Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 71 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Wahyuni Megantari
"ABSTRAK
Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat sejak berdirinya hingga sekarang telah diperintah oleh sepuluh orang Sultan. Masa pemerintahan yang panjang, yaitu masa pemerintahan Sultan Hamengku Buwono I hingga yang ke-XI sekarang ini, menyebabkan pula banyak terdapatnya permukiman, khususnya permukiman kaum bangsawan.
Rumah-rumah para bangsawan (pangeran) terletak menyebar, yaitu baik didalam beteng (jerobeteng) maupun diluar beteng. Penempatan rumah-rumah pangeran tersebut tidak menunjukkan akan adanya faktor keturunan yang melekat pada diri seorang pangeran. Hal ini dapat dibuktikan oleh rumah (dalem) G.B.P.H Djojokusuman yang menjadi objek penelitian. Walaupun G.B.P.H Djojokusumo itu adalah putra dari seorang selir, tetapi rumahnya berada dekat dengan keraton.
Pemilihan objek penelitian tersebut didasarkan atas kekhasan yang dimiliki oleh rumah (dalem) tersebut, yaitu terdapatnya tiga buah regal, terdapatnya kuncung, terda_patnya kleco serta terdapatnya pintu butulan yang berada di bagian belakang rumah. Penelitian yang dilakukan adalah dengan melalui studi banding (komparasi) dengan rumah-rumah pangeran lainnya, khususnya adalah mengenai penataan ruangnya.
Pada tahap analisis diketahui bahwa antara rumah_-rumah pangeran tersebut mempunyai beberapa persamaan dan perbedaan. Persamaannya adalah terletak pada penataan ruang, dimana tiap-tiap rumah umumnya mempunyai ruangan inti. Sedangkan perbedaannya adalah terletak pada jumlah ruang keseluruhan (diluar ruangan inti) dalam rumah.
Adanya persamaan dan perbedaan tersebut tentunya dipengaruhi oleh berbagai faktor. Faktor yang menyebabkan adanya persamaan adalah karena adanya faktor tradisi dalam membuat ruangan dalam rumah (ruangan inti) yang selalu diterapkan pada rumah-rumah tradisional jawa, terlepas dari apakah itu rumah milik bangsawan atau milik masyarakat biasa. Faktor-faktor yang membedakannya adalah karena faktor luas tanah yang tersedia, faktor kebutuhan dan pedoman."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 1995
S12806
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Viko Esa Bintang Alfarrel
"Penelitian ini mengkaji dinamika sosial dan ekonomi di Pabrik Gula Kalibagor, Banyumas, dengan menerapkan perspektif arkeologi industri dan teori Marxisme. Mulai diterapkannya sistem tanam paksa oleh Pemerintah Hindia Belanda pada tahun 1836 telah mengubah struktur ekonomi dan sosial di Jawa, khususnya dengan pendirian pabrik gula yang berbasis pada eksploitasi tenaga kerja lokal. Penelitian ini bertujuan untuk mengungkap bagaimana infrastruktur industri tebu dan pabrik gula berkontribusi terhadap pertumbuhan ekonomi regional sekaligus menciptakan ketimpangan sosial antara kaum borjuis Eropa dan kaum proletar lokal. Melalui analisis artefak, dokumentasi historis, dan sisa-sisa material industri, penelitian ini menyelidiki bagaimana relasi antara majikan dan buruh di pabrik mencerminkan kondisi sosial yang lebih luas dan bagaimana prasarana produksi gula serta dokumentasi terkait pekerja mencerminkan dinamika ekonomi dan sosial masa itu. Hasil penelitian ini diharapkan tidak hanya memberikan wawasan baru mengenai sejarah industri gula di Banyumas tetapi juga menyoroti pentingnya teknologi dan produksi material sebagai pendorong perubahan sosial dalam masyarakat.

This study examines the social and economic dynamics at the Kalibagor Sugar Factory in Banyumas by applying industrial archaeology perspectives and Marxist theory. The implementation of the forced cultivation system by the Dutch East Indies Government in 1836 significantly altered the economic and social structure in Java, particularly through the establishment of sugar factories based on the exploitation of local labor. This research aims to uncover how the infrastructure of the sugarcane industry and sugar factories contributed to regional economic growth while also creating social disparities between the European bourgeois and the local proletarians. Through the analysis of artifacts, historical documentation, and remnants of industrial materials, this study investigates how the relationship between employers and workers at the factory reflects broader social conditions and how the infrastructure of sugar production and related worker documentation reflect the economic and social dynamics of the time. The results of this research are expected to not only provide new insights into the history of the sugar industry in Banyumas but also highlight the importance of technology and material production as drivers of social change in society."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2024
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Almy Birama Jufaransyah
"Masjid merupakan sebuah tinggalan arkeologis yang dapat menjelaskan bagaimana agama Islam berkembang di suatu daerah. Agama Islam yang berkembang di pulau Jawa merupakan wujud akulturasi dari penyesuaian terhadap agama dan kebudayaan sebelumnya. Penyesuaian kebudayaan yang dihasilkan dari sebuah proses akulturasi tersebut terlihat dari adanya beberapa komponen masjid yang menunjukkan corak-corak kebudayaan yang berbeda. Pada bagian atap masjid terdapat gaya Tionghoa yaitu atap Tsuan Tsien, pada bagian ruang inti masjid terdapat banyak unsur kebudayaan Jawa, dan pada bagian mihrab dan ragam hias terdapat unsur Timur Tengah. Berdasarkan hasil analisis mengenai dua aspek yaitu arkeologi dan akulturasi, dapat disimpulkan bahwa Masjid Jami Lasem merupakan wujud dari sebuah masjid yang merangkul semua golongan masyarakat, dan merupakan wujud dari cerminan masyarakat multikultural.

The mosque is an archaeological heritage that can explain how Islam developed in this area. The Islamic religion that flourished on the island of Java was a form of acculturation from adaptation to previous religions and cultures. The result of  an acculturation process is proven from the existence of several components of the mosque that show different cultural elements. On the roof of the mosque there is a Chinese elements called the roof of Tsuan Tsien, in the center space of the mosque there are many elements of Javanese culture, and in the mihrab and ornaments of the mosque there are elements of the Middle East culture. Based on the analysis of two aspects of archeology and acculturation, it can be concluded that Jami Lasem Mosque is a form of a mosque that embraces all community groups, and is a manifestation of the reflection of multicultural society."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ratih Baiduri
"Masjid Raya Al Ma'shun Medan merupakan salah satu peninggalan dari Kesultanan Deli yang terdapat di kota Medan dan belum pernah diteliti secara khusus. Penelitian yang dilakukan sebelumnya hanya membahas secara singkat dan tidak mendalam. Masjid ini pernah disebutkan oleh peneliti Belanda bernama Van Ronkel dalam majalah NION (1916-1934) yang mengatakan bahwa Medan (Kota Raja) terkenal dengan kekayaannya dan keindahan masjidnya. la juga menyebutkan bahwa masjid ini dibangun di tanah kerajaan atas perintah pemerintahannya (Sultan). Masjid ini didirikan pada tahun 1906 M yaitu pada masa pemerintahan Sultan Ma'mun Al-Rasyid Perkasa Alamsyah dengan bantuan seorang arsitek berasal dari tentara KNIL yang bernama TH. Van Erp. Penelitian terhadap Masjid Raya Al Ma'shun Medan bertujuan untuk memaparkan bentuk arsitektur dan ragam hias arsitektural maupun ornamental yang terdapat pada masjid, mengidentifikasi komponen-komponen asing yang ada pada masjid dan komponen-komponen yang mendominasi rnasjid dengan tujuan untuk mengetahui sejauhmana kehadiran komponen-komponen asing tersebut diterapkan pada masjid. Berdasarkan tujuan penelitian tersebut, maka tinjauan yang dilakukan adalah tinjauan arsitektural dan ornamental. Untuk mencapai tujuan penelitian ini dilakukan metode yang dilaksanakan secara bertahap. Tahap pertama yaitu pengumpulan data dilakukan studi kepustakaan dan studi lapangan. Tahap selanjutnya adalah pengolahan data (analisis) dilakukan kiassifikasi, tabulasi dan perbandingan dengan komponen-komponen arsitektural dan ornamental yang mempunyai persamaan dengan komponen-komponen yang terdapat pada masjid. Tahap akhir dan penelitian ini (penafsiran data) dilakukan dengan menggunakan data analogi sejarah. Sumber sejarah yang digunakan berupa sumber-_sumber sejarah yang memberikan gambaran mengenai Kesultanan Deli, data-data mengenai perkembangan arsitektur (kesenian) Islam dan arsitektur Eropa. Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, maka diperoleh beberapa kesimpulan. Komponen-komponen budaya yang mendominasi arsitektur dan ragam hias Masjid Raya Al Ma'shun Medan pada umumnya berasal dari Arsitektur Islam khususnya Mesir (periode Mamluk yang berlanjut sedikit pada periode Ottoman); Spanyol (Andalusia) dan Maghribi; India (periode Mughal Architecture); serta Arab (Timur Tengah) sedangkan komponen-komponen yang berasal dari Eropa (Kolonial) merupakan komponen pelengkap. Komponen-komponen budaya yang mendominasi masjid merupakan komponen-komponen yang pada umumnya berasal dari arsitektur Islam yaitu arsitektur yang berkembang pada masa puncak kejayaan kerajaan-kerajaan

"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 1996
S11898
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fabiola Febrinastri
"
ABSTRAK
Penelitian ini membahas tentang hiasan latar belakang relief cerita Arjunawiwaha di candi Jago, Kedaton dan Surawana. Deretan relief cerita pada bangunan suci yang disebut sebagai ragam hias naratif selain menampilkan tokoh-tokoh utama juga bentuk-bentuk lain yang berupa flora, fauna atau bentuk-bentuk dan elemen-elemen lain. Para seniman pahat sangat mungkin menyertakan hiasan latar belakang ini karena mempunyai fungsi atau menyiratkan simbol tertentu.
Data utama dalam penelitian ini adalah relief cerita Arjunawiwaha yang lengkap penceritaanya, yaitu di candi Jago, Kedaton, Surawana. Selain itu disertakan pula terjemahan kakawin Arjunawiwaha versi I. Kuntara Wiryamartana.
Selanjutnya agar penelitian ini memperlihatkan adanya berbagai variasi dan variasi penggambaran hiasan latar belakang di ketiga bangunan tersebut. Perbedaan-perbedaan ini terjadi walaupun dalam adegan-adegan yang sama. Hal ini berarti kreativitas seniman ikut berperan. Setiap bentuk hiasan latar belakang mempunyai fungsi masing-masing dalam memperjelas adegan yang tengah berlangsung. Hal ini terutama dapat dilihat lewat komponen pelengkap adegan yang variatif. Ada beberapa bentuk komponen pelengkap adegan yang hanya ditampilkan dalam adegan-adegan tertentu. Demikian pula dengan bentuk-bentuk elemen lainnya yang disebut ragam hias adegan. Bentuk ini mempunyai fungsi yaitu sebagai simbol adanya kekuatan gaib dan keberadaan roh nenek moyang.
"
1998
S11826
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mariani Rachmiati
"Obyek penelitian yang dibahas dalam skripsi ini adalah nisan-nisan kuno dari kompleks pemakaman Troloyo. Kompleks pemakaman Troloyo terletak di desa Sentonorejo, kecamatan Trowulan, Kabupaten Mojokerto, Propinsi Jawa Timur. Dipilihnya nisan-nisan kuno yang terdapat di Troloyo sebagai obyek penelitian karena nisan merupakan artefak bertanggal mutlak karena memuat angka tahun. Disamping dapat memberikan gambaran mengenai keberadaan Islam di kerajaan Majapahit. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui dan mengenali jenis-jenis nisan yang terdapat di kompleks pemakaman Troloyo serta berusaha untuk menjelaskan hubungan antara nisan-nisan dengan keberadaan Islam di kerajaan Majapahit. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian adalah analisis khusus dengan mengamati bentuk, ukuran dan hiasan. Berdasarkan bentuk dan hiasan nisan dipilah lagi dengan melakukan klasifikasi taksonomi sehingga dapat diperoleh tipe-tipe nisan. Hasil yang dicapai dari penelitian terhadap nisan-nisan diketahui terdapat dua tipe nisan, yaitu : (a) Tipe A, nisan dengan bentuk sudut membulat pada bagian peralihan antara badan dan puncak nisan, dan (b) Tipe B, nisan mempunyai bentuk sudut yang lancip pada bagian peralihan antara badan dan puncak nisan. Bentuk nisan serta hiasan yang terdapat pada nisan-nisan Troloyo memperlihatkan masih terpengaruh oleh unsur-unsur dari masa Hindu-Buddha. Dari sumber-sumber tertulis diketahui kerajaan Majapahit mengadakan hubungan perdagangan dengan negara_negara asing. Adanya hubungan dagang dengan pedagang-pedagang asing dapat dibuktikan dari peninggalan arkeologis yang dijumpai di daerah Trowulan berupa mata uang logam Cina dan keramik-keramik asing. Diantara pedagang asing yang datang di. kerajaan Majapahit terdapat pedagang Muslim. Dari sumber tertulis diketahui bahwa pedagang Muslim sudah melakukan hubungan dagang dengan Indonesia sejak abad 7 M. Pedagang Muslim tersebut secara tidak langsung menyebarkan agama Islam karena sifat misi pada Islam menyebabkan setiap Muslim menjadi pendakwah. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa keberadaan Islam di kerajaan dikaitkan dengan kegiatan perdagangan yang dilakukan antara pedagang Muslim dan pedagang Majapahit."
Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 1988
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Prita Permatadinata
"

Masjid-masjid abad XIX di kabupaten Agam, Sumatra Barat, sebagai warisan budaya benda dapat memperlihatkan perpaduan antara adat Minangkabau dan agama Islam di wilayah Sumatra Barat, khususnya Kabupaten Agam. Masjid-masjid ini adalah Masjid Bingkudu, Masjid Kubang Putih, Masjid Pincuran Gadang, dan Masjid Siti Manggopoh. Dari berbagai unsur yang ada di masjid-masjid tersebut, ditarik makna untuk mendapat gambaran bagaimana adat dan agama di Sumatra Barat berpadu. Interpretasi akan makna yang dikandung masjid-masjid tersebut dilakukan menggunakan model semiotik Peirce tentang segitiga tanda. Dengan metode ini, setiap tanda yang terdapat pada bangunan masjid dibedah menjadi representamen, objek, dan interpretan, yang kemudian menggambarkan makna. Dengan menggabungkan makna dari setiap tanda, didapat kesimpulan bahwa meskipun adat dan agama ini adalah dua hal yang berbeda dan memiliki beberapa nilai yang cenderung bertentangan, tetapi adat Minangkabau dan agama Islam dapat berpadu secara harmonis di masyarakat muslim Minangkabau pada abad XIX.


Nineteenth-century mosques in Agam district, Sumatra Barat, are example of tangible heritage that can picture how Islam religion and Minangkabau custom blends in Sumatra Barat, especially in Agam district. These mosques are Masjid Bingkudu, Masjid Kubang Putih, Masjid Pincuran Gadang, and Masjid Siti Manggopoh. From various elements the mosques have, it can draw meanings to know how Minangkabau custom and Islam religion unite. The method to get the meanings is by Peirce’s semiotics with his sign triangle. With this method, each sign in the mosques splitted into representamen, object, and interpretant, in which can explain the meanings. By combined interpretations from all signs, eventhough Minangkabau custom and Islam religion is a two different thing and have some value that tend to contradict one anonther, in fact Minangkabau custom and Islam religion can harmonically cohered in Minangkabau muslim society.

"
2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tanty Wulandari Putri
"Batavia merupakan wilayah yang memiliki sejarah panjang pada masa kolonial. Bangunan di Batavia memiliki perpaduan gaya akibat dari datangnya berbagai bangsa. Terciptalah akulturasi antara gaya kolonial dengan gaya tradisional Indonesia yang disebut Arsitektur Indis. Koningsplein merupakan pemukiman elit kolonial yang juga didiami oleh residen dan penjabat tinggi pemerintah di Weltevreden. Balai Kota yang merupakan tempat tinggal serta kantor Residen, memiliki perpaduan gaya antara Eropa dan tradisional yang diadaptasi dari perkembangan gaya abad 19 M. Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa Balai Kota Jakarta memiliki gaya Indische Empire dengan mengadaptasi gaya Neoklasik Romawi dari Eropa, vernakular Jawa dan Betawi dari Indonesia.

Batavia is a region with extended history about colonialism in Colonial Period. Built in Batavia had blended because of the arrival of various nations. Those was created an acculturation between colonial style with Indonesian traditional style called Indische Architecture. Koningsplein was a colonial elite settlement that inhabited by the resident and government high officials in Weltevreden. City Hall was the living place and Resident office, have a blended style between European and traditional that adapted from the development of 19th Century’s style. Therefore, it can be deduced that Jakarta City Hall had Indische Empire style adapted from European Roman Neoclassic style, Javanese and Batavia vernacular style from Indonesia."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2013
S46179
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Jaka Perbawa
"Tesis ini membahas tentang identitas nasional Bangsa Indonesia yang tercermin di dalam museum situs bersejarah, yaitu Taman Proklamasi. Identitas yang dimaksudkan adalah identitas yang terbentuk pada saat Bangsa Indonesia lahir pada peristiwa Proklamasi Kemerdekaan 17 Agustus 1945. Tempat peristiwa tersebut terjadi kini menjadi Kawasan Taman Proklamasi dimana di kawasan tersebut terdapat Tugu Peringatan Satu Tahun Kemerdekaan, Tugu Petir, Gedung Perintis kemerdekaan dan Monumen Proklamator. Obyek-obyek tersebut saat ini tidak menampilkan identitas bagi Bangsa Indonesia karena tidak dapat menceritakan dan menyampaikan pesan yang terkandung di dalam peristiwa 17 Agustus 1945. Pesan yang menjadi identitas bagi Bangsa Indonesia pada awal kelahirannya serta masih relevan untuk kehidupan saat ini adalah semangat gotong royong. Semangat gotong royong inilah yang seharusnya disampaikan kepada masyarakat dan akan menjadi konsep dasar pengelolaan museum situs bersejarah di Taman Proklamasi.

This thesis discusses Indonesia's national identity is reflected in the museum's historic site, the Proclamation Park. Identity is the identity meant that formed during the Indonesian nation was born on Independence Day event August 17, 1945. Place the incident occurred is now a Proclamation Park area in the region where there is One Year of Independence Memorial, Monument Lightning, Pioneer Building and Monument Proclaimers independence. These objects are not currently display the identity of the Indonesian people not being able to tell and convey the message contained in the events of August 17, 1945. Message that identifies the nation of Indonesia at the beginning of its birth and is still relevant to today's life is a spirit of mutual cooperation. Mutual assistance that should be presented to the public and will be the basis of the concept of managing the historic sites museum in the Proclamation Park.
"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2013
T34908
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Eva Ismariati
"ABSTRAK

PLTU Mantung merupakan pembangkit listrik bertenagakan uap pertama diAsia Tenggara. PLTU ini dibangun oleh pemerintah kolonial Belanda untuk meningkatkan hasil dari kegiatan penambangan timah di Belinyu. Kehadiran PLTU Mantung membawa banyak perubahan signifikan, tidak hanya pembaharuan mesin-mesin penambangan yang menggunakan uap sebagai sumber energi tetapi juga turut berperan dalam perekrutan pekerja tambang secara besar-besaran. Kehadiran PLTU Mantung tidak hanya membawa perubahan dari segi pembaharuan teknologi penambangan timah akan tetapi kegiatan penambangan timah tersebut pada akhirnya membentuk suatu pola kehidupan sosial, yang jika dikaji dari sudut pandang Marxisme ialah, kehidupan sosial antara majikan dan buruh. Pembagian kelas sosial tersebut terlihat dari pola tata letak bangunan serta pembagian wilayah yang diperuntukan bagi majikan dan buruh. Kehidupan sosial majikan dan buruh diteliti berdasarkan tinggalan-tinggalan arkeologis yang merepresentasikan dua golongan tersebut.


ABSTRACT

Mantung steam power plant is the first steam-powered plant in Southeast Asia. Mantung steam power plant was built by the Dutch Colonial government to improve the results of tin mining activities in Belinyu. The presence of Steam Power Plant Mantung bring many significant changes, not only the renewal of mining machines that use steam as an energy source but also played a role in the recruitment of mine workers on a large scale . The presence of Steam Power Mantung not only bring changes in terms of technology renewal tin mining but the tin mining eventually form a pattern of social life, which if examined from the standpoint of Marxism is, social life between owners and workers. The division of social class is evident from the pattern of the layout of the building and zoning that is intended for owners and workers. Social life by owners and workers researched by archaeological remains representing two classes.

"
Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2014
S57156
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8   >>