Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 8 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Rambey, Muhammad Amri
"Latar belakang : Kusta merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh kuman kusta (Mycobacterium leprae). Salah satu dampak dari penyakit kusta adalah kecacatan yang dapat berupa cacat tingkat 0, tingkat 1 dan tingkat 2. Tahun 2010, di Kabupaten Lamongan terdapat 10,64% penderita baru mengalami cacat tingkat 2. Beberapa penelitian menunjukkan cacat tingkat 2 lebih banyak terdapat pada penderita laki-laki dari pada perempuan dengan variasi tingkat hubungan antara jenis kelamin dan kejadian cacat tingkat 2.
Tujuan penelitian : Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah ada hubungan antara jenis kelamin dengan kejadian cacat tingkat 2 pada penderita kusta di Kabupaten Lamongan tahun 2011-2012 setelah dikontrol dengan variabel umur, pekerjaan, keteraturan berobat, perawatan diri, riwayat reaksi, tipe kusta dan lama gejala.
Metode penelitian : Jenis penelitian ini adalah observasional dengan rancangan kasus kontrol. Subjek penelitian ini adalah penderita kusta yang telah selesai atau sedang menjalani pengobatan sekurang-kurangnya 6 bulan. Jumlah sampel sebanyak 154 orang terdiri dari 77 kasus dan 77 kontrol. Kasus adalah penderita kusta dengan cacat tingkat 2, dan kontrol adalah penderita kusta dengan cacat tingkat 0 atau 1. Data diperoleh melalui kartu penderita kusta di puskesmas tempat respoden menjalani pengobatan. Data dianalisis dengan statistik univariat, bivariat dan multivariat.
Hasil Penelitian: Hasil analisis menunjukkan bahwa penderita kusta laki-laki 1,9 kali lebih berisiko mengalami kejadian cacat tingkat 2 dari pada penderita perempuan dengan nilai OR=1,90 (95% CI: 0,86-4,23) namun tidak bermakna secara statistik (nilai p=0,114) setelah dikontrol dengan variabel pekerjaan dan lama gejala sebelum didiagnosis menderita kusta.
Diskusi : Pekerjaan dan lama mengalami gejala sebelum didiagnosis menderita kusta merupakan confounder bagi hubungan antara jenis kelamin dengan kejadian cacat tingkat 2 pada penderita kusta di Kabupaten Lamongan tahun 2011-2012.

Background : Leprosy is an infectious disease caused by Mycobacterium leprae. One of the effects of leprosy is a disability which may be a defect grade 0, grade 1 and grade 2. In 2010, in Lamongan District, there are 10,64% of new leprosy patients with grade 2 disabilities. In 2010, at Lamongan District, 10.64% of new patients are detected with disability level 2. Some research shows the occurence of grade 2 disability more in male patients than women with varying degrees of relationship between gender and occurence of grade 2 disability.
Objective : This study aims to determine the association of gender and the occurence of grade 2 disability in leprosy patients in Lamongan District in 2011-2012 after controlling the variables age, work, regularity of treatment, self care, history of reaction, leprosy type and duration of symptoms.
Methode : This study uses case-control design. The subjects of this study were leprosy patients who have completed or are undergoing treatment at least 6 months. The number of sample are 154 people consisting of 77 cases and 77 controls. Cases were leprosy patients with grade 2 disability and controls were leprosy patients with grade 0 or 1 disability. Data was obtained from the patient record in primary health care where the leprosy patients got the treatment. Data were analyzed with univariate, bivariate and multivariate statistics.
Result: The analysis showed there were a male leprosy patient had probability 1,9 more then women to occured grade 2 disability with a value of OR=1,90 (95% CI: 0,86 to 4,23) but not statistically significant (p value = 0,114) after controlled by work and duration of symptoms before being diagnosed as leprosy patient.
Discussion : Work and duration of symptoms before being diagnosed as leprosy patient are confounder for the assocation between gender and the occurence of grade 2 disability in leprosy patient in Lamongan District in 2011-2012.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2012
T30348
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Arief Musthofa
"Di Kabupaten Pacitan kasus malaria didominasi oleh pekerja musiman yang pulang bekerja dari luar jawa 347 orang (95,8% dari total kasus) pada tahun 2011. Berdasarkan surveilans aktif Puskesmas Tegalombo prosentase pekerja musiman bergejala klinis malaria yang pulang dari luar Jawa tidak memeriksakan ke layanan kesehatan sebesar 76,6%. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui perilaku pencarian pengobatan malaria klinis pekerja musiman yang bekerja keluar pulau jawa setelah kepulangannya di daerah asal tempat tinggalnya. Desain penelitian yang digunakan adalah cross sectional. Subyek penelitian sebanyak 270 pekerja musiman, berumur ≥ 17 tahun dengan gejala klinis malaria 1 bulan setelah kedatangannya dari luar Jawa.
Hasil penelitian menunjukkan 37,4% pekerja musiman melakukan pengobatan sendiri malaria klinis yang dideritanya. Terdapat hubungan yang bermakna antara variabel pengetahuan dan jarak dengan perilaku pencarian pengobatan malaria klinis pekerja musiman keluar Pulau Jawa dengan OR masing-masing 2,43 (95% CI; 1.411-4.171) dan 3,38 ( 95 CI; 1,945- 5,862) Pendekatan layanan kesehatan hendaknya di ikuti dengan peningkatan pengetahuan petugas kesehatan khususnya bidan desa dan perawat untuk melakukan pengambilan sediaan darah guna penegakan diagnosis pasti malaria. Diperlukan peningkatan pengetahuan pekerja musiman melalui media penyuluhan.

In Pacitan district case of malaria dominated by temporally workers who return to work from outside Java island. In 2011 total case of malaria by temporally 347 people (95.8% of total cases). Percentage of clinical malaria temporally workers who come from outside Java island not hecked into the Tegalombo health service is 76%. The Objective of this study was to determine clinical malaria treatment seeking behavior of temporally workers who work out of Java island after his return to his residence. Study design is cross sectional. Research subjects and as many as 270 temporally workers aged ≥ 17 years, one month after his arrival from outside Java.
The results showed 37% of temporally workers make own treatment of clinical malaria symptoms that their suffered. There is a significant association between the variables of knowledge and distance with a clinical malaria treatment seeking behavior temporally workers with respective OR 2.43 (95% CI: 1411-4171) and 3.38 (95 CI: 1.945 to 5.862). Health care approach should be followed by an increase in knowledge of health workers, especially midwives and nurses to perform collection of blood preparation for definite diagnosis of malaria. Required increased knowledge of temporally workers through media outreach.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2012
T31748
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Aprinianis R. I. Bay
"Demam berdarah dengue (DBD) merupakan penyakit endemis di wilayah Kota Tangerang Selatan. Angka insiden rate (IR) DBD per 100.000 penduduk pada tahun 2010 sebesar 111,04 sedangkan standar nasional adalah 55 per 100.000 penduduk.Untuk menurunkan angka kesakitan dan kematian DBD, mutlak dibutuhkan peran serta masyarakat untuk melakukan pemberantasan sarang nyamuk (PSN). Juru pemantau jentik (jumantik) merupakan salah satu bentuk peran serta masyarakat dalam penanggulangan DBD. Jumantik yang aktif diharapkan akan mempengaruhi penurunan angka kesakitan dan kematian akibat kasus DBD. Capaian jumlah RW di Kota Tangerang Selatan pada tahun 2011, baru mencapai 27.3% dan terdapat variasi capaian diantara 25 puskesmas yang ada di wilayah ini (3%-87%). Dari 12 puskesmas lama yang ada, cakupan tertinggi adalah puskesmas jurang manggu (87%) dan cakupan terendah adalah puskesmas pondok aren (7%). Adanya kondisi spesifik di setiap wilayah puskesmas yang mempengaruhi keadaan tersebut akan ditelusuri dalam penelitian ini.
Desain penelitian ini adalah cross sectional dimana terdapat 10 (sepuluh) variabel independent yang akan dilihat hubungannya dengan kinerja jumantik. Penelitian dilaksanakan di wilayah kerja puskesmas jurang manggu dan puskesmas pondok aren selama 2 (dua) bulan terhitung maret s/d april 2012 dengan populasi adalah kader di kedua wilayah kerja puskesmas, sedangkan sampelnya adalah total populasi jumantik di kedua wilayah puskesmas yang berjumlah 65 (enam puluh lima) orang.
Penelitian ini mendapatkan 5 (lima) variabel yang secara signifikan berhubungan dengan kinerja jumantik di wilayah kerja puskesmas jurang manggu dan puskesmas pondok aren yaitu variabel pengetahuan dengan nilai OR=7.137 (95% CI:1.398-36.439), sumber daya nilai OR=24.195 (95% CI: 2.045-286.310), imbalan nilai OR: 0.005 (95% CI:0.000-0.124), kepemimpinan nilai OR=23.556 (95% CI: 3.171-175.003) dan variabel puskesmas nilai OR =7.068 (95% CI: 1.422-35.131). Untuk variabel imbalan,bermakna protektif dimana imbalan yang semakin baik kinerjanya semakin buruk sedangkan variabel puskesmas yang juga diikutkan dalam analisis hanya digunakan sebagai kontrol terhadap variabel lain dalam penelitian ini dan ternyata juga berhubungan dengan kinerja jumantik.

Dengue hemorrhagic fever (DHF) is an endemic disease in South Tangerang City. Incidence rate (IR) of DHF per 100,000 population in 2010 amounted to 111.04, while the national standard is 55 per 100,000 population. To reduce morbidity and mortality of DHF, community participation is absolutely necessary to conduct mosquito eradication nest (PSN). Jumantik is one form of community participation in dengue prevention. Active jumantik expected to affect the decrease in morbidity and mortality due to dengue cases. Achievement of the number of RW inspected in South Tangerang City in 2011, reached 27.3% and there is variation in the performance among the 25 sub health centers in this region (3% -87%). Of the old 12 sub health centers, the highest coverage gap is jurang manggu sub health center (87%) and the lowest coverage is area of pondok aren sub health center (7%). The existence of specific conditions in each region that affect the state of health centers will be explored in this study.
The design is a cross sectional study in which there are 10 (ten) independent variables that will be related with jumantik performance. Research carried out in the working area of jurang manggu and pondok aren sub health center for 2 (two) months from the March to april 2012. The population was cadres in both of these sub health centre are, while the samples was total population of jumantik in both regions, amounting to 65 health centers (six twenty-five).
The research was a 5 (five) significantly variables related to performance in the jumantik work area of jurang manggu and pondok aren. The first variable is knowledge variable, with a value of OR = 7.137 (95% CI :1.398-36 .439); resource, value of OR = 24 195 ( 95% CI: 2045-286310); salary, value of OR: 0.005 (95% CI :0.000-0 .124), the leadership, value of OR = 23 5.56 (95% CI: 3171-175003) and puskesmas, values of OR = 7.068 (95% CI: 1422-35131). For sallary variable, which is significantly protective benefits of better performance is getting worse while the puskesmas variable is also included in the analysis is only used as a control for other variables in this study and was also associated with the performance of jumantik."
Depok: Universitas Indonesia, 2012
T31213
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Haniah Alatas
"Keberadaan green hospital sangat diperlukan untuk mengatasi perubahan iklim yang dapat menyebabkan gangguan kesehatan manusia dan lingkungan, karena rumah sakit merupakan salah satu penyumbang polusi. RSUD R. Syamsudin, SH menjadi anggota Global Green and Healthy Hospital serta berkomitmen untuk melaksanakan sepuluh agenda yaitu kepemimpinan, bahan kimia, limbah, energi, air, transportasi, makanan, farmasi, gedung, dan pembelian. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis implementasi green hospital dengan Kriteria Kerangka Kinerja Ekselen Malcolm Baldrige. Kerangka Kinerja Ekselen Malcolm Baldrige mengevaluasi berdasarkan tujuh kriteria yaitu kepemimpinan, strategi, pelanggan, pengukuran, analisis, dan manajemen pengetahuan, tenaga kerja, operasi serta hasil. Desain penelitian ini adalah kualitatif dengan mengumpulkan informasi melalui wawancara mendalam, kuesioner, dan telaah dokumen.
Berdasarkan hasil penelitian, pelaksanaan green hospital RSUD R. Syamsudin, SH mendapatkan skor 620.1 dari 1000 (skor maksimal) sehingga diposisikan pada emerging industry leader. Kriteria Kepemimpinan mendapatkan poin tertinggi, sedangkan poin terendah adalah Kriteria Pelanggan. Dapat disimpulkan, RSUD R. Syamsudin, SH berada di posisi menengah dalam implementasi green hospital, artinya sudah memiliki beberapa keunggulan tetapi masih ada beberapa faktor yang dapat ditingkatkan lagi agar pelaksanaan green hospital dapat lebih optimal. Untuk itu, direkomendasikan kepada RSUD R. Syamsudin, SH agar melakukan evaluasi rutin, mempromosikan green hospital lebih gencar, melakukan optimalisasi SIM RS, serta penguatan anggaran agar pencapaian sepuluh agenda lebih optimal.

The existence of green hospital is very necessary to overcome climate change which can cause disruption to human health and the environment, because hospitals are one of the contributors to pollution. RSUD R. Syamsudin, SH became a member of the Global Green and Healthy Hospital and is committed to implementing ten agendas, namely leadership, chemicals, waste, energy, water, transportation, food, pharmacy, buildings, and purchasing. Aim of this study is to analyze the implementation of green hospital with the Malcolm Baldrige Criteria Framework for Excellence Performance. Malcolm Baldrige Criteria evaluates based on seven criteria which isleadership, strategy, customer, measurement, analysis, and management of knowledge, labor, operations and results. The design of this study is qualitative by gathering information through in-depth interviews, questionnaires, and document review.
Based on the results of research, the implementation of the green hospital in R. Syamsudin Hospital, SH received a score of 620.1 out of 1000 (maximum score) so that it was positioned in emerging industry leaders. The Leadership Criteria get the highest points, while the lowest points are the Customer Criteria. It can be concluded, RSUD R. Syamsudin, SH is in the average position in implementing green hospital, meaning that it already has several advantages but there are still several factors that can be improved so that the implementation of green hospital can be more optimal. For this reason, it was recommended to RSUD R. Syamsudin, SH to carry out routine evaluations, promote green hospital more aggressively, optimize hospital management information system, and strengthen the budget so that the achievement of ten agendas more optimized.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2019
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Haniah Alatas
"Keberadaan green hospital sangat diperlukan untuk mengatasi perubahan iklim yang dapat menyebabkan gangguan kesehatan manusia dan lingkungan, karena rumah sakit merupakan salah satu penyumbang polusi. RSUD R. Syamsudin, SH menjadi anggota Global Green and Healthy Hospital serta berkomitmen untuk melaksanakan sepuluh agenda yaitu kepemimpinan, bahan kimia, limbah, energi, air, transportasi, makanan, farmasi, gedung, dan pembelian. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis implementasi green hospital dengan Kriteria Kerangka Kinerja Ekselen Malcolm Baldrige. Kerangka Kinerja Ekselen Malcolm Baldrige mengevaluasi berdasarkan tujuh kriteria yaitu kepemimpinan, strategi, pelanggan, pengukuran, analisis, dan manajemen pengetahuan, tenaga kerja, operasi serta hasil. Desain penelitian ini adalah kualitatif dengan mengumpulkan informasi melalui wawancara mendalam, kuesioner, dan telaah dokumen, Berdasarkan hasil penelitian, pelaksanaan green hospital RSUD R. Syamsudin, SH mendapatkan skor 620.1 dari 1000 (skor maksimal) sehingga diposisikan pada emerging industry leader. Kriteria Kepemimpinan mendapatkan poin tertinggi, sedangkan poin terendah adalah Kriteria Pelanggan. Dapat disimpulkan, RSUD R. Syamsudin, SH berada di posisi menengah dalam implementasi green hospital, artinya sudah memiliki beberapa keunggulan tetapi masih ada beberapa faktor yang dapat ditingkatkan lagi agar pelaksanaan green hospital dapat lebih optimal. Untuk itu, direkomendasikan kepada RSUD R. Syamsudin, SH agar melakukan evaluasi rutin, mempromosikan green hospital lebih gencar, melakukan optimalisasi SIM RS, serta penguatan anggaran agar pencapaian sepuluh agenda lebih optimal.

The existence of green hospital is very necessary to overcome climate change which can cause disruption to human health and the environment, because hospitals are one of the contributors to pollution. RSUD R. Syamsudin, SH became a member of the Global Green and Healthy Hospital and is committed to implementing ten agendas, namely leadership, chemicals, waste, energy, water, transportation, food, pharmacy, buildings, and purchasing. Aim of this study is to analyze the implementation of green hospital with the Malcolm Baldrige Criteria Framework for Excellence Performance. Malcolm Baldrige Criteria evaluates based on seven criteria which isleadership, strategy, customer, measurement, analysis, and management of knowledge, labor, operations and results. The design of this study is qualitative by gathering information through in-depth interviews, questionnaires, and document review. Based on the results of research, the implementation of the green hospital in R. Syamsudin Hospital, SH received a score of 620.1 out of 1000 (maximum score) so that it was positioned in emerging industry leaders. The Leadership Criteria get the highest points, while the lowest points are the Customer Criteria. It can be concluded, RSUD R. Syamsudin, SH is in the average position in implementing green hospital, meaning that it already has several advantages but there are still several factors that can be improved so that the implementation of green hospital can be more optimal. For this reason, it was recommended to RSUD R. Syamsudin, SH to carry out routine evaluations, promote green hospital more aggressively, optimize hospital management information system, and strengthen the budget so that the achievement of ten agendas more optimized."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2019
T53810
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Kosim Syarief
"History Of The Disease And Patient Therapies Of The Disease In Relation With Incidence Of Lung Tuberculosis (Sputum Smear Positive) In Jakarta 1993-1994Lung Tuberculosis disease the still the problem of public health in Indonesia, the data from household health survey 1986 showed that lung Tuberculosis is the third cause of mortality in Indonesia in 1983 and the second in 1992. Lung Tuberculosis incidence reached with HIV and AIDS' Pandemi, Lung Tuberculosis prevalence in Jakarta is about 0.0026 of people 1990, and 0.00283 in 1993.
The research is designed as "case control" and aims to learn the relationship between independent variable which are history at the disease and the patient therapies of the disease, incidence of lung Tuberculosis BTA (+) (sputum smear positive) as dependent variable, All patients with lung Tuberculosis BTA (+) as the case for this research 88 cases and the control are 176 patients with the same symptoms but the sputum is BTA (-). The control was taken by random sampling from lung Tuberculosis survey prevalence in Jakarta at 1993-1994. The preparation of data used Epi Info Versi on 6.0 and MULTLR Program.
The result of bivariate analysis 'shows that the independent variable which have significant relationship with incidence of Lung Tuberculosis ETA (+) which are cough with blood (OR 2.11 ; 95% CI=1.05-4.23, P=0.002), cough with sputum (OR 2.30 ; 95% CI=1.26-4.22, P=0.003) and chest pain (OR 2.93 ; 95% CI=1.08-8.01, P=0.016). The result multivariate analysis shows that cough with sputum and chest pain have a highest correlation with incidence of lung Tuberculosis BTA (+).
A conclusion can be taken that cough with sputum patients has a risk to get lung Tuberculosis BTA (+) 2.3 times more than the patient with cough without sputum, cough with blood patient has a risk to get lung Tuberculosis BTA (+) 2.11 times more than the patient with cough without blood and patient with chest pain, has a risk to get a lung Tuberculosis BTA (+) 2.9 times more than patient without chest pain.

Penyakit TB paru masih merupakan masalah kesehatan masyarakat di Indonesia, menurut SKRT 1986 TB pare penyebab kematian ke 3, SKRT 1992 TB paru penyebab kematian ke 2 dan pada penyakit infeksi pertama. Insiden TB paru meningkat dengan adanya pandemi HIV dan AIDS, di DKI Jakarta tahun 1980 angka prevalensi TB paru 0,0026 penduduk, tahun 1993 angka prevalensi TB paru untuk semua golongan umur 0,00283 per seribu penduduk.
Jenis penelitian ini adalah kasus kontrol yang mempelajari hubungan antara riwayat penyakit dan riwayat pengobatan penderita terhadap kejadian TB paru BTA (+). Penelitian ini memanfaatkan data sekunder survei prevalen TB paru DKX Jakarta tahun 1993-1994, kasus pada penelitian ini adalah semua penderita TB paru BTA (+) sebanyak 88 orang dan kontrol sebanyak 176 orang, diambil berdasarkan adanya gejala yang sama tetapi pemeriksaan sputumnya BTA (-), diambil secara random sampling dari sampel survei prevalen TB paru DKI Jakarta tahun 1993-1994.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa varibel bebas yang berhubungan secara bermakna dengan kejadian TB paru ETA (+) adalah Batuk berdarah dengan Odds ratio sebesar 2.11 (95%. CI=1,05-4,23 P=0,002), Batuk berdahak Odds ratio sebesar 2,93 (95% CI=1.08-8,01; P=0,016), Sakit dada dengan Odds ratio 2,93 (95% CI=1,08-8,O1; P=4,016), berdasarkan analisis regresi logistik multivariat variabel yang mempunyai pengaruh terbesar terhadap kejadian TB paru BTA (+) adalah batuk berdahak dan sakit dada.
Kesimpulan Penelitian ini Penderita dengan batuk berdahak mempunyai risiko 2,3 kali dibandingkan penderita batuk tidak berdahak untuk kemungkinan TB paru BTA (+), penderita dengan batuk berdarah mempunyai risiko 2,11 kali dibandingkan yang tidak batuk berdarah untuk kemungkinan TB paru BTA (+), penderita dengan sakit dada mempunyai risiko 2,9 kali dibandingkan penderita tanpa sakit dada untuk kemungkinan TB paru BTA (+).;Penyakit TB paru masih merupakan masalah kesehatan masyarakat di Indonesia, menurut SKRT 1986 TB pare penyebab kematian ke 3, SKRT 1992 TB paru penyebab kematian ke 2 dan pada penyakit infeksi pertama. Insiden TB paru meningkat dengan adanya pandemi HIV dan AIDS, di DKI Jakarta tahun 1980 angka prevalensi TB paru 0,0026 penduduk, tahun 1993 angka prevalensi TB paru untuk semua golongan umur 0,00283 per seribu penduduk."
Depok: Universitas Indonesia, 1995
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Evi Fachlaeli
"Prevalensi IMS tinggi pada WPSL. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara konsistensi penggunaan kondom pada satu bulan terakhir dengan kejadian Infeksi Menular seksual pada wanita penjaja seks langsung (WPSL). Penelitian ini menggunakan desain studi cross sectional. Sumber data hasil Survey Terpadu Biologis dan Perilaku Tahun 2011. Populasi adalah wanita penjaja seks langsung (WPSL) di Provinsi Jawa Barat. Jumlah sampel adalah 500 responden. Hasil penelitian prevalensi IMS pada WPSL 21%, sebagian besar WPSL tidak konsisten menggunakan kondom 76 %. Hasil analisis bivariat menunjukkan bahwa terdapat hubungan tidak bermakna antara konsistensi penggunaan kondom dengan kejadian IMS OR 1.14 (95%CI 0.66;2.3). Peningkatan konsistensi penggunaan kondom dan peningkatan peluang menggunakan kondom.

STDs prevalence is high in the WPSL. This study aims to determine the relationship the consistency of condom use in the last month with the incidence of sexually transmitted infections in female sex workers directly (WPSL). This study uses crosssectional study design. Data is collected secondary data results of Integrated Biological and Behavioral Survey in 2011. Population is female direct sex workers (WPSL) in West Java province. Number of sample is 500 respondents. The study found that the prevalence of sexually transmitted infections in female sex workers directly (WPSL) by 21% most of the WPSL is inconsistent use of condoms 76%. The results of bivariate analysis showed that there was no significant relationship between the consistency of condom use with the incidence of STI OR 1:14 (95% CI 0.66; 2.3). Increase particularly the consistent use of condoms and increased opportunities to use condoms.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2012
T30753
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Muammar Muslih
"Latar belakang : Hasil investigasi KLB malaria ada hubungan faktor resiko perilaku pemakaian kelambu. Perilaku pemakaian kelambu dipengaruhi pengetahuan dan sikap. Peneliti ingin mengetahui gambaran dan hubungan pengetahuan, sikap dengan perilaku penduduk usia di atas 15 tahun di Hargotirto.
Metodologi : Desain penelitian cross sectional. Sampel adalah penduduk usia di atas 15 tahun yang dipilih dengan sistem cluster dan random pada setiap cluster. Jumlah sampel 266 responden. Dilakukan análisis univariat, bivariat dan multivariat dengan regresi logistik ganda.
Hasil : Distribusi responden dengan pengetahuan tinggi 52,3%, sikap positif 57,9%, perilaku memakai kelambu 80,8%. Perilaku memakai kelambu dengan pengetahuan tinggi dan sikap positif (85 responden) 31,9%. Hasil bivariat pengetahuan (OR=1,57 nilai p=0,15 95%CI=0,85-2,9), sikap (OR=4,93 nilai p=0,000, 95%CI=2,51-9,69). Hasil regresi logistik sikap dengan perilaku pemakaian kelambu ada hubungan dan bermakna (OR=4,765 nilai p=0,000, 95%CI=2,409-9,426).
Kesimpulan : Responden dengan pengetahuan tinggi dan sikap positif sebanyak 90 responden (33,8%).Tidak terdapat hubungan antara pengetahuan dengan perilaku memakai kelambu. Ada hubungan bermakna antara sikap dengan perilaku memakai kelambu. Saran bentuk penyuluhan yang lebih mengena untuk meningkatkan pengetahuan, contoh dari tokoh masyarakat memakai kelambu sehingga masyarakat meniru untuk memakai kelambu dan diadakan kembali arisan kelambu untuk membantu yang belum memiliki kelambu.

Background : The results of investigation malaria outbreak there is a risk factor for mosquito nets usage behavior. Use of mosquito nets behavior influenced of knowledge and attitudes. Researcher wants to know the description and the association between knowledge, attitude with mosquito nets usage behavior by age over 15 year in Hargotirto, 2012.
Methods : cross sectional study design. Sample is population by age over 15 year selected with cluster systems and random in each cluster. The number of samples are 266 respondents. Univariat analysis, bivariat and multivariat with multiple logistic regression.
Results : Distribution of respondents with high knowledge of 52.3%, positive attitude is 57.9%, and the behavior of using mosquito nets is 80.8%. Behavior of using mosquito nets with high knowledge and positive attitudes about (85 respondents) 31.9%. The results of the bivariat : knowledge (OR = 1.57 p-value = 0.15, 95% CI = 0.85- 2.9), attitude (OR = 4.93 p-value = 0.000, 95% CI = 2.51 - 9,69). The results of logistic regression attitude to the behavior of using mosquito nets have meaningful associatin (OR=4.765, p-value=0.000, 95%CI=2.409-9.426).
Conclusions : The behavior of respondents 33.8% wearing mosquito net with the knowledge of high and positive attitude. There is no association between knowledge of the behavior of using mosquito nets. There is a significant association between attitudes to the behavior of using mosquito nets."
Depok: Universitas Indonesia, 2012
T31811
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library