Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 19 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Paulina Toding
"Malnutrisi sering pada karsinoma hepatoselular (KHS), diakibatkan oleh anoreksia, penurunan asupan serta keadaan katabolik. Serial kasus bertujuan memberikan terapi gizi guna proses penyembuhan dan memperbaiki kualitas hidup. Empat orang pasien berusia 42–67 tahun, dengan KHS, penurunan berat badan 14,3–29,6% selama dua bulan hingga satu tahun. Tiga orang pro reseksi dan satu orang mendapat terapi paliatif dengan kanker kaheksia. Pemberian nutrisi disesuaikan keadaan klinis. Kebutuhan kalori berdasarkan Harris-Benedict. Sebelum pembedahan kebutuhan kalori total tercapai Setelah pembedahan, toleransi asupan baik, nutrisi ditingkatkan bertahap. Saat pulang keadaan umum stabil, kapasitas fungsional membaik, luka operasi baik.

Malnutrition is common in hepatocellular carcinoma (HCC), caused by anorexia, decreased intake and catabolic state. The aim of this case series provide nutrition therapy to support the healing process and to improve quality of life. Patients were four people, age between 42–67 years, with HCC, weight loss 14,3–29,6 % for two months to one year. Three people with pro resection and one person had palliative therapy and cachexia cancer. Nutrition was given according to clinical state. Calorie requirement was based on Harris-Benedict. Total calorie needs was achieved prior to surgery, and good tolerance intake after surgery, nutrition enhanced gradually. Patients discharge from hospital with stable general condition, improved functional capacity, and good surgical wound healing.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2014
SP-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Stella Evangeline Bela
"Pendahuluan: Acute Kidney Injury (AKI) pasca SC yang disebabkan preeklampsia berat jarang terjadi namun merupakan komplikasi yang serius.
Hasil dan pembahasan: Kebutuhan energi pasien AKI diberikan sesuai kebutuhan diawali kebutuhan energi basal dengan komposisi rendah protein 0,8 g/kgBB/hari. Kebutuhan protein ditingkatkan saat terapi hemodialisa 1,2 g/kgBB/hari dan 1,5 g/kg BB/hari setelah kadar ureum dan kreatinin serum normal. Pasien oligouria dan anuria disertai peningkatan kadar ureum dan kreatinin menjalani terapi hemodialisa sewaktu guna memperbaiki fungsi ginjal.
Kesimpulan: Dukungan nutrisi adekuat dengan edukasi setiap hari. dapat mencegah pemakaian energi berlebihan dari protein yang memperburuk prognosis pasca perawatan dan meningkatkan kualitas hidup pasien.

Introduction: Acute Kidney Injury (AKI) post-SC caused severe preeclampsia is a rare but serious complication.
Results and discussion: Energy needs AKI patients are given accordingly begins with a composition of basal energy needs of low-protein 0.8 g/kg/day. Increased protein requirements when hemodialysis therapy of 1.2 g/kg/day and 1.5 g/kg/day after serum urea and creatinine levels normal. Patient with oliguria or anuria accompanied by increased levels of urea and creatinine during hemodialysis therapy to improve renal function.
Conclusion: Support adequate nutrition with education every day can prevent the excessive energy consumption of protein post-treatment worsens the prognosis and quality of life of patients.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2014
SP-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Monika Anastasia Kurniawan
"Pendahuluan: Disfagia salah satu gejala sisa stroke dapat memberikan komplikasi malnutrisi, dehidrasi dan pneumonia aspirasi. Oleh karena itu perlu dilakukan skrining disfagia untuk menentukan keamanan pemberian nutrisi secara per oral terutama saat weaning enteral nutrition (WEN). Dukungan nutrisi enteral diberikan sesuai kebutuhan nutrisi pasien dan mempertimbangkan beberapa hal seperti kesadaran, kemampuan menelan dan waktu akses enteral yang diperlukan pasien.
Presentasi kasus: Empat kasus stroke yang membutuhkan dukungan nutrisi enteral selama perawatan di RSUPNCM. Kasus pertama seorang wanita berusia 55 tahun, obesitas morbid, mengalami stroke hemoragik. Tiga kasus berikutnya dengan stroke iskemik dari dua orang wanita berusia 84 dan 65 tahun, serta seorang laki-laki berusia 57 tahun. Keempat kasus memiliki lesi stroke yang berbeda-beda. Skrining disfagia dilakukan sebelum WEN.
Kesimpulan: Efek disfagia tergantung lokasi lesi stroke, skrining disfagia diperlukan sebelum WEN, tidak semua kasus dapat dilakukan skrining disfagia. Dukungan nutrisi enteral diberikan sesuai kebutuhan individual pasien dan hanya 1 kasus yang dapat mencapai WEN memerlukan evaluasi asupan nutrisi per oral."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2014
SP-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Zairida Rafidah Noor
"ABSTRAK
Latar belakang: Cholangiocarcinoma adalah keganasan traktus bilier yang dapat menyebabkan gangguan metabolisme dan malnutrisi. Terapi kuratif adalah dengan pembedahan. Saat ini telah terdapat pedoman tata laksana nutrisi perioperatif pada slauran cerna tetapi belum terdapat rekomendasi spesifik terkait cholangiocarcinoma.
Presentasi kasus: Pasien dalam serial kasus ini terdiri dari empat pasien laki-laki berusia γ1?6β tahun dengan diagnosis cholangiocarcinoma ekstrahepatik dengan rencana bedah elektif. Maka tata laksana nutrisi yang dilakukan adalah dukungan nutrisi perioperatif. Pasien diberikan diet tinggi protein dan rendah lemak dengan nutrien spesifik berupa MCT dan BCAA. Pada kasus pertama dukungan nutrisi perioperatif mencakup pra dan pasca operasi, outcome operasi baik dan target nutrisi tercapai. Pada kasus kedua pasien mengalami komplikasi fistula pankreas dan tuberkulosis usus sehingga toleransi terhadap dukungan nutrisi pasca operasi berjalan lambat dan tidak mencapai target. Pada kasus ketiga pasien diberikan dukungan nutrisi pra operasi dan selama pemantauan didapatkan perbaikan kondisi klinis dan target nutrisi tercapai. Pasien kasus kedua dan ketiga diberikan suplementasi enzim pankreas yang meningkatkan toleransi asupan. Pada kasus keempat pasien mengalami perburukan kondisi klinis selama pemantauan yang berkaitan dengan beratnya penyakit dan berbagai komplikasi sehingga tata laksana nutrisi yang diberikan tidak optimal.
Kesimpulan: Tata laksana nutrisi perioperatif yang adekuat dapat memberikan outcome yang baik pada pasien cholangiocarcinoma. Pemberian nutrien spesifik berupa MCT dan BCAA, dan suplementasi enzim pankreas bermanfaat meningkatkan toleransi asupan pada pasien cholangiocarcinoma.

ABSTRACT
Background: Cholangiocarcinoma is biliary tract malignancy that may alter metabolism function and cause malnutrition. Curative therapy is abdominal surgery. Recommendations regarding perioperative nutrition in abdominal surgery has been established but there is no specific recommendations for cholangiocarcinoma yet.
Case presentation: Four male with range of age between γ1 to 6β years old are included in this case series. All cases were diagnosed with extrahepatic cholangiocarcinoma and bound to elective surgery therapy. Thus all patients were given perioperative nutrition support. All patient were given high protein and low diet with specific nutrients such as MCT and BCAA. The first patient received perioperative nutrition during pre and post operation phase, operation outcome was good, and nutrition target was achieved. The second patient experienced complications of pancreatic fistula and intestine tuberculosis, resulting in slow response to nutrition therapy. The third patient received nutrition therapy during pre operation phase with good response and nutrition target was achieved. The second and third patient were given pancreatic enzyme supplementation that improved nutrition tolerance. The fourth patient?s clinical condition worsen during monitoring due to nature of the severe disease and presence of complications hence nutrition therapy worked poorly.
Conclusion: Adequate perioperative nutrition support in cholangiocarcinoma improves outcome. Specific nutrients such as MCT and BCAA, and pancreatic enzyme supplementation improves nutrition tolerance and contribute to achieving nutrition target in cholangiocarcinoma patients.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2016
SP-PDF
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Melda Lieyuniati
"Studi serial kasus ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh tata laksana nutrisi perioperatif pada pasien kanker saluran cerna yang menjalani pembedahan elektif dalam menurunkan angka morbiditas dan lama rawat di rumah sakit. Tindakan pembedahan yang dilakukan pada pasien kanker saluran cerna yang sudah mengalami malnutrisi berkaitan dengan serangkaian reaksi inflamasi yang berpotensi memperberat kondisi malnutrisi yang pada akhirnya memperberat gangguan sistem imun. Studi kasus dilakukan terhadap empat pasien dewasa dengan malnutrisi yang direncanakan menjalani pembedahan elektif akibat kanker saluran cerna di divisi Bedah Digestif Departemen Bedah RSUPN dr. Cipto mangunkusumo. Dukungan nutrisi diberikan semenjak periode pra pembedahan sampai dengan periode pasca pembedahan. Penentuan kebutuhan dihitung dengan menggunakan rumus Harris Benedict. Protein diberikan sebesar 1,8?2 g/kgBB kecuali pada satu orang pasien diberikan sebesar 0,8 g/kgBB/hari karena adanya gagal ginjal kronis. Lemak diberikan sebesar 25% dan sisanya berupa karbohidrat. Mikronutrien yang diberikan berupa kapsul multivitamin-multimineral. Hasil studi ini mendapatkan bahwa bahwa pemberian dukungan nutrisi perioperatif yang optimal dapat mempertahankan fungsi fisiologis, berat badan dan kapasitas fungsional serta memberikan kontrol glikemik yang baik pada periode pra pembedahan dan memperbaiki berbagai parameter status nutrisi termasuk fungsi imun pasca pembedahan walaupun tidak didapatkan peningkatan berat badan.

This case series study aimed to investigate the effect of perioperative nutritional support in gastrointestinal cancer patients who underwent elective surgery in reducing morbidity and and length of hospitalization. Surgery which was performed in patients with gastric cancer who had experienced malnutrition associated with a series of inflammatory reactions that could potentially aggravate the condition of malnourished which in turn aggravate the immune system disorders. The case study was carried out on four adult patients suffer from malnutrition due to elective surgery for gastric cancer at the Surgical Division of The Department of Digestive Surgery RSUPN dr. Cipto Mangunkusumo. The nutritional support was gave since the preoperative to postoperative period. Determination of energy needs was calculated using the Harris benedict equation. Protein was given by 1.8 to 2 g/kg body weight/day except in one patient given at 0.8 g/kg body weight/day due to chronic renal failure. Fats were given by 25% and the rest were given as carbohydrate. Micronutrient was given in the form of multivitamin-multimineral capsule. The results of this study found that the provision of perioperative nutritional support could maintain optimal preoperative physiological function, body weight and functional capacity as well as provide good glycemic control and improve the nutritional status parameters including immune function after surgery althought there were not increased in body weight."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2012
SP-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Rita Ratnasari
"Kanker kepala dan leher KKL merupakan penyakit yang berhubungan dengan malnutrisi Massa tumor perubahan metabolik dan efek samping terapi dapat menyebabkan berkurangnya asupan sehingga pasien jatuh pada kondisi malnutrisi Efek samping radiasi dapat berupa mual muntah mukositis xerostomia dan disfagia Tatalaksana nutrisi pada pasien KKL yang menjalani radioterapi bertujuan untuk meningkatkan mempertahankan status gizi mencegah terputusnya terapi meningkatkan kualitas hidup pasien dan meningkatkan angka harapan hidup Tatalaksana nutrisi meliputi pemenuhan kebutuhan makronutrien mikronutrien nutrien spesifik disertai konseling dan edukasi Serial kasus ini membahas tatalaksana nutrisi pada empat kasus KKL stadium IV yang menjalani radioterapi Keempat pasien menjalani skrining metoda malnutrition screening tool MST dengan nilai ge 2 kemudian mendapatkan tatalaksana nutrisi yang sesuai dengan kondisi pasien Kebutuhan basal masing masing pasien dihitung menggunakan rumus Harris Benedict dan kebutuhan total dihitung dengan cara mengalikan kebutuhan basal dengan faktor stres yang sesuai dengan kondisi klinik pasien Kebutuhan protein 1 5 2 5 g kgBB hari dan lemak sebesar 25 30 kebutuhan total sesuai kondisi pasien Pemantauan yang dilakukan mencakup keluhan subjektif klinis dan tanda vital gejala efek samping antropometri dan kapasitas fungsional Berdasarkan hasil pemantauan pada keempat pasien tatalaksana nutrisi yang diberikan dapat meningkatkan jumlah asupan dan meningkatkan berat badan pada pasien 1 2 dan 3 sedangkan pada pasien 4 dapat meminimalkan penurunan berat badan Tatalaksana nutrisi pada keempat pasien juga dapat meningkatkan kapasitas fungsional dan menunjang kelangsungan terapi Sebagai kesimplan tatalaksana nutrisi pada pasien KKL stadium IV yang menjalani radioterapi bersifat individual disesuaikan dengan kondisi metabolik dan efek samping terapi disertai dengan konseling dan edukasi untuk pasien dan keluarga Tatalaksana nutrisi yang baik dapat menunjang kelangsungan terapi pasien sehingga membantu memperpanjang angka harapan hidup pasien

Head and neck cancer HNC is a malnutrition related disease Tumor mass metabolic alterations and radiation side effects like nausea vomiting mucositis xerostomia and dysphagia can decrease nutrition intake and leads to malnutrition The aim of nutritional management on HNC patients undergoing radiotherapy is to improve and maintain nutritional status prevent therapy interruption improve and increase patient's quality of life and life expectancy The nutritional management contains of macronutrient micronutrient and nutrition specific along with counceling and education This case series discusses the nutritional management in four cases of stage IV HNC undergoing radiotherapy The patients were screened by malnutrition screening tool MST with score ge 2 then given the provision nutritional management Patients'needs were calculated using the Harris Benedict formula by multiplying basal energy requirement with stress factor according to the patient's condition Protein need were 1 5 2 5 g kgBW and fat 25 30 of total energy requirement matched with metabolic conditions Monitoring includes subjective complaints clinical and vital signs symptoms of treatment's side effects antropometry and functional capacity Based on the monitoring results nutritional management of these four patients could increase dietary intake promote weight loss in patients 1 2 and 3 and minimize weight loss in patient 4 The treatment also could improve the patients'functional capacity and support continuation of radiotherapy Nutritional management of stage IV HNC patients undergoing radiotherapy is individualized tailored to the metabolic conditions and treatment's side effects along with counseling and education to patients and families With an adequate nutritional management it can support the continuity of therapy thus improving the patients'life expectancy"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2013
SP-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Hetty Christine
"Latar Belakang: Penuaan merupakan proses fisiologis yang terjadi pada semua organ tubuh. Usia lanjut dan sejumlah komorbid yang terjadi seperti hipertensi, penyakit jantung koroner, diabetes melitus, penyakit paru obstruktif kronik dan penyakit ginjal kronik, merupakan faktor risiko mayor gagal jantung kongestif. Pasien usia lanjut dengan gagal jantung kongestif berisiko tinggi readmisi rumah sakit, malnutrisi, defisiensi mikronutrien, dehidrasi atau kelebihan cairan, dan mengalami penurunan ambang rasa. Pada tata laksana gagal jantung kongestif, penting untuk membatasi asupan natrium dan cairan yang dapat menyebabkan penurunan asupan nutrisi, sehingga terapi nutrisi diperlukan sejak awal perawatan.
Metode: Laporan serial kasus ini memaparkan empat kasus pasien usia lanjut dengan gagal jantung kongestif, berusia 65-78 tahun dengan minimal satu penyakit komorbid yaitu hipertensi, penyakit jantung koroner, penyakit ginjal kronik, penyakit paru obstruktif kronik, dan diabetes melitus. Semua pasien memerlukan dukungan nutrisi. Dua pasien mengalami malnutrisi, satu pasien berat badan lebih dan satu pasien obes I. Masalah nutrisi yang didapatkan antara lain asupan makronutrien dan mikronutrien tidak adekuat dan komposisi nutrisi tidak seimbang selama sakit dan 24 jam terakhir, gangguan elektrolit, hiperurisemia, hiperglikemia, peningkatan kadar kolesterol LDL dan gangguan keseimbangan cairan. Terapi nutrisi gagal jantung kongestif diberikan pada semua pasien disesuaikan dengan penyakit komorbid masing-masing. Suplementasi mikronutrien dan nutrien spesifik diberikan pada keempat pasien. Pemantauan meliputi keluhan subyektif, hemodinamik, tanda dan gejala klinis, analisis dan toleransi asupan, pemeriksaan laboratorium, antropometri, keseimbangan cairan, dan kapasitas fungsional.
Hasil: Keempat pasien menunjukkan peningkatan asupan nutrisi, perbaikan klinis berupa penurunan tekanan darah dan frekuensi nadi, serta peningkatan kapasitas fungsional.
Kesimpulan: Terapi nutriso yang adekuat dapat memperbaiki kondisi klinis pasien usia lanjut dengan gagal jantung kongestif dan berbagai penyakit komorbid.

Background: Aging is a physiological process, which is occurs in all organs. Elderly people and various comorbidities, such as hypertension, coronary artery disease, diabetes mellitus, chronic obtructive pulmonary disease and chronic kidney disease, are major risk factors of congestive heart failure. Elderly patients with congestive heart failure are at high risk of hospital readmission, malnutrition, micronutrients deficiency, dehydration or fluid overload and decreased sense of taste. In the congestive heart failure therapy, fluid and sodium intake restriction is important, however it may result in decreased nutrition intake so that is necessary to provide early adequate nutrition therapy.
Method: This serial case report describes four cases of congestive heart failure with various comorbidities in the elderly patients, aged 65-78 years old, with at least one comorbid, such as hypertension, coronary artery disease, chronic kidney disease, chronic obstructive pulmonary disease, and diabetes mellitus. All patients required nutrition support. Two patients classified as malnutrition, one overweight and one obese I. Nutrition problems in this serial case report are macromicronutrients intake, and nutrition composition imbalance during ill and 24 hours before hospitalized, electrolyte imbalance, hyperuricemia, hyperglycemia, elevated LDL cholesterol levels, and fluid imbalance. Nutrition therapy for congestive heart failure was given to all patients, and adjusted to the comorbidities in each patient. Micronutrients and specific nutrients supplementation were given to all patients. Monitoring include subjective complaints, hemodynamic, clinical signs and symptoms, analysis and tolerance of food intake, laboratory results, anthropometric, fluid balance, and functional capacity.
Result: During monitoring in the hospital, all patients showed improved food intake, clinical outcomes, such as decreased of blood pressure, heart rate and increased of fungcional capacity.
Conclusion: Adequate nutrition therapy an important role in improving clinical conditions in the elderly patients with congestive heart failure and various comorbidities.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2016
SP-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Nani Utami Dewi
"Latar Belakang: Stroke iskemia merupakan disfungsi neurologik area tertentu atau menyeluruh akibat gangguan aliran darah ke otak yang dapat menyebabkan kerusakan jaringan. Berbagai faktor risiko yang tidak dapat dimodifikasi dan dapat dimodifikasi seperti usia, jenis kelamin, riwayat keluarga, hipertensi, diabetes melitus, obesitas berperan menyebabkan pembentukan aterosklerosis, iskemia serebral selanjutnya menyebabkan stroke iskemia. Stroke iskemia dan sejumlah penyulit akan menimbulkan defisit neurologi yang menyebabkan malnutrisi, dehidrasi, keluaran yang buruk dan kualitas hidup menurun. Terapi medik gizi klinis berperan memberi nutrisi optimal, membatasai natrium, mengontrol glukosa darah dan memperhatikan volume cairan yang diberikan sehingga status nutrisi tetap terjaga, memperbaiki keluaran, dan mencegah rekurensi.
Metode: Serial kasus ini memaparkan empat kasus stroke iskemia pada pasien perempuan dan laki-laki dengan rentang usia 53 ndash;66 tahun, dengan penyulit seperti disfagia, perdarahan GIT dan pneumonia, disertai komorbiditas yaitu DM tipe 2, hipertensi, dan chronic kidney disease,. Keempat pasien membutuhkan dukungan nutrisi akibat komplikasi stroke iskemia yaitu disfagia dengan risiko terjadinya malnutrisi, dehidrasi dan ketidakseimbangan elektrolit. Satu pasien dengan berat badan normal, 1 pasien BB lebih, dan 2 pasien obes I. Masalah nutrisi yang dihadapi keempat pasien ini adalah asupan makro dan mikronutrien yang tidak optimal, jalur pemberian nutrisi, kebutuhan nutrisi yang tidak terpenuhi selama sakit, anemia, hiperglikemia, dislipidemia, gangguan fungsi ginjal dan keseimbangan cairan. Terapi medik gizi klinik diberikan sesuai rekomendasi stroke iskemia dan disesuaikan dengan komorbidnya. Pemantauan pasien meliputi keadaan umum, hemodinamik, analisis dan toleransi asupan, monitoring terhadap kadar glukosa darah, fungsi ginjal, keseimbangan cairan, elektrolit dan kapasitas fungsional.
Hasil :Ketiga pasien pada serial kasus menunjukkan perbaikan klinis, berupa tekanan darah terkontrol, kadar glukosa darah terkontrol, dan kapasitas fungsional yang membaik. Satu pasien meninggal pada hari perawatan ke-35 akibat sepsis.
Kesimpulan:Terapi medik gizi klinik yang optimal dapat memperbaiki kondisi klinis pada pasien stroke iskemia dengan DM tipe 2 dan penyulitnya.

Background: Ischemic stroke is a partial or comprehensive neurological disfunction caused by cerebral blood flow disturbance as basis of tissue damages. A diversity of non modified and modified risk factors such as age, sex, family history, hypertension, diabetes mellitus, and obesity act as underlying causes to atherosclerosis, ischemia cerebral, that lead to ischemic stroke. Ischemic stroke with accompanying comorbidity will inflict neurological deficit causing malnutrition, dehydration, bad outcome and the diminution quality of life. The role of nutritional medical therapy is pivotal for optimal nutritional support, sodium intake restriction, and glycemic control with the goal to maintain nutrition status, improve outcome and prevent recurrence.
Methods: The case series describes four ischemic stroke cases with complications such as dysphagia, gastrointestinal bleeding, and pneumonia, and aggravated by DM type II, hypertension, and chronic kidney disease comorbidity, in males and females aged 53 ndash 66 years old. Due to risk of malnutrition, dehydration and electrolyte imbalance caused by dysphagia, nutrition support was required by all patients to treat this ischemic stroke complication. One patient was normoweight, while three other cases included one overweight and two obese I patients. The nutritional problems faced by these four patients laid on the non optimal macro and micro nutrient intake, route of nutrient intake, nutrition composition imbalance during ill period, anaemia, hyperglycaemia, dyslipidemia, decrease of renal function, and fluid imbalance. Nutritional medical therapy was given according to recommendations for ischemic stroke and adjusted with its comorbidity. Patients rsquo monitoring was done including their general condition, hemodynamic, intake analysis and tolerance, monitoring in blood glucose, kidney function, fluid balance, electrolyte and functional capacity.
Result: Three patients in the case series showed positive changes in clinical conditions, shown by improvement in blood pressure, blood glucose, and functional capacity. One patient died on the 35th treatment day due of sepsis.
Conclusion: Optimal nutritional medical therapy plays important role in improving clinical conditions of ischemic stroke patient with DM type 2 and other complications.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2017
SP-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Lumban Tobing, Christin Santun Sriati
"Latar Belakang: Penyakit keganasan urogenital merupakan spektrum penyakit yang luas, dengan penatalaksanaan mulai dari observasi dan pemantauan ketat hingga pembedahan ekstirpatif mayor. Risiko malnutrisi praoperatif akibat kanker dan pascaoperatif akibat stres pembedahan akan meningkatkan risiko morbiditas dan mortalitas. Terapi nutrisi perioperatif yang adekuat bertujuan untuk menunjang perbaikan klinis dan status nutrisi, mendukung proses pemulihan, menurunkan risiko komplikasi pascaoperasi, serta menurunkan lama rawat di rumah sakit.
Metode: Laporan serial kasus ini menyajikan empat kasus kanker urogenital, terdiri dari dua kasus kanker buli, satu kasus kanker ginjal, dan satu kasus kanker penis. Tiga kasus termasuk kaheksia kanker, dan satu kasus termasuk pra-kaheksia. Seluruh pasien menjalani pembedahan urologi mayor dengan anestesi umum dan epidural. Terapi nutrisi perioperatif yang diberikan antara lain carbohydrate loading, nutrisi enteral dini pascaoperasi, serta pemberian nutrisi secara bertahap berdasarkan kondisi klinis. Dilakukan pemantauan yang meliputi keluhan klinis, antropometri, pemeriksaan fisik, hasil laboratorium, dan analisis asupan.
Hasil: Dua pasien mengalami ileus paralitik pascaoperasi dengan satu pasien di antaranya membutuhkan nutrisi parenteral total, dan dapat teratasi dalam 7 hari pascaoperasi. Satu pasien mengalami hiperglikemia reaktif dan diberikan terapi insulin, dapat teratasi dalam 7 hari pascaoperasi. Satu pasien mengalami perlambatan penyembuhan luka dan memiliki masa rawat pascaoperasi paling lama. Pasien yang mengalami ileus paralitik membutuhkan waktu lebih lama untuk mencapai target kalori 80 , namun seluruh pasien telah dapat mencapai target tersebut dalam 7 hari pascaoperasi. Lama perawatan pascaoperasi bervariasi, sekitar 10-27 hari.
Kesimpulan: Terapi nutrisi perioperatif yang diberikan pada keempat pasien menunjang perbaikan klinis dan status nutrisi, mendukung proses pemulihan, menurunkan risiko komplikasi pascaoperasi, serta menurunkan lama rawat di rumah sakit.

Background: Genitourinary malignancy represents a broad spectrum of disease, with treatments ranging from watchful waiting to major extirpative surgery. The risk of preoperative malnutrition due to cancer and postoperatively due to surgical stress will increase the risk of morbidity and mortality. An adequate perioperative nutrition therapy aims to support clinical and nutritional status improvement, hasten the recovery process, reduce the risk of postoperative complications, and decrease the length of hospital stay.
Method This case series report presents four cases of genitourinary cancers, consist of two cases of bladder cancer, one case of kidney cancer, and one case of penile cancer. Three cases are classified into cancer cachexia, and one case of pre cachexia. All patients had undergone major urological surgery under general and epidural anesthesia. Perioperative nutrition therapy provides carbohydrate loading, postoperative early enteral nutrition, as well as gradual nutrition based on clinical conditions. The monitoring given included clinical complaints, anthropometric measurement, physical examination, laboratory test results, and intake analysis.
Result Two patients had postoperative paralytic ileus with one patient requires total parenteral nutrition, and resolved within 7 days after surgery. One patient had reactive hyperglycemia and treated with insulin therapy, resolved in 7 days postoperative. One patient experienced impaired wound healing and had the longest postoperative care period. Patients with paralytic ileus may take more days to achieve 80 calorie target, yet all patients have been able to achieve the target in 7 days postoperative. The length of hospital stay after surgery was varied between 10 to 27 days.
Conclusion Perioperative nutrition therapy given to four patients in this case series leads to the clinical and nutritional status improvement, supports the recovery process, decreases the risk of postoperative complications, and shortens the hospital stays.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2017
SP-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Felicia Deasy Irwanto
"Latar Belakang: Kolestasis adalah hambatan atau supresi sekresi empedu. Kolelitiasis dan obstruksi bilier akibat keganasan merupakan kasus kolestasis yang sering ditemui. Kolestasis dapat menyebabkan gangguan nutrisi dan berbagai komplikasi. Selain pembedahan, terapi nutrisi adalah pendekatan tata laksana pada pasien kolestasis untuk mempertahankan status nutrisi dan kapasitas fungsional.
Kasus: Pasien dalam serial kasus ini terdiri atas tiga pasien laki-laki dan satu perempuan, berusia 36-55 tahun dengan diagnosis kolestasis akibat keganasan dan postcholecystectomy syndrome (PCS) dengan riwayat kolelitiasis. Satu pasien dengan keganasan dan dua pasien dengan PCS menjalani operasi bypass biliodigestif dan rekonstruksi, sedangkan satu pasien menjalani perbaikan kondisi klinis sebelum pembedahan. Terapi nutrisi yang diberikan meliputi diet tinggi protein dan rendah lemak dengan nutrien spesifik berupa MCT dan BCAA. Pada kasus pertama terapi nutrisi diberikan pascabedah. Selama perawatan ada kecurigaan leakage anastomosis, tetapi keluaran klinis membaik. Pasien kedua mendapat terapi nutrisi prabedah dan mengalami perbaikan kondisi klinis. Kedua pasien tidak mencapai target nutrisi walaupun toleransi makanan cair baik. Kasus ketiga dan keempat mendapat terapi nutrisi pra dan pascabedah dan pada akhir masa pemantauan, dapat mempertahankan status nutrisi. Pada keempat pasien, kapasitas fungsional dapat dipertahankan, bahkan mengalami perbaikan.
Kesimpulan: Terapi nutrisi yang optimal dapat memberikan keluaran klinis yang baik pada pasien kolestasis. Pemberian nutrien spesifik berupa MCT dan BCAA diperlukan untuk meningkatkan toleransi asupan, mempertahankan status nutrisi, dan memperbaiki kapasitas fungsional pasien kolestasis.

Background: Cholestatis is obstruction or suppression of bile secretion. Cholestasis may cause nutritional disturbance and other complication. Besides surgery, nutritional therapy is needed in cholestasis patient for maintaining nutritional status and functional capacity.
Cases: Four cases (three male and one female) of cholestasis with range of age between 36-55 years old are included in this case series. They were diagnosed with cholestasis because of cancer and post-cholecystectomy syndrome (PCS) with cholelithiasis history. One patient with cancer and two patients with PCS had the biliodigestive bypass surgery and reconstruction, while one patient was restoring her clinical condition before surgery. All patients were given high protein and low fat diet, with specific nutrient such as MCT and BCAA. The first patient received nutrition therapy during postoperative phase. During monitoring, he was suspected with leakage anastomosis, but in the end the outcome was good. Second patient got nutritional therapy in preoperative phase and got better clinical condition. Both patients couldnt reach the nutritional target although their tolerance of ONS was good. The third and the fourth patient got nutritional therapy in pre and postoperative phase and had maintained their nutritional status. In all patients, the functional capacity could be maintained and improved.
Conclusion: Optimal nutritional therapy is needed in cholestasis patients to get better clinical outcomes. Specific nutrients such as MCT and BCAA improve the nutritional tolerance, maintain the nutritional status, and improve the functional capacity.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2019
SP-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
<<   1 2   >>