Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 7 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Suliati
Abstrak :
[ABSTRAK
Prevalensi HIV pada penasun meningkat dari 27%(2009) menjadi 39,2% pada tahun 2013. Akan tetapi pada kelompok penasun konsistensi pemakaian kondom hanya 17%, Perilaku membeli seks mencapai 19% dan perilaku berbagi jarum suntik 22%. Penularan HIV pada pengguna narkoba suntik tidak hanya dari pemakaian jarum suntik bersama, tetapi bisa juga melalui hubungan seksual tanpa menggunakan kondom. Penelitian ini bertujuan untuk melihat model perilaku seks berisiko pada penasun di kota Tangerang, Pontianak, Samarinda dan Makassar tahun 2013. Desain penelitian yang digunakan adalah potong lintang dengan jumlah sampel sebesar 261 responden. Hasil analisis dengan GSEM memperlihatkan perilaku menyuntik dan pengetahuan secara langsung mempengaruhi perilaku seks berisiko (koef path = 0,24 dan 0,016). Secara tidak langsung pengetahuan juga dapat mempengaruhi perilaku seks berisiko (koef path = 0,019). Secara keseluruhan perilaku menyuntik memberikan pengaruh lebih besar dibandingkan dengan pengetahuan. Perilaku berbagi basah, berbagi jarum dan membeli NAPZA secara patungan (koef path = 3,5 ; 2,1 dan 1,8) merupakan faktor penting yang mempengaruhi perilaku seks berisiko. Oleh sebab itu, diperlukan kerjasama lintas sektor dalam menjangkau kelompok penasun, pelayanan terpadu layanan alat suntik steril dan pemberian kondom bagi penasun merupakan langkah untuk mengurangi risiko penularan HIV /AIDS.
ABSTRACT
HIV prevalence among injecting drug users increased from 27% (2009) to 39.2% in 2013. However, consistency of condom use is only 17% in the group of IDUs, buy sex reach 19% and needle sharing is 22%. Thus, HIV transmission in injecting drug users not only by needles, but it could be through sexual intercourse without using condom. This study was aims to looking the Sexual Risk Berhavior Model Among Injection Drug in Tangerang, Pontianak, Samarinda and Makassar in 2013. The study design using cross sectional with a sample of 261 respondents. The results of GSEM analysis showed that behavior of injecting and knowledge directly affect sexual risk behavior (koef path = 0.24 and 0.016). Indirectly, knowledge may also affect sexual risk behavior (koef path = 0.019). Overall behavior of injecting a greater influence than knowledge. Behavior of wet sharing, sharing of needles and drug purchase together (koef path = 3.5; 2.1 and 1.8) are important factors that affect sexual risk behavior. Therefore, we need cross-sector cooperation in reaching IDUs, integrated service of sterile needle program and condoms for IDUs as a program to reduce the risk of HIV / AIDS transmission., HIV prevalence among injecting drug users increased from 27% (2009) to 39.2% in 2013. However, consistency of condom use is only 17% in the group of IDUs, buy sex reach 19% and needle sharing is 22%. Thus, HIV transmission in injecting drug users not only by needles, but it could be through sexual intercourse without using condom. This study was aims to looking the Sexual Risk Berhavior Model Among Injection Drug in Tangerang, Pontianak, Samarinda and Makassar in 2013. The study design using cross sectional with a sample of 261 respondents. The results of GSEM analysis showed that behavior of injecting and knowledge directly affect sexual risk behavior (koef path = 0.24 and 0.016). Indirectly, knowledge may also affect sexual risk behavior (koef path = 0.019). Overall behavior of injecting a greater influence than knowledge. Behavior of wet sharing, sharing of needles and drug purchase together (koef path = 3.5; 2.1 and 1.8) are important factors that affect sexual risk behavior. Therefore, we need cross-sector cooperation in reaching IDUs, integrated service of sterile needle program and condoms for IDUs as a program to reduce the risk of HIV / AIDS transmission.]
2015
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Riska Rasyidin
Abstrak :
Berat badan lahir rendah (BBLR) BBLR merupakan hal yang sangat penting dalam bidang Kesehatan Masyarakat karena hubungannya yang sangat erat dengan kematian dan morbiditas neonatal dan penyakit tidak menular seperti hipertensi, penyakit jantung iskemik, diabetes, dan lain-lain. BBLR adalah bayi dengan berat lahir < 2500 gram. BBLR masih cukup serius di Indonesia dengan prevalensi 11,1% pada tahun 2010. Merokok pasif merupakan isu kesehatan yang cukup penting dan di beberapa penelitian dapat mengakibatkan luaran buruk seperti BBLR. Tujuan umum penelitian ini adalah mengetahui hubungan antara Merokok pasif pada ibu usia 15-54 tahun dengan kejadian BBLR di Indonesia setelah dikontrol dengan variabel potensial confounder lainnya. Penelitian ini merupakan penelitian cross-sectional study dengan menggunakan data Riskesdas 2013. Variabel dependen dalam penelitian ini adalah BBLR, dan variabel independen utama adalah Merokok pasif, variabel potensial perancu yakni usia ibu saat melahirkan, status sosial ekonomi, pendidikan ibu, keinginan untuk hamil dan paritas. Hasil analisis menunjukan merokok pasif pada ibu usia 15-54 tahun berhubungan lemah dengan BBLR. Anak yang lahir dari ibu merokok pasif memiliki resiko 1,14 (95% CI: 0,94 - 1,38) kali untuk BBLR dibandingkan anak yang lahir dari ibu tidak merokok pasif. ......Low is birth weight (LBW) is an important issue in Public Health because of its relevance with neonatal mortality and morbidity and future health risk, such as Hypertension, Ischaemic Heart Disease, Diabetes Mellitus, etc. Low birth weight is baby born with birth weight less than 2500 grams. Low birth weight is still an important problem in Indonesia and its prevalence is 11,1 % in 2010. Passive smoking is also a threat and may cause detrimental outcome such as Low birth weight. The main purpose of this study was to investigate the relationship between passive smoking in mothers aged 15-54 years and low birth weight in Indonesia after controlling of potential confounders. The design of this study was cross-sectional using data from National Basic Health Research 2013. The dependent variable was Low Birth Weight, and the main Independent Variable was mothers aged 15-54 years who passively smoke, potential confunders were maternal age, socioeconomic status, maternal education, pregnancy intention, and Parity. The result was passive smoking in mothers aged 15-54 years was weakly associated with low birth weight. Children born from mothers who passively smoke have 1,14 risk of being low birth weight baby (95% CI: 0,94 - 1,38) compared to their non passive smoker mothers counterpart.
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2015
T43626
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rizky Perdana
Abstrak :
Disertasi ini membahas hubungan varian genotip alel G gen CD209 titik promoter -336 terhadap kejadian Infeksi oportunistik TB Paru Pada ODHA, dengan rancangan potong lintang. Data infeksi oportunistik TB Paru  diperoleh dari catatan rekam medik RSPI Sulianti Saroso, sedangkan adanya penentuan varian genotip alel A/G gen CD209 titik promoter-336 dari pemeriksaan PCR dan analisis sekuensing. Analisis data menggunakan regresi cox. Hasil penelitian menunjukkan ada hubungan alel G gen CD209 titik promoter-336 terhadap kejadian infeksi oportunistik TB Paru (PR 1,57 p=0,235, CI: 0,74-3,32). Alel G gen CD209 titik promoter -336 merupakan faktor risiko pada perempuan terhadap kejadian infeksi oportunistik TB Paru (PR 1,75 p=0,11, CI;0,97-3,14). Alel G gen CD209 titik promoter-336 pada malnutrisi terdapat hubungan terhadap kejadian infeksi oportunistik TB Paru (PR 2,1 p=0,22, Cl; 0,68-6,39). Alel G gen CD209 titik promoter-336 pada kelompok umur diatas 50 tahun  berisiko 3,5 kali mengalami kejadian infeksi oportunistik TB Paru (PR 3,5 p=0,07, Cl;1,09-11,3). Adanya riwayat kontak TB Paru serumah dengan alel G gen CD209 titik promoter-336 juga berisiko 1,5 kali dapat mencetuskan kejadian infeksi oportunistik TB Paru, walaupun tidak signifikan (PR 1,5 p=0,36, Cl 0,85-2,73).
This dissertation discusses the association effect of genotype variant G allele promoter-336 CD209 gene in evidence pulmonary tuberculosa opportunistic infection in HIV/AIDS with cross sectional study. Pulmonary tuberculosa opportunistic infection data were obtained from the medical records of Sulianti Saroso hospital, while genotype variant G allele promoter-336 CD209 gene data were isolated from peripheral blood mononuclear cells and granulocytes obtained from the blood patients using salting out procedure-336 A/G (rs4804803). Genotyping of CD209 gene variants were studied using  PCR. The sequences of primers, restriction digestion enzymes used and restriction digestion pattern for different alleles. Data were analyzed using cox regression. The result of study showed association of G allele CD209 gene in evidence pulmonary tuberculosa opportunistic infection in HIV/AIDS (PR 1,57 p=0,235, CI: 0,74-3,32) G allele CD209 gene as risk factor for women in evidence pulmonary tuberculosa opportunistic infection in HIV/AIDS (PR 1,75 p=0,11, CI;0,97-3,14). Allele G in CD209 gene has also a strong association for malnutrition in evidence pulmonary tuberculosa opportunistic infection in HIV/AIDS (PR 2,1 p=0,22, Cl; 0,68-6,39). Risk factor of pulmonary tuberculosa opportunistic infection in HIV/AIDS has effects of G allele CD209 gene on ages group over 50 y about 3,5 (PR 3,5 p=0,07, Cl;1,09-11,3). and household pulmonary tuberculosa contact, about 1,5 (PR 1,5  p=0,36, Cl 0,85-2,73).
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2019
D-pdf
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dolfinus Yufu Bouway
Abstrak :
Dengan Kejadian HIV di Kabupaten Mimika Provinsi Papua Latar belakang proes perpindahan penduduk dari suatu wilayah ke tempat lain terjadi setiap hari, bulan dan tahun baik dalam negeri maupun yang ke luar negeri dengan tujuan yang bervariasi untuk memenuhi kebutuhan akan kehidupan dari orang-orang tersebut. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan mobilitas pendatang beserta faktor terkait dengan kejadian HIV di Kabupaten Mimika Provinsi Papua. Metode adalah mengunakan pendekatan Kasus Kontrol bertujuan untuk menganalisis implikasi serta pengaruh exposure dan disease dari pendatang berisiko yang mobilitasnya tinggi dan mobilitasnya rendah terhadap kejadian HIV. Sampel adalah 390 mobiltas penduduk dan kelompok masyarakat melakukan kunjungan tes VCT (Voluntary Conseling and Testing) pada 1 Rumah Sakit dan 4 Puskesmas di Kabupaten Mimika. Populasi eligible adalah semua mobiltas pendatang berisiko yang berkunjungan ke tempat tes VCT baik di Rumah Sakit dan Puskesmas pada periode tahun 2017 dan 2018. Hasil dari 390 responden yaitu ada kasus 157 dan kontrol 234, seleksi sampel maka ada 138 responden yang terdiri dari kasus 13 dan kontrol 125 tidak dikutkan karena berasal dari populasi kunci, sehingga berjumlah 253 sampel, terdiri dari kasus 144 dan kontrol 109. Selekasi sampel kasus 144 dan kontrol 109 dalam data terdapat responden yang tidak menjawab pertanyaan sehingga harus dikeluarkan, yang dikeluarkan 78 kasus dan 28 kontrol maka ditetapkan jumlah sampel untuk analisis yaitu 66 kasus dan 81 kontrol mobilitas tinggi berisiko 4 kali untuk terinfeksi, Karakteristik sosiodemografi pendatang dengan jenis kelamin laki-laki berisiko 6 kali, usia dewasa muda (17-35 tahun) berisiko 5 kali, berpendidikan rendah berisiko 0.1 kali, pekerjaan tidak tetap berisiko 2 kali, pengetahuan kurang berisiko 13 kali, tidak ada hubungan sikap dengan kejadian HIV, Tidak ada hubungan cakupan program HIV dengan kejadian HIV, Peningkatan infeksi HIV pada populasi pendatang dengan mobilitas tinggi merupakan ekses (negatif) dari perkembangan Kabupaten Mimika Provinsi Papua Kata kunci : mobilitas pendatang berisiko dan HIV di Mimika.
Background mobility is the process of moving people from one area to another happening every day, month and year both domestically and abroad with varied objectives to meet the needs of the lives of these people. The purpose of this study was to determine the relationship between migrants' mobility and factors. Method is to use a case-control approach aimed at analyzing the implications and effects of exposure and disease from high-risk and low-mobility migrants at risk of HIV incidence. Sample was 390 population and community groups visiting VCT (Voluntary Counseling and Testing) tests at 1 Hospital and 4 Puskesmas in Mimika Regency. Eligible populations are all mobile risk migrants visiting VCT test sites both in hospitals and health centers in the 2017 and 2018 periods. Results of 390 respondents were 157 cases and 234 controls, sample selection there were 138 respondents consisting of 13 cases and 125 controls were not cited because they came from the key population, so there were 253 samples, consisting of 144 cases and 109 controls. 144 and 109 controls in the data there were respondents who did not answer the question and so had to be excluded, 78 cases and 28 controls were excluded then the number of samples for analysis was determined that 66 cases and 81 high mobility controls had 4 times the risk of being infected, Sociodemographic characteristics of migrants with male sex men at risk 6 times, young adults (17-35 years) at risk 5 times, educated low risk at 0.1 times, precarious work at risk 2 times, knowledge less risk 13 times, no relationship with HIV incidence, no relationship coverage HIV programs with HIV incidence, Increased HIV infection in migrant populations with high mobility m is an excess (negative) from the development of the Mimika Regency, Papua Province Keywords: mobility of at-risk migrants and HIV in Mimika.
Depok: Universitas Indonesia, 2020
D2739
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nugi Nurdin
Abstrak :
Tuberculosis Multidrug resistant TB MDR adalah salah satu jenis resistensituberkulosis terhadap minimal dua obat anti tuberkulosis lini pertama, yaituIsoniazid INH dan Rifampicin R dengan atau tanpa resisten terhadap obat antituberkulosis lain. Prevalensi TB MDR di dunia menurut WHO tahun 2012 sebesar 12 dari kasus TB baru dan 20 dari kasus TB dengan pengobatan ulang. Hal ini masihmerupakan masalah kesehatan masyarakat dunia, termasuk di Indonesia. Penelitian inibertujuan untuk mengetahui besarnya pengaruh faktor puskesmas yang dapatmempengaruhi individu terhadap kejadian TB MDR, serta menggali faktor levelpuskesmas yang dapat menjelaskan kejadian TB MDR. Desain penelitian inimenggunakan kasus kontrol dengan mixed methods. Pengumpulan data dilakukandengan wawancara menggunakan kuesioner, diskusi terarah, wawancara mendalam danobservasi. Analisis data menggunakan regresi logistik multilevel. Hasil penelitianmenunjukkan bahwa ada variasi risiko antar puskesmas/ fasilitas kesehatan tingkatpertama yang dapat mempengaruhi individu terhadap kejadian TB MDR. Faktor-faktorpada level individu yaitu pendidikan, riwayat hasil pengobatan, kepatuhan menelanobat, dan pengetahuan, PMO dan level puskesmas yaitu penjaringan suspek dan kotakerat pasien TB/TB MDR, pengobatan TB sesuai ISTC berpengaruh terhadap prevalensiTB MDR di Provinsi Sumatera Selatan. Faktor kontekstual puskesmas dapatmenurunkan variasi risiko antar puskesmas terhadap kejadianTB MDR sebesar 18 Pengembangan strategi intervensi pengendalian TB MDR yang sesuai dengan kondisiProvinsi Sumatera Selatan adalah mengkolaborasikan penjaringan suspek TB/TBMDR, pengobatan TB/TB MDR sesuai ISTC dan jejaring eksternal ISTC.
Multidrug resistant tuberculosis MDR TB is one type of tuberculosis resistance to atleast two first line anti tuberculosis drugs, Isoniazid INH and Rifampicin R with orwithout resistance to other anti tuberculosis drugs. World prevalence of MDR TBaccording to WHO 2012 is 12 of new TB cases and 20 of TB cases with retreatment.This is still a public health problem of the world, including in Indonesia. Thisstudy aims to determine the magnitude of the influence of puskesmas factors that canaffect the individual to the incidence of MDR TB, as well as to explore the level factorof puskesmas that can explain the incidence of MDR TB. This research design use casecontrol with mixed methods. The data were collected through interviews usingquestionnaires, directional discussions, in depth interviews and observations. Dataanalysis using multilevel logistic regression. The results showed that there werevariations in risk among puskesmas that could affect individuals against MDR TBincidence. Factors at the individual level of education, history of treatment outcomes,medication adherence, and knowledge, PMO and Puskesmas levels are suspect and tightsquares of TB TB MDR patients, TB treatment according to ISTC has an effect on theprevalence of MDR TB in South Sumatera Province. Contraceptive factors puskesmas first level health facilities can reduce risk variation among puskesmas to the incidenceof MDR TD by 18 . Development of MDR TB control intervention strategyappropriate to South Sumatera Province condition is to collaborate on suspected TB TB MDR screening, TB TB MDR treatment according ISTC and ISTC externalnetwork.
Depok: Universitas Indonesia, 2018
D-Pdf
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Giri Aji
Abstrak :
Lupu Eitematosus Sistemik adalah suatu penyakit autoimun yang melibatkan multi organ yang umumnya menyerang wanita dan bersifat kronik yang perjalanan penyakitnya ditandai dengan relaps dan remisi. Penelitian ini bertujuan mencari faktor risiko perburukan pasien lupus eritematosus sistemik dengan menganalisa beberapa variabel seperti usia, tingkat pendidikan, anemia, obat-obatan dihubungkan dengan perburukan yang diukur dengan skor Systemic Lupus Eythematosus Disease Activity Index. Selain itu, dilakukan juga peneltian deskritptif mengenai sebaran gen Human Leucocyte Antigen pada subpopulasi penelitian. ......Systemic Lupus Erythemattosus is an autoimmune disease which involved multi organs and have chronic course and mostly inflicted woman , the nature of the disease involved relaps and remission This research aim to find risk factor for worsening (flare) of SLE by analysing variables like age, education level, anemia, drugs associated to flare measured by Systemic lupus erythematosus disease activity index and we also conduct Human Leucocyte Antigen genotyping for subpopulation of the study.
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2023
D-pdf
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fajaria Nurcandra
Abstrak :
Pandemi Covid-19 menimbulkan dampak pada berbagai sektor yang memungkinkan memicu terjadinya gangguan mental emosional (GME) dan penurunan kualitas hidup sehingga pembentukan ketangguhan sangat diperlukan. Studi ini ditujukan unutk menganalisis peranan ketangguhan (individu, keluarga dan komunitas) terhadap GME dan kualitas hidup individu selama pandemi Covid-19 di Jakarta Timur pada gelombang kedua. Studi explanatory sequential mixed-methods dengan pendekatan desain cross sectional dan metode kualitatif dengan desain Rapid Assessment Procedure (RAP). Kualitas hidup diukur menggunakan Indonesian HRQoL, sedangkan GME diskrining menggunakan SRQ pada 300 responden yang terpilih dari teknik multistage cluster sampling. Exploratory qualitative dilakukan pada 2 kelompok FGD dan 3 informan wawancara mendalam, sedangkan explanatory qualitative dilakukan pada 6 kelompok FGD dan 9 informan wawancara mendalam. Masyarakat memahami ketangguhan (individu, keluarga, dan komunitas) sebagai konsep kamampuan menghadapi pandemi dengan memanfaatkan aspek-aspek di sekitar mereka, GME sebagai masalah mental, dan kualitas hidup sebagai kondisi kesehatan. Proporsi GME meningkat dua kali lipat dibandingkan situasi normal. Proporsi kualitas hidup buruk sebanyak 26,30%. Ketangguhan (individu, keluarga, dan komunitas) yang buruk berhubungan terhadap terjadinya GME dan kualitas hidup buruk selama pandemi Covid-19. GME juga berperan terhadap kualitas hidup yang buruk. Peranan ketangguhan individu terhadap GME dan kualitas hidup ditentukan oleh persepsi realistis dengan cara bersyukur, ikhlas, sabar, dan saling menguatkan, menerima keadaan, menerapkan protokol kesehatan, regulasi emosi-kognisi, kemampuan adaptasi, dan optimisme. Peranan ketangguhan individu terhadap GME dan kualitas hidup ditentukan oleh usia pengambil keputusan keluarga, dukungan sosial dan kontrol diri. Peranan ketangguhan komunitas terhadap GME dan kualitas hidup ditentukan oleh kestabilan sistem pendidikan, sistem kesehatan, sistem politik/pemerintahan, dan sistem manajemen pandemi. Ketangguhan keluarga ditemukan paling berperan terhadap kualitas hidup. Sistem pemerintahan yang berkolaborasi dan responsif menentukan kestabilan komponen-komponen ketangguhan komunitas. Oleh karena itu, direkomendasikan untuk memperkuat komponen ketangguhan keluarga dan sistem pemerintahan dalam menghadapi pandemi. ......The Covid-19 pandemic has had an impact on various sectors that may trigger mental emotional disorders (GME) and a decrease in quality of life so that the formation of resilience is urgently needed. This study aimed at analyzing the role of resilience (individual, family and community) on GME and the quality of life of individuals during the Covid-19 pandemic in East Jakarta in the second wave. Explanatory sequential mixed-methods study with a cross-sectional design approach and qualitative methods with a Rapid Assessment Procedure (RAP) design. Quality of life was measured using the Indonesian HRQoL, while GME was screened using the SRQ on 300 respondents selected from the multistage cluster sampling technique. Exploratory qualitative was conducted with 2 FGD groups and 3 in-depth interviews with informants, while explanatory qualitative was conducted with 6 FGD groups and 9 in-depth interviews with informants. Communities understand resilience (individual, family and community) as a concept of being able to deal with a pandemic by utilizing aspects around them, GME as a mental problem, and quality of life as a health condition. The proportion of GME has doubled compared to the normal situation. The proportion of poor quality of life was 26.30%. Poor resilience (individual, family and community) related to the occurrence of GME and poor quality of life during the Covid-19 pandemic. GME also contributed to poor quality of life. The role of individual resilience to GME and quality of life was determined by realistic perceptions by being grateful, sincere, patient, and mutually reinforcing, accepting circumstances, implementing health protocols, emotional-cognition regulation, adaptability, and optimism. The role of individual resilience to GME and quality of life was determined by the age of family decision makers, social support and self-control. The role of community resilience to GME and quality of life was determined by the stability of the education system, health system, political/government system, and pandemic management system. Family resilience was found to have the most effect on quality of life. Collaborative and responsive governance systems determine the stability of the components of community resilience. Therefore, it is recommended to strengthen the components of family resilience and government systems to deal with a pandemic.
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2023
D-pdf
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library