Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 8 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Soraya Risanda
"Hipertensi merupakan salah satu penyebab utama kematian dini di seluruh dunia. Data WHO menunjukkan sekitar 1,13 miliar orang di dunia menyandang hipertensi, artinya 1 dari 3 orang di dunia tidak menyadari bahwa mereka memiliki hipertensi dan 1 dari 5 orang dengan hipertensi yang tidak terkontrol. Pada tahun 2025 sekitar 29% orang dewasa diseluruh dunia memiliki hipertensi dan diperkirakan setiap tahunnya 10,44 juta orang meninggal akibat hipertensi dan komplikasinya. Asia Tenggara berada di posisi ketiga tertinggi dengan prevalensi 25% terhadap total penduduk. Di Asia Tenggara, beberapa negara sudah melaksanakan skrining hipertensi pada usia produktif, namun penelitian yang dilakukan masih sedikit. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pelaksanaan skrining dalam penemuan jumlah kasus Hipertensi pada usia produktif (15-59 Tahun) di Asia Tenggara. Penelitian ini merupakan studi kualitatif menggunakan metode Literature review dengan basis data Google Scholar, PubMed, dan PMC. Pendekatan yang digunakan yaitu Input Process Output (IPO) agar penelitian lebih terarah. Hasil pencarian yang memenuhi kriteria inklusi hanya Vietnam, Thailand, dan Malaysia. Hasil penelitian menunjukkan bahwa skrining efektif dalam menyaring pasien hipertensi yang tidak terdiagnosis dan tidak terkontrol yaitu studi di Vietnam 28,7% penduduk usia produktif terdiagnosis hipertensi dan 37,7%  dari mereka tidak terkontrol, di Thailand 40% penduduk usia produktif tidak menyadari bahwa mereka hipertensi dan 50,8% dari mereka tidak terkontrol, serta di Malaysia 32,4% penduduk usia produktif terdiagnosis hipertensi dan 40,5% dari mereka tidak terkontrol. Peneliti menyimpulkan bahwa skrining terbukti efektif dalam menemukan kasus secara dini dan menentukan penanganan serta diagnosis lebih lanjut.

Hypertension is one of the worldwide leading causes of premature death. The WHO data shows about 1.13 billion people on hypertension in the world, that means 1 of 3 people in the world is unaware that they have hypertension and 1 of 5 people with uncontrolled hypertension. In 2025, about 29% of adults worldwide are having hypertension and are estimated that each year 10.44 million people died from hypertension and its complications. Southeast Asia is in the third highest position with a prevalence of 25% of the total population. In Southeast Asia, several countries have already carried out hypertension screening at their productive age, otherwise the conducted reasearch amount are limited. The objective of this research is to analyze the implementation of screening for the hypertension cases discovery in the productive age (15-59 years) in Southeast Asia. This research is a qualitative study using the Literature review method with Google Scholar, PubMed, and PMC databases. The study approach used in this research is Input Process Output (IPO) to produce more directed research. The countries which met the inclusion criteria were only Vietnam, Thailand and Malaysia. The research shown that screening was effective to detect any undiagnosed and uncontrolled hypertension patient. The study in Vietnam shown that 28.7% of the productive aged inhabitants had hypertension and 37.7% of them were uncontrolled, in Thailand 40% of the productive aged inhabitants were unaware that they were having hypertension and 50,8% of them were uncontrolled; and in Malaysian 32,4% of the productive aged inhabitants were having hypertension and 40,5% of them were uncontrolled. The researchers concluded that screening proved effective in finding cases early in order to determine any further treatment and diagnosis."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2020
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sonia Ariyanti Sareng
"Meningkatnya jumlah kasus COVID-19 dan ketidakpastian berakhirnya penyebaran dari COVID-19 memberikan dampak di berbagai sektor salah satunya pada tenaga kesehatan yang bekerja di fasilitas pelayanan kesehatan. Secara global, menunjukkan bahwa stres adalah perasaan yang paling sering dilaporkan oleh tenaga kesehatan, dengan 93% dari mereka secara teratur mengalami stres dalam 3 bulan terakhir, hal ini diikuti oleh kecemasan sebanyak 86%, frustasi 77%, kelelahan 76%, dan perasaan kewalahan 75%. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran karakteristik tenaga kesehatan, gambaran tingkat stres pada tenaga kesehatan dan penyebab dari terjadi tingkat stres pada tenaga kesehatan selama masa pandemi COVID-19 di UPTD Puskesmas Tanah Baru. Metode yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan metode kombinasi antara pendekatan kuantitatif dan pendekatan kualitatif. Pendekatan kuantitatif dengan desain cross sectional dilakukan kepada 25 responden tenaga kesehatan di UPTD Puskesmas Tanah Baru berupa pengisian kuisioner DASS-21 serta pendekatan kualittatif berupa wawancara mendalam kepada 4 narasumber. Hasil pada penelitian ini, tenaga kesehatan yang bertugas selama masa pandemi COVID-19 sebanyak 72% tidak mengalami stres, 24% mengalami stres ringan, dan 4% mengalami stres sedang dengan berbagai macam ternjadinya faktor penyebab terjadinya resiko seperti presepsi reiko pada peningkatan kasus COVID-19, kelengkapan sarana berupa APD, peningkatan durasi kerja yang terjadi selama masa pandemi COVID-19, dan stigmatisasi terhadap tenaga kesehatan selama masa pandemi COVID-19.

The increasing number of COVID-19 cases and the uncertainty of the end of the spread of COVID-19 has an impact on various sectors, one of which is on health workers who work in health care facilities. Globally, stress is the most frequently reported feeling by healthcare professionals, with 93% of them regularly experiencing stress in the past 3 months, this is followed by anxiety at 86%, frustration at 77%, fatigue at 76%, and feeling overwhelmed at 75%. This study aims to describe the characteristics of health workers, describe stress levels in health workers, and the causes of stress levels in health workers during the COVID-19 pandemic at the Tanah Baru Health Center UPTD. The method used in this study uses a combination of quantitative and qualitative approaches. A quantitative approach with a cross-sectional design was carried out to 25 respondents of health workers at the Tanah Baru Health Center UPTD in the form of filling out the DASS-21 questionnaire and a qualitative approach in the form of in-depth interviews with 4 sources. The results of this study, 72% of health workers on duty during the COVID-19 pandemic did not experience stress, 24% experienced mild stress, and 4% experienced moderate stress with various risk factors such as risk perception in increasing COVID-19 cases. 19, completeness of facilities in the form of PPE, increased work duration during the COVID-19 pandemic, and stigmatization of health workers during the COVID-19 pandemic"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Pian Kapiso
"Asma merupakan penyakit inflamasi (peradangan) kronik saluran napas. Menurut WHO penderita asma di dunia mencapai 285 juta pada tahun 2016 dengan 383.000 kematian. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara jarak rumah dan sumber pencemaran luar rumah (Outdoor Pollution) menggunakan desain kasus kontrol. Kasus adalah penduduk Kecamatan Pangkalan berusia >15 tahun, menderita asma pada tahun 2017dan tercatat dalam register Puskesmas dan klinik kesehatan. Control adalah penduduk Kecamatyan Pangkalan berusia >15 tahun, tidak mnderita asma pada periode yang sama dan tinggal dekat dengan kasus. Jarak antara rumah dengan sumber pencemaran diperoleh dengan menggunakan aplikasi Global Positioning System (GPS) Coordinates dan Distance Calculator.
Hasil penelitian ini menyebutkan bahwa orang yang tinggal dekat dengan jalan raya berisiko 1.34 kali untuk menderita asma dibandingkan dengan mereka yang tinggal jauh dari jalan raya (95%CI :0.61-2.97), orang yang tinggal dekat dengan pabrik pembakaran batu kapur berisiko 0.55 kali untuk terkena asma dibandingkan dengan mereka tinggal jauh (95%CI : 0.25-1.19), orang yang tinggal dekat dengan jalan raya dan atau pabrik pembakaran batu kapur berisiko 1.04 kali dibandingkan dengan mereka jauh (95%CI : 0.76-1.42). Pemerintah Perlu meningkatkan sarana dan prasarana, pendanaan, Sumber Daya Manusia, Koordinasi lintas program dan lintas sektor, melakukan penilaian, supervisi/bimbingan teknis dan monitoring pelaksanaan dan pencapaian program. Diharapkan Peran serta masyarakat dalam kegiatan pencegahan penyakit asma dan faktor risikonya (tungau, debu dalam rumah, bulu binatang, asap obat nyamuk bakar, asap rokok, polusi udara melalui kenderaan roda dua/empat dan pabrik, selalu membersihkan perabot rumah dalam hal ini kasur, selimut, sprei minimal 2-3 kali dalam seminggu).

Asthma is a chronic inflammatory airway disease (PDPI, 2016). WHO estimates about 285 million cases in 2016 with 383,000 deaths. This study aims to determine the correlation between the distance of house and the source of Outdoor Pollution with asthma incidence using Case Control study design. Cases were resident of Pangkalan sub-district aged >15 years old, suffering from asthma in 2017 and recorded in Puskesmas and Clinic’s registers. Control were resident of Pangkalan sub-district aged >15 years old, did not suffer from asthma in the same period and lived near the cases. The distance between house and the source of outdoor pollution obtained using the Global Positioning System (GPS) Coordinates and Distance Calculator application.
The results of this study state that resident who lived near the highway were 1.34 times more likely to suffer asthma than those who live far from the highway (95% CI: 0.61-2.97), resident who lived near the the limestone burning factory were 0.55 times more likely to suffer asthma than those who live far from the limestone burning factory (95% CI: 0.61-2.97). resident who lived near the highway and / or the limestone burning factory were 1.04 times more likely to suffer asthma than those who did not (95% CI: 0.76-1.42). The goverment need to improve facilities and infrastructure, funding, Human Resources, cross-programe and sectoral coordination as well as assessment, supervision/technical guidance and monitoring the implementation and achievement of the programme. Community participation is expected in order to prevent asthma and its risk factors (mites, house dust, animal hair, mosquito coils, smoker, air pollution through two-wheeled vehicles and factories, always cleaning household furnitures, bed, blanket, bed linen at least 2-3 times a week).
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2019
T52767
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Maulidiya Muliawati
"Pelaksanaan SIK terintegrasi di Indonesia masih belum sepenuhnya terlaksana secara optimal karena masih adanya fragmentasi pelaporan data dari daerah menuju pusat. Skripsi ini membahas gambaran SIMPUS sebagai salah satu bentuk SIK terintegrasi untuk mendukung manajemen pelayanan kesehatan melalui studi kasus pelaksanaan di Kota Depok. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan studi desktriptif menggunakan pendekatan 7 komponen dari National e- Health Strategy Toolkit milik WHO serta proses dalam manajemen pelayanan kesehatan. Penelitian ini menggunakan metode wawancara mendalam dan observasi untuk mendapatkan data primer, serta didukung oleh telaah dokumen untuk mendapatkan data sekunder. Informan dalam penelitian ini adalah 1 orang penanggung jawab pelaksanaan SIMPUS di Dinkes Kota Depok serta 11 orang penanggung jawab pelaksanaan SIMPUS di UPT Puskesmas Kota Depok yang didapatkan dari teknik purposive sampling. Hasil penelitian didapatkan bahwa berdasarkan National e-Health Strategy Toolkit dari WHO, aplikasi SIMPUS belum cukup optimal dalam pelaksanaannya sebagai bentuk SIK Terintegrasi di Kota Depok. Hal tersebut dapat dilihat dari infrastruktur jaringan dan sistem yang masih sering eror, kompetensi tenaga kerja yang masih belum seragam dan sesuai, hingga belum adanya pemanfaatan data untuk pengambilan keputusan dan kebijakan. Selain itu, analisis dengan manajemen pelayanan kesehatan menunjukkan SIMPUS masih membutuhkan optimalisasi di setiap tahapan prosesnya, yaitu planning (perencanaan), organizing (pengorganisasian), actuating (implementasi), evaluation (evaluasi), dan controlling (pengawasan dan pengendalian).

The implementation of integrated health information system (SIK) has not been fully implemented optimally because there is still a data fragmentation of reporting from regions to the center. This paper discusses an overview of SIMPUS implementation as part of integrated health information system (SIK) to support health service management through case studies of the implementation in Depok City. This paper employs qualitative research in a descriptive study, using the 7 components of National e-Health Strategy Toolkit from WHO as an assessment and the process of health service management. This research using indepth interviews and observation methods to obtain primary data, and supported by document review to obtain secondary data. Informants in this research are the person in charge (PJ) of SIMPUS in Depok City Health Office (Dinkes Kota Depok) and Depok Health Center (Puskesmas) as obtained from purposive sampling techniques. The result shows that SIMPUS has not been implemented optimally as a part of integrated health information system (SIK) in Depok based on the National e-Health Strategy Toolkit from WHO. This can be seen from the lack of infrastructure that often getting error-either the networks or the system, competencies of human resources that still not equivalent, and the absence of data utilization for policy and decision making. Moreover, analysis with the management health service process still needs optimization at each stage- planning, organizing, actuating, evaluating, and controlling. "
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2020
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Silvia Elki Putri
"LATAR BELAKANG: Lansia mengalami perubahan terkait usia yang tidak dapat dihindari, progresif, dan tidak dapat diubah seperti perubahan fisiologis yang bersifat degeneratif tetapi tetap dapat dioptimalkan dalam fungsi psikologis, sosial, dan spiritual. TUJUAN: Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh terapi keperawatan psikoreligius: MURIMA (integrasi murottal QS Ar-Rahman & imajinasi terbimbing) terhadap peningkatan kesejahteraan spiritual, penurunan stres, dan tekanan darah pada lansia penderita hipertensi di Desa Curug, Depok. METODE: Desain penelitian ini adalah quasi eksperimen dengan pre-test-post-test one group tanpa kelompok kontrol. Jumlah partisipan adalah 36 lansia hipertensi di komunitas dan 10 keluarga dengan lansia hipertensi dengan purposive sampling. Instrumen yang digunakan adalah Spiritual Well-Being Scale, Depression Anxiety Stress Scales (DASS), dan sphygmomanometer digital. Terapi psikoreligius keperawatan: MURIMA dilaksanakan selama 55-60 menit setiap pertemuan selama 12 minggu (12 pertemuan = 16 sesi). HASIL: Hasil penelitian menunjukkan bahwa karakteristik lansia dengan hipertensi adalah usia 60-74 tahun (100%), kelebihan berat badan (33,3%), perempuan (61,1%), menikah (77,8%), etnis Jawa (80,6%), SD (30,6%), tidak bekerja (94,4%), 6 bulan menderita hipertensi (91,7%), memiliki riwayat keluarga dengan hipertensi (19,4%), perokok (27,8%), dan peminum alkohol (2,8%). Terdapat pengaruh positif terapi psikoreligius keperawatan: MURIMA terhadap peningkatan kesejahteraan spiritual, penurunan stres, dan tekanan darah pada lansia penderita hipertensi (p<0,05). KESIMPULAN: Terapi psikoreligius keperawatan: MURIMA dapat digunakan dan efektif untuk meningkatkan kesejahteraan spiritual, mengurangi stres, dan tekanan darah pada lansia dengan hipertensi. Terapi ini sebagai pilihan intervensi keperawatan bagi individu, kelompok, keluarga, dan masyarakat melalui pendekatan psikoreligius.

BACKGROUND: The older people experience unavoidable, progressive, and irreversible age-related changes such as degenerative physiological changes but can still be optimized in psychological, social, and spiritual functions. AIM: The study aimed to analyze the effect of nursing psychoreligious therapy: MURIMA (integrating murottal QS Ar-Rahman & guided imagery) to improve spiritual well-being, reduce stress, and blood pressure among older people with hypertension in Curug Village, Depok. METHODS: This research design was a quasi-experiment with pre-test-post-test one group without a control group. The total number of participants were 36 older people in community and 10 families with hypertension elderly which were taken by purposive sampling. Instruments used are Spiritual Well-Being Scale, Depression Anxiety Stress Scales (DASS), and sphygmomanometer digital. Nursing psychoreligious therapy: MURIMA was implemented for 55-60 minutes every meetings for 12 weeks (12 meetings = 16 sessions). RESULTS: The results showed that characteristics of older people with hypertension are 60-74 years old (100%), overweight (33,3%), female (61.1%), married (77.8%), ethnic Jawa (80.6%), primary school (30.6%), unemployed (94.4 %), ≥6 months have hypertension (91.7%), have a family history with hypertension (19.4%), smokers (27.8%), and drank alcohol (2.8%). There was positive effects of nursing psychoreligious therapy: MURIMA on increasing spiritual well-being, reducing stress, and blood pressure in the older people with hypertension (p<0.05). CONCLUSIONS: This study concluded that nursing psychoreligious therapy: MURIMA can be used and effective to improve spiritual well-being, reduce stress, and blood pressure among older people with hypertension. This therapy as an option for nursing interventions for individuals, groups, families, and communities through a psychoreligious approach."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2022
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Ni Made Candra Citra Sari
"Penderita DM (diabetesi) tidak hanya kalangan lansia tetapi juga sudah banyak diderita oleh kalangan pada usia produktif. Permasalahan terkait dengan perawatan diri sering ditemukan pada diabetesi yang baru saja didiagnosa atau sudah lama didiagnosa DM. Beberapa hambatan yang terjadi pada diabetesi dalam melaksanakan perilaku peraatan diri yaitu keterbatasan dalam pengetahuan dan keterampilan dalam penyusunan menu, kekurangan informasi kurangnya aktivitas fisik, kepatuhan terhadap pengobatan yang rendan dan juga dukungan dari keluarga dan lingkungan sekitar yang minim.Pengendalian DM pada diabetesi sangata diperlukan untuk mengurangi komplikasi DM. Berdasarkan kondisi tersebut dikembangkan program GEPARI. Tujuan dari program ini adalah meningkatkan perilaku perawatan diri para diabetesi. Metode yang digunakan yaitu studi kasus keluarga dan aggregate dewasa DM menggunakan pendekatan proses keluarga dan komunitas yang melibatkan 10 keluarga dan 34 diabetesi dewasa. Program ini didasarkan pada lima pilar pengendalian DM yaitu edukasi, manajemen nutrisi, aktivitas fisik, pengobatan dan juga pemeriksaan gula darah yang dilaksanakan selama 12 sesi. Evaluasi terhadap pengetahuan, sikap dan keterampilan dan tingkat kemandirian keluarga menggunakan kuesioner sedangkan gula darah sewaktu diukur menggunakan glucometer yang dilaksanakan sebelum dan sesudah pelaksanaan program GEPARI. Hasil implementasi didapatkan hasil bahwa terjadi peningkatan pengetahuan, sikap dan keterampilan (p>0,05), penurunan glukosa darah sewaktu dan peningkatan kemandirian keluarga. Program GEPARI disarankan dapat dilaksanakan dalam pelayanan kesehatan komunitas. 

People with DM (diabetes) are not only among the elderly but also have suffered by many people of productive age. Problems related to self-care are often found in people with diabetes who have just been diagnosed or have been diagnosed with diabetes for a long time. Some of the obstacles that occur in diabetes in carrying out self-care behavior are limitations in knowledge and skills in preparing menus, lack of information, lack of physical activity, low adherence to medication and also minimal support from family and the surrounding environment. reduce DM complications. Based on these conditions, the GEPARI program was developed. The aim of this program is to improve self-care behavior of diabetics. The method used is a family case study and aggregated adult DM using a family and community process approach involving 10 families and 34 adult diabetes. This program is based on the five pillars of DM control, namely education, nutrition management, physical activity, medication and also blood sugar checks which were carried out for 12 sessions. Evaluation of knowledge, attitudes and skills and level of family independence using a questionnaire, while blood sugar is measured using a glucometer which is carried out before and after the implementation of the GEPARI program. The results of the implementation showed that there was an increase in knowledge, attitudes and skills (p>0.05), a decrease in blood glucose and an increase in family independence. The GEPARI program is recommended to be implemented in community health services."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2022
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Sutrisno
"Hipertensi merupakan masalah kesehatan utama bagi lansia baik secara nasional maupun global. Dampak dari hipertensi penyumbang peringkat pertama terbesar kerugian kesehatan. Hal ini perlunya menjadi perhatian, sehingga dikembangkan Inovasi Liga Tensi untuk mengontrol tekanan darah dan stres lansia di Kelurahan Curug, Kota Depok. Tujuan inovasi ini yaitu memberi gambaran tentang pengaruh Intervensi Keperawatan Liga Tensi terhadap penurunan tekanan darah dan stres pada lansia. Metode yang digunakan adalah studi kasus keluarga dan agregat dengan pendekatan asuhan keperawatan keluarga dengan melibatkan 10 keluarga dan 38 lansia yang ada di Kelurahan Curug menggunakan convenience sampling. isometric handgrip exercise (latihan IHG) dan latihan autogenik, terdiri atas 6 sesi selama 12 kali pertemuan. Data sebelum dan setelah intervensi diukur menggunakan sphygmomanometer digital, instrumen perilaku (pengetahuan sikap dan keterampilan) keluarga dan lansia dalam mengelola hipertensi dimodifikasi oleh penulis, pengukuran nilai stres menggunakan DASS 21 dan pengukuran tingkat kemandirian keluarga. Hasil menunjukkan adanya peningkatan pengetahuan, sikap, keterampilan lansia (p<0,05) dan penurunan nilai stres secara bermakna (p<0,05), penurunan tekanan darah sistolik dan diastolik (p<0,05) serta peningkatan kemandirian keluarga. Simpulan terjadi penurunan tekanan darah, penurunan stres dan peningkatan perilaku serta tingkat kemandirian keluarga setelah implementasi Liga Tensi. Diharapkan hasil studi ini dapat diaplikasikan oleh perawat dalam penatalaksanaan dan pengendalian hipertensi lansia di komunitas.

Hypertension is a major health problem for the older people, both nationally and globally. The impact of hypertension is the first largest contributor to health losses. This needs to be a concern, so that the Tension League Innovation was developed to control blood pressure and stress in the older people in Curug Village, Depok City. The purpose of this innovation is to provide an overview of the effect of the Nursing Intervention Liga Tensi on reducing blood pressure and stress in the older people. The method used is a family case study and aggregated with a family care approach involving 10 families and 38 older people in Curug Village using convenience sampling. The Liga Tensi innovation is an integration of Isometric Handgrip Exercise and Autogenic Training, consisting of 6 sessions for 12 meetings. Data before and after the intervention were measured using a digital sphygmomanometer and an instruments for measuring behaviours (knowledge, attitudes and skills) of families and the older people in managing hypertension were modified by the author, an instrument for measuring stress values ​​using DASS 21 and measuring family independence. The results showed an increase in knowledge, attitudes, skills of the older people (p<0.05) and a significant decrease in stress values ​​(p<0.05), a decrease in systolic and diastolic blood pressure (p<0.05) and an increase in family independence. The conclusion is that there is a decrease in blood pressure, a decrease in stress and an increase in behaviour and family independence after the implementation of the Liga Tensi. It is hoped that the results of this study can be applied by nurses in the treatment and control of hypertension in the older people in the community."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2022
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Ika Herayana Noviani
"Tesis ini membahas tentang bagaimana penyerapan anggaran BOK Puskesmas dengan metode salur langsung melalui evaluasi formatif penyerapan anggaran Bantuan Operasional Kesehatan (BOK) Puskesmas Salur Langsung Di Kota Depok Tahun 2023. Ini merupakan penelitian Non Eksperimental dengan pendekatan kualitatif berupa studi kasus pada 6 Puskesmas di Kota Depok, 3 Puskesmas dengan penyerapan baik dan 3 Puskesmas dengan penyerapan sedang. Metode pengumpulan data dengan wawancara mendalam dikonfirmasi dengan telaah dokumen. Kesimpulannya adalah mekanisme BOK Salur lebih tepat waktu daripada mekanisme sebelumnya yang melalui kas daerah, tetapi diperlukan penyempurnaan terkait ketepatan alokasi dengan kebutuhan lokal , penyederhanaan laporan, pengintegrasian antar aplikasi, kapasitas SDM dan manajemen pengelolaan BOK di level Puskesmas.

This thesis examines the implementation of the direct disbursement method in the absorption of Health Operational Assistance (BOK) funds at Puskesmas in Depok City. The study conducts a formative evaluation of budget absorption for Directly Disbursed Health Operational Assistance (BOK) at Puskesmas in Depok City in 2023, using a non-experimental research design with a qualitative case study approach. The study focuses on six Puskesmas in Depok City: three with good absorption rates and three with moderate absorption rates. Data collection was conducted through in-depth interviews. The conclusion is that the Directly Disbursed Health Operational Assistance (BOK) mechanism is more timely compared to the previous mechanism through regional treasuries. However, improvements are needed regarding the accuracy of allocation according to local needs, simplification of reporting, integration between applications, capacity building of human resources, and management of BOK at the health center level."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2025
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library