Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 9 dokumen yang sesuai dengan query
cover
cover
cover
Riyan Hariyadi
"Negara berkewajiban mewujudkan ketersediaan, keterjangkauan, dan pemenuhan konsumsi pangan yang cukup, aman, bermutu, dan bergizi seimbang, baik pada tingkat nasional maupun daerah hingga perseorangan secara merata di seluruh wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia sepanjang waktu dengan memanfaatkan sumber daya, kelembagaan, dan budaya lokal. Seiring dengan hal tersebut, pola konsumsi masyarakat terhadap produk-produk terus meningkat, diikuti dengan adanya perubahan life style masyarakat termasuk pola konsumsinya. Sementara itu, kurangnya pengetahuan dan awareness masyarakat akan bahaya obat dan makanan illegal menimbulkan kecenderungan untuk lebih memilih produk dari segi cita rasa, penampilan dan trend tanpa memperhatikan aspek keamanan. Untuk itu Indonesia harus memiliki Sistem Pengawasan Obat dan Makanan yang efektif dan efisien yang mampu mendeteksi, mencegah dan mengawasi produk-produk termaksud untuk melindungi keamanan, keselamatan dan kesehatan konsumennya baik di dalam maupun di luar negeri. Praktek Kerja Profesi Apoteker (PKPA) dilaksanakan pada 2 - 26 September 2014 di Badan POM bertujuan untuk memahami tugas dan fungsi Badan POM. Memahami tugas, fungsi dan kegiatan Direktorat Inspeksi dan Sertifikasi Pangan, serta memahami peran apoteker di Badan POM.

The nation is obliged to realize the availability, affordability, and the fulfillment of adequate food consumption, safety, quality, and nutritionally balanced, both at national and regional levels to individual evenly across the territory of the Republic of Indonesia at all times by utilizing the resources, institutional, and cultural Local. Along with this, the pattern of consumption of products continues to increase, followed by a change in life style community including consumption patterns. Meanwhile, the lack of knowledge and awareness about the dangers of drugs and illegal food raises the tendency to prefer products in terms of taste, appearance and trends without regard to security aspects. For that Indonesia must have Food and Drug Monitoring System effective and efficient way to detect, prevent and control the said products to protect the security, safety and health of consumers both at home and abroad. Pharmacist internship conducted on 2 to 26 September 2014 at National Agency of Drug and Food Control (NA-DFC) aims to understand the duties and functions of NA-DFC. It also gives knowledge and insight about duties, functions and activities at the Directorate of Food Inspection and Certification, as well as understanding the role of pharmacist at NA-DFC.
"
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2015
PR-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Tina Mellani
"Praktek Kerja Profesi Apoteker (PKPA) dilaksanakan di Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia Jl. Percetakan Negara No. 23 Jakarta. Kegiatan ini bertujuan untuk memahami tugas dan fungsi Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia dan juga memahami tugas pokok dan fungsi dari Direktorat Inspeksi dan Sertifikasi Pangan. Sedangkan tujuan dari tugas khusus adalah untuk mengetahui dan mengkaji pengawasan dan pengendalian minuman beralkohol untuk mencegah penyalahgunaan minuman beralkohol oplosan.

Pharmacists Professional Practice (PKPA) was implemented at Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia Jl. Percetakan Negara No. 23 Jakarta. PKPA activity aims to understand the duties and functions of at Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia and Direktorat Inspeksi dan Sertifikasi Pangan. While the purpose of the specific assignment is to understand and assess the surveillance and controlling of alcoholic beverages to prevent abuse of adulterated alcoholic beverages.
"
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2014
PR-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Adia Triyarintana
"Latar Belakang: Prolaps organ panggul (POP) merupakan suatu penonjolan atau penurunan dinding vagina berserta organ-organ pelvis (uterus, kandung kemih, usus dan rektum) kedalam liang vagina atau keluar dari introitus vagina. Terdapat beberapa teknik operasi rekonstruksi POP dengan berbagai luaran operasi, salah satu teknik operasi rekonstruksi yang sering digunakan adalah Sacrospinosus Fixation (SSF). Sampai saat ini belum ada penelitian tentang gambaran luaran anatomis operasi Sacrospinosus Fixation (SSF) pada pasien prolaps organ panggul ataupun angka rekurensi prolaps organ panggul pascaoperasi. Tujuan: Untuk mengetahui luaran anatomis operasi teknik Sacrospinous Fixation
(SSF) Metode: Penelitian ini menggunakan desain kohort retrospektif, archival study. Data diambil dari data sekunder rekam medis untuk evaluasi luaran operasi berupa titik C (POP-Q) pascaoperasi Sacrospinosus Fixation (SSF). Sebanyak 34 pasien yang masuk ke kriteria inklusi dilakukan analisis terhadap titik C praoperasi dan pascaoperasi. Analisis menggunakan Uji T berpasangan pada variabel dengan distribusi normal, dan Uji Wilcoxon-Sign Rank pada variabel distribusi tidak normal. Hasil: Dari 34 pasien yang dilakukan analisis, usia rerata pasien adalah 55,1 tahun, serta memiliki median IMT 25.2 kg/m2, derajat prolaps praoperasi 3-4 (67.6%), multiparitas 67.6%, dan riwayat histerektomi 17.6%. Pengukuran skor POP-Q dilakukan sebelum dan sesudah operasi, dengan rerata titik C praoperasi sebesar 3,62 ±1,12, sedangkan median 3,0 dengan nilai minimum -1 dan maksimum +9. Pada pengukuran pascaoperasi didapatkan rerata -4,56 ±0,82, sedangkan median sebesar -5,0 dengan nilai minimum -8 dan nilai maksimum +4. Analisis perbedaan nilai titik C praoperasi dan pascaoperasi didapatkan perbedaan yang bermakna (p<0,001). Kesimpulan: Teknik Sacrospinous Fixation (SSF) memiliki luaran yang cukup baik dan bermanfaat dalam memperbaiki kasus prolaps organ panggul, terutama kompartemen apikal dengan angka keberhasilan 14/16 (87.5%).

Background: Pelvic organ prolapse (POP) is a protrusion or the fall of vaginal wall along with the pelvic organs (uterus, bladder, intestine and rectum) into the vagina or out of vaginal introitus. There are several reconstructive surgery with various operating outcomes, but the most often used is Sacrospinosus Fixation (SSF). To this day, there is a lack of study regarding the anatomical outcome of Sacrospinosus Fixation (SSF) surgery or the recurrence of pelvic organ prolapse after SSF, especially in Indonesia. Objective: To determine the anatomical outcome of Sacrospinous Fixation (SSF) technique.
Method: This study uses a retrospective cohort design with archival study. Data was taken from secondary medical record for evaluation of operating outcomes of Sacrospinosus Fixation, in the form of POP-Q scores of pre and post-operative. 34 patients who have gone through inclusion and exclusion criteria were analyzed by their C-point position pre and post-operatively. Paired T-test was used for normally distributed variable while Wilcoxon-Sign Rank test was used for abnormally distributed variable. Result: From 34 patients, we found that the average age is 55,1 years old, with median BMI of 25.2 kg/m2, multiparity 66.7%, prolapse stage III-IV (67.6%), previous Hysterectomy(17.6). The measurement of POP-Q Score were conducted before and after the operative procedure, with average C-point score of 3,62 ±1,12, median 3,0, minimum score -1 and maximum score of +9. In measurement postprocedure, we found average C-point score of -4,56 ±0,82, with median -5,0, minimum score -8, and maximum score +4. From comparative analysis of pre and post-operative procedure it is found to be statistically significant (p<0,001). Conclusion: The Sacrospinous Fixation (SSF) has a good operating outcome especially for the improvement of the apical compartment with succesfull rate
14/16 (87.5%).
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2020
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Muhammad Ridwan
"Keberadaan situ di perkotaan sangat penting terutama sebagai buffer ekosistem, rekreasi, keragaman hayati, pengendali banjir dan konservasi air. Ancaman dan kerentanan situ perkotaan semakin tinggi, seperti adanya penurunan kualitas dan kuantitas ekosistem, sehingga diperlukan upaya dalam konservasi situ perkotaan berupa pemeliharaan dan pengembangan. Situ Rawa Dongkal memiliki banyak potensi yang layak untuk menjadi destinasi wisata.Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis kualitas air, lingkungan fisik, aspek pariwisata dan penyusunan strategi dalam merencanakan pengembangan destinasi wisata. Pendekatan dari penelitian ini adalah kuantitatif. Analisis yang dilakukan meliputi penilaian kualitas air, valuasi ekonomi, sosial dan daya tarik wisata. Hasil dari penelitian ini adalah kualitas air tercemar ringan dan masih sesuai baku mutu. Kualitas lingkungan panas dan kering. Aspek wisata, sosial dan ekonomi menujukkan layak untuk pengembangan. Rekomendasi strategi adalah Strength and Opportunity (SO) yakni dengan memanfaatkan kelebihan dan keunikan situ, revitaslisasi kawasan, promosi melalui media sosial, mempertegas peraturan daerah terkait pengelolaan situ.

The existence of situ in urban areas was very important, especially as a buffer for ecosystems, recreation, biodiversity, flood controlled and watered conservation. The threats and vulnerabilities getting higher, like decrease in the quality and quantity of ecosystems, therefore efforts were needed in urban situ conservation in the form of maintenance and development. Situ Rawa Dongkal had a lot of potential that deserves to became a tourist destination. The aim to analyze watered quality, physical environment, tourism aspects and strategize to development destinations. The approached was quantitative. The analysis carried out includes an assessment of watered quality, economic, social and tourist attractions. The result show still in accordance with quality standards. Environment quality was hot and dried. Tourism aspects indicate suitability for tourism development. The strategy recommendation was strength and opportunity (SO), by utilizing the advantages and uniqueness of the site, revitalization, promotion social media, emphasizing regulations in situ management."
Jakarta: Sekolah Ilmu Lingkungan Universitas Indonesia, 2023
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yohanes Alda
"ABSTRAK
Penerapan Jaminan Kesehatan Nasional dan sistem pembayaran INA-CBGs merupakan hal baru dalam sistem kesehatan di Indonesia, dan merupakan sistem pembayaran utama yang dilakukan oleh RSUPN CM pada saat ini. Penggunaan PPK sebagai standar pelayanan kedokteran masih merupakan hal yang baru di Indonesia dan belum pernah dievaluasi penggunaanya. Penelitian ini bertujuan untuk mencari hubungan antara jenis pembedahan, kepatuhan menggunakan PPK terhadap kendali mutu dan kendali biaya. Dari 82 sampel yang didapat, didapatkan 54,9% dilakukan tatalaksana dengan laparoskopi dan 45,1% dengan laparotomi, sedangkan dari sisi kepatuhan menggunakan PPK hanya didapatkan 25,6% kasus ditalaksana sesuai dengan PPK yang ada. Rentang perbedaan pembiayaan yang dikeluarkan RSUPN CM dan yang dibayarkan BPJS cukup besar dengan median persentase yang dibayarkan hanya 75% atau dengan kerugian yang dialami oleh RSUPN CM mencapai Rp 5.160.954,-. Rerata lama perawatan untuk laparoskopi adalah 3 hari dan untuk laparotomi adalah 4 hari, komplikasi hanya didapatkan pada 1 kasus dan tidak ada mortalitas pada periode penelitian ini. Dari hubungan antara jenis pembedahan dan kendali biaya tidak didapatkan hubungan yang signifikan dengan nilai p 0,503, sedangkan hubungan antara jenis pembedahan dan kendali mutu didapatkan bahwa bedah laparoskopi 36 kali lebih besar memiliki risiko lama perawatan tidak sesuai (p<0,001), secara umum dapat diartikan bahwa pada tindakan laparoskopi terdapat risiko sebesar 32 kali kendali mutu akan tidak sesuai jika dibandingkan dengan tindakan laparotomi. Sedangkan dari hubungan antara kepatuhan menggunakan PPK dengan kendali biaya didapatkan kepatuhan menggunakan PPK yang baik tidak berhubungan dengan kendali biaya yang sesuai, begitu juga kepatuhan menggunakan PPK yang tidak baik tidak berhubungan dengan kendali biaya yang tidak sesuai. Hal yang sama juga didapatkan pada hubungan antara kepatuhan menggunakan PPK dan kendali mutu. Secara keseluruhan dari 82 kasus yang ditangani, hanya terdapat 3 (3,7%) kasus yang ditangani dan memiliki kesesuaian kendali mutu juga kendali biaya dan sebagian besar atau 48 kasus (58,5%) memiliki kendali biaya dan mutu yang tidak sesuai. Dapat disimpulkan bahwa jenis pembedahan berhubungan dengan kendali mutu dan kendali biaya, sedangkan kepatuhan menggunakan PPK tidak berhubungan dengan kendali mutu dan kendali biaya.

ABSTRACT
The implementation of National Health Coverage and INA-CBGs system payment is recently adapted in health care system in Indonesia and the main payment system in RSUPN CM. The implementation of clinical pathway is also newly adapted in Indonesia and never been evaluated for its use. This research aim to find the correlation between the type of surgery, adherence to clinical pathway with quality and cost control. From 82 samples, 54,9% underwent laparoscopy and 45,1% laparotomy, only 25,6% samples had good clinical pathway adherence. The median percentage of difference between the cost and the payment received by RSUPN CM is 75% with median loss of Rp 5.160.954,- per patient. The mean for length of stay for laparoscopy is 3 days and for laparotomy is 4 days, only 1 major complication and no mortality recorder during this research. There was no significant correlation between type of surgery and cost control (p=0,503) but we found a significant correlation between type of surgery and quality control, the relative risk for unsuitable length of stay for laparoscopy was 36 (p<0,001). As we evaluated for the correlation with quality control and laparoscopy, there was 32 times relative risk for unsuitable quality control compared to laparotomy. The adherence to clinical pathway was not correlated with cost control, good clinical pathway adherence was not correlated with good quality control and bad clinical pathway adherence was not correlated to bad quality control as well. The same result also applied to the correlation of adherence to clinical pathway and quality control. Overall from 82 samples only 3 (3,7%) that has good quality and cost control, 48 samples (58,5%) has bad quality and cost control. We conclude that the type of surgery was correlated with quality and cost control, the adherence to clinical pathway was not correlated with quality and cost control."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2019
T59150
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
I Gede Manu Mahendra
"Latar belakang: Persalinan merupakan peristiwa penting dan unik dalam kehidupan wanita yang memiliki risiko negatif seperti trauma perineum selama persalinan pervaginam. Angka robekan perineum dilaporkan 35,1-78,3% pada primipara dan 34,8-39,6% pada multipara. Faktor risiko terjadinya ruptur perineum cukup beragam dimana masalah ruptur perineum belum dianalisis secara luas sehingga penelitian ini dilakukan untuk memprediksikan kejadian ruptur perineum selama anternatal pada wanita hamil cukup bulan pada persalinan pervaginam.
Metode penelitian: Tahap pertama menggunakan desain deskriptif, tahap kedua dilaksanakan dengan desain case cohort study. Penelitian dilakukan pada Penelitian Multisenter HUGI (Penelitian Multisenter HUGI (RSCM, RS YPK Mandiri), dan RSUD di DKI Jakarta pada bulan Agustus 2023-April 2024. Pengambilan sample menggunakan consecutive sampling sesuai kriteria inklusi dan eksklusi. Pengolahan data menggunakan perangkat lunak SPSS (Statistical Pogram for Social Science) dan akan dianalisis menggunakan Analisa regresi logistik dengan p value <0,25.
Hasil: Sebanyak 146 subjek direkrut dengan 118 subjek memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi. Jumlah robekan perineum mencapai 77 (65,3%) dan sebagian besar (80%) mengalani robekan derajat 2. Dari analisis diperoleh model prediksi yang terdiri dari paritas (OR=4,64 IK 95%: 1,74-12,33), indeks massa tubuh (OR=2,45 IK 95%: 1,04-5,73), dan AP hiatal (OR=2,26 IK 95%: 0,94-5,42).
Kesimpulan: Variabel yang dapat memprediksikan kejadian robekan perineum pada wanita hamil cukup bulan yang menjalani partus pervaginam adalah paritas, indeks massa tubuh, dan AP hiatal.

Background: Childbirth is an important and unique event in women’s life which have negative risk such as perineal trauma during vaginal birth. It’s said that perineal rupture happened 35,1-78,3% in primipara and 34,9-39,6% in multipara. The risk factors of perineal rupture haven’t widely analyzed. This research was done to analyze the factors of perineal rupture during antenatal care in term pregnancy that going to perform vaginal delivery.
Methods: This research was done in two steps. First step using descriptive design and second step using case cohort study. Research was done in Multicenter HUGI (Dr. Cipto Mangunkusuomo Hospital, YPK Mandiri Hospital) and General Publich Hospital in Jakarta during Agustus 2023-April 2024. Sample was collected using consecutive sampling based on inclusion and exclusion criteria. Data processing using SPSS (Statistical Pogram for Social Science) and analyzed by logistic regression with p value <0,25.
Results: There were 146 recruited subjects of which 118 subjects were met the criteria for inclusion and exclusion. Number of perineal laceration reached 77 (65,3%) mostly perineal rupture grade 2 (80%). Prediction models were obtained consist of parity OR=4,64 IK 95%: 1,74-12,33), body mass index (OR=2,45 IK 95%: 1,04-5,73), and APD (OR=2,26 IK 95%: 0,94-5,42).
Conclussion: Parity, body mass index, and APD were variables of prediction in full term pregnant women undergoing vaginal delivery.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2024
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library