Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 3 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Teguh Iman Santoso
Abstrak :
Penelitian awal mengenai distribusi frekwensi kista dentigerous sebagai akibat gigi impaksi dilakukan pada penderita2 yang datang pada poliklinik bedah mulut FKG UI / RSCM selama periode Jan.'84 - Des.'84. Hal ini dianggap penting, karena berdasarkan pengalaman-pengalaman selama dasawarsa terakhir , cukup banyak dijumpai kasus-kasus baik kasus impaksi maupun kasus-kasus kista dentigerous.5edangkan data-data mengenai hal tersebut,terutama di Bagian Bedah Mulut FKGUI/ RSCM belum ada hingga saat ini. Memang harus diakui, bahwa dengan penelitian salama setahu pada pasien-pasien yang datang ke Poli Badah Mulut FKGUI/RSCM belum dapat menggambarkan atau mewakilimpopulasi sebenarnya. Tetapi penelitian ini dapat diperluas ke rumah; sakit wilayah dan juga Puskesmas-puskesmas bila keadaan memungkinkan. Pada hasil penelitian ini, akan diperoleh data mengenai frekwensi dan distribusi kista dentigerous sebagai akibat gigi impaksi nada tulang rahang.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 1985
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Iwan Tofani
Abstrak :
PENDAHULUAN
Penderita yang datang ke poliklinik gigi atau rumah sakit dengan anomali kongenital pada daerah oromaksilofasial khususnya celah bibir, pada umumnya mempunyai keluhan pada fungsi, estetika serta bicara. Keluhan ini pada tiap individu berbeda, ada yang sangat merasakan kelainan tersebut namun adapula yang tidak terlalu memikirkannya. Untuk mengatasi celah bibir, bukan tanpa hambatan atau komplikasi. Ada bermacam-macam komplikasi, diantaranya adalah yang disebut 'whistling', yang secara garis besarnya dapat diartikan suatu keadaan seperti orang bersiul. Dengan tehnik operasi yang makin disempurnakan, komplikasi 'whistling' ini sedikit demi sedikit diusahakan untuk diatasi.

Banyak metoda yang dipakai untuk merapihkan celah bibir, salah satunya adalah metoda 'flap triangular'. Metoda 'flap triangular' ini pun macam-macam pula tehniknya. Sebuah diantaranya adalah tehnik yang diajukan oleh Tennison. Bertolak dari tehnik dasar Tennison, kemudian telah banyak dilakukan modifikasi. Misalnya mulai dari titik pertemuan mukokutan (mucocutaneous junction) kearah sisi mukosa bibir ada yang membuat insisi garis lurus, serta adapula yang menggunakan insisi z-plasti.

Dalam tulisan ini akan dibandingkan kedua cara merapihkan celah bibir tersebut, yaitu yang menggunakan insisi garis lurus dan yang menggunakan insisi z-plasti.

Latar Belakang Masalah, Penderita yang membutuhkan tindakan merapihkan celah bibir, selalu menginginkan hasil yang terbaik. Akan tetapi sebelum tindakan dilakukan, penjelasan dan keterangan yang panjang lebar haruslah di berikan oleh operator, agar supaya penderita betul-betul memahami. Tanpa maksud untuk mengendurkan hasrat penderita, komplikasi-komplikasi yang mungkin timbul harus diutarakan, termasuk 'whistling' tersebut. Pada umumnya diterangkan pula, kalau perlu, operasi kedua/sekunder dilakukan pada kesempatan berikutnya. Untuk mengurangi komplikasi, harus diusahakan merapihkan celah bibir dengan tehnik yang dianggap paling minimal komplikasinya.

Masalah, Untuk mengurangi komplikasi yang terjadi pasca bedah serta merugikan bagi penderita, maka cara dan tehnik merapihkan celah bibir manakah yang sebaiknya dilakukan?
1988
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Abdul Latif
Abstrak :
ABSTRAK
Kecembungan di daerah muka terutama pada pipi dipengaruhi oleh bentuk dan posisi tulang zygoma. Fraktur pada tulang zygoma dapat mengakibatkan perubahan kontur bentuk muka. Fraktur zygoma "nondisplaced" tanpa disertai gejala-gejala dan gangguan fungsi yang lain tidak memerlukan perawatan. Reposisi fraktur zygoma dilakukan dengan beberapa alasan, yaitu jika terdapat diplopia, terbatasnya pergerakan mandibula, untuk mengembalikan kedudukan tulang yang normal untuk proteksi mata, dan untuk memperbaiki estetika wajah. Pada penelitian ini akan dilihat bagaimana keberhasilan dari berbagai metode reposisi fraktur zygoma tanpa disertai dengan fiksasi. Pada Bagian Bedah Mulut Academisch Ziekenhuis Leiden telah dikumpulkan data pasien fraktur zygoma yang telah dilakukan operasi sebanyak 106 kasus. Jumlah ini merupakan kasus fraktur zygoma maupun kombinasi fraktur zygoma dengan jenis fraktur lainnya. Setelah diseleksi, fraktur zygoma (os malar) murni ada 75 kasus. Ada beberapa macam pembagian klasifikasi dari fraktur zygoma. Pada penelitian ini khusus diamati fraktur zygoma yang stabil setelah direposisi, sehingga tidak memerlukan tindakan fiksasi. Dari 75 kasus fraktur zygoma yang memenuhi kriteria ini ada 48 kasus. Setelah satu hari operasi, dilihat keberhasilan dari metode reposisi Gillies, perkutan dan metode intra oral. Dari ketiga metode reposisi ini, metode perkutan dilakukan sebanyak 43 kasus, metode intra oral 3 kasus, dan metode Gillies ada 2 kasus. Keberhasilan reposisi ditandai dengan tidak dijumpai adanya step setelah satu hari operasi, baik secara klinis maupun radiologis. Dari hasil penelitian ini tidak dijumpai adanya step pada semua metode reposisi.
1995
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library