Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 25 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Nina Anggita
"Gangguan lambung dapat mengganggu keoptimalan proses pencernaan dalam tubuh manusia. Tujuan utama dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan faktor konsumsi terhadap persepsi gangguan lambung pada mahasiswa Universitas Indonesia. Desain penelitian yang digunakan adalah cross sectional dengan 96 sampel yang diambil secara acak. Hasil pengumpulan data menunjukkan 51% sampel mengalami gangguan lambung dalam tiga bulan terakhir.
Berdasarkan analisis menggunakan chi-square didapatkan frekuensi makan (p value = 0,731, OR = 1,322), frekeunsi konsumsi makanan pedas (p value = 0,974, OR = 1,167), frekuensi konsumsi makanan asam (p value = 0,126, OR = 2,100), frekuensi konsumsi mie instan (p value = 2,938, OR = 0,150), frekuensi konsumsi kopi (p value = 0,335, OR = 0,617), frekuensi konsumsi minuman bersoda (p value = 1,000, OR = 1,091), jeda waktu makan (p value = 0,874, OR = 0,855), usia (p value = 0,859, OR =1,074), dan tempat tinggal (p value = 0,103, OR =0,421) tidak memiliki hubungan bermakna dengan persepsi gangguan lambung Sedangkan jenis kelamin (p value = 0,026, OR =3,263) dan pengetahuan (p value = 0,016, OR = 0,293) memiliki hubungan bermakna dengan persepsi gangguan lambung.
Hasil dari penelitian ini disarankan kepada Mahasiswa UI untuk makan besar 3 kali/hari dan makan snack 2 kali/hari serta menghindari konsumsi makanan pedas, asam, mie instan, dan minuman bersoda terlalu sering.

Disturbances of the stomach can disrupt the optimality of digestive process in the human body. The main objective of this study was to determine the relationship of consumption factors on the incidence of disturbances of the stomach at the University of Indonesia student. The study design used was cross sectional with 96 samples taken at random. The results of data collection showed 51% of the sample experienced a disturbances within three months of last disturbances.
Based on chi-square analysis using frequency of eating (p value = 0,731, OR = 1,322), frequency of consumption of spicy foods (p value = 0.974, OR = 1,167), frequency of consumption of acidic foods (p value = 0,126, OR = 2,100), frequency of consumption of instant noodles (p value = 2,938, OR = 0,150), frequency of coffee consumption (p value = 0,335, OR = 0,617), frequency of consumption of soft drinks (p value = 1,000, OR = 1,091), the lag time of feeding (p value = 0,874, OR = 0,855), age (p value = 0,859, OR = 1,074), and residence (p value = 0,103, OR = 0,421) did not have a significant correlation with the incidence of stomach disturbances perception. Whereas gender (p value = 0,026, OR = 3.263) and knowledge (p value = 0,016, OR = 0,293) has a significant correlation with the incidence of stomach disturbances perception.
From the result of this study, we suggest that students have to control their diet by eat 3 meals/day and 2 snacks/day, also avoid spicy and acidic food, instant noodle and carbonate drink too often to prevent the stomach disturbances.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2012
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Riefyan Adhi
"Salah satu cara pencegahan penyakit jantung koroner dapat dilakukan dengan meningkatkan asupan serat perhari Bekatul merupakan bahan pangan lokal yang mengandung tinggi serat oleh karena itu bekatul digunakan untuk bahan substitusi dari tepung terigu dalam produk brownies kukus Penelitian eksperimental ini bertujuan untuk menciptakan brownies dengan rasa yang enak dan mengandung tinggi serat Terdapat 4 perlakuan substitusi bekatul yaitu 100 70 30 dan 0 sebagai brownies kontrol Analisis zat gizi dilakukan di PT Saraswati Indo Genetech Bogor dan uji hedonik dilakukan di Perpustakaan Pusat UI dengan 40 orang panelis Hasil penelitian menunjukan bahwa tidak ada perbedaan signifikan antara rasa warna aroma dan keseluruhan brownies Brownies berbahan dasar bekatul mengandung memiliki serat tertinggi dengan 9 29 gr serat dalam satu kali penyajian 24 gr.

One way to prevent coronary heart disease can be done by increasing daily dietary fiber intake Rice bran is Indonesian rsquo s local food with high content of dietary fiber therefore rice bran used to substitute wheat flour in steamed brownies This experiment research purpose is to obtain delicious brownies with high fiber content There were 4 modification for rice bran substitution 100 70 30 and 0 as a control brownies Nutrition analysis took place in Saraswati Indo Genetech Laboratory and Hedonic test took place in University of Indonesia rsquo s library with 40 panelists Result for this experiment showed there is no significant difference in taste color flavor and the entirety of steamed brownies Brownies with 100 bekatul had the highest fiber with 9 29 gr dietary fiber per serving 24 gr
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2014
S56010
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Aprilya Roza Werdani
"ABSTRACT
Pemeriksaan kadar gula darah puasa merupakan salah satu cara yang
dilakukan dalam mendiagnosa diabetes melitus. Penelitian ini bertujuan untuk
mencari faktor dominan kadar gula darah puasa pegawai BPMK dan Sekretariat
Daerah Kota Depok tahun 2014. Penelitian ini juga membahas gambaran dan
faktor-faktor yang berhubungan dengan kadar gula darah puasa pegawai BPMK
dan Sekretariat Daerah Kota Depok. Metode penelitian yang digunakan adalah
metode kuantitatif dengan desain cross-sectional. Hasil penelitian ini
menunjukkan bahwa asupan karbohidrat merupakan faktor dominan peningkatan
kadar gula darah puasa pegawai BPMK dan Sekretariat Daerah Kota Depok (B=
0,328). Rata-rata kadar gula darah puasa pegawai adalah 94,07 ± 11,55 mg/dl
pada perempuan dan 96,47 ± 9,92 mg/dl pada laki-laki. Pada penelitian ini
ditemukan 2,9% pegawai mengalami diabetes melitus dan 22,9% pegawai
mengalami impaired fasting glucose. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa
kadar gula darah puasa memiliki hubungan yang signifikan dengan usia, asupan
karbohidrat, dan aktivitas fisik.

ABSTRACT
Fasting blood glucose level test is one way to diagnose diabetes mellitus.
This study was aimed to find the dominant factor of fasting blood glucose level of
employees of BPMK and Regional Secretariat of Depok in 2014. This study also
discussed the discribtion and factors related to fasting blood glucose level of
employees of BPMK and Regional Secretariat of Depok. Quantitative method and
cross-sectional design were used to conduct this study. The result of the research
showed that carbohydrate intake was the dominant factor of elevated fasting blood
glucose level of the employees of BPMK and Regional Secretariat of Depok
(B=0.328). The average of employees’ fasting blood glucose level is 94.07 ±
11.55 mg/dl for woman and 96.47 ± 9.92 mg/dl for man. This study found 2,9%
employees with diabetes mellitus and 22.9% employees with impaired fasting
glucose. This result also found that fasting blood glucose level was significantly
correlated with age, carbohydrate intake, and physical activity."
2014
S56594
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hanun Qurrota A`yun
"Methicillin resistant Staphylococcus aureus (MRSA) merupakan strain Staphylococcus aureus yang resistan antibiotik β-laktam. Penelitian deteksi MRSA dilakukan menggunakan metode PCR dengan amplifikasi gen nuc dan mecA. Sampel diambil dari usapan nasofaring 161 orang dewasa ≥50 tahun. Uji sensitivitas antibiotik juga dilakukan untuk mengetahui resistansi pada isolat MRSA. Fragmen DNA untuk gen nuc dan mecA terdeteksi dengan ukuran 255 bp dan 527 bp. Sebanyak 12 sampel (7,5%) dideteksi sebagai MRSA dan diketahui resistan terhadap antibiotik oxacillin dan cefoxitin dari golongan β-laktam. Variasi resistansi pada isolat MRSA terlihat pada antibiotik erythromycin, tetracycline, gentamicin, chloramphenicol dan trimethophim/sulfametoxazole. Hasil penelitian mengindikasikan kolonisasi MRSA dapat dideteksi dengan amplifikasi gen nuc dan mecA.

Methicillin resistant Staphylococcus aureus (MRSA) is a strain of Staphylococcus aureus that is resistant to β lactame antibiotics. Detection of MRSA was conducted by amplification of nuc and mecA genes using PCR method. Samples were taken from nasopharyngeal swab from 161 adult ≥ 50 years old. Susceptibility test was also done by disc diffusion to determine resistance characteristic in MRSA isolates. DNA fragment for nuc and mecA genes was detected in 255 bp and 527 bp. About 12 MRSA isolates (7,5%) showed resistance toward oxacillin and cefoxitin which belong to β lactame antibiotics. There were variety of resistance in MRSA isolates to other antibiotics, such as erythromycin, tetracycline, gentamicin, chloramphenicol, and trimethophim/sulfametoxazole. The results indicate that amplification of nuc and mecA genes by PCR can be used for MRSA detection from nasopharyngeal swab."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2014
S56009
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Simbolon, Youvita Indamaika
"Tingkat kepatuhan diet di Indonesia rata-rata masih rendah. Diet dalam menjaga makanan seringkali menjadi kendala karena masih tergoda dengan segala makanan yang dapat memperburuk kesehatan. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan kepatuhan diet pada penderita diabetes melitus tipe 2. Penelitian ini menggunakan disain cross-sectional. Sampel yang diteliti adalah seluruh penderita diabetes melitus tipe 2 dengan rentang usia 25-65 tahun yang sedang rawat jalan, sampel diambil dengan metode non-random sampling dengan teknik purposive sampling sebanyak 130 orang. Pengumpulan data dilakukan melalui pengukuran antropometri, pengisian kuesioner, form food recall 1x24 jam dan semiquantitative food frequency questionnaire (SFFQ).
Hasil penelitian menunjukkan sebanyak 13,8% responden yang patuh diet. Hasil uji chi-square menunjukkan ada hubungan yang bermakna antara kepatuhan diet diabetes melitus tipe 2 dengan jenis kelamin (p=0,008) dan lama menderita (p=0,044). Hasil uji regresi logistik menunjukkan lama menderita merupakan faktor dominan yang berhubungan dengan kepatuhan diet diabetes melitus tipe 2. Penderita diabetes melitus diharapkan untuk memperhatikan pola makan yang dianjurkan dan melaksanakannya dengan baik, mampu secara aktif untuk meningkatkan pengetahuannya terkait penyakit diabetes melitus dan faktor-faktor terkait lainnya dan tetap mempertahankan pola makan yang sudah dijalankan bagi yang sudah lama menderita diabetes melitus tipe 2.

The level of dietary adherence in Indonesia is still low. Diet in maintaining food is often become an obstacles because the patient is still tempted by all food that can worsen their health. The purpose of this study is to determine the factors that associated with dietary adherence in type 2 diabetes mellitus patients. This study was using a cross-sectional design. The samples studied were all type 2 diabetes mellitus type 2 with the age range 25-65 years was outpatient, samples were taken with non-random sampling method with purposive sampling of 130 people. Data were collected through anthropometric measurements, filling-out questionnaires, 1x24 hour food recall and dan (semiquantitative food frequency questionnaire) SFFQ form.
The results showed 13.8% of respondents were diet-compliant. There were significant relationship between gender (p=0.008) and length of suffering (p=0.044) with between dietary adherence. The result of logistic regression test showed that the duration of suffering is the dominant factor associated with dietary adherence in type 2 diabetes mellitus patients. Type 2 diabetes mellitus patients were expected to pay attention to the diet recommended and carry it out well, to actively to improve the knowledge related to the disease diabetes mellitus and related to the other factors and still preserve diet that has been run for who has long been suffering from type 2 diabetes mellitus.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2019
T52016
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mindo Lupiana
"Kurang Energi dan Protein (KEP) pada bayi disebabkan beberapa faktor. Penelitian ini bertujuan mengetahui hubungan antara berat lahir, asupan makan bayi (energi dan protein), umur dan jenis kelamin bayi, imunisasi, penyakit infeksi, pendidikan ibu, pekerjaan ibu dan jumlah anggota rumah tangga dengan keadaan KEP pada bayi.
Desain yang digunakan adalah cross sectional. Data yang digunakan merupakan data sekunder dari Riskesdas 2007. Populasi adalah bayi di wilayah penelitian Provinsi Lampung dan sampel adalah bayi yang memiliki datadata yang lengkap sesuai dengan tujuan penelitian ini dan terpilih sebanyak 148 bayi. Analisis statistik yang digunakan adalah univariat, bivariat dengan chi square dan untuk melihat faktor yang paling dominan digunakan uji regresi logistik. Proporsi bayi yang menderita KEP sebesar 12,2%.
Hasil penelitian menunjukkan faktor paling dominan berhubungan dengan KEP pada bayi adalah penyakit infeksi (p value = 0,009) dengan nilai OR 4,265 setelah dikontrol berat lahir, asupan protein, pendidikan ibu dan jumlah anggota rumah tangga. Bayi yang pernah menderita penyakit infeksi berpeluang 4,265 kali lebih besar dibandingkan bayi yang tidak pernah menderita infeksi.

Protein Energy Malnutrition (PEM) on infants due to several factors. This study aims to determine corelated between birth weight, nutrient intake (energy and protein), age and sex, immunisation, infectious disease, maternal education, maternal employments and the number of household members with PEM in infants in Province of Lampung Year 2007.
This study was using cross sectional design. The data use are secondary data from Riskesdas 2007. Population are infants in the research area Province of Lampung and the samples were infants who had complete data in accordance with the aims of this study and was selected as many as 148 infants. Data were analyzed by univariate analysis, bivariate analysis with chi square and multivariate analysis with logistic regression. The proportion of infant with PEM were 12,2%.
Results showed the most dominant factor associated with PEM on infants in Province of Lampung Year 2007 is an infectious disease after being controlled by the variable of birth weight, protein intake, maternal education and number of household members. Infants with infectious disease were 4,265 times more likely to have PEM than there with no infectious disease.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2010
T28448
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Indana Bintan Dzakiyyah
"Minuman ringan berpemanis adalah beberapa jenis minuman manis berkalori yang ketika dibeli sudah siap diminum. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan rata-rata konsumsi minuman ringan berpemanis pada siswa SMAN 48 Jakarta Timur berdasarkan jenis kelamin, keterpaparan media massa, aksesibilitas, ketersediaan, pengaruh keluarga, pengaruh teman, pengetahuan gizi, sikap, aktivitas fisik, kebiasaan membawa air mineral, dan uang jajan. Penelitian kuantitatif dengan desain studi cross sectional ini dilakukan pada 168 sampel yang dipilih mengunakan metode quota sampling. Instrumen yang digunakan, yaitu kuesioner (self-administered) dan alat peraga botol berbagai ukuran.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa rata-rata konsumsi minuman ringan berpemanis secara umum, yaitu sebanyak 245,7 mL/hari. Rata-rata konsumsi minuman ringan berpemanis berdasarkan jenisnya secara berurutan dari yang terbanyak, yaitu minuman jenis teh/kopi (152,7 mL/hari), berperisa buah (77,1 mL/hari), berperisa tanpa kandungan sari buah (65,7 mL/hari), sport (56,9 mL/hari), karbonasi berkalori (42,2 mL/hari), dan energi (10,0 mL/hari).
Hasil analisis menggunakan uji t independen menunjukkan terdapat perbedaan yang signifikan pada rata-rata konsumsi minuman ringan berpemanis berdasarkan jenis kelamin, keterpaparan media massa, ketersediaan minuman ringan berpemanis, pengaruh teman, dan sikap terhadap minuman ringan. Diperlukannya dukungan dari berbagai pihak berwenang terkait kebijakan penjualan minuman ringan berpemanis dan penyediaan air mineral di tempat umum, khususnya sekolah.

Sugar-sweetened beverages are certain types of calorie drinks which are ready to drink when it purchased. This research aims to get information about the differences of averages sugar-sweetened beverages consumption among students of SMAN 48 East Jakarta according to sex, mass media exposure, accessibility, availability, family influence, peer influence, nutritional knowledge, attitude, physical activity, the habit of bringing mineral water, and pocket money. This quantitative study (cross sectional) is conducted to 168 samples (quota sampling method). Self-administered Questionnaire and various sized bottles are used as the instruments of this research.
The result showed that the average of sugar-sweetened beverages consumption in general was 245,7 mL/day. The averages of sugar-sweetened beverages consumption based on its categories were tea/coffee (152,7 mL/day), fruit-flavoured drinks (77,1 mL/day), flavoured drinks (without fruit juice) (65,7 mL/day), sports drinks (56,9 mL/day), caloric carbonated drinks (42,2 mL/day), and energy drinks (10,0 mL/day).
Bivariate analysis (t-independent test) showed that there were a significant differences on the average of sugar-sweetened beverages consumption according to sex, mass media exposure, availability, peer influence, and attitude. Support from various authorities related to sugar-sweetened beverages sales policy and free mineral water supply in public places, especially school, are needed to reduce sugar-sweetened beverages consumption.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2016
S64192
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dhany Yuliatmoko
"ABSTRAK
Hipertensi atau tekanan darah tinggi adalah suatu keadaan dimana tekanan darah
sistolik ≥140 mmHg dan/atau tekanan diastolik ≥90 mmHg. Penelitian ini
bertujuan untuk mengetahui hubungan status gizi dan konsumsi buah sayur
dengan hipertensi dan estimasi besar risiko obesitas dan kurang konsumsi buah
sayur terhadap kejadian hipertensi di Posbindu PTM Puskesmas Tanah Sereal dan
Puskesmas Pasir Mulya Kota Bogor Tahun 2016 setelah dikontrol dengan variabel
umur, jenis kelamin, merokok, konsumsi alkohol, aktivitas fisik dan tempat
tinggal. Penelitian ini merupakan pengolahan dan analisis lanjut data sekunder
kegiatan Pos Pembinaan Terpadu Penyakit Tidak Menular (Posbindu PTM) di
Puskesmas Tanah Sereal dan Puskesmas Pasir Mulya tahun 2016 (Bulan Januari
s/d Desember Tahun 2016) dengan pendekatan Cross Sectional. Populasi
penelitian ini adalah penduduk yang menjadi sasaran deteksi dini PTM kegiatan
Posbindu PTM di Puskesmas Tanah Sereal dan Puskesmas Pasir Mulya tahun
2016, dengan sampel yang diperoleh sebanyak 927 responden. Analisis data
bivariat dengan uji chi square dan multivariat dengan cox regresi. Hasil studi
menunjukkan hubungan antara status gizi dengan hipertensi berinteraksi dengan
tempat tinggal dan dikontrol variabel tempat tinggal dan konsumsi buah sayur,
dengan nilai PR interaksi 2,7, artinya responden yang obesitas dan tinggal di
perumahan berisiko 2,7 kali mengalami hipertensi. Hasil lainnya menunjukan
hubungan antara konsumsi buah sayur dengan hipertensi setelah dikontrol variabel
umur dan status gizi dengan nilai PR 1,4, artinya responden yang kurang
konsumsi buah sayur berisiko 1,4 kali untuk mengalami hipertensi setelah
dikontrol umur dan status gizi.

ABSTRACT
Hypertension or high blood pressure is a condition in which systolic blood
pressure ≥140 mmHg and / or diastolic pressure ≥90 mmHg. This study aims to
determine the relationship of nutritional status and consumption of fruit
vegetables with hypertension and estimate the risk of obesity and less
consumption of fruit vegetables to the incidence of hypertension in Posbindu
PTM Puskesmas Tanah Sereal and Puskesmas Pasir Mulya Bogor City 2016 after
controlled by variables age, sex, smoking, alcohol consumption, physical activity
and residence. This research is the processing and further analysis of secondary
data of Posbindu PTM at Puskesmas Tanah Sereal and Pasir Mulya in 2016
(January-December 2016) with Cross Sectional approach. The population of this
research is the population that became the target of early detection of PTM
Posbindu PTM activities in Puskesmas Tanah Sereal and Puskesmas Pasir Mulya
in 2016, with samples obtained as many as 927 respondents. Analysis of bivariate
data with chi square and multivariate test with cox regression. The result of the
study shows the correlation between nutritional status with hypertension
interaction with residence and controlled variable of residence and consumption
of vegetable fruit, with interaction value of 2,7, mean that the respondent who is
obese and stay in housing at risk 2,7 times have hypertension. Other results
showed the relationship between consumption of fruits with hypertension after
controlled variable age and nutritional status with PR value 1.4, meaning that
respondents who consumed less vegetable fruit risk 1.4 times to experience
hypertension after controlled age and nutritional status"
2017
T48429
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rika Soraya
"Obesitas adalah kondisi kelebihan lemak dalam adiposa yang terdapat didalamtubuh, dipengaruhi oleh gaya hidup, lingkungan serta faktor genetik yang menyebabkangangguan kesehatan. Masalah obesitas dapat terjadi pada anak-anak, remaja dan dewasa. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui faktor yang paling berhubungan dengan obesitaspada remaja SMA terpilih di Kota Bandung Tahun 2017. Rancangan penelitian crosssectional dengan menggunakan data primer dan sampel 227 orang. Pengolahan data dananalisis menggunakan uji chi-square dan regresi logistik ganda.
Hasil penelitian didapatkan ada 21,1% remaja obesitas. Hasil bivariate menunjukkan ada hubungan antara riwayat obesitas keluarga (p=0,026), berat badan lahir (p=0,032), kebiasaansarapan (p=0,004), status gizi ibu (p=0,001), status gizi ayah (p=0,009) dengan obesitas remaja. Analisis multivariat didapatkan asupan energi merupakan faktor dominan dengan nilai Odds Ratio OR pada variabel ini 7,222 (95% CI : 1,145-45,549) artinya remaja yang memiliki asupan energi lebih mempunyai risiko 7,2 kali mengalami obesitas setelahdikontrol variabel kebiasaan sarapan, status gizi ibu, status gizi ayah, usia partus ibu,berat badan lahir, uang saku, pengetahuan gizi dan pendidikan ayah. Diharapkan remaja lebih memperdulikan tentang asupan gizi nya sehingga dapat terhindar dari masalah kesehatan.

Obesity is the condition of excess fat in the adiposa tissue, which influenced by lifestyle, environment and genetic factors that cause health problems. Obesity problems can occurin children, adolescents and adults. The purpose of this study to determine the most factors are associated with obesity in selected high school adolescents in Bandung 2017. This study was cross sectional design using primary data and with 227 adolescents. Analysis data used chi square test and multiple logistic regression.
The study showes there was 21.1% adolescent obesity. The result of bivariate showed association between family obesity history (p=0,026), birth weight (p=0,032), breakfast habits (p=0,004), fat intake (p=0,03) maternal nutritional status (p=0,001), father's nutritional status (p=0,009) with adolescent obesity. Multivariate analysis found that energy intake associated with adolescent obesity (p=0,035) and OR 7,222 (95% CI 1,145-45,549) mean that adolescents who had high energy intake may increase the risk of obesity 7,222 times after controlled variable breakfast habits, mother's nutritional status, father's nutritional status, maternal age, birth weight, pocket money, education nutrition, father education. It is expected that adolescents more concerned about nutritional intake toavoid health problems.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2017
T47802
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Pramesthi Widya Hapsari
"Perilaku makan berisiko pada remaja dapat menghambat remaja memperoleh asupan gizi yang seimbang. Salah satu cara yang efektif dalam merubah perilaku tersebut adalah menggunakan pendekatan pendidikan gizi berbasis sekolah. Namun, sebagian besar penelitian tentang pendidikan gizi berbasis sekolah masih kurang mengeksplorasi tentang persepsi siswa dalam implementasinya. Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk mengeksplorasi implemetasi pendidikan gizi berbasis kesehatan dari pandangan siswa. Pada penelitian ini 15 FGD Focus Group Discussion digunakan sebagai data utama yang dilengkapi oleh 27 wawancara mendalam kepada pihak sekolah dan beberapa narasumber sebagai triangulasi. Penelitian ini menemukan adanya kesenjangan antara keinginan siswa dengan kemampuan guru dalam metode pengajaran. Selain itu pendapat siswa terkait metode pendidikan gizi menunjukkan pentingnya menerapkan berbagai macam metode dalam menjadikan pendidikan sebagai cara yang efektif dalam perubahan perilaku remaja. Kesimpulannya, implementasi pendidikan gizi dapat didukung dengan memfasilitasi guru dengan rencana belajar yang tidak hanya berisi informasi gizi namun juga berisi berbagai macam metode pengajaran. Selain itu, mengintegrasikan pendidikan gizi melalui berbagai macam pendekatan yang lebih aplikatif sebagai contoh melalui kantin.

Several risky dietary behavior in adolescents can alter adolescents for accepting adequate food intake. The most suitable way to change the behavior is by using school based nutrition education. However, many studies in school based nutrition education were still lacking on the exploration of students rsquo perception on the implementation. This study aimed to explore the implementation of the school based nutrition education integrated into the school curriculum and its challenges through students, teachers, school principal and resource person. Fifteen focus group discussions with the students mainly used and 27 in depth interviews with the school teachers and other key informants as part of the triangulation. Result of the study showed showed the gap between what students want and teacher rsquo s ability in developing various learning method. Students preferences in nutrition education approach showed the importance of multiple strategies to make nutrition education as an effective way in behavior change of adolescence not only dissemination of nutrition information. In conclusion, implementation of nutrition education could be supported by facilitating teachers with a lesson plan that does not only provide nutrition knowledge but also provide various teaching methods. Furthermore, integrating nutrition education through multiple approaches that is more applicable, canteen for example.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2017
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3   >>