Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 51 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Kentri Hastuti
"Penelitian ini dilatar belakangi oleh adanya berita di harian Suara Merdeka (Juli dan Oktober 1995) yang melaporkan adanya aktivitas hubungan seksual pranikah dikalangan remaja. Sebagai tanggapan, para pemuka agama dan masyarakat menganjurkan peningkatan religiusitas atau peningkatan perilaku ketaatan beragama sebagai upaya pencegahan.
Menyadari pentingnya upaya pencegahan aktivitas hubungan seks pranikah dikalangan remaja, peneliti ingin menegaskan apakah religiusitas benar-benar dapat dijadikan salah satu upaya pencegahan hubungan seks pranikah dikalangan remaja. Menurut hemat peneliti, religiusitas tidak secara langsung berhubungan dengan aktivitas hubungan seks pranikah, namun langsung berhubungan dengan konsep beraktivitas seksual yang pantas dimiliki oleh setiap remaja yang menyebut dirinya religius. Konsep-konsep perilaku religius akan berperan sebagai acuan berperilaku, yang akan mengarahkan perilaku dan mengontrol perilaku. Jadi lebih tepat bila dikaitkan dengan regulasi diri, karena regulasi diri berkaitan dengan cara dalam mengarahkan dan mengontrol perilaku diri agar sesuai dengan tujuan yang hendak dicapai, sehingga tidak terjadi kesenjangan antara pola pikir dan perilaku. Oleh karena itu penelitian ini ingin melihat hubungan antara religiusitas, regulasi diri dan aktivitas seksual remaja dalam berpacaran Mengingat di Indonesia ada 5 macam agama, maka sebagai upaya untuk membatasi populasi, dipilih remaja yang beragama Kristen Protestan sesuai dengan agama yang dianut peneliti.
Penelitian menggunakan metode wawancara terstruktur terhadap 60 responden yang dipilih secara purposive. Subyek terdiri atas 30 orang siswa dan 30 orang siswi SMU Masehi Semarang, beragama Kristen Protestan. Setiap responden akan mendapatkan skor tertentu pada masing-masing variabel serta catatan khusus sehubungan dengan variabel penelitian. Data berupa skor diolah dengan statistik parametrik menggunakan teknik analisa garis regresi. Setelah dilakukan penelitian, data kuantitatif menunjukkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara religiusitas, regulasi diri dan aktivitas seksual.
Hasil pengujian hubungan antar variabel menunjukkan bahwa religiusitas tidak memiliki hubungan yang signifikan dengan regulasi diri maupun aktivitas seksual, tetapi regulasi diri memiliki hubungan yang signifikan dengan aktivitas seksual. Pembahasan hasil wawancara lebih lanjut terhadap 12 responden yang memiliki skor aktivitas seksual 8 (dalam kondisi berbusana tangan saling mengelus daerah sekitar pinggang kebawah) sampai 15 (melakukan hubungan seksual tanpa alat kontrasepsi), juga menunjukkan bahwa skor religiusitas tidak menentukan tingginya rendahnya skor aktivitas seksual."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 1998
T2284
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sandra Handayani Sutanto
"Down Syndrome adalah salah satu keterbelakangan mental yang paling dikenal luas di masyarakat. Anak dengan Down Syndrome berbeda dengan anak-anak pada umumnya dan memiliki keterbatasan dalam fungsi kognitif dan fungsi adaptif dan tergolong keterbelakangan mental moderat. Karena itu mereka memerlukan intervensi untuk mengatasi keterbatasan mereka sedini mungkin. Intervensi yang ada bertujuan untuk melatih meningkatkan kemampuan dan memyiapkan mereka untuk menghadapi tuntutan dari lingkungan. Intervensi ini terdiri dari terapi wicara, terapi fisik, terapi perkembangan, pelatihan dengan modifikasi perilaku untuk meningkatkan self care. Kemampuan self care meliputi Iodating, dressing, makan. Penelitian ini bertujuan untuk melihat efektivitas backward chaining dalam melatih anak Down syndrome dalam hal self care yaitu memakai baju sendiri. Pelatihan dilaksanakan dengan menggunakan backward chaining yaitu memecah perilaku memakai baju sendiri yang disusun oleh peneliti dan dilaksanakan oleh subyek penelitian dengan metode backward chaining yaitu pelatihan secara bertahap dengan mengajarkan langkah terakhir berangsur-angsur hingga langkah yang paling awal.
Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif karena keberhasilan penelitian ini yang menggunakan modifikasi perilaku-tergantung pada pemilihan teknik dan bagaimana perilaku dapat diukur. Metode yang digunakan untuk pengumpulan data adalah wawancara dan observasi. Partisipan pada penelitian ini adalah D, anak laki-laki berusia 11 tahun dengan Down Syndrome.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa backward chaining memiliki efektivitas dalam melatih anak Down Syndrome memakai baju sendiri. Penelitian ini memiliki kekurangan karena peneliti tidak dapat mengontrol sekian banyak variable ekstra karena subyek tinggal di keluarga besar.Selain itu kehadiran ibu sebagai co terapis mempengaruhi performa subyek. Untuk penelitian berikutnya disarankan untuk lebih menciptakan suasana pelatihan yang kondusif dan kerjasama yang optimal dari pihak orangtua (lebih bersabar), dan memperhatikan rancangan mengenai kriteria keberhasilan."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2006
T17885
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Eka Gatari
"Seorang ibu bekerja mempunyai beragam peran, yaitu sebagai seorang istri, ibu, dan pekerja. Ia bisa mendapat keuntungan dari perannya yang beragam, seperti meningkatkan self-esteem dan kepercayaan diri, sehingga subjective well-being (SWB)-nya meningkat. Di sisi lain, adapula masalah yang dapat mengurangi SWB-nya dari keberagaman peran tersebut, seperti kelebihan beban pada perannya (role overload) dan konflik peran. Adanya dampak yang berlawanan dari keberagaman peran tersebut membuat peneliti merasa perlu mengidentifikasi ciri-ciri SWB yang tinggi pada ibu bekerja. Di antara faktor-faktor yang mempengaruhi SWB, adanya dukungan sosial adalah faktor yang menarik untuk mengidentifikasi ibu bekerja dengan SWB yang tinggi. Ketertarikan tersebut antara lain datang dari pernyataan bahwa keuntungan fisik dan psikologis dari pekerjaan seorang ibu dapat menjadi tidak berguna apabila dukungan yang diberikan kurang. Untuk mengetahui apakah memang ibu bekerja dengan SWB yang tinggi memiliki dukungan sosial yang tinggi, peneliti mengangkat permasalahan tersebut di dalam penelitian ini.
Penelitian ini menggunakan perceived social support (PSS) untuk menjelaskan konsep dukungan sosialnya, menganalisis hubungan antara komponen-komponen SWB (kepuasan hidup secara global, afek positif, dan afek negatif) dengan PSS selain SWB secara keseluruhan. Sampel penelitian ini adalah 82 ibu bekerja berusia 25 ? 40 tahun yang berdomisili di Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, atau Bekasi, bekerja minimal 35 jam dan tidak memiliki bawahan dalam pekerjaan tersebut, mempunyai anak di bawah umur 15 tahun, mempunyai suami yang bekerja fulltime, dan mempunyai orang (selain kerabat dan suami) yang membantu pekerjaannya di rumah. Data yang didapatkan kemudian dianalisis korelasinya dengan menggunakan SPSS 11.0. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara PSS dengan SWB dan komponen-komponennya.

An employed mother have multiple roles, that is, as a wife, mother, and worker. She could have benefits from her multiple roles, such as increasing self-esteem and self-confidence, so her subjective well-being (SWB) could improve. On the other hand, there are problems from multiple roles that could lower her SWB, such as role overload and role conflict. The conflicting effects from multiple roles mentioned above make the researcher feel there is a need to identify the characteristics of employed mothers with high SWB. Among other factors that influence SWB, social support was an interesting factor to be researched for employed mothers with high SWB identification. That interest came from the statement that pyshical and psychological benefits coming from an employed mothers' job could be less useful if there are only little support given to her. To know whether or not employed mothers' with high SWB has high social support, the researcher raises that problem in this research.
This research used perceived social support (PSS) to conceptualize social support, and analyze the relationship between SWB components (global life satisfaction, positive affect, and negative affect) with PSS aside from SWB as a whole. The sample in this research are 82 employed mothers with the age between 25 - 40 years old, living in Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, or Bekasi, worked 35 hours a week at minimum and didn't have any staff under her, had a child under 15 years old, had a husband that worked full-time, and had someone (aside from her husband and child) that helped her doing houseworks. Acquired data was analyzed using Pearson Product Moment correlation with SPSS 11.0. The results show that there are significant relationships between perceived social support with SWB and its components.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2008
155.633 GAT h
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Benardi Wiriaatmadja
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 1993
S2253
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Agustina Yuanita Prananto
1993
S2388
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Margaretha T. Kuera
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2004
S2605
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Palupi, Hanasatya Westri
"ABSTRAK
Salah satu dongeng dengan tokoh binatang yang sarat dengan pesan moral yang
implisit adalah fabel. Untuk memahami pesan moral dalam fabel dibutuhkan
kemampuan untuk menafsirkan dan menyimpulkannya dari keseluruhan isi cerita.
Pemahaman oleh Bloom dibagi ke dalam 3 tingkatan, yaitu translation,
interpretation, dan extrapolation. Ketika seorang anak dapat memahami isi fabel
pada tingkal interpretation pesan moral fabel dapat dipahami. Di antara rentang
usia 5-I2 tahun, baru pada usia 8-9 tahun, pada tahap operasional konkrit, anak
diperkirakan mulai mampu menafsirkan pesan moral fabel ini, sedangkan pada
usia 5-6 tahun anak belum mampu melakukannya. Walaupun belum semua anak
telah mampu memahami pesan moral fabel, penelitian ini ingin melihat tingkat
pemahaman mengenai isi fabel secara umum pada kelompok usia 5-6 tahun, 8-9 tahun, dan 11-12 tahun, yang mewakili tahap praoperasional, operasional konkrit,
dan operasional formal menurut tahapan perkembangan kognitif Piaget.
Pengambilan data dilakukan dengan melakukan wawancara mengenai dua buah
fabel yang diperdengarkan dari kaset rekaman suara orang bercerita dan hasilnya
dinilai dengan kriteria yang telah disusun. Analisis dilakukan dengan melakukan
perhitungan persentase dan pengkategorian tingkat pemahaman. Reliabilitas
dalam penilaian dilakukan dengan menggunakan interscorer reliability.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa dalam memahami isi fabel, umumnya anak
pada kelompok usia 5-6 tahun memahami fabel pada tingkat translation, anak
kelompok usia 8-9 tahun pada tingkat interpretation, dan anak kelompok usia
11-12 tahun telah memahaminya pada tingkat extrapolation. Sedangkan dalam
memahami pesan moral fabel, umumnya anak usia 5-6 tahun belum dapat
memahami pesan moral ini, anak usia 8-9 tahun berkisar antara belum paham dan
mulai memahaminya, dan anak usia 11-12 tahun berkisar antara mulai paham dan
sudah dapat memahami pesan moral fabel.
Perbedaan tingkat pemahaman mengenai isi dan pesan moral fabel yang
ditunjukkan oleh hasil penelitian ini selain disebabkan oleh perbedaan keabstrakan
pemikiran para subyek, juga mungkin disebabkan oleh perbedaan popularitas
pesan moral antara kedua cerita atau pun belum adanya suatu konsep nilai moral
dalam jaringan informasi anak. Maka, pesan moral fabel harus disajikan secara
eksplisit kepada anak-anak usia 5-6 tahun."
1999
S2737
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Marina Puspadewi
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2004
S2879
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Naniek D. Handayani
"Manusia telah lama menyadari adanya ketimpangan jender yang berakibat timbulnya berbagai konflik peran jender. Faktor-faktor seperti keluarga, lingkungan sosial, pendidikan, pekerjaan, dan lainnya, turut andil dan berperan memacu timbulnya konflik peran jender tersebut. Permasalahan ini semakin kompleks manakala istri ingin mengaktualisasikan dirinya dan sukses dalam berkarir. Padahal disisi lain suami justru merasa tersisihkan karena waktu bagi keluarga (suami dan anak-anak) tersita oleh karir iitri. Salah satu penyebab dari timbulnya berbagai konflik keluarga yang serius, pada saat istri sukses dalam berkarir pada dekade belakangan ini adalah sikap negatif dan tidak mendukung dari suami. Namun demikian masih dibutuhkan suatu penelitian lebih lanjut untuk melihat seberapa jauh perbedaan sikap suami berdasar peran jendernya, terhadap istri yang berkarir. Sejalan dengan perkembangan waktu dan ilmu pengetahuan psikologi, muncul sebuah konsep 'androgin' yang popular se|ak tahun 1972 (Bern, 1974). Konsep androgin tersebut member! harapan kepada banyak orang khususnya para Istri yang berkarir untuk dapat keluar dari model peran jender yang bersifat pengkotak-kotakan dan dikotomis. Androgin merupakan hasil identifikasi peran jender sedemikian rupa sehingga di dalam diri seseorang terbentuk suatu kepribadian yang mempunyai karakteristik maskulin dan feminin dalam tingkat yang relatif tinggi. Dengan memiliki kepribadian androgin ini, seorang suami diharapkan tidak terlampau kaku dan bersikeras dengan model peran jendernya, yang dapat mengakibatkan adanya ketidakadilan jender antara suami dan istri. Dengan demikian, apakah dapat dikatakan, terdapat perbedaan yang signifikan dalam sikap suami berdasar peran jendernya, terhadap istri yang berkarer? Penelitian ini menggunakan sampel sebanyak 73 subyek. Karena peran jender suami pada penelitian ini dibagi men|adi dua kelompok yaitu karakteristik maskulin dan karakteristik androgin, maka dari keseluruhan subyek yang diteliti, didapatkan subyek dengan peran jender maskulln 30 dan androgin 43. Kesimpulan yang dihasilkan melalui 't-test' adalah "Terdapat perbedaan yang signifikan dalam sikap suami berdasar peran jendernya, terhadap istri yang berkarer"."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2001
S2881
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Maya Susanti
"ABSTRAK
Setelah seseorang selesai menjalani pendidikan formal mulai dari tingkat
sekolah dasar sampai perguruan tinggi, maka ia mulai memasuki dunia kerja.
Pada jenjang pendidikan di perguruan tinggi inilah, individu harus mulai memikirkan
pekerjaan apa yang kelak akan ditekuninya dan menyadari bahwa masa depannya
sangat dipengaruhi oleh pemilihan pekerjaannya saat ini. Mahasiswa perguruan
tinggi termasuk individu yang berada pada masa dewasa muda yang salah satu
tugas perkembangannya adalah pemilihan pekerjaan. Pada masa inilah pilihan
pekerjaan pertama kali dibuat dimana pekerjaan yang dipilih akan terus
mempengaruhi berbagai aspek dalam kehidupan seperti gaya hidup, hubungan
sosial, status atau posisi dalam masyarakat, perkembangan harga diri, dan
sebagainya. Dalam melakukan pemilihan pekerjaan, individu dipengaruhi oleh
beberapa faktor, antara Iain : pengetahuan tentang pilihan pekerjaan yang
tersedia; kondisi pasar; keluarga; kelas sosial ekonomi; stereotipe peran gender;
kepribadian dan self-efficacy. Dari sekian banyak faktor, peneliti tertarik untuk
meneliti lebih jauh mengenal faktor self-efficacy. Banyak penelitian di Iuar negeri
yang mempunyai kesamaan pendapat tentang adanya hubungan antara self-
efficacy (keyakinan seseorang mengenal kemampuannya untuk dapat berhasil
melakukan suatu tugas tertentu) dengan pemilihan pekerjaan. Selain itu, ada
penelitian yang menyebutkan adanya perbedaan jenis kelamin dalam self-efficacy,
dimana perbedaan ini selanjutnya menyebabkan perbedaan jenis kelamin dalam
pemilihan pekerjaan. Peneliti ingin melihat apakah hal yang sama berlaku pula di
sini (Jakarta, Indonesia) ?
Berdasarkan semua hal yang telah diuraikan di atas, maka masalah umum
yang ingin diteliti dalam penelitian inl adalah apakah ada hubungan yang signifikan
antara self-efficacy dengan pemilihan pekerjaan pada mahasiswa dan mahasiswi
di Jakarta ditinjau darl keenam bidang pekerjaan yaltu Realistik, lnvestigatif,
Artistik, Sosial, Enterprising, dan Konvensional. Manfaat dari penelitian ini adalah untuk memberikan masukan informasi kapada masyarakat luas mengenai
pentingnya peranan self-efficacy dalam melakukan pemilihan pekerjaan sehingga
dapat diciptakan suatu lingkungan yang mendukung perkembangan self-efficacy
yang tinggi serta memberikan masukan informasi kepada masyarakat dan instansi
yang terkait dengan tenaga kerja untuk penanganan masalah tenaga kerja,
Iapangan kerja, dan pengangguran khususnya yang terjadi pada lulusan perguruan
tinggi. Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori mengenal self-
efficacy, pemilihan pekerjaan, teori karir dart Holland, dan hubungan antara self-
efficacy dengan pemilihan pekerjaan. Subyek yang digunakan dalam penelitian ini
adalah mahasiswa semester 5 ke atas, berusia 20 - 25 tahun dan belum pernah
memiliki pekerjaan tetap. Jumlah sampel yang digunakan dalam penelitian ini
adalah 100 orang terdiri atas 50 pria dan 50 wanita. Teknik pengambilan sampel
yang digunakan adalah metode Incidental sampling. Alat ukur yang digunakan
dalam penelitian ini adalah kuesioner self-efficacy yang disusun berdasarkan
modifikasi dari Occupational Questionnaire (Church, Teresa, Rosebrook, dan
Szendre, 1992) serta kuesioner pemilihan pekerjaan yang disusun berdasarkan
modifikasi dan Extent of Consideration of Occupation Questionnaire (Church,
Teresa, Rosebrook dan Szendre). Pengolahan data dilakukan dengan perhitungan
korelasl Pearson Product Moment dan Z2 test.
Berdasarkan hasil analisa, menunjukkan adanya hubungan yang signifikan
antara self-efficacy dengan pemilihan pekerjaan pada mahasiswa dan mahasiswi
di Jakarta dalam keenam bidang pekerjaan. Di samping Itu juga diperoleh hasil
adanya perbedaan yang signifikan antara pria dan wanita dalam hal self-efficacy
hanya dalam bldang Realistik dan Konvensional. Subyek pria lebih besar
kemungkinannya untuk memiliki self-efficacy lebih tinggi dalam bidang Realistik
dan subyek wanita lebih besar kemungkinannya untuk memiliki self-efficacy lebih
tinggi dalam bidang Konvensional. Selain Itu juga diperoleh hasil adanya
perbedaan yang signlfikan antara pria dan wanita dalam hal pemilihan pekerjaan
hanya dalam bidang Realistik. Subyek pria Iebih besar kemungkinannya untuk
memiliki rentang pillhan pekerjan yang luas dalam bidang Realistik.
Saran yang hendak diberikan peneliti bagi penelitian selanjutnya adalah
agar dalam penelitian selanjutnya menggunakan sampel yang lebih representatif
dan menggunakan suatu alat baru yang berisi jenis-jenis pekerjaan beserta
aktivitasnya (berdasarkan hasil elisitasi terhadap sejumlah orang) yang memang
menggambarkan situasi dan kondisi dunia kerja di Indonesia."
1997
S2944
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6   >>