Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 9 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Hana Maryam
"Penelitian ini membahas mengenai makna budaya dalam perkembangan fesyen muslim di Indonesia pada masa pandemi Covid-19. Fesyen atau busana merupakan sesuatu yang dipakai dari ujung rambut hingga ujung kaki. Fesyen muslim adalah busana yang memiliki nilai-nilai spiritual bagi penggunanya. Pada masa pandemi Covid-19 ini, fesyen muslim tidak berhenti mengalami perkembangan. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif. Peneliti melihat adanya kekhasan dalam perkembangan fesyen muslim di Indonesia pada masa pandemi Covid-19. Kekhasan tersebut terlihat melalui tahapan fenomenologi hingga akhirnya terlihat makna budaya yang terdapat dalam fenomena perkembangan fesyen muslim di Indonesia dalam masa pandemi Covid-19. Tujuan penelitian ini adalah menjelaskan makna budaya dalam perkembangan fesyen muslim di masa pandemi Covid-19 di Indonesia. Hasil dari penelitian ini adalah terdapat dua macam makna budaya pada perkembangan fesyen muslim di Indonesia pada masa pandemi Covid-19, yaitu makna spiritual dan makna estetika yang memengaruhi perkembangan fesyen muslim pada masa itu.

This study discusses the value of culture in the development of muslim fashion in Indonesia during the pandemic of Covid-19. Fashion or clothing is everything that is worn from head to toe. Muslim fashion is clothing that has spiritual values for its users. During the Covid-19 pandemic, Muslim fashion did not stop experiencing developments. This research uses qualitative method. The researcher saw a peculiarity in the development of Muslim fashion in Indonesia during the Covid-19 pandemic. This uniqueness can be seen through the phenomenological stages until finally the cultural meaning contained in the phenomenon of the development of Muslim fashion in Indonesia during the Covid-19 pandemic. The purpose of this research is to explain the meaning of culture in the development of Muslim fashion during the Covid-19 pandemic in Indonesia. The results of this study are that there are two kinds of cultural meaning in the development of Muslim fashion in Indonesia during the Covid-19 pandemic, namely spiritual meaning and aesthetic meaning that influenced the development of Muslim fashion at that time."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2023
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Lidya Nurlaily
"Penelitian ini menjelaskan proses morfologis pada kosakata warna dalam Al-Qur’an. Warna-warna yang disebutkan dalam Al-Quran adalah warna dasar, yaitu: putih, hijau, hitam, kuning, merah, dan biru. Kosakata warna dalam Al-Quran diwujudkan dalam berbagai bentuk. Hal ini terjadi karena terdapat proses morfologis dalam bahasa Arab. Proses morfologis yang terjadi pada kata warna tersebut berpengaruh terhadap arti kata yang dihasilkan. Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori proses morfologis yang dipaparkan oleh Tajudin Nur (2018). Penelitian ini menggunakan metode studi pustaka melalui buku, kamus, artikel jurnal, dan artikel ilmiah. Hasil penelitian menerangkan bahwa warna-warni dalam ayat Al-Qur’an mengalami proses morfologis dengan cara proses derivasi dan infleksi. Derivasi terjadi pada warna putih, hijau, hitam, dan kuning sebagai verba dengan pola IX افعلّ- يفعلّ /if‘alla-yaf‘allu/ dari akar kata masing-masing kosakata warna. Derivasi lainnya terjadi dari akar seluruh kosakata warna menjadi pola adjektiva kualifikatif dengan perubahan internal dan menjadi nomina agentif dengan penambahan prefiks مُ /–mu/. Adapun proses infleksi terjadi pada verba (konjugasi) dan nomina (deklinasi) dengan afiksasi pada verba dan perubahan internal pada nomina untuk perubahan jender maskulin menjadi feminin. Proses deklinasi juga terjadi untuk perubahan jumlah menjadi jamak dengan perubahan internal. Seluruh kosakata warna dalam Al-Quran ditemukan menempati bentuk adjektiva kualifikatif yang merupakan bentuk paling umum untuk warna.

This research explains the morphological process of colors vocabulary in the Holy Qur'an. The colors mentioned in the Qur'an are mostly basic colors, namely: white, green, black, yellow, red, and blue. Color vocabulary in the Qur'an is expressed in various forms, which is due to the morphological process in the Arabic language. The morphological process that occurs in these color words influences the meaning of the resulting words. The theory used in this research is the theory of morphological process proposed by Prof. Dr. Tajudin Nur (2018). This study uses a literature study method through books, dictionaries, journal articles, and scientific articles. The results of the study explain that the colors vocabulary in the verses of the Qur'an undergo morphological processes through derivation and inflection. Derivation occurs in the colors white, green, black, and yellow, as verb of pattern IX افعلّ - يفعلّ/if‘alla-yaf‘allu/ from the root of each colors. Other derivations occur from the root of each colors to qualifying adjective pattern with internal changes and to an agentive noun by adding the prefix مُ /–mu/. As for inflection, it occurs in verbs (conjugation) and nouns (declension) through affixation in verbs and internal changes in nouns to indicate gender changes into feminine. Declension also occurs for amount changes to jamak with internal changes. All colors vocabulary in the Holy Qur'an are found in the form of qualifying adjectives, which is the most common form for colors."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2023
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Tharisa Fathania Hanim
"Wadjda merupakan salah satu film dari seorang sutradara wanita pertama asal Arab Saudi yaitu Haifa Al-Mansour yang berhasil memenangkan penghargaan dalam berbagai festival film internasional. Film ini menceritakan tentang potret perempuan dalam tatanan masyarakat Arab Saudi, khususnya cerita tentang seorang anak perempuan bernama Wadjda yang ingin memiliki sepeda, tetapi mendapatkan pertentangan dari masyarakat sekitarnya. Budaya yang kental akan patriarki, poligami, pernikahan dini hingga diskriminasi perempuan tergambar di dalam film ini. Hal yang menarik adalah film ini menunjukan bentuk-bentuk resistensi dari para perempuan Arab Saudi. Bentuk resistensi perempuan pada film tersebut akan dianalisis pada penelitian ini dengan teori semiotika Roland Barthes dari tanda dan simbol yang berupa dialog serta adegan antar tokoh. Tujuan dari penelitian ini adalah menjelaskan bentuk-bentuk resistensi yang terdapat pada film Wadjda melalui analisis semiotika. Hasil dari penelitian ini ditemukan lima bentuk resistensi perempuan yang terdapat pada film Wadjda yang termasuk ke dalam kategori resistensi tertutup dan terbuka.

Wadjda is one of the films of the first female director from Saudi Arabia, Haifa Al-Mansour, who has won awards at various international film festivals. This film tells about the portrayal of women in Saudi Arabian society, especially the story of a girl named Wadjda who wants to own a bicycle but gets opposition from the surrounding community. A culture that is thick with patriarchy, polygamy, early marriage, and discrimination against women is depicted in this film. The film is interesting because it depicts various forms of resistance from Saudi Arabian women. The form of women's resistance in the film will be analyzed in this study with Roland Barthes' semiotic theory of signs and symbols in the form of dialogues and scenes between characters. The purpose of this study is to explain the forms of resistance found in Wadjda films through semiotic analysis. The results of this study found five forms of women's resistance found in the film Wadjda, besides that the forms of resistance can be categorized as open and closed types of resistance."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2023
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Hikmah Nur Adilah
"Kondisi perempuan sebelum adanya organisasi Aisyiyah di Indonesia masih cukup memprihatinkan. Perempuan pada saat itu masih mengalami keterbelakangan, tidak terdidik serta awam dalam pemahaman agama. Maka kehadiran Aisyiyah membawa perubahan bagi perempuan hampir di seluruh Indonesia. DKI Jakarta merupakan salah satu wilayah dimana organisasi Aisyiyah menebarkan kiprahnya. Penelitian ini membahas sejarah Aisyiyah DKI Jakarta, peran Aisyiyah terhadap perempuan muslim di DKI Jakarta, serta faktor pendukung dan penghambat Aisyiyah di DKI Jakarta. Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah kualitatif dengan teknik wawancara serta observasi laporan kegiatan dan data - data primer lainnya. Landasan Teoritis yang digunakan pada penelitian ini adalah pemberdayaan terhadap perempuan. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa Aisyiyah DKI Jakarta telah melakukan pemberdayaan perempuan muslim di DKI Jakarta pada beberapa bidang, yaitu: peningkatan literasi, kesejahteraan, perlindungan, serta pengembangan diri. Pemberdayaan ini tidak lepas dari dukungan Muhammadiyyah sebagai organisasi induk yang terus berusaha meningkatkan kepedulian terhadap masyarakat. Pemberdayaan ini lah yang menjadikan eksistensi Aisyiyah di DKI Jakarta mendapat dukungan dari berbagai pihak hingga saat ini karena manfaat yang terasa di masyarakat khusunya perempuan muslim. Selain itu, terdapat beberapa penghambat dalam organisasi Aisyiyah DKI Jakarta, antara lain: minimnya SDM, kurangnya sinergisitas antara pimpinan pusat dan cabang Aisyiyah DKI Jakarta, serta kurang profesionalnya kader Aisyiyah.

The condition of women before the existence of the Aisyiyah organization in Indonesia was still quite apprehensive. Women at that time were still underdeveloped, uneducated and ignorant in understanding religion. So Aisyiyah's presence brought change for women in almost all of Indonesia. DKI Jakarta is one of the areas where the Aisyiyah organization spread its work. This study discusses the history of Aisyiyah DKI Jakarta, the role of Aisyiyah towards Muslim women in DKI Jakarta, as well as the supporting and inhibiting factors for Aisyiyah in DKI Jakarta. The method used in this study is qualitative with interview techniques and observation of activity reports and other primary data. The theoretical basis used in this study is the empowerment of women. The results of this study indicate that Aisyiyah DKI Jakarta has empowered Muslim women in DKI Jakarta in several areas, namely: increasing literacy, welfare, protection, and self-development. This empowerment cannot be separated from the support of Muhammadiyah as the main organization which continues to increase awareness for the community. It is this empowerment that makes Aisyiyah's existence in DKI Jakarta receive support from various parties to date because of the benefits felt in society, especially Muslim women. In addition, there are several obstacles in the DKI Jakarta Aisyiyah organization, including: the lack of human resources, the lack of synergy between the central leadership and the DKI Jakarta Aisyiyah branch, and the lack of professionalism of Aisyiyah cadres."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2023
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Alsya Salsabila Putri Feydra
"Penelitian ini membahas mengenai penggunaan simbol-simbol dengan citra Islam oleh grup musik asal Korea Selatan NCT U (Neo Culture Technology United) pada akhir tahun 2020. NCT U terlihat menggunakan simbol-simbol dengan citra Islam seperti masjid dan sajadah dalam rangka mempromosikan lagu mereka: “Make A Wish (Birthday Song)”. Tagar #SMStopDisrespectingIslam kemudian beredar dan masuk ke dalam daftar trending dunia di Twitter sebagai respon dari para penggemar. Teori semiotika Roland Barthes digunakan untuk menganalisis makna denotasi, makna konotasi, serta mitos dari penggunaan simbol-simbol ini. Hasil penelitian menemukan tiga simbol yang mengandung citra Islam yakni simbol kubah, simbol aksara bahasa Arab dan simbol sajadah. Ketiga simbol tidak memiliki makna denotasi yang sakral namun memiliki makna konotasi (yang kemudian beredar di masyarakat dan menjadi mitos) yang lekat dengan sosok ‘Islam’ beserta umatnya. Peneliti menyimpulkan bahwa NCT U menggunakan simbol-simbol tersebut dengan tujuan estetika atau dekorasi belaka. Bagi NCT U, ketiga simbol tersebut mengandung citra Timur Tengah dan bukan citra Islam, sehingga pemakaiannya dalam lagu “Make A Wish (Birthday Song)” (yang terinspirasi dari kisah ‘Aladdin’) tidaklah menjadi masalah. Peneliti juga menyimpulkan bahwa grup NCT U melakukan apropriasi akan simbol-simbol dengan citra Islam dalam rangka mempromosikan lagu “Make A Wish (Birthday Song)” berdasarkan hasil penelitian ini.

This research focuses on the use of Islamic imagery by NCT U (Neo Culture Technology United), a South Korean music group. In late 2020, they were seen using islamic imagery such as mosques and prayer mats in their single “Make A Wish (Birthday Song)” promotional activities. As a response, the global K-Pop community on Twitter trended the hashtag #SMStopDisrespectingIslam worldwide. Roland Barthes’ theory on semiotics was used to analyze the denotation, connotation, and myth of the symbols in question. Three symbols that contained Islamic imagery was found: the dome, the Arabic script, and the sajadah. These symbols does not hold religious denotations in Islam, although they do hold special connotations (which then spread and become myths) to Muslims. The researcher concluded that NCT U used the symbols for aesthetic or decorative purposes. To the group, the symbols didn’t contained Islamic imagery but instead contained Middle Eastern imagery; so their use in the song’s promotional activities wasn’t inappropriate, seeing that the single’s main theme and concept was inspired by the tale of ‘Aladdin’. The researcher further concluded NCT U was found appropriating islamic imagery for “Make A Wish (Birthday Song)” promotional activities based on the result of this research."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2022
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Nur Solekhan
"Penelitian ini membahas fenomena-fenomena kehidupan sosial yang erat kaitannya dengan budaya dan agama yang terdapat pada film Maroko, berjudul Razzia. Film hasil garapan sutradara ternama, Nabil Ayouch, ini sangat menarik untuk dikaji lebih dalam karena merefleksikan keadaan sosial budaya di negara Maroko dengan membawa pesan yang mengkritik. Penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan desain deskriptif. Sumber data penelitian ini adalah film berbahasa Arab-Perancis yang diterjemahkan ke dalam Bahasa Inggris yang berjudul Razzia tahun 2017. Tujuan penelitian ini adalah menjelaskan pesan di balik fenomena-fenomena yang dianggap kontroversial yang terdapat di dalam adegan-adegan film. Untuk menjelaskan makna dan pesan yang disampaikan, film Razzia ini menggunakan analisis teori semiotika Roland Barthes dan teori kebebasan bereskpresi di ruang sosial milik Bonaventure Rutinwa. Hasil dari penelitian ini adalah terdapat mitos-mitos kebebasan berekspresi di ruang sosial yang tergambar di dalam adegan film, seperti pengekangan penggunaan bahasa asli Berber di dalam pendidikan dan pembatasan kebebasan berekspresi bagi perempuan dalam berbusana, serta adanya pembatasan ruang gerak bagi minoritas Yahudi.

This study discusses the phenomenon of social life which is closely related to culture and religion contained in the Moroccan film entitled Razia. The film, which was directed by the well-known director Nabil Ayouch, is very interesting to study more deeply because it reflects the socio-cultural situation in Morocco by bringing a message of criticism. This research is a qualitative research with a descriptive design. The data source of this research is an Arabic-French film translated into English entitled Razzia in 2017. The purpose of this research is to explain the message behind the phenomenon that is considered controversial in the film scene. To explain the meaning and message conveyed, this Razzia film uses the analysis of Roland Barthes' semiotic theory and the theory of freedom of expression in Bonaventure Rutinwa's social space. The results of this study are that there are myths of freedom of expression in social spaces depicted in film scenes, such as restrictions on the use of the Berber native language in education and restrictions on freedom of expression for women in dress, as well as restrictions on movement space for the Jewish minority."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2022
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Najwa Shirfa Maghfira Nur
"Penelitian ini fokus pada analisis sintaksis kosa kata warna dasar dalam Al-Qur'an dengan menerapkan teori sintaksis yang dikembangkan oleh Nur (2018), yang menekankan pada hubungan antara fungsi dan kategori sintaksis. Warna sebagai elemen penting dalam kosa kata Al-Qur'an, menempati fungsi dan kategori sintaksis yang beragam dalam Al-Qur’an. Kajian ini mengidentifikasi kata warna dasar dalam Al-Qur’an berdasarkan fungsi dan kategori sintaksisnya. Hasil dari penelitian ini mengungkapkan bahwa kosa kata warna dasar dalam Al-Qur’an termasuk dalam 4 kategori, yaitu verba perfektif, verba imperfektif, nomina, adverbia, dan adjektiva dengan fungsi yang berbeda-beda. Sehingga penelitian ini memberikan wawasan tentang bagaimana kosa kata warna dasar menempati berbagai fungsi dan kategori dalam sintaksis di dalam Al-Qur’an.

This research focuses on the syntactic analysis of basic color vocabulary in the Qur'an by applying the syntax theory developed by Nur (2018), which emphasizes the relationship between function and syntactic categories. Color, as an important element in the Qur'an's vocabulary, occupies various functions and syntactic categories in the Qur'an. This study identifies the basic color words in the Qur'an based on their syntactic functions and categories. The results of this research reveal that the basic color vocabulary in the Qur'an falls into 4 categories: perfective verbs, imperfective verbs, nouns, adverbs, and adjectives, each with different functions. Thus, this research provides insight into how basic color vocabulary occupies various functions and categories in the syntax of the Qur'an."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2024
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Raditya Arief Putrasetiawan
"Bahasa Arab merupakan salah satu  bahasa yang memiliki pengaruh terbesar di dunia. Kedudukannya sebagai bahasa Al-Quran, beragam literatur keilmuan, bahasa resmi lebih dari 22 negara, hingga sebagai bahasa resmi PBB membuat penguasaannya menjadi hal yang sangat penting, baik nasional maupun internasional. Tidak heran, banyak orang Indonesia kini mulai melirik Bahasa Arab, tak terkecuali difabel tunanetra. Lantas, penelitian ini mencoba menganalisis minat dan motivasi tunanetra terhadap pembelajaran Bahasa Arab, dengan harapan melaluinya mampu menjelaskan mengenai minat dan motivasi tunanetra terhadap pembelajaran Bahasa Arab. Melaluinya, diharapkan penelitian ini mampu membuka sudut pandang baru sekaligus menambah wawasan bagi yang membaca, sekaligus juga dapat menjadi pertimbangan bagi lembaga pendidikan bahasa tunanetra atau lembaga pendidikan bahasa yang memiliki murid tunanetra kedepannya. Penelitian ini ditulis dengan pendekatan deskriptif kualitatif dan autoetnografi serta metode pengumpulan data studi pustaka dan wawancara dengan narasumber 5 orang pembelajar Bahasa Arab tunanetra, dengan menggunakan kerangka teori yang disampaikan oleh Ajzen (1988) dalam dwisavitri (2019) mengenai unsur-unsur minat yang dibagi ke dalam unsur perasaan, perhatian, dan motif, beserta teori motivasi Gardner (1972) dalam Kholid (2017) yang membagi motivasi menjadi  motivasi integratif dan motivasi instrumental. Dari penelitian yang telah dilakukan, dapat dilihat bahwa ketiga unsur tersebut baik perasaan, perhatian, hingga motif, memegang peranan yang penting dalam mempengaruhi minat tunanetra mempelajari Bahasa Arab. Sementara itu dalam motivasi sendiri, motivasi instrumental terbukti lebih tinggi pengaruhnya terhadap motivasi belajar tunanetra mempelajari Bahasa Arab, meski motivasi integratif pun memiliki pengaruh yang cukup besar.

The Arabic language is one of the languages that has the greatest influence across the world. Its position as the language of the Koran, various scientific literature, the official language of more than 22 countries, and as one of the official language of the UN, makes mastering it very important, both nationally and internationally. It's not surprising that many Indonesians are now starting to considering learning Arabic, including the visually impaired. This research tries to analyze the interest and motivation of the visually impaired in learning Arabic, with the hope that through it it will be able to explain the interest and motivation of the visually impaired in learning Arabic. Through this, it is hoped that this research will be able to open new perspectives as well as increase insight for those who read this research, as well as being a consideration for language education institutions for the visually impaired or language education institutions that have visually impaired  students in the future. This research was written using a qualitative descriptive and autoethnographic approach as well as literature studies and interview data collection method with 5 visually impaired Arabic language learners as sources, using the theoretical framework presented by Ajzen (1988) in Dwisavitri (2019) regarding the elements of interest which are divided into elements of feelings, attention , and motives, along with Gardner's (1972) motivation theory in Kholid (2017) which divides motivation into integrative motivation and instrumental motivation. From the research that has been carried out, it can be seen that these three elements, including feelings, attention, and motives, play an important role in influencing the interest of the visually impaired in learning Arabic. Meanwhile, in terms of motivation itself, instrumental motivation is proven to have a higher influence on the motivation to learn for the visually impaired to learn Arabic, although integrative motivation also has quite a large influence."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2024
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Hanif Muzhaffar
"Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis fungsi pronomina demonstratif dan fungsi deiksis pronomina demonstratif yang terdapat dalam Al-Qur’an. Metode yang digunakan dalam melakukan penelitian ini yaitu metode kualitatif-deskriptif dengan teknik pengambilan data berupa studi pustaka dari berbagai literatur, seperti buku, jurnal, dan artikel. Dengan menggunakan teori klaisfikasi deiksis dari Stephen Levinson (1983) sebagai teori utama, peneliti bermaksud untuk mengkategorikan serta menjelaskan beberapa pronomina demonstratif yang ditemukan dalam Al-Qur’an ke dalam beberapa jenis deiksis berdasarkan fungsinya. Peneliti menemukan bahwa pronomina demonstratif yang ditemukan dalam Al-Qur’an memiliki 17 bentuk kata. Selain itu, pronomina demonstratif yang ditemukan hanya memiliki fungsi deiksis persona, deiksis wacana dan deiksis spasial.

This study aims to analyze the function of demonstrative pronouns and the deictic function of demonstrative pronouns found in the Al-Qur'an. The method used in conducting this research is a qualitative-descriptive method with data collection techniques in the form of literature studies from various literature, such as books, journals and articles. By using the deictic classification theory from Stephen Levinson (1983) as the main theory, the researcher intends to categorize and explain several demonstrative pronouns found in the Qur'an into several types of deixis based on their function. Researchers found that the demonstrative pronouns found in the Qur’an have 17 word forms. Apart from that, the demonstrative pronouns found only have the function of personal deixis, discourse deixis and spatial deixis."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2024
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library