Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 16 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Aminuddin
Abstrak :
Krisis ekonomi yang berlangsung sejak tahun 1997 di Indonesia mengakibatkan bertambahnva jumlah orang miskin, Jaya bell masyarakat menurun, harga bahan pokok melambung, munculnya ancaman kelaparan dan kerawanan gizi terutama pada kelompok anak Balita.
Jaring Pengaman Sosial Bidang Kesehatan (JPSBK) merupakan salah satu upaya pemerintah untuk mencegah agar masyarakat miskin tidak makin terpuruk , Program tersebut meliputi: peiayanan kesehatan dasar bagi anggota keluarga miskin; pelayanan kesehatan ibu hamil, bersalin, nifas dan balita; perbaikan gizi ibu hamil, menyusui dan balita serta pengembangan model JPKM.
Studi longitudinal program JPSBK pada 5 propinsi di Indonesia memperlibatkan adanya kecenderungan perbaikan status gizi dan penurunan infeksi pada balita. Dalam rangka mengetahui dampak program JPSBK terhadap status gizi anak BADUTA maka Pusat Studi Gizi dan Pangan (PSGP) Universitas Hasanuddin bekerjasama dengan Direktorat Bina Gizi Masyarakat Depkes RI melakukan penelitianpada 2 Kabupaten yakni Maros Propinsi Sulawesi Selatan dan Tangerang Propinsi Banten. Data yang dianalisis dalam rangka pembuatan Iesis ini adalah bagian dari penelitian yang diiaksanakan di Kabupaten Tangerang.
Penelitian ini bertujuan untuk melihat dampak program JPSBK terhadap status gizi dan prevalensi penyakit infeksi anak BADUTA dengan desain penelitian Time Series (trend)_ Sedangkan yang menjadi sampel daiam penelitian ini adalah bayi dan anak yang berumur 6 - 23 buaan.
Dari hasil analisis dengan menggunakan indikator < -2 z- score untuk PBIU,BBIPB dan BBIU ditemukan anak baduta Gakin malnutrisi setelah setahun program 3PSBK masing-masing berturut-turut 43,3°/x; 14% dan 45,1% . Untuk poia asupan makanan meningkat pads. BADUTA GAKIN dan non GAKIN setelah setahun program JPSBK. Prevalensi penyakit infeksi meningkat pada kasus diare dan demam tetapi menurun untuk kasus ISPA. Pada BADUTA non GAKIN prevalensi diare dan ISPA menurun tetapi meningkat pads kasus demain. Variabel yang bermakna dalam penalitian ini hanya pola asupan makanan, penyakit Diare dan ISPA.
Dari basil yang diperoleh dalam penekitian ini maka disarankan untuk mencontoh model program JPSBK untuk menanggulangi status gizi anak Baduta yang sifatnya darurat.
Impact of Infectious Diseases and Quality of Nutrition Intake Method Concerning to Nutrition status of Children Under Two Years Age Before and After One Year of Social - Health Safety Net Program (SHSNP) at Tangerang District Banten Province in Year 2000
During Indonesia economic crisis since 1997 has made impact to increase the numbers of poor, decrease the purchasing power of people, to rise the prices of primary goods then starvation and malnutrition comes up among children under five years old.
Social - Health Safety Net Program (SHSNP) is one of action of government to prevent the poor people should not be more savers. This program included primary health services for poor family, maternal and child services, mother nutrition, breastfeeding and develops SHSNP model
Longitudinal study of this program at five provinces in Indonesia has shown the improvement of nutrition status and decrease of infectious diseases on children under five years old or BALITA. Recording to find out the effect of this program to the improvement of nutrition status on children under five years old, Direktorat Bina Gizi Masyarakat or Directorate of Cultivate of Community Nutrition Ministry of Health, Republic of Indonesia has studied at 2 (two) Districts; Maros on South Sulawesi Province and Tangerang on Banten Province. The data that analyzed in this study is part of research that has run on Tangerang District.
This study focuses on the effect of SHSNP to nutrition status and prevalence of infectious diseases on children under two years old or BADUTA Design of this study is quasi experimental. Babies and children with age 6 - 23 months are become sample in this study.
The result of this study by using indicator < -2 z- score Height/Age, Weight/Height and Weight/Age, and after one year it was founded children with malnutrition, each of them are 43,3 %, 14,0 % and 45,1%. The nutrition intake method increase an BADUTA GAKIN and Non-BADUTA GAKIN after one year of this program. Infectious disease prevalence of diarhoea and fever increase, but respiratory tract infection decrease. BADUTA Non GAKIN has decreasing of diarrhea and
respiratory infection, but fever increase. The significant variables are food intake, diarrhea and respiratory tract infection.
This study has recommendation to imitate Social - Health Safety Net Program (SHSNP) to take care the emergency nutritional status on children under two years age (BADUTA).
2001
T690
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nita Mardiah
Abstrak :
Salah satu tujuan pembangunan nasional adalah meningkatkan derajat kesehatan, dimana salah satu indikatornya adalah Angka Kematian Bayi (AKB). Departemen Kesehatan melaksanakan Program Pengembangan Imunisasi (PPI) pada anak dalam upaya menurunkan angka kematian dan kejadian penyakit pada anak. Berdasarkan data Riskesdas tahun 2007, persentase anak umur 12?59 bulan yang mendapatkan imunisasi dasar di Provinsi Kalimantan Barat untuk imunisasi lengkap sebesar 41,3%, imunisasi tidak lengkap sebesar 44,8% dan tidak sama sekali mendapatkan imunisasi sebesar 13,9%. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan pemanfaatan pelayanan kesehatan imunisasi dasar di Provinsi Kalimantan Barat tahun 2007. Penelitian ini adalah suatu penelitian survei dengan rancangan Cross Sectional. Dengan menggunakan data sekunder yaitu data Riskesdas dan data Susenas tahun 2007. Hasil penelitian diperoleh bahwa faktor pekerjaan ibu, umur ibu, dan alat transportasi tidak menunjukkan hubungan yang bermakna terhadap pemanfaatan pelayanan kesehatan imunisasi dasar. Sedangkan faktor pendidikan ibu (p value = 0,0005), pengeluaran rumah tangga (p value = 0,0005), penolong persalinan (p value = 0,0005), jarak ke fasilitas UKBM (p value = 0,0005), jarak ke fasilitas Non-UKBM (p value = 0,0005), waktu tempuh ke fasilitas UKBM, dan waktu tempuh Non-UKBM (p value = 0,0005) menunjukkan hubungan yang bermakna. Dari hasil analisis Multivariat ditemukan faktor jarak ke fasilitas Non-UKBM merupakan faktor yang paling berhubungan terhadap pemanfaatan pelayanan kesehatan imunisasi dasar (OR=2,283). Disarankan untuk meningkatkan jangkauan pelayanan kesehatan dengan melakukan advokasi, sosialisasi, dan koordinasi dengan lintas program dan lintas sektor terkait baik pemerintah daerah maupun pusat serta memberdayakan masyarakat setempat. ......One objective of the national development is to improve the health status whereby one of its indicator is the infant mortality rate. Health department had done the Expanding Program Immunization for children to decrease the mortality rate. Based on data Riskesdas 2007, the percentage of children aged 12-59 months who got basic immunization in West Kalimantan Province, completely immunized 41,3%, incomplete immunized 44,8%, and unimmunized 13,9%. The aim of this research is to know the factors relating to the utilization of Basic Immunization Services in West Kalimantan Province 2007. This research is the survey with cross sectional design using data Riskesdas and Susenas 2007. The result shows that the mother?s job, mother?s age, and the transportation have no relationship significantly to the utilization of basic immunization services. However, mother's education (p<.0005), household expenditure (p<.0005), give birth helper (p<.0005), the distance to UKBM facility (p<.0005), time to UKBM facility (p<.0005), and time to Non-UKBM facility (p<.0005) have relationship significantly. By Multivariat analysis found that the distance to Non-UKBM facility is the dominant factor to the utilization of basic immunization services (OR=2,283). Suggested to increase the accessibility to the health facility with advocacy, sosialisation, coordination with cross sector both local and central government, and society empowerment.
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2010
T31373
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Embun Ferdina Enjaini
Abstrak :
ABSTRAK
Stunting (pendek) merupakan masalah gizi kronis pada balita yang ditandai dengan tinggi badan yang lebih pendek dibandingkan dengan anak seusianya. Kecamatan Tanjung Agung Palik memiliki persentase stunting tertinggi (47,48%), Desa yang menjadi lokasi penelitian adalah Desa Sengkuang dan Desa Sawang Lebar, kedua desa tersebut merupakan desa yang paling tinggi kejadian stunting. Tujuan Penelitian ini untuk menganalisis sosial budaya suku Rejang terkait dengan stunting. Metode penelitian ini menggunakan kualitatif Rapid Ethnografi. Informan utama dalam penelitian ini adalah 4 ibu yang memiliki anak balita stunting dengan ekonomi rendah, 4 ibu yang memiliki balita stunting dengan ekonomi menengah dan 4 ibu yang memiliki anak balita normal dengan ekonomi rendah, yang tinggal di suku Rejang Kecamatan Tanjung Agung Palik yang dipilih dengan metode purposive sampling yang datanya sudah diketahui dari sistem e- PPGBM Puskesmas berdasarkan pengukuran antropometri. Pengumpulan data dilakukan melalui wawancara mendalam dan observasi partisipasi yang dilaksanakan pada bulan April-Juni 2019 di Kecamatan Tanjung Agung Palik. Hasil penelitian menunjukan bahwa penyebab stunting pada masyarakat suku Rejang disebabkan oleh 1) Lingkungan dan Sanitasi yang buruk, 2) Masih belum melakukan ASI eksklusif, 3) Pemberian MP-ASI dini balita, 4) Pola pemberian makanan yang masih rendah, 5) Pengetahuan masyarakat yang masih rendah, 6) Masih adanya kepercayaan tentang pantang makan pada ibu hamil dan balita. Disarankan agar ada upaya penurunan kepercayaan pantang makan ibu hamil dan anak balita, pengetahuan lingkungan dan sanitasi, mengurangi pemberian makanan prelakteal pada bayi baru lahir, pola pemberian makan dan cakupan pemberian MP-ASI dini melalui penyuluhan rutin dengan melibatkan orang tua balita dan bermitra dengan dukun untuk memberikan edukasi akan pentingnya kesadaran ibu terkait gizi.
ABSTRACT
Stunting is a chronic nutritional problem on toddlers characterised by a shorter height compared to the children in their age group. Tanjung Agung Palik District has the highest stunting case percentage (47,48%), the villages used as a sample for this thesis are the Sengkuang and Sawang Lebar village. These two village has the highest numbers of stunting cases. The purpose of this research is to analyse from a socio-cultural aspect of how the Rejang Tribe deals with stunting. This research uses a Rapid Etnographic method. The main informants for this research are 4 mothers with stunted toddlers from low income families, 4 mothers with stunted toddlers from middle income families, and 4 mothers with normal toddlers from low income families all od whic are from the Rejang Tribe in the Tanjung Agung Palik District selected by purposive sampling method whose data is known from the Puskesmas e-PPGBM system based on anthropometric measurements. The data were collected through an in-depth interview and participative observation conducted between April to June 2019 in the Tanjung Agung Palik District. The research results concluded that the stunting cases in the Rejang Tribe are caused by 1) Bad environment and sanitation, 2) Still not doing exclusive breastfeeding, 3) Provision of early MP-ASI for toddlers, 4) The pattern of feeding is still low, 5) Community knowledge that is still low, 6) There is still a belief about abstinence in pregnant women and toddlers. It is recommended that there be an effort to reduce the confidence of abstinence from pregnant women and toddlers, knowledge of the environment and sanitation, reduce prelacteal feeding in newborns, feeding patterns and coverage of early MP-ASI through routine counseling involving parents of toddlers and partnering with traditional healers to provide education on the importance of maternal awareness regarding nutrition.
2019
T53718
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Asnah
Abstrak :
Dana Sehat merupakan salah satu bentuk operasional JPKM, dimana pesertanya relatif kecil dan berasal dari kemampuan ekonomi masyarakat lemah. Penelitian terdahulu menunjukkan bahwa program ini tidak dapat berjalan dengan baik seperti yang diharapkan Kabupaten Lampung Barat memliki 6 kecamatan. Diantara kecamatan tersebut hanya satu kecamatan yaitu Kecamatan Sumber Jaya yang menjalankan program ini dengan cakupan peserta 6010 jiwa pada tahun 1998 yang cenderung berkurang pada periode berikutnya. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor faktor yang berhubungan dengan kesinambungan kepesertaan Dana Sehat JPKM di Kabupaten Lampung Barat Propinsi Lampung. Penelitian dilakukan di 10 desa wilayah kerja Puskesmas Surnber Jaya. Penelitian ini merupakan penelitian survei dengan jumlah sampel 181 responden Variabel Independen terbagi dalam 3 kelompok faktor. Variabel tersebut adalah perdisposing (pendidikan, pengetahuan, persepsi, kebiasaan berobat ke sarana kesehatan), enabling (pendapatan pengeluaran kelengkapan sarana yankes,jarak tempuh ke sarana pelayanan kesehatan, sosialisasi), reinforcing (perilaku pejabat dan komitmen pejabat). Hasil penelitian menunjukkan hanya 35,4% peserta yang melanjutkan kepesertaannya sementara 64,6 tidak melanjutkan,Diantara 10 variabel yang diuji,hanya 5 variabel yang mempunyai hubungan bermakna dengan kesinambungan kepesertaan Dana Sehat JPKM. Variabel tersebut adalah pendidikan (p~,006),pengetahuan (p = 0,000),persepsi (p=0,000),sosialisasi (p =0,014) dan perilaku petugas (p =0,017).Diantara variabel yang bermakna tersebut,yang paling berpengaruh adalah variabel persepsi dengan odd ratio 6,925. Dengan melihat rendahnya proporsi peserta yang melanjutkan kepesertaanya, maka dapat disimpulkan bahwa keadaan ini merupakan hal yang serius yang harus ditangani secara proporsional. Dengan mempertimbangkan hasil penelitian ini, disarankan untuk melanjutkan program ini karena bermanfaat bagi masyarakat, dengan membuat model yang sesuai dengan kondisi masyarakat setempat. Disamping itu juga disarankan kepada peneliti lain untuk menambah variabel besarnya iuran dan kemampuan ekonomi masyarakat.
Factors Related to Membership Continuation of Health Fund in West Lampung Regency, Lampung Province.Health fund is a form of community financing with relatively small participants of low economic people. Previous research showed that this program could not running well as have been expected. West Lampung Regency have 6 sub districts. Among them, only one sub district has health fund program with coverage of 6010 participants in 1998 which tcnd' to decrease in 1999. The purpose of this research is to know factors related to the continuation of membership of health fund in West Lampung Regency, Lampung Province. The research was conducted in 10 villages of Public Health Center Area of Sumber Jaya. This was a survey research with samples of 181 respondents. Independent variables were divided into three categories. They were predisposing (education, knowledge, perception, the use of health care), enabling (family income, sufficiency of health care facilities, the distance to health care, socialization), and rein forcing (health provider's behavior, commitment ofpolicy maker). Dependent variable was the membership continuation between 1998 and 1999 of health fund. The result of this research showed that only 35,4 % participants continuation membership while 65,6 % did not. Among independent variables tested, only 5 variables have significant correlation with continuation of membership of health fund. Those variables were education (p~,006), knowledge (p=0,000), perception (p=0,000), socialization (p=0,014) and health provider's behavior (0,017). The most dominant variable were perception with Odd Ratio=6,925. Based on the low proportion of continuation it could be concluded that this is a serious problem in the future development of community financing. Considering the result of this research it was suggested to sustain this program because it is beneficial to the community as well as made a model according to the condition of the community. It was also recommended to the next researcher to add independent variables such as contribution (premi) and the ability to pay of the community.
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2001
T480
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Subhan
Abstrak :
Melihat masih tingginya angka kejadian pneumonia pada balita dan belum diketahuipengaruh keberadaan Bakteri Staphylococcus sp sebagai salah satu bakteri penyebabpneumonia di udara ruang maka perlu ada penelotian tentang hubungan keberadaanBakteri Staphylococcus sp di udara ruang dengan kejadian pneumonia pada balita setelahdikontrol dengan variabel perancunya pada balita di Kota Bandar Lampung tahun 2016. Penelitian ini menggunakan data kajian pneumonia oleh BBTKLPP Jakarta pada tahun2016. Sampel penelitian sebanyak 75 kasus dan 75 kontrol yang berasal dari 6 Kecamatandi Kota Bandar Lampung. Dari hasil penelitian didapatkan kesimpulan terdapat hubungankeberadaan Bakteri Staphylococcus sp di udara ruang dengan kejadian pneumonia padabalita setelah dikontrol variabel perancu di Kota Bandar Lampung OR=7,332 CI 95 2,874-18,707 dimana balita yang positif ditemukan Bakteri Staphylococcus sp di udararuang rumahnya memiliki risiko 7,332 kali lebih besar terkena pneumonia. ...... Seeing the high rate of pneumonia incidence in infant and unknown effect ofStaphylococcus sp bacteria as one of the bacteria causing pneumonia in indoor air, hencethere is need of research about relation of existence of Staphylococcus sp bacteria inindoor air with incidence of pneumonia in infant after controlled with confoundingvariable at infant in Bandar Lampung City in 2016. This research used pneumonia studydata by BBTKLPP Jakarta in 2016. The sample of research are 75 cases and 75 controlsfrom 6 sub districts in Bandar Lampung City. From the result of the research, it can beconcluded that there is a relationship between an existence of Staphylococcus sp bacteriain indoor air with the incidence of pneumonia in infants after controlled confoundingvariables in Bandar Lampung City OR 7,332 CI 95 2,874 18,707 where the infantfound Staphylococcus sp bacteria in indoor air his home had a 7,332 times greater risk ofdeveloping pneumonia.Key words Pneumonia, Infant, risk factors, case control.
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2018
T50919
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Jumiaty
Abstrak :
Meningkatnya jumlah pekerja menunjukkan nilai positif yaitu bertambahnya tenaga produktif, tetapi peningkatan tersebut tidak dibarengi dengan kualitas hidup yang baik pula sehingga berdampak pada penurunan produktivitas kerja. Tujuan penelitian adalah konfirmasi faktor-faktor yang mempengaruhi kualitas hidup pegawai di Rumah Sakit ?X? Makassar Tahun 2010. Penelitian cross sectional melibatkan 389 pegawai, cara ukur dilakukan dengan pengisian sendiri terhadap kuesioner yang tersedia. Variabel dilihat berdasarkan teori yang dikembangkan Lawrence Green dan Kreuter (1999), menyatakan bahwa kualitas hidup berkaitan dengan status kesehatan. Status kesehatan dipengaruhi oleh perilaku dan lingkungan, dimana perilaku dan lingkungan ditentukan oleh faktor predisposing, reinforcing dan enabling. CFA digunakan untuk menguji validitas dan reliabilitas indikator, model fit (GFI=0.77, PGFI=0.70, RMSEA=0.067, AIC=2763.03, CAIC=3259.38). Hasil penelitian didapatkan faktor yang berperan tidak langsung terhadap kualitas hidup adalah predisposing (0.71) dan enabling (0.58). Faktor yang mempengaruhi kualitas hidup adalah faktor perilaku (0.25) dan status kesehatan (0.73). Tidak ditemukan bukti faktor reinforcing berpengaruh terhadap perilaku, lingkungan tidak berpengaruh terhadap status kesehatan dan kualitas hidup. Kesimpulan adalah tidak semua faktor saling berhubungan mempengaruhi kualitas hidup. Disarankan Rumah Sakit ?X? membuat strategi internal yaitu sistim koordinasi dalam pelaksanaan tugas. Pegawai saling koordinasi dan saling memotivasi. Menanamkan perilaku hidup sehat bagi pegawai melalui regulasi dan motivasi dari pimpinan.
The increase in the number of workforce has indicated a positive implication in terms of increase in productivity. However such increase is not reinforced by the high quality of life which consequently has impacted on the reduced work productivity. The objective of the research is confirm the factors that affect the quality of life of staff in the X Hospital Makassar in 2010. Cross sectional research involved 389 staff and employed self-filled out questionnaire for its method. The variables researched are based on theory developed Lawrence Green and Kreuter (1999), postulated that quality of life has a correlation with health status. The health status is affected by behavioral and environment factors and these factors are determined by the predisposing, reinforcing and enabling factors. CFA is employed to evaluate validity and reliability of the indicator, model is to be fit (GFI=0.77, PGFI=0.70, RMSE=0.067, AIC=2763.03, CAIC=3259.38). The research has found that factors that indirectly affect the quality of life are predisposing (0.71) and enabling (0.58). Factors that affect the quality of life are behavior (0.25) and health status (0.73). There is no evidence that shows reinforcing factor affects behavior and environment does not affect the health status and quality of life. The research has concluded that not all factors are connected to affect the quality of life. It is suggested that the X Hospital develop an internal strategy in a form of system of coordination for implementing tasks and duties. It is expected that the staff will have a better coordination, cooperation and motivation. As a result staff behavior will be improved with the implementation of regulation and support from top level management.
Depok: Universitas Indonesia, 2010
T31674
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Winarsi
Abstrak :
Berdasarkan Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) (2007) perilaku buang air besar di jamban merupakan salah satu perilaku higienis. prevalensi nasional berperilaku benar dalam buang air hesar (BAB) adalah 71,1%. Sementara persenlase rumah tangga yang menggunakan jamban Ieher angsa 68,9% dan hanya 46,3% tempat pembuangan akhir tinja menggunakun tangki/SPAL (saniter) (Susenas, 2007). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahul faktor-faktor yang berhubungan dengan penggunaan jaminan oleh masyarakat di Kecamatan Banyuasin Ill Kabupaten Banyuasin, Sumatera Selatan Tahun 2009. Penelitian ini menggunakan desain Cross Sectional yang dilakukan pada bulan Februari 2009 terhadap 192 keluarga yang luar rumah setelah dikontrol oleh variahel sikap, keterpaparan penyuluhan, pembinaan petugas dan dukungan tokoh masyarakat. Berdasarkan hasil tersebut disarankan agar Dinas Kesehatan melakukan advokasi kepada pihak aksekutif (Bupati) dan pihak legislatif (DPRD komisi D) untuk mendapatkan dukungan program dan penganggaran, meningkatkan kegiatan KIE (Komunikasi lnformasi Edakasi) mengenai penggunaan jamban saniter, bekerjasama dengan sektor terkait (Dinas PU Cipta Karya) dalam pemenuhan cakupan air hersih, menghimbau masyarakat khususnya yang helwn punya jamhan untuk membangun jaroban di dalam rumah, mengembangkan media komunikasi massa baik cetak maupun elektronik, pelatihan penyegaran petugas, pemhentukan dan pelatihan kader dan hennitra dengan tokoh masyarakat. Bagi peneliti lain agar mengemhangkan instrumen penelitian dengan jumlah sampel yang lebih besar den deasin yang berheda serta telaah secara mendalam mengenai pcnggunaan jamban saniter.
According to ruskesdas (Basic Health Research) (2007), defecating behavior in the privy is one of hygienic behavior. National prevalence of the right defecating behavior (BAB) is 7!.1%. And percentage of households who use special privy (leher angsa) is 68.9% and only 46.3% of privies use tanks/SPAL (sanitary) (Susenas, 2007). 3.72 times to use sanitary privy compared wjth privy outside home and attitude, information coverage, officers guidance and social figures support as control variables and social figures' support variables have a significant relation with privy use. Based on this research results, it is recommended to Health Service Department to propose suggestion to executive {regent) and legislative (regional representatives, Commission D) in order to support Health Promotion Programs and Environment Sanitation and to allocate fund for both programs, not only to stress behavioral change of defecating but also how to use the privies sanitary, cooperate with the concerned parties (Regional Public Work Department, Cipta Karya) to make freshwater availability, building a water - closet in their homes if they don't have it yet, to develop public media whether its printed or electronic, retrain the officers, formatting, and training cadre, and work together with the well - known people in the society. For other researcher to develop the instrument used in the research with more samples and a different design. Also a deeper understanding in the use of sanitized privy.
Depok: Universitas Indonesia, 2009
T32368
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Siti Romlah
Abstrak :
AKI dan AKB merupakan salah satu indikator derajat kesehatan masyarakat. Masalah kematian dan kesakitan ibu dan anak di Indonesia masih merupakan masalah besar sehingga pelayanan kesehatan ibu dan anak menjadi prioritas utama dalam pembangunan kesehatan di Indonesia. Pada tahun 2007 Departemen kesehatan bersama JICA mengembangkan program Kelas Ibu Hamil di Kabupaten Garut dengan menetapkan 5 wilayah kerja Puskesmes sebagai daerah intervensi penggunaan Buku KIA. Berdasarkan laporan tahunan Dinas Kesehatan Kabupaten Garut tahun 2008, setelah Intervensi Kelas lbu Hamil di 5 wilayah Puskesmas di Kabupaten Garut, belum semua wilayah menunjukkan keberhasilan intervensi. Penelitian ini merupakan studi prevalensi 2 populasi dengan rancangan potong lintang (cross secrionab dengan n = |86 ibu hamil trimester ketiga dimana 93 sebagai kelompok dengan KIH dan 93 sebagai kelompok tanpa KH-I. Hasil penelitian diperoleh terdapat 73 responden dengan KIH ('78,S%) ibu yang berperilaku positif (p=0,000; 0R=l6,899). Sedangkan variabel-variabel dominan yang berhubungan dengan perilaku ibu dalam merencanakan persalinan dan pencegahan komplikasi selain kelas ibu hamil adalah pekerjaan, dukungan suami dan keluarga serta dukungan tokoh masyarakat. ......Maternal Mortality and Infant Mortality Rate constitutes one of health degree as social indicator. In Indonesian its still becomes a main priority in health development. On 2007, Health Department with JICA develops a Pregnant Mother Class's Program at 5 health centers in Garut District that has purpose as intervention binds with Books KIA. Base annual report on 2008 by Health Department in Garut District, find out that haven't all regions worked out with intervention success. This research constitutes study prevalence 2 populations, Cross Sectional Design with = |86 third trimester?s pregnant mothers whene 93 respondents got KIH and 93 respondents without KII-I. Acquired observational result 73 respondents with KH-I exists 78,5% mothers have positive behavior in birth preparedness and emergency readiness (p =0,000; OR=l6,899). Meanwhile the dominant variables that engaged with mother?s behavior besides mother class are occupation, husband and family support and society figure support.
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2009
T32331
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Arika Dewi
Abstrak :
ABSTRAK
Kota Yogyakarta memiliki umur harapan hidup tertinggi di Indonesia (74,9 tahun) dan proporsi lansia yang tinggi yakni sekitar 13% (dibandingkan dengan angka nasional ± 8%). Secara nasional, prevalensi penyakit sendi adalah 30% untuk semua usia, sedangkan untuk lansia adalah 52,3%. Kelompok penyakit sendi merupakan penyebab utama morbiditas di seluruh dunia, terutama untuk lansia. Menurut survey nasional oleh BPS, lansia cenderung mengobati dirinya sendiri (63,13%). Tujuan penelitian ini adalah untuk mendapatkan informasi deteminan apa saja yang mempengaruhi periraku pencarian pengobatan pada fansia dengan keluhan rematik di Kota Yogyakarta Tahun 2009. Yang menjadi subyek penelitian ini adalah lansia yakni mereka yang sudah berusia 60 tahun ke atas dan tinggal di wilayah kota Yogyakarta. Data merupakan data primer yang diambil dengan alat bantu kuisioner pada bulan Mei 2009. Variabel yang dikaji adalah usia, jenis kelamin, suku/etnis, pendidikan, pekerjaan, pendapatan tetap, pendapatan tambahan, kepesertaan daJam Posyandu Lansia, persepsi kegawatan penyakit, persepsi akibat penyakit, anjuran keluarga/teman, adanya orang yang mengantarkan berobat. Diketahui bahwa 59,4% berobat ke tenaga kesehatan dan 40,6% berobat ke non tenaga kesehatan. Jika melihat pilihan pengobatan maka 39,4% lansia memilih mengobati sendiri. Hasil anal isis bivariat mendapatkan variabel yang secara signifikan berhubungan dengan perilaku pencarian pengobatan adalah persepsi akibat, persepsi kegawatan, kepesertaan dalam posyandu lansia, lamanya sakit dan adanya pengantar (p Abstract
Yogyakarta is a city which has the highest life expectancy in Indonesia (74,9 years old) and a high proportion of older people which is 13% (compare to national proportion ±&%). Nationally. the prevalence of joint diseases is 30.00Al for all ages, meanwhile prevalence of joint diseases among older people is 52,3%. This group of disease has become the main cause of disability worldwide, especially for older people. Old people tend to have self-medication as stated in national survey (63,13%). The objective of this research was to investigate what were the deteminants of treatment seeking behavior among older people with rheumatism complaint in Yogyakarta in 2009. The subjects of this research were older people (" 6Q y.o) who lived in Yogyakarta. Primary data were collected using a questionnaire. Variables that have been investigated were age, sex,. ethnicity, education level, occupation. fixed income~ additional income. participatory in "Posyandu Lansia", perceived of seriousness, perceived of disturbance, suggestion and accompaniment to go to the treatment provider, This research found out that 59,4% Older people go to beaith practitioners and 40}6% go to non~health practitioners. Based on place choice;; 39,4% older people prefer self~treatment to others. Bivariate analysis showed that participatory in "Posyandu Lansia", perceived of seriousness, perceived of disturbance, duration of disease and accompaniment are significant variables relate to treatment seeking behavior (p < 0~05). In multivariate analysis, variables which were significant were participatory in "Posyandu LansiaJ', perceived of seriousness, perceived of disturbance, and accompaniment (p<0,05). The dominant variable was perceived of disturbance (OR= 96,08) It is suggested to do revitalization on "Posyandu Lansia, as a tool for older people health education, training for "kadei'' and opinion leader. NGO and institutions that concern on aging issue should participate as the government's sources are limited. It necessary to do further research on "Posyandu Lansla, treatment seeking behavior on certain diseases and influence of social acculturation.
2009
T32496
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Merah Bangsawan K.
Abstrak :
Fungsi posyandu bagi masyarakat sasaran adalah sebagai upaya meningkatkan derajat kesehatan, umur harapan hidup, dan status gizi_ Namun, dari hasil pemantauan perkembangan posyandu menunjukkan penurunan mutu kerja yang ditandai dengan meningkatnya jumlah posyandu strata pratama. Kondisi ini terjadi disebabkan kader yang tidak aktif melaksanakan kegiatan posyandu. Keaktifan kader di posyandu sangat menentukan kualitas fungsi dan kinerja posyandu, karena unsur utama dalam pelayanan posyandu adalah kader. Berkaitan dengan hasil tersebut di atas penelitian ini mencoba untuk mengetahui faktor-faktor apa saja yang patut diduga berhubungan dengan keaktifan kader posyandu atau penurunan aktivitas kader posyandu. Tujuan penelitian ini adalah untuk menjawab apakah ada hubungan antara keaktifan dengan faktor-faktor : umur, pendidikan, status perkawinan, pengetahuan, sikap, motivasi, pelatihan, penghargaan, insentif, dan peran TP-PKK. Penelitian ini bersifat penelitian deskriptif dengan rancangan cross sectional. Instrumen utama yang digunakan separangkat kuesioner. Responden penelitian adalah seluruh kader yang ada dan sedang melaksanakan pelayanan posyandu yang berjumlah 150 orang kader aktif dari seluruh posyandu yang ada di kecamatan Teluk betung Barat Kota Bandar Lampung, sebagai populasi yang diteliti sekaligus merupakan sampel penelitian. Analisa data dengan menggunakan program SPSS versi 10.0.Analisis univariat untuk distribusi frekuensi dan analisis bivariat dengan menggunakan uji statistik, uji Chi Square untuk mengetahui hubungan antara variabel independen dengan variabel dependen. Hasil penelitian, berkaitan dengan kehadiran kader posyandu di kecamatan Teluk betung Barat ternyata 66,7% kader posyandu aktif melakukan kegiatan posyandu yang diadakan. Sedangkan hasil analisis terhadap faktor-faktor yang berhubungan dengan keaktifan kader, didapatkan enam faktor yang secara statistik terbukti berhubungan secara bermakna/signifikan yaitu umur, pendidikan, pengetahuan, sikap, pelatihan dan TP-PKK. Disarankan kepada institusi pembina posyandu di kelurahan/kecamatan bahwa semua posyandu dapat memiliki kader yang mampu aktif dan melakukan kegiatan posyandu apabila memilih calon kader yang berusia lebih dan 35 tahun, berpendidikan minimal SMP, diberikan pelatihan untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilannya, pembinaan dan bimbingan oleh TP-PKK setiap bulan untuk mempertahankan sikap, motivasi kerja, dan semangat kerja kader posyandu. Untuk mendapatkan gambaran yang lebih komprehensif lagi terhadap faktor-faktor yang berhubungan dengan keaktifan kader sekiranya perlu dilakukan penelitian terhadap faktor-faktor lainnya dengan rancangan yang berbeda dan kelompok sampel yang lebih banyak/ lebih luas.
Factors Related to The Activity of Posyandu Cadres at Teluk Betung Barat Subdistrict of Bandar Lampung CityThe main function of posyandu for the target community is to improve health quality, life expectancy, and nutrition. The monitoring of the development of quality performance of posyandu showed that there was a decline of the performance quality of posyandu indicated by the increasing number first strata posyandu. This might be caused by the inactivity of the cadres in implementing posyandu services, while in fact the cadre absences is very influential in determining the quality of posyandu performance because the cadres are the main element of the posyandu services. This research attempts to identify what factors than can be assumed to correlate with the activity of posyandu cadres and factors that might hinder the cadre activities. The main objective of the research is to answer the question whether there are any correlations between the cadre performances, and factors such as age, education, marital status, knowledge, attitude, motivation, training, incentive, award, and TPPKK. This research is a descriptive analysis using cross-sectional design. The main instrument used to gather the data is a set of questionnaires. The respondents are all available cadres who are still in posyandu services. The number of respondent is [50 cadres from all posyandus in Telukbetung Barat Sub-District of Bandar Lampung city who function both as the population as well as the sample. The data were analyzed using Efi Info version 6.4 and SPSS version 10.0. Univariate analysis for frequency distribution and bivariate analysis using Chi Square Correlations in order to find out whether there are any correlations between the independent variables and the dependent variable. The results show that in relation to the general performance of the posyandu cadres in Teluk Betung Sub-District, 66,7% of the posyandu does have absence cadres to provide services for the community. Statistical analyses show that there are five factors that correlate significantly with the cadre performance. The factors are: age, school, knowledge, attitude, training, and TP-PKK. It is recommended that the institutions in charge of managing the posyandus in villages and sub districts to provide the posyandu with cadres aged over 35 years, organizing trainings to develop the skills and knowledge of the cadres, supporting 1P-PICK every month to maintain the cadres attitude, and enhancing the motivation and working spirits of the cadres. In order to get a more comprehensive picture of the factors related to the performance of the cadres, it is also suggested that other research studies with different research design with bigger and wider groups off samples be conducted.
Depok: Universitas Indonesia, 2001
T1022
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2   >>