Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 6 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Dewi Ashari Ciptaningrum
"Kecelakaan konstruksi terjadi karena pekerjaan konstruksi mengandung risiko dan bahaya yang tinggi. Terutama dalam pekerjaan ereksi baja di proyek-proyek pembangunan Stasiun Light Rail Transit (LRT), di mana para pekerja dihadapkan pada kondisi seperti bekerja pada ketinggian, melibatkan alat berat dan peralatan tajam, kondisi cuaca panas, dan durasi kerja yang panjang. Untuk menghindari kecelakaan pada pembangunan stasiun LRT, penilaian risiko diperlukan pada proses kerja ereksi.
Penelitian ini bertujuan untuk menentukan tingkat risiko keselamatan kerja dalam proses kerja ereksi baja di proyek pembangunan stasiun LRT oleh PT X dengan mengacu pada metode analisis risiko semi-kuantitatif AS/NZS ISO 31000: 2009 tentang Manajemen Risiko. Desain penelitian dilakukan dengan studi observasional dan pendekatan analisis deskriptif.
Dari hasil penelitian, dapat dilihat bahwa risiko tertinggi pekerjaan ereksi baja adalah jatuh, bertabrakan dengan bahan baja, komponen terjepit peralatan ereksi, dan kelelahan karena durasi kerja yang panjang. Kontrol yang disarankan termasuk menyediakan manlift untuk pekerja, menambah persediaan APD, menyediakan sistem hadiah & hukuman untuk pekerja, dan mengoptimalkan pengawasan oleh penyelia, manajer HSE, konsultan pengawas, dan kementerian perhubungan.

Construction accidents occur because construction works carry high risks and hazards. Especially in steel erection work in Light Rail Transit Station (LRT) construction projects, where workers are faced with conditions such as; work at height, involving heavy equipment and sharp equipment, hot weather conditions, and long work duration. To avoid accidents at the LRT station construction, risk assessment is needed in the erection process.
This study aims to determine the level of work safety risks in the steel erection work process in the LRT station construction project by PT X with reference to the AS / NZS ISO 31000: 2009 semi-quantitative risk analysis method on Risk Management. The research design was carried out with observational studies and descriptive analysis approaches.
From the results of the study, it can be seen that the highest risk of steel erection work is falling, colliding with steel materials, components being squeezed by erection equipment, and fatigue due to long work duration. Suggested controls include providing manlift for workers, increasing PPE inventory, providing a reward & punishment system for workers, and optimizing supervision by supervisors, HSE managers, supervisory consultants, and the ministry of transportation.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Delvi Yolanda
"Para pekerja konstruksi seringkali dihadapkan pada kondisi terpapar faktor risiko terjadinya gangguan otot rangka. Smallwood (2002} mernbuat skor dan me­rangking 23 kegiatan kontruksi di Afrika Selatan pada tabun 1996 - 2001 menempatkan pekerjaan pengecoran dalam 3 teratas pekerjaan yang paling beresiko terhadap terjadinya gangguan otot rangka. Pekerjaan pengecoran sarat dengan task task menggunakan tenaga manual, merupakan suatu slklus yang berufang-ulandan bersifat kontinu dimana pekerjaan tidak. boleh terhenti sebelum seluruh area yang direncanakan selesai dicor (durasi yang lama). Kondisi tersebut sangat berpeiuang dalam mengembangkan risiko-risiko terjadinya gangguan terhadap sistem otot dan rangka. Oleh sebab itu perlu dilakukan analisis faktor risiko tenuama terhadap risiko pada otot dan rangka pada pekerjaan pengecoran agar dapat ditetapka.n program pengendalian risiko yang tepat untuk menghilangkan atau meminimalisasi risiko tersebut.
Metode penelitfan ini adalah kualitatif dengan desain deskriptif. dimana peneliti mengumpulkan data dengan melakukan observasi langsung di Japangan dengan mengamati setiap task pada kegiatan pengecoran. Data observasi juga didukung dengan pengambilan foto dan video. Ada 8 (de!apan) task daJam pekerjaan pengecoran yang menjadi diobservasi oleh peneliti, yaitu uji slump, menyambung pipa pompa, menuangkan belon, memadatkan beton dengan sistem vibrasi, menyebarkan beron. meratakan pennukaan beton, merapikan permukaan beton, dan menggarisi permukaan beton. Hasil penelitan memperlihatkan adanya beberapa faktor risiko yang terjadi pada pekerjaan pegecoran,yaitu postur janggai (5 tasks}, gerakan repetitive (6 tasks)pengerahan tenaga beriebihan (2 tasks), getaran (I rask) dan contact stress (1 task). Dad faktor risik.o tersebut,. rask yang diketabui beresiko dapat menyebabkan gangguan otot nmgka adalah task menyambung pipa pampa, menuangkan beton, memadatkan beton dengan sistem vibrasi, menyebarkan beton, dan merapikan pennukaan beton, Sedangkan task uji slump, meratakan permukaan beton dan menggatisi permukaan beton tidak beresiko menyebabkao gangguan otot rangka karena durasinya yang pendek.

Construction worker are mostly exposed with the risk factors of musculoskeletal disorders, Smallwood (2002) had scored and ranked the 23 of the construction-s jobs fn South Africa within 1996- 2001, and placed !he concreting task as the top three of the riskies task for developing musculoskeletal disorders. The nature of concreting works (if still doing the manual task, as the repetitive circle of work, and fasting continuously, where the work cannot be stopped before finished all of the planned area (long duration). These conditions lead the jobs in increasing the risk for developing musculoskeletal disorders. So that, is necessary to analyze the ergonomic's risk factors particulary in musculoskeletal disorders risk in concreting jobs, as the point in developing the required control programs to eliminate or minimize those risks.
This research is a descriptive research design with the qualitative method, in which the researcher conducted the direct observation at the field by observed each concreting ask. This observation was also supported with photos and video. Eight tasks in concreting had been observed by researcher, those are: slump Jest, joining the pump's pipes, concrete pouring, vibrating, concrete spreading, concrete leveling, concrete finishing, and concrete lining. The result shown some rikk foctars founded in concreting jobs, those are: aukward postures (5 tasks). repetitive movement (6 tasks), overexertion (2 Jasks), vibrating (I task), dan contact stress (I task). From the risk factors, it is founded that the 1ask.s in which increasing the risk of musculoskeletal disorders are: joining are pump's pipes, concrete pouring, vibrating, concrete spreading. and concrete finishing. While, the slump test, concrete leveling, and concrete lining were not increasing the risk of musculoskeletal disoreders because of ifs short duration."
Depok: Universitas Indonesia, 2008
T21064
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Azil Awaludin
"Dengan dikukuhkannya industri Jasa Konstuksi sebagai bidang yang menyumbang cukup banyak kecelakaan (Tahun 2005 Bereau Labor Statistics: terjadi 200,000 luka-luka serius dan kematian 1,200 setiap tahun di Amerika. Dengan komposisi 7% dari tenaga kerja keseluruhan menyumbang 21% kematian kerja) sedangkan di Indonesia: Jasa Konstruksi menyumbang 31,9% kecelakaan kerja. Dalam kurun waktu bulan Januari hingga Agustus 2008 telah terjadi kecelakaan di Jasa Konstruksi: sebanyak 6 kali di daerah Porvinsi Jakarta.
Tenaga kerja yang terlibat dalam Sektor Jasa Konstruksi beragam: dari tingkat Direktur hingga Subkon. Dalam kerja pelaksana dikenal dengan jenjang General Superintendent, Manajer Proyek, Mandor, Pelaksana. Tingkatan Mandor hingga pelaksana dalam keseharian pekerjaannya dijalankan oleh subkon. Tingkat subkon tersebut mempunyai pendidikan, pengalaman, pelatihan dan keahlian belum sesuai persyaratan K3.
Meningkat dan pesatnya kebutuhan percepatan pembangunan konstruksi berhubungan dengan kompetensi pelaksana pekerjaan, sehingga perlu ada kebijakan pengamanan kerja serta bimbingan perilaku K3 pada pekerja subkon di lapangan.
Seiiringnya pesatnya pembangunan konstruksi sesuai dengan percepatan dari kebijakan pemerintah, akan memicu perusahaan untuk berhati-hati dalam menjalankan sesuai dengan kompetensi pekerjanya, antara lain dengan pemahaman akan perilaku K3 pekerja pelaksana di subkon, maka perlu diadakan kajian pemahaman perilaku K3 pekerja subkontraktor di Jasa konstruksi untuk mendukung tenaga kerja dengan menggunakan Knowledge-Based Error dalam pembangunan konstruksi hingga meredam kecelakaan kerja seminim mungkin.
Setelah dianalisa dari isi knowledge based error berdasarkan kepada perilaku pekerja yang terbesar adalah Tendency to haste (24,23%), Selective focusing (20,09%), Disregarding contradictory evidence (18,66%).
Dari keseluruhan hasil penelitian tersebut maka human error yang paling dominan dipilih untuk kajian adalah knowledge based error. Program error prevention sangat diperlukan untuk mencegah terjadinya kasus human error secara berulang.

As reported recently of accident and injury in the construction sector gain significant numbers. (In teh year of 2005 United States Bereau Labor Statistics: recorded 200,000 seriously injured and fatality amount 1,200 every year, composition 7% from all worker submit fatality 21%). Compared in Indonesia: construction sector gain 31,9% of accident and incident during January to August 2008: accidents performed more than 6 times fatality in the Jakarta province only.
The worker in construction varies from directors to sub contractors worker. Named such as: General superintendent, Project Manager, Site Manager, Engineer, Foreman (Mandor), and Worker. Classification differ from Foreman (mandor) to site worker supplied by sub contractors (vendor). Level of education varies from elementary school to senior high school, many of the workers did not have special ability as construction worker in regards of safety health and environment.
In fast growing construction project nowadays as boost and recommended by government, soon will be triggered safety implication in regards of construction worker competences. Specially for sub contractors worker should aware of safety at work, hazard at the worksite, safety sign and symbols. The main contractors should established daily safety briefing, short briefing and safety patrols. To cope the meaning of human error on safety behavior at sub contractors worker, need more study to avoid and minimalize accident and incident at constructions worker. The study based on Human Error.
After analysing worker human error based on knowledge based error, the main result are Tendency to haste (24,23%), Selective focusing (20,09%), Disregarding contradictory evidence (18,66%).
In Conclusion of the study held, human error is chosen as dominant cause to trigger knowledge based error. To avoid and prevent continous case of human error should need error prevention programme.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2008
T41252
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Anisa Yonelia
"ABSTRAK
Tren meningkat dari industri konstruksi, stakeholder yang heterogen, dan dampak negatif beban kerja terhadap kesehatan mental menyebabkan beban kerja mental perlu dianalisis. Penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan gambaran beban kerja mental subjektif pada tim proyek konstruksi. Desain penelitian ini adalah observasional dan semikuantitatif dengan metode analisis deskriptif analitik menggunakan tools NASA TLX. Rata-rata OWL adalah 70,07 (CI 65,55-74,59). OWL tertinggi dirasakan oleh Fungsi QSHE sebesar 75,01 dan yang terendah dirasakan oleh Fungsi Komersial, Pengadaan dan Peralatan sebesar 65,34. Faktor yang teridentifikasi terkait beban kerja mental adalah kompetensi, desain tugas, jam kerja, komunikasi dan koordinasi, dan pengelolaan kesehatan mental. Oleh karena itu, dibutuhkan pelatihan sesuai fungsi, peninjauan desain tugas, pengaturan jam kerja, peningkatan komunikasi dan koordinasi, perencanaan proyek yang komprehensif dan pelayanan kesehatan mental.

ABSTRACT
The rising trend of construction industry, the heterogeneous stakeholders, and the negative impact of workload to mental health are causing mental workload needs to be analyzed. This study aims to explain subjective mental workload on the construction project team. The study design was observational and semiquantitative that analyzed by descriptive analytic method using tools NASA TLX. Mean of OWL is 70.07 (CI 65.55-74.59). The highest OWL perceived by QSHE for 75.01 and the lowest perceived by the Commercial, Procurement, and Equipment amounted to 65.34. Identified factors related to mental workload are competence, tasks design, working hours, communication and coordination, and management of mental health. Therefore, some actions needed are function related training, tasks design review, working hours management, communication and coordination improvement, comprehensive project planning and mental health services.
"
Depok: Universitas Indonesia, 2016
T45135
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Alfina Hapsari
"Industri jasa konstruksi memiliki resiko kecelakaan kerja yang tinggi. Sepanjang Agustus2017 hingga Februari 2018, telah terjadi tiga belas kecelakaan konstruksi dengan tigakasus fatality accident pada proyek pekerjaan jalan tol dan jalan rel di Indonesia. Safetyleadership merupakan salah satu komponen penting dalam meningkatkan kinerjaKesehatan, Keselamatan, Keamanan dan Lingkungan K3L . Penelitian ini mengkajisafety leadership model pada posisi pimpinan di proyek dan departemen operasi proyekinfrastruktur PT X yang bergerak di bidang kontraktor konstruksi. Penelitian inimerupakan penelitian deskriptif dengan metode kuantitatif berdasarkan dua variabelutama dari safety leadership, yaitu leadership style transformational leadership danbest practices. Data penelitian didapatkan dari kuesioner dan wawancara pada subyekpenelitian serta observasi mengenai penerapan K3L di lokasi proyek PT X pada bulanApril ndash; Mei 2018. Dari hasil penelitian didapatkan bahwa safety leadership masih kurangmenonjol kecuali pada posisi General Manager. Hal ini dikarenakan kurangnyapemahaman mengenai kebijakan K3L, kurangnya komunikasi, lemahnya konsistensi dankomitmen penerapan K3L, serta kurangnya tindakan proaktif dan inisiatif saatmenghadapi masalah K3L. Hal yang dapat diterapkan untuk meningkatkan safetyleadership tersebut antara lain dengan menyusun dan melaksanakan program pelatihansafety leadership bagi semua level pimpinan serta menjaga monitoring pelaksanaanprogram K3L di tempat kerja.

The construction industry has a high risk of occupational injury. Throughout August 2017to February 2018, there had been thirteen construction accidents with three cases offatality accidents in toll road and rail road projects in Indonesia. Safety Leadership is oneof the important components in improving Safety, Health and Environment SHE performance. This study examines Safety Leadership Model at the lead position in theproject and the operations department of the infrastructure project at PT X as aConstruction Contractor Company. This study was a descriptive research withquantitative method based on two main variables of Safety Leadership, those areLeadership Style and Best Practice. Research data obtained from questionnaires,interviews, and observations on the application of SHE at PT X rsquo s project location in April May 2018. This research obtained that Safety Leadership is still weak except TheGeneral Manager. This is due to lacks of understanding of SHE policies, communication,consistency and commitment to the implementation of SHE, proactive and initiativeaction when facing SHE issues. This suggests that company should improve by preparingand implementing Safety Leadership training program for all manager levels as well asmaintaining the monitoring of SHE program implementation in the workplace."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2018
T50299
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Irma Setiawaty Wulandari
"Meningkatnya daya beli masyarakat dan penerapan Undang-undang Otonomi Daerah telah mcndorong pertumbuhan bisnis ritel diatns 20% sejak tahun 2000. Tingginya aktivitas bisnls ini salah satunya dapat dilihat di area kasir supemarket dan area gudang. Namun perkembangan ini tidak sejalan dengan kegiatan di area gudang yang masih didominasi oleh kegiatan manual (Manual Handling). Dampak terjadinya manual handling adalah risiko terjadonya gangguan otot rangka (musculoscelatal disorder) termasuk salah satunya Low Back Pain (LBP). Penelitian ini merupakan studi observasional, evaluasi yang bertujuan mendapatkan gambaran risiko Manual Handling di area gudang PT X.

Increase of people's purchasing power and implementation of Regional Autonomy Act have stimulated growth of retail business over 20% since 2000. High rate of the business activities can be observed in cashier and warehouse premises t)r supermarket. However this condition is not accommodated by the warehouse·s activities which are still dominated by manual handling ones. Impact of the manual handling activities is risk of musculoskeletal disorders, among others, Low Back Pain (LBP). This research is observational and evaluative study intended Manual Handling risk in warehouse premises of PT.X."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2008
T32020
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library