Search Result  ::  Save as CSV :: Back

Search Result

Found 6 Document(s) match with the query
cover
Roy Christian
"Inflamasi berperan penting dalam proses ateroklerosis mulai sejak awal sampai tahap akhir hingga terjadinya ruptur plak. Berbagai penelitian menunjukkan bahwa LDL teroksidasi memegang peranan kunci terhadap terjadinya inflamasi ini. Terbentuknya LDL teroksidasi dipengaruhi oleh stress oksidatif karena ketidakseimbangan antara oksidan dan antioksidan. Produksi radikal bebas oksigen pada pasien IMA lebih tinggi dibanding orang normal. Sementara itu, latihan fisik pada pasien IMA kini dianjurkan untuk dilakukan lebih dini. Walaupun aktifitas fisik akut dapat meningkatkan produksi radikal bebas oksigen, tetapi exercise training justru dapat menyebabkan produksi radikal bebas oksigen lebih rendah yang selanjutnya akan menurunkan proses oksidasi lipid. Namun hingga kini belum ada penelitian yang melihat efek latihan fisik yang teratur dan terukur terhadap proses oksidasi lipid pada pasien IMA. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui efek latihan fisik secara teratur dan terukur terhadap proses oksidasi lipid (LDL teroksidasi) pada pasien IM."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2005
T58455
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Kurniawan Iskandarsyah
"Latar Belakang
Proses inflamasi memegang peranan terhadap patofisiologis sindroma koroner akut (SKA). High sensitivity C-reactive protein (hs-CRP) sebagai salah satu petanda inflamasi sistemik yang diproduksi hati merupakan prediktor kuat kejadian kardiovaskuler pada pasien-pasien SKA. Penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa setengah dart pasien SKA yang dipulangkan mempunyai kadar hs-CRP dalam katagori resiko tinggi. Aktifitas fisik yang teratur dan terukur terbukti menurunkan kadar hs-CRP pada pasien-pasien pasca SKA.
Tujuan Penelitian
Membuktikan bahwa latihan fisik jangka pendek secara teratur dan terukur yang dijalani oleh pasien-pasien pasca infark miokard akut menurunkan kadar hs-CRP yang berbeda dibandingkan dengan yang tidak latihan .
Metodolagi
Penelitian prospektif berupa randomized controlled trial terhadap 32 pasien IMA yang dibagi menjadi kelompok perlakuan dan kelompok kontrol. Dilakukan latihan teratur dan terukur dengan intensitas rendah selama 5 had pada kelompok perlakuan dengan mengukur dan membandingkan kadar hs-CRP sebelum dan sesudah latihan pada kedua kelompok.
Hasil
Hasil analisis statistik menunjukkan tidak terdapat perbedaan kadar median hs-CRP sebelum latihan antara kelompok perlakuan dan kontrol (p=0.13). Terjadi penurunan kadar median hs-CRP yang bermakna antara sebelum dan sesudah latihan pada kelompok perlakuan dan kelompok kontrol (p 3.0004 vs peJ.038).Tidak terdapat perbedaan kadar median hs-CRP sesudah latihan antara kelompok perlakuan dan kontrol (-0.09).Tidak terdapat perbedaan selisih penurunan kadar median hs-CRP antara kelompok perlakuan dan kontrol (p=0.38).
Kesimpulan
Tidak terdapat perbedaan besar penurunan kadar hs-CRP pada pasien - pasien pasca infark miokard akut yang menjalani latihan fisik jangka pendek secara teratur dan terukur dibandingkan dengan yang tidak latihan."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2005
T58456
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sri Diniharini
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2006
T22680
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 1986
610.72 TEK
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Sjahrir Nurdin
"Telah dilakukan penelitian terhadap beberapa variabel dari penderita-penderita infark miokard akut pertama, dalam hubungannya sebagai prediktor terhadap kejadian
komplikasi gagal jantung dengan uji statistik secara analisis univariat. Penderita terdiri dari 85 (82,52%) pria dan 18 (17,48%) wanita dengan infark miokard akut pertama yang dirawat di-Rumah Sakit Jantung Harapan Kita Jakarta antara
1 Januari 1991 sampai dengan 31 Desember 1992. Umur penderita berkisar antara 30 tahun sampai dengan 95 tahun (rata-rata 57,20 ± 14,06 tahun). Dari 103 penderita yang masuk dalam penelitian ini, 60 orang (58,25%) yang mengalami komplikasi gagal jantung akut. Sisanya 43 orang (41,75%) tanpa komplikasi
gagal jantung akut berfungsi sebagai kontrol. Kelas gagal jantung akut yang terjadi terdiri dari : 35 orang (30,3%) Killips 2, 7 orang (11,7%) Killips 3 serta 18 orang (30,0%) Killips 4. Dari 13 macam variabel yang diuji secara univariat , hanya variabel frekuensi denyut jantung yang kemaknaannya <0.05.
Sebagai kesimpulan bahwa:
1. Aplikasi klinik dari penelitian ini bagi dokter di daerah bila tidak ada peralatan penilai fungsi ventrikel , maka frekuensi denyut jantung lebih dari 85 kali permenit pada saat pertama pemeriksan merupakan tanda awal yang perlu dipantau. Tentu saja parameter yang lain perlu diperhatikan. 2. Variabel-variabel lainnya (lokasi infark miokard di anterior, hematokrit > 48 vol.%, riwayat diabetes melitus, umur, rasio kolesterol total/HDL 5, hipertrofi ventrikel kiri, riwayat hipertensi, kadar kolesterol total > 240 mg/dl, rasio kardio toraks > 55%, terapi trombolitik, riwayat nyeri dada dan kadar serial enzim CKMB 160 IU/L) statistik belum bermakna.
Saran diperlukan suatu penelitian prospektif dengan jumlah sample yang besar."
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 1994
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nizam Zikri Akbar
"Tiga ratus dua puluh pasien yang menjalani pemeriksaan Skintigrafi Perfusi Dipyridamol di RS. Jantung Harapan Kita dievaluasi untuk melihat nilai sensitifitas dan spesifisitas dari tes ini. Dipyridamol diberikan dalam dosis infus O,56 mg I kg selama 4 menit. Pencitraan dengan metode Planar dilakukan pada 209 pasien dan dengan metode SPECT pada 101 pasien. Alasan penderita menjalani tes ini paling banyak untuk tujuan penggolongan resiko 154 orang ( 48,1 % ), untuk evaluasi diagnostik sebanyak 92 orang ( 28,7%) dan untuk pemeriksaan viabilitas sebesar 74 orang ( 23,2% ). Dari 320 pasien yang dievaluasi, ada 194 pasien yang juga menjalani pemeriksaan angiografi koroner, hasilnya berupa 3S orang normal, 48 orang dengan penyempitan > 5O % diameter arteri pada 1 pembuluh arteri, 5O orang pada 2 pembuluh arteri dan 61 orang pada 3 pembuluh arteri, dimana 2 orang diantaranya juga disertai dengan penyempitan pada arteri kiri utama. Respon hemodinamik terhadap dipyridamol berupa kenaikan denyut nadi sebesar 12 ± 1S, penurunan tekanan darah sistolik dan diastolik, masing-masing sebesar 10 ± 24 dan 7 ± 13. Efek samping yang paling banyak terjadi adalah rasa kebas di tangan ( paresthesia ) di jalan masuk obat, dijumpai pada 133 orang ( 66,2 % ), sedang efek samping kardiak yang paling sering terjadi adalah depresi gelombang ST pada 78 orang ( 38,8 % ), nyeri dada pada SO orang ( 24,9 % ), hipotensi pada 33 orang ( 16,4 % ), aritmia berupa ekstra sistol pada 20 orang ( 9,9%) dan bronkospasme yang dapat diatasi dengan aminofilin pada 3 orang ( 1,5 % ), tidak terjadi infark miokard atau kematian. Didapati nilai sensitifitas dan spesifisitas sebesar 87 % dan 70 % dengan metode Planar dan 91 % dan 75 % dengan SPECT, nilai perkiraan akurasi sebesar 94% untuk metode Planar dan 93 % untuk metode SPECT."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia , 1999
T29113
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library