Jakarta Timur selama tiga hari. Alat ukur yang digunakan untuk menguji efektivitas program pelatihan adalah dengan kuesioner tentang teknik parafrase dan behavioral checklist tentang teknik mendengar aktif untuk mengukur pengetahuan dan keterampilan ibu dalam menggunakan teknik mendengar aktif. Hasil penelitian dengan uji Wilcoxon didapatkan peningkatan yang signifikan pada pengetahuan teknik mendengar aktif sebesar 0,026 dengan menggunakan kuesioner dan sebesar 0,027 dengan menggunakan behavioral checklist p ......Nowadays mother often spending less time together to listen their child experiences and needs. Active listening is an essential skill for a mother in order to establish a good communication and relationship with their children. This study aims to find out whether an active listening training program would improve mother rsquo s knowledge in active listening to children aged 4 6 years. Mother rsquo s level of active listening skills were measured and compared before and after the training. This training refers to Program Effectiveness Training and using one group before and after design method. These training activities were performed within three days to subject mothers in military families who lived in Cijantung ndash East Jakarta Area. A list of multiple choice questionnaire about technique of paraphrasing and a behavioral checklist were used as an instrument to measure their knowledge about active listening techniques. The final results assessed by using wilcoxon test found a significant differences to their knowledge in active listening with children aged 4 6 years. Sig test z 0,026 by using questionnaire and sig test z 0,027 by using behavioral checklist p 0.05 .
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2016
T47444
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library