Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 29 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Vera Natia
Abstrak :
Perawatan High Care Unit (HCU) dikaitkan dengan hasil klinis yang lebih baik untuk pasien dan diharapkan dapat mengurangi angka kematian dan lama tinggal di rumah sakit, serta mengurangi tingkat penerimaan kembali Intensive Care unit (ICU) dan tingkat penerimaan kembali rumah sakit. Asuhan keperawatan yang terlewatkan atau Missed Nursing Care (MNC) dapat menimbulkan kejadian yang merugikan dan mempengaruhi keselamatan pasien. Penulisan karya ilmiah ini bertujuan untuk mengidentifikasi pengaruh penerapan safety briefing untuk mengurangi kejadian MNC di ruang HCU. Penilaian MNC dilakukan dengan cara observasi partisipatif. Instrumen yang digunakan yaitu The Missed Nursing Care Observational Checklist. Hasil ini menunjukkan bahwa penerapan safety briefing dapat memberikan pengaruh yang baik dalam mengurangi kejadian MNC di ruang perawatan HCU, khususnya pada dimensi pengkajian pasien, pemanantauan alat dan peralatan medis pasien, intervensi keperawatan yang bervariasi, pemberian medikasi, edukasi pasien, serta hak dan privasi pasien. ......High Care Unit (HCU) is associated with better clinical outcomes for patients and is expected to reduce mortality and length of hospital stay, as well as reduce Intensive Care Unit (ICU) readmission rates and hospital readmission rates. Missed Nursing Care (MNC) can cause adverse events and affect patient safety. Writing this scientific paper aims to identify the effect of implementing safety briefings to reduce the incidence of MNC in the HCU. MNC assessment is carried out by means of participatory observation. The instrument used is The Missed Nursing Care Observational Checklist. These results indicate that the application of safety briefings can have a good effect on reducing the incidence of MNC in the HCU ward, especially in the dimensions of patient assessment, monitoring of patient’s medical devices and equipment’s safety, various nursing interventions, medication administration, patient education, and patient’s rights and privacy.
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2023
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Teresa
Abstrak :
Penerapan asuhan keperawatan pasien end of life belum optimal dan determinan yang mempengaruhi kinerja perawat dalam melaksanakannya masih perlu dibuktikan. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi determinan kinerja perawat dalam menerapkan asuhan keperawatan end of life di RS. Metode penelitian ini adalah penelitian kuantitatif cross sectional dengan menggunakan instrumen kuesioner.  Sampel penelitian ini sebanyak 220 perawat pelaksana yang diambil secara  purposive sampling di Rumah Sakit Jantung Pembuluh Darah Harapan Kita.  Hasil uji chi square dan regresi logistic menunjukkan ada hubungan yang bermakna antara kinerja perawat dengan status kepegawaian (p0,018), sikap (p0,000), dan kepemimpinan (p0,004). Hasil multivariat menunjukkan adanya hubungan antara kinerja perawat dengan status kepegawaian(p 0,044); sikap(p0,978) dan kepemimpinan(p 0,855). Kesimpulan adanya hubungan antara status kepegawaian, sikap, dan kepemimpinan dalam keberhasilan penerapan asuhan keperawatan end of life. Saran dibutuhkan evaluasi dan pembinaan sikap, kepemimpinan dalam menerapkan asuhan keperawatan end of life serta perlunya peningkatan status kepegawaian bila memungkinkan. ......The focus of this study is end of life nursing care application isnt optimally and determinat which influence nursing performance still need to be researched. This research has goals to determinant  nurse performance to do  end of life nursing care in hospital. The research method is quantitative-based research cross sectional with questioner instrument. The samples were taken with purposive sampling method (220 nurses) in Harapan Kita CardioVascular hospital. The result correlations chi Square  and  logistic regression that there was a close relationship between nursing performance and civil employee (p0,044), attitude (p0,978), leadership (p0,855). Multivariate result show that nursing performance has relationship with civil employee (p0,044); attitude (p0,978), and leadership (p0,855). Conclusion: civil employee, attitude, and leadership have related to success nursing care plan end of life. The research recommend, evaluation and actuation of  nursing attitude and leadership  are needed  in end of life nursing performance  and increase their employee status if necessary.
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2020
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Vergeina Ayu Mandalike Mastur
Abstrak :
Lingkungan kerja perawat di ruangan rawat anak memiliki banyak tantangan. Perawat anak membutuhkan tempat yang nyaman dan sehat. Beban kerja yang tinggi bagi perawat berkaitan dengan kecemasan, kelelahan, stress dan memberikan dampak yang tidak baik. Peran kepala ruangan sangat dibutuhkan dalam memperbaiki lingkungan kerja yang buruk. Kepala ruangan telah menjalankan peran manajer liaison, dessiminator, dan spokesperson. Peran kepala ruang belum optimal pelaksanaannya adalah peran sebagai figure head, leader, monitoring, disturbance handler, resource allocator dan negotiator. Tujuan penelitian ini untuk mengidentifikasi peran kepala ruangan dalam pelaksanaan kesehatan lingkungan kerja perawat di rumah sakit. Penelitian kuantitatif dengan desain cross sectional dilakukan pada 204 perawat pelaksana di rumah sakit dengan teknik pengambilan sampel purposive sampling. Hasil terdapat hubungan yang signifikan antara peran kepala ruangan, faktor psikologi, faktor dukungan sosial, faktor pekerjaan, dan faktor organisasi (p 0.001-0.035) dan terdapat faktor yang paling mempengaruhi pelaksanaan kesehatan lingkungan yaitu peran kepala ruangan (2.900; 95% CI: 1.565-5.373) dan faktor dukungan sosial (3.727; 95% CI: 2.018-6.884). Saran Bidang keperawatan membuat program evaluasi kepala ruangan dengan mendampingi, observasi, wawancara, supervisi untuk membantu meningkatkan peran kepala ruangan. Kepala ruangan harus mampu mempengaruhi dan mengatur jadwal dinas, ada jam istrahat 30 menit setelah bekerja 4-5 jam, memiliki jam makan tepat waktu dan rekan kerja saling menopang, setiap keputusan dari perawat pelaksana dapat dipertimbangkan dan mengikut sertakan perawat pelaksana dalam setiap kegiatan organisasi baik diruangan maupun di rumah sakit. ...... The working environment of nurses in child care rooms has many challenges. Pediatric nurses need a comfortable and healthy place. High workload for nurses is related to anxiety, fatigue, stress and has an adverse impact. The role of the head nurse is needed in improving a bad work environment. The head nurse has assumed the roles of liaison manager, dessiminator, and spokesperson. The role of the head nurse that has not been optimally implemented is the role of a figure head, leader, monitoring, disturbance handler, resource allocator and negotiator. The purpose of this study was to identify the relationship between the role of the head nurse and the implementation of nurses’ healthy work environment in the hospital. Quantitative research with cross sectional design was conducted on 204 nurses in the hospital with a purposive sampling technique. The results showed a significant relationship between the role of the head of the room, psychological factors, social support factors, occupational factors, and organizational factors (p 0.001-0.035) and there were factors that most influenced the implementation of environmental health, namely the role of head nurse (2.900; 95% CI: 1.565). -5,373) and social support factors (3,727; 95% CI: 2,018-6,884). Suggestions in the field of nursing to make an evaluation program for the head nurse by accompanying, observing, interviewing, supervision to help improve the role of the head nurse. The head nurse must be able to influence and manage the service schedule, there are rest hours 30 minutes after working 4-5 hours, have meal hours on time and co-workers support each other, every decision of the executive nurse can be considered and involve the nurse in every organizational activity either in the room and in the hospital.
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2020
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Aprinaldi
Abstrak :
Keperawatan merupakan profesi yang tidak terlepas dari adanya interaksi baik dengan pasien, teman sejawat, keluarga pasien maupun pada masyarakat pada melakukan pelayanan kesehatan. Pada saat interaksi sering terjadi adanya perbedaan baik berupa nilai, kepercayaan, budaya, serta keyakinan yang dianut. Hal tersebut akan menimbulkan suatu konflik, apabila terjadi faktor pencetus dan apabila tidak dapat ditangani dengan baik akan menimbulkan suatu konflik. Pemimpin dituntut untuk memiliki keahlian dalam manajemen konflik khususnya memiliki kemampuan perilaku asertif, mediasi, negosiasi sebagai pencegahan terjadinya konflik. Tujuan penelitian ini mengidentifikasi hubungan tingkat kepemimpinan dan kemampuan manajemen konflik kepala ruangan di Rumah Sakit X Jakarta. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan pendekatan cross sectional. Penelitian ini menggunakan total sampling dengan jumlah 162 responden yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi. Hasil penelitian didapatkan ada hubungan yang bermakna antara pendidikan dengan kemampuan manajemen konflik dengan nilai  p  0,011. Terdapat hubungan antara jabatan sekarang dengan kemampuan manajemen konflik dengan nilai p 0,021 dan tidak terdapat hubungan yang bermakna antara tingkat kepemimpinan dengan kemampuan manajemen konflik dengan nilai p 0,073.  ...... Nursing is a profession that is inseparable from interactions with patients, colleagues, patients' families and the community in carrying out health services. At the time of interaction, there are often differences in the form of values, beliefs, cultures, and beliefs that are adopted. This will cause a conflict, if there is a triggering factor and if it cannot be handled properly, it will cause a conflict. Leaders are required to have expertise in conflict management, especially having the ability to assertive behavior, mediation, negotiation as a prevention of conflict. The purpose of this study identified the relationship between level of leadership and conflict management ability of the head of the room at Hospital X Jakarta. This research is quantitative research with a cross-sectional approach. This study used a total of 162 respondents who met the inclusion and exclusion criteria. The results of the study found that there was a meaningful relationship between education and conflict management ability with a p of 0.011. There is a relationship between current position and conflict management ability with a p of 0.021 and there is no meaningful relationship between level of leadership and conflict management ability with a p of 0.073.
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2023
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Napitupulu, Desyi Prana
Abstrak :
Breaking bad news berkaitan dengan penyampaian informasi yang tidak menyenangkan bagi pasien dan keluarga yang sering harus disampaikan oleh perawat dalam praktik keseharian. Kurangnya keterampilan dan kepercayaan diri perawat masih ditemukan sebagai hambatan dalam breaking bad news. Penelitian ini bertujuan mengidentifikasi efektivitas metode komunikasi model ABCDE dalam meningkatkan keterampilan dan kepercayaan diri perawat dalam breaking bad news. Penelitian ini menggunakan desain quasi experiment pre and post test with control group. Sampel penelitian adalah perawat pelaksana di RS X Depok sebanyak 40 orang, 20 orang dalam kelompok intervensi dan 20 orang dalam kelompok kontrol. Hasil penelitian menunjukkan penerapan metode komunikasi model ABCDE efektif meningkatkan keterampilan (p<0,001(intervensi), p=0,017(kontrol)) dan kepercayaan diri (p<0,001(intervensi), p=0,001(kontrol)) perawat dalam breaking bad news baik pada kelompok intervensi maupun kelompok kontrol. Penerapan model komunikasi ABCDE dalam praktik keperawatan membutuhkan dukungan lebih dalam dimensi advance preparation dan dimensi encourage and validate, reflect emotions. Hal ini dapat dilakukan dengan meningkatkan keterlibatan manajemen atau head nurse sebagai key person di unit perawatan untuk melakukan monitoring dan menciptakan iklim yang memotivasi. ...... Breaking bad news is related to delivering unpleasant information to patients and their families, which nurses often have to convey in daily practice. Nurses’ lack of skills and confidence is still seen as a barrier to breaking bad news. This study aims to identify the effectiveness of the ABCDE model communication method on the skills and confidence of nurses in breaking bad news. This research used a quasi-experimental pre-and post-test design with a control group. The research samples were 40 nurses at X Hospital Depok, 20 nurses in the intervention group, and 20 nurses in the control group. The results showed that the implementation of the ABCDE model communication method effectively increased the skills (p<0,001(intervention), p=0,017(control)) and self-confidence (p<0,001(intervention), p=0,001(control)) of nurses in breaking bad news. The implementation of the ABCDE model communication method in nursing practice requires much more support in the advance preparation dimension and the encourages, validates, and reflects emotions dimension. This can be done by increasing the involvement of management or the head nurse as the key person in the nursing unit to monitor and create a motivating climate.
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2023
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Alpan Habibi
Abstrak :
Supervisi yang dilaksanakan kepala ruangan di rumah sakit kerap menjadi sorotan, apakah pelaksanaannya sudah berfungsi optimal atau belum. Adanya perbedaan situasi dari sebelum pademi, saat pandemi, dan setelah pandemi Covid-19, menjadi sesuatu yang menarik untuk diketahui lebih mendalam tentang faktor penyebab terjadinya kemudahan maupun kesulitan dari pelaksanaan supervisi. Handover yang dilakukan oleh perawat dengan menerapkan komunikasi SBAR menjadi salah satu sasaran untuk dilakukan supervisi oleh kepala ruangan agar dapat diketahui proses pelaksanaannya. Tujuan dari penelitian ini untuk mengeksplorasi pengalaman kepala ruangan dalam pelaksanaan supervisi penerapan komunikasi SBAR pada kegiatan handover perawat. Desain penelitian ini yaitu kualitatif dengan pendekatan fenomenologi, metode pengumpulan data menggunakan wawancara mendalam tidak terstruktur. Partisipan pada penelitian ini 14 orang kepala ruangan dengan memperhatikan prinsip saturasi data dan variasi maksimal. Pemilihan partisipan dengan teknik purposive sampling yang ditentukan berdasarkan kriteria inklusi dan eksklusi. Analisis data yang digunakan adalah metode Colaizzi dan analisis tematik. Hasil penelitian didapatkan tujuh tema yakni 1) Bank Kepala Ruangan Sebagai Solusi Pelaksana Supervisi di Era Pandemi; 2) Budaya Supervisi Konvensional dan Digital di Berbagai Era; 3) Patient Safety Alasan Utama Optimalisasi Pelaksanaan Supervisi; 4) Kolaborasi dalam Pelaksanaan Supervisi; 5) Masalah 4 M dalam Pelaksanaan Supervisi; 6) Solusi Mengatasi Penerapan Komunikasi SBAR Kegiatan Handover; 7) Tiga Faktor Pendukung Pelaksanaan Supervisi. Diharapkan rumah sakit dapat melakukan peninjauan dan memperbaharui pedoman-pedoman berbasis digital untuk menghadapi tantangan masa kini maupun yang akan datang. Sementara perawat manajer diharapkan dapat melakukan pengawasan secara terjadwal pada pelaksanaan supervisi kepala ruangan penerapan komunikasi SBAR pada kegiatan handover perawat. ......Supervision carried out by the head nurse in the hospital is often in the spotlight, whether the implementation is functioning optimally or not. There are differences in situations from before the pandemic, during the pandemic, and after the Covid-19 pandemic, it is interesting to know more about the factors that cause the ease and difficulty of carrying out supervision. The handover carried out by the nurse by applying SBAR communication is one of the targets for supervision by the head nurse so that the implementation process can be known. The purpose of this study was to explore the experience of the head nurse in supervising the implementation of SBAR communication in nurse handover activities. The study design is qualitative with a phenomenological approach, the data collection method uses unstructured in-depth interviews. Participants in this study were 14 head nurses with due observance of the principles of data saturation and maximum variation. Selection of participants by purposive sampling technique which was determined based on inclusion and exclusion criteria. The data analysis used is the Colaizzi method and thematic analysis. The results of the study obtained seven themes, namely 1) Head Nurse Bank as a Solution for Supervision Executors in the Pandemic Era; 2) Conventional and Digital Supervision Culture in Various Eras; 3) Patient Safety Main Reason for Optimizing Supervision Implementation; 4) Collaboration in Supervision Implementation; 5) 4 M Problems in the Implementation of Supervision; 6) Solutions for Overcoming the Implementation of SBAR Communication for Handover Activities; 7) Three Factors Supporting the Implementation of Supervision. It is hoped that hospitals can review and update digital-based guidelines to deal with current and future challenges. Meanwhile, nurse managers are expected to be able to carry out scheduled supervision on the implementation of the supervision of the head nurse on the implementation of SBAR communication in nurse handover activities.
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2023
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
N. Laelyana
Abstrak :
Tindakan invasif menyebabkan nyeri pada anak ketika hospitalisasi di rumah sakit menjadi salah satu sumber kecemasan, ketakutan, dan ketidaknyamanan bagi anak maupun orang tua. Salah satu manajemen nyeri yang bisa dilakukan pada anak yaitu dengan memberikan distraksi. Distraksi adalah tindakan memperhatikan sesuatu selain rasa sakit, tindakan menarik perhatian pada rasa sakit. Tujuan: Penelitian ini untuk mengetahui pengaruh distraksi Virtual Reality terhadap nyeri anak usia sekolah saat dilakukan pemasangan infus. Metode: Penelitian menggunakan desain quasi experiment post-test only dengan sampel responden terdiri dari 34 kelompok intervensi dan 34 kelompok kontrol, sesuai kriteria inklusi yaitu: anak yang dipasang infus pertama kali saat periode rawat terkini, tidak mengalami gangguan kognitif, anak kooperatif dan mau mengikuti instruksi, serta anak yang didampingi orangtua. Instrumen nyeri yang digunakan adalah NRS (Numeric Rate Scale). Hasil: Mayoritas responden memiliki karakteristik berjenis kelamin perempuan pada kelompok intervensi sebanyak 67,6% dan pada kelompok kontrol berjenis kelamin perempuan sebanyak 61,8%, berusia 6-12 tahun dan memiliki pengalaman prosedur invasif sebelumnya. Analisis data menggunakan uji non parametrik (Mann Whitney) untuk menganalisis perbedaan nyeri pada kelompok intervensi dan kelompok kontrol pada prosedur invasif. Terdapat perbedaan signifikan nyeri selama prosedur invasif menggunakan distraksi Virtual Reality pada kelompok intervensi dan kelompok kontrol (nilai p 0,000). Saran: Penelitian Virtual Reality menunjukkan bahwa metode distraksi menjadi lebih efektif karena meningkatkan efisiensi sumber daya dan pemilihan pasien berdasarkan karakteristik. ...... Invasive acts cause pain in the child when hospitalization in the hospital becomes one of the sources of anxiety, fear, and discomfort for both the child and the parent. One of the pain management that can be done in children is by giving distractions. Distraction is the act of paying attention to something other than pain, the action of drawing attention to pain. Objective: This research is to find out the impact of Virtual Reality distraction on the pain of school-age children during infusion installation. Method: The study used a post-test only quasi-experimental design with a sample of respondents consisting of 34 intervention groups and 34 control groups, according to the inclusion criteria, namely: children who were installed the first infusion during the current period of care, did not have cognitive impairment, children cooperative and willing to follow instructions, as well as children accompanied by parents. The pain instrument used is NRS. (Numeric Rate Scale). Results: The majority of respondents had female gender characteristics in the intervention group of 67.6% and in the control group of the gender of 61.8%, aged 6-12 years and had previous experience of invasive procedures. The data analysis used a non-parametric test (Mann Whitney) to analyze differences in pain in the intervention group and the control group in the invasive procedure. There are significant differences in pain during invasive procedures using virtual reality distraction in the intervention group and control group. (nilai p 0,000). Advice: Virtual Reality research shows that the method of distraction becomes more effective as it improves resource efficiency and patient selection based on characteristics.
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2023
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Faruq Ainul Yaqin
Abstrak :
Pendahuluan: Nyeri prosedural atau nyeri akibat prosedural invasif merupakan sumber nyeri yang paling ditakuti dan paling umum oleh anak-anak. Sayangnya, banyak prosedur invasif akan diperlukan untuk diagnosis dan pengobatan penyakit. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh VR (Virtual Reality) terhadap perbedan rata-rata skor nyeri prosedural, karakteristik usia sekolah serta jenis kelamin pada anak dengan kanker. Metode: Penelitian menggunakan desain quasy experimental posttest-only pada 19 pasien kelompok kontrol dan 19 pasien kelompok intervensi. teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah dengan menggunakan sistem tidak acak (non-probability sampling) dengan cara convenience sampling. Analisis data menggunakan uji T independen. Hasil: Hasil uji statistika menunjukkan bahwa ada perbedaan signifikan skor nyeri antara kelompok kontrol dengan intervensi (p value 0,019), tidak ada perbedaan signifikan rata-rata skor nyeri antara karakteristik usia sekolah dan usia remaja (p value 0.862), tidak ada perbedaan signifikan rata-rata skor nyeri antara karakteristik jenis kelamin laki-laki dan jenis kelamin perempuan (p value 0.223), sehingga dapat disimpulkan dari penelitian ini bahwasanya ada perbedaan signifikan rata-rata skor nyeri antara kelompok intervensi VR (Virtual reality) dan kelompok kontrol terapi standar rumah sakit dengan teknik distraksi nafas dalam, namun tidak ada perbedaan signifikan rata-rata skor nyeri antara karakteristik usia sekolah dan usia remaja dan tidak ada perbedaan signifikan rata-rata skor nyeri antara karakteristik jenis kelamin laki-laki dan jenis kelamin perempuan. Rekomendasi: Diharapkan penelitian selanjutnya meneliti sampel yang lebih besar dan perlu dilakukan suatu penelitian untuk mengetahui pengaruh VR (Virtual reality) terhadap nyeri akibat prosedur lainnya, tempat penelitian dan instrumen skor nyeri yang berbeda. ......Procedural pain or pain due to invasive procedures is the most feared and most common source of pain for children. Unfortunately, many invasive procedures will be required for the diagnosis and treatment of the disease. The purpose of this study was to determine the effect of VR (Virtual Reality) on the difference in average procedural pain scores, school-age characteristics, and gender in children with cancer. Methods: The study used a quasy experimental posttest-only design with 19 patients in the control group and 19 patients in the intervention group. The sampling technique used is non-random sampling (non-probability sampling) using convenience sampling. Data analysis used an independent t-test. Results: The results of the statistical test showed that there was a significant difference in pain scores between the control and intervention groups (p-value 0.019), there was no significant difference in the average pain score between school-age and adolescent characteristics (p-value 0.862), there was no mean significant difference - average pain score between male and female sex characteristics (p-value 0.223), so it can be concluded from this study that there is a significant difference in the average pain score between the VR (Virtual reality) intervention group and the standard home therapy control group pain with the distraction technique of deep breathing, but there was no significant difference in the average pain score between school-age and adolescent characteristics and there was no significant difference in the average pain score between male and female sex characteristics. Recommendation: It is hoped that further research will examine a larger sample and a study is needed to determine the effect of VR (Virtual reality) on pain due to other procedures, research locations, and different pain score instruments.
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Astri Sapariah
Abstrak :
Kinerja perawat pelaksana di ruangan sangat menentukan kualitas asuhan keperawatan terhadap pasien. Kemampuan kepala ruangan dalam mengelola manajemen ruangan akan mempengaruhi kinerja perawat pelasana. Remunerasi merupakan salah satu upaya yang dilakukan pihak manajemen rumah sakit untuk meningkatkan kinerja perawat dalam asuhan keperawatan. Penelitian ini mengidentifikasi hubungan persepsi remunerasi,fungsi manajemen kepala ruangan dan motivasi terhadap kinerja perawat dalam melakukan asuhan keperawatan, menggunakan metode pendekatan kuantitatif dengan desain penelitian analitik dan rancangan cross-sectional terhadap 387 perawat. Dari kuesioner didapatkan hasil hubungan yang signifikan antara persepsi remunerasi p value 0,001 dan motivasi (P 0,000) terhadap kinerja perawat, persepsi remunerasi dan motivasi baik dapat meningkatkan kinerja sebanyak 99 %. Rekomendasi penelitian ini adalah mengoptimalkan sistem pengelolaan remunerasi sesuai peraturan pemerintah, meningkatkan fungsi manajemen kepala ruangan dalam membangun motivasi perawat sehingga dapat meningkatkan kinerja perawat pelaksana dalam melakukan asuhan keperawatan ......The performance nurses in carrying out nursing care will be influenced by various factors both from within (intrinsic) and from outside (extracurricular) of the nurse itself, what needs will be increase a nurse is motivation to provide quality service and improve safety culture. Patients go through the performance while doing nursing care, remuneration is one of the efforts made by both the government and hospital management to improve the performance of nurses in providing nursing care. This study identifies the relationship between remuneration perspectives, management function of the head of the room and motivation to the performance of nurses in performing nursing care The method uses a quantitative approach with analytical research design and cross-sectional design of 387 nurses using a questionnaire with there is a significant relationship between perceptions of remuneration p value 0.001 and motivation (0.000) on nurse performance, perceptions of good remuneration and motivation can improve performance by as much as 99% government regulations, improve the management function of the head of the room in building nurse motivation so that it can improve the performance of nurses in carrying out nursing care
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2021
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ana Nurhani
Abstrak :
Budaya keselamatan pasien menjadi hal yang sangat penting dalam memberikan perawatan yang aman. Belum optimalnya kompetensi kepemimpinan kepala ruangan dalam menjalankan peran dan fungsinya untuk menjamin kualitas pelayanan terlebih lagi budaya keselamatan pasien. Penelitian ini bertujuan mengetahui hubungan kompetensi kepemimpinan kepala ruangan dengan budaya keselamatan pasien. Penelitian Cross Sectional menggunakan proportional sampling ini dilakukan dengan pengisian kuesioner yang melibatkan 260 perawat pelaksana di 4 Rumah Sakit X Kota tangerang. Hasil didapatkan adanya hubungan yang signifikan antara kompetensi kepemimpinan kepala ruangan dengan budaya keselamatan pasien (p<0,05). Hasil regresi linear menunjukkan variabel yang paling mempengaruhi budaya keselamatan pasien yaitu tingkat Pendidikan, jenjang karir dan kompetensi kepemimpinan (R2=0,272). Kesimpulan budaya keselamatan pasien yang kuat dipengaruhi jenjang karir perawat klinik, tingkat Pendidikan perawat pelaksana serta kompetensi kepemimpinan kepala ruangan. Saran penelitian ini mendapatkan hasil adanya korelasi antara hubungan budaya keselamatan pasien dengan karakteristik perawat pelaksana (Tingkat Pendidikan, Jenjang karir perawat klinik) sehingga Hal ini dapat menjadi pertimbangan rumah sakit untuk pengembangan program pendidikan berkelanjutan bagi perawat pelaksana dan peningkatan kompetensi jenjang karir perawat klinik. meningkatkan budaya positif dirumah sakit dengan melakukan pengkajian Kembali pengaturan staf atau ketenagaan perawat terkait dengan kecukupan jumlah tenaga berdasarkan rasio perawat pasien, memperhatikan jumlah total jam kerja perawat serta adanya kesesuaian penempatan tenaga berdasarkan level kompetensi. optimalisasi kompetensi kepemimpinan kepala ruangan dengan pengembangan panduan kompetensi kepemimpinan ......Patient safety culture is very important in providing safe care. The leadership competence of the head of nurse is not yet optimal in carrying out its roles and functions to ensure better service quality for patient safety. This study aims to determine the relationship between the leadership competence of the head of nurse and safety culture. This cross-sectional study using proportional sampling was conducted by filling out a questionnaire involving 260 nurses at 4 Hospital X Tangerang City. The results obtained were a significant relationship between the leadership competence of the head of nurse and patient safety culture (p <0.05). The results of linear regression showed that the variables that most influenced patient safety culture were education level, career path and leadership (R2=0,272). The conclusion of patient safety culture that needs to be considered is the importance of clinical nurse careers, the level of education of implementing nurses and the leadership competence of the head of nurse. The suggestion of this research is to get the results of a correlation between patient safety culture and the characteristics of implementing nurses (Education Level, Career Paths for Clinical Nurses) so that this can be a consideration for hospitals for continuing education development programs for implementing nurses and increasing clinical nurse career competencies. improve a positive culture in hospitals by reviewing staff or manpower arrangements related to the adequacy of the number of personnel based on the nurse-patient ratio, paying attention to the number of working hours of nurses and the availability of staffing based on competency levels. optimizing the leadership competence of the head of nurse with the development of leadership competency guidelines.
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3   >>