Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 6 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Ghaisani Nabila Gumay
Abstrak :
ABSTRAK
Ruang interior dipahami sebagai ruang yang mewadahi kebutuhan manusia dalam beraktivitas. Dalam mewadahi kebutuhan tersebut, perancangan ruang interior, pada dasarnya mengatur relasi antar subjek dan objek, yang memengaruhi relasi antar subjek hierarki sosial . Hal tersebut menunjukkan bahwa subjek berperan aktif dalam menciptakan sistem dan struktur ruang, yang diwujudkan oleh mekanisme keterbentukannya personal space dan territory kebutuhan subjek akan privasi. Tulisan ini cenderung memfokuskan peran objek dalam mengendalikan interaksi antar subjek pada interior ruang kerja berbasis open plan/open plan office. Open plan office yang menerapkan struktur ruang terbuka, cenderung membatasi dan membagi ruang dengan memanfaatkan penempatan objek. Dengan begitu, peran objek menjadi penting untuk membentuk struktur ruang pada open plan office yang melibatkan kontrol interioritas oleh prinsip invite dan refuse. Analisis terhadap Kantor ATG sebagai sebuah workspace berbasis open plan, dirancang dengan memperhatikan susunan objek yang merespon kebutuhan manusia akan tingkat interaksi dan otonomi terhadap suatu space. Menelusuri susunan objek sebagai sistem yang membentuk struktur ruang, tulisan ini pada akhirnya menyatakan bahwa relasi antar subjek dan objek memiliki keterkaitan yang kuat dalam memengaruhi keterhubungan antar manusia dan perilakunya pada ruang interior.
ABSTRACT
Interior space is understood as a space that accommodates human needs. In accommodating those needs, the design of interior space, basically arranging the relationships between subjects and objects, which affect the relation between subjects social hierarchy . It shows that the subject plays an active role in creating the system and space structure, which is manifested by the mechanisms of the formation of personal space and territory the subject 39 s need for privacy. This thesis tends to focus the role of the object in controlling the interaction between subjects in the open plan office. Open plan office that implements open space structure, tends to limit and divide space by applying object placement. Therefore, the role of the object becomes important to build the space structure in the open plan office which involves interiority control by the principle of invite and refuse. Analysis of ATG as an open plan office, designed with attention to the arrangement of objects that respond to human needs for the level of interaction and autonomy of a space. Investigating the arrangement of objects as a system that makes up the structure of space, this thesis finally states that subjects and objects have a strong relation in affecting the interconnection between humans and their behavior in the interior space.
2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Qamara Agustina Rasyid
Abstrak :
ABSTRAK
Ruang dapat dialami dengan berbagai macam indra, salah satunya adalah menyentuh. Berbeda dengan cara lainnya, menyentuh ruang adalah sebuah kegiatan yang membutuhkan tubuh untuk menjadi dekat secara fisik dengan ruang. Untuk mendekati tubuh dengan ruang, terdapat banyak jenis sentuhan yang dapat digunakan. Dari banyak jenis sentuhan itu dapat dibagi menjadi sentuhan aktif atau haptic yang merasakan kualitas area permukaan dan pasif atau tactile yang merasakan kualitas yang bisa dibaca pada satu titik, setiap jenis sentuhan ini memiliki pergerakan yang berbeda untuk menelusuri karakter yang berbeda. Salah satu kualitas yang ada di permukaan dapat dibaca sebagai jejak mdash; sebuah berkas yang menunjukkan adanya usia dan penggunaan pada permukaan. Menelusuri bagaimana jejak ini disentuh dapat menemukan pergerakan apa saja yang digunakan saat ingin membaca jejak. Membaca jejak dilakukan dengan menyentuh permukaan menggunakan aksi menyentuh yang berbeda, dan dari hasil pengamatan ditemukan bahwa tidak semua jenis sentuhan harus dipakai untuk membaca satu jenis kualitas jejak. p.p1 margin: 0.0px 0.0px 0.0px 0.0px; text-align: justify; font: 10.0px Times New Roman ; color: 000000; -webkit-text-stroke: 000000 span.s1 font-kerning: none.
ABSTRACT
Like with other senses, space can be experienced through touching surfaces. Different from the other type of sensing, touching requires the body to be physically close to the space we want to touch. To get close to space, the body uses different types of touch. Touch can be divided to static or tactile touching to get information on one spot of the surface, and active or haptic touching to get data about an area of a surface. Each of them have different kinds of movements to find the quality of a surface. Trace is a type of sign that shows age and use through surface quality. As trace manifests as surface quality, different types of touch can be used to experience it. Reading trace as surface quality can be done by applying the different type of movements of touch on the surface, with some movement reading more than others. p.p1 margin 0.0px 0.0px 0.0px 0.0px text align justify font 10.0px Times New Roman color 000000 webkit text stroke 000000 span.s1 font kerning none
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Haritsya Putri
Abstrak :
ABSTRACT
A Fashion set is very vital in order to support the concept of a private fashion show. However, to gain more attention, the set is getting closer to the public by its presence in public open space. As the set is intended to be built for temporary use, it has several impacts on the placemaking. This thesis, discusses about how ephemeral architecture can redefine certain places in order to support placemaking. This thesis aims to find the relation between Ephemeral Architecture and placemaking in the Fashion Set and how the principle of ephemeral architecture works to create a new experience and leads to placemaking. Two case studies are chosen because of two different contexts, which are Dior Spring Summer 2016 Fashion Set in Paris and JNBY COTTON USA 2016 Fashion Set in Shanghai.
ABSTRACT
Set fesyen sangat penting untuk mendukung sebuah konsep dalam Fashion show yang bersifat privat. Namun, untuk lebih mencuri perhatian, set fesyen mulai ditempatkan dekat dengan masyarakat umum dengan cara menghadirkan set pada ruang terbuka umum. Dengan fungsi fesyen set yang diharapkan untuk memenuhi fungsi temporer, Set mempunyai kelebihan dan pengaruh terhadap placemaking. Dalam skripsi ini, dijelaskan mengenai bagaimana cara ephemeral architecture bisa mengartikan kembali tempat dimana set fesyen diletakkan, dan juga elemen-elemen dari ephemeral architecture dalam set fesyen yang bisa kita temukan untuk mendukung placemaking. Skripsi ini bertujuan untuk mencari keterhubungan antara ephemeral architecture dan placemaking dalam set fesyen dan bagaimana prinsip dari ephemeral architecture bekerja untuk menghadirkan experience baru yang bisa menuntun ke cara dalam placemaking. Studi kasus dipilih berdasarkan perbedaan pada dua konteks tempat yang berbeda, yakni Set Fesyen untuk Dior musim semi panas tahun 2016 di Paris, dan JNBY Cotton USA tahun 2016 di Shanghai.
2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hutari Maya Rianty
Abstrak :
Sejak kemunculan aplikasi photo-sharing Instagram, masyarakat terlihat semakin gemar memotret dan merekam apapun yang terjadi di sekitar mereka. Hal-hal yang dapat menjadi objek foto pun sangat beragam, mulai dari kegiatan sehari-hari sampai objek-objek yang terlihat sangat instagrammable, atau layak untuk diunggah ke Instagram karena memenuhi standar estetika tertentu. Salah satu objek yang tampaknya telah dianggap sebagai objek foto yang instagrammable adalah arsitektur. Namun, foto-foto arsitektur yang ada di Instagram hanyalah adalah representasi yang instagrammable dari sebuah arsitektur. Padahal, arsitektur tidak hanya dibentuk oleh elemen-elemen yang terlihat, tapi juga oleh aspek-aspek spasial yang tidak kasat mata. Tulisan ini membahas bagaimana arsitektur dapat dikatakan sebagai objek foto yang instagrammable, juga sejauh apa foto arsitektur yang instagrammable dapat merepresentasikan dan menyampaikan makna dari arsitektur yang difoto. Sebuah foto yang instagrammable bisa jadi bukanlah media yang paling tepat untuk merepresentasikan arsitektur karena lebih menekankan pada estetika visual dibandingkan menyampaikan makna dari arsitektur itu sendiri. ......Since Instagram launched several years ago, society seems to be more eager to take photos and record everything they do or see and share them online through the famous photo sharing application. There are a lot of things that are considered to be instagrammable photo objects. The term instagrammable is used to identify photos that are worthy enough to be posted on Instagram. Meanwhile, architecture seems to already be considered as one of those instagrammable objects. However, the architecture we see on Instagram is only the instagrammable representation of it, not the real one. Architecture is supposed to be formed not only by tangible elements, but also the intangible spatial aspects. This paper discusses how architecture is interpreted to be instagrammable, then to what extent an instagrammable architectural photograph can represent the meaning of architecture itself. An instagrammable photo, despite of having high aesthetic level, is probably not the best media to deliver architectural meanings.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Raynald Santika
Abstrak :
ABSTRAK
Film merupakan media representasi narasi yang dapat memberikan pengaruh bagi masyarakat secara luas. Dalam proses visualisasi narasi tersebut, desain produksi merupakan salah satu elemen yang paling penting dalam memunculkan kualitas atmosferik dari ruang sinematis di dalamnya. Kualitas atmosferik yang baik dalam film kemudian dapat tercermin di dalam dunia nyata yang kerap kali membuat kaburnya batas antara fantasi dan realitas yang disebut hiperealitas. Film La La Land digunakan sebagai studi kasus untuk menjelaskan pengaruh hiperealitas yang timbul dari desain produksi film terhadap branding sebuah kota Los Angeles . Mekanisme berupa addition, subtraction, dan alteration ini digunakan untuk menciptakan kualitas atmosferik yang dapat menghasilkan dampak hiperealitas. Hiperealitas yang ada kemudian dapat mendukung city branding. Studi kasus tersebut menggambarkan bahwa adanya dampak hiperealitas memungkinkan akselerasi terwujudnya city branding yang lebih holistik dengan peran etos masyarakat dan objek-objek yang berpengaruh pada identitas kota yang tertingkatkan baik dalam konteks lokal maupun dunia internasional.
ABSTRACT
Film is a medium of narrative representation that can give influence to society widely. In the process of visualizing the narrative, production design is one of the most important elements to generate atmospheric quality from the cinematic space in it. Good atmospheric quality in films can then be reflected in the real world which often makes the blurring of the boundary between fantasy and reality, which called hyper reality. La La Land is used as a case study to explain the effect of hyper reality that arises from production design which in turn impacts the branding of a city Los Angeles . The mechanisms of addition, subtraction, and alteration are used to create specified atmospheric qualities that can produce hyper real impacts. The hyper reality can then supports the city branding itself. The case study illustrates that the impact of hyper reality allows the acceleration of a more holistic city branding with the role of community ethos and objects that can enhance city identity locally and internationally.
2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Ilham Arsyansyah
Abstrak :
Manusia beraktivitas dalam satuan waktu pada suatu ruang dan memberikan makna baru ke dalam ruangnya. Makna tersebut dapat direpresentasikan dan dapat disampaikan melalui berbagai media, salah satunya adalah komik. Komik merupakan representasi persepsi komikus yang disampaikan melalui susunan gambar untuk menyampaikan informasi kepada pembaca. Komik menyampaikan informasi dengan gambar dan kata yang disatukan dalam sebuah panel yang kemudian disusun agar informasinya dapat terhubung. Informasi yang didapatkan merupakan isyarat terhadap pembentukan ruang dan waktu yang disampaikan komikus dalam komik. Keterhubungan informasi pada panel komik dapat dibaca dengan prinsip Gestalt. Prinsip Gestalt membantu pembentukan persepsi ruang dan waktu dalam komik agar informasi dalam setiap panelnya dapat menjadi satu kesatuan informasi. Dalam aplikasinya terhadap panel dalam komik, prinsip Gestalt yang dominan digunakan adalah figure-ground untuk memisahkan antara karakter dengan latarnya, proximity yang mengelompokkan informasi dari figure-ground sesuai dengan penyusunan panelnya, dan closure yang menghubungkan keseluruhan informasi dari panelnya sehingga terbaca sebagai ruang dan waktu yang utuh dari komik. Sehingga dalam merepresentasikan ruang dan waktu, bagian dari informasinya dapat disampaikan ke dalam media dengan aplikasi prinsip Gestalt khususnya figure-ground, proximity, dan closure agar persepsi visualnya dapat terbentuk. ...... Humans activities occured in units of time in a space and give new meaning to the space. These meanings can be represented and can be conveyed through various media, one of which is comics. Comics are representations of comic artists' perceptions conveyed through the arrangement of images to convey information to readers. Comics convey information with pictures and words that are put together in a panel which is then arranged so that the information can be connected. The information obtained is a sign of the formation of space and time delivered by comics in the comic. The connection of information in the comic panel can be read with the Gestalt principle. The Gestalt principle helps to form perceptions of space and time in comics so that the information in each panel can become a single unit of information. In its application to the panel in comics, the dominant Gestalt principle used is figure-ground to separate characters from background, proximity which groups information from figure-ground according to the arrangement of panels, and closure that connects all information from the panel so that it reads space and time complete from comics. So that in representing space and time, part of the information can be conveyed into the media with the application of the principle of Gestalt specifically figure-ground, proximity, and closure so that visual perception can be formed.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library