Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 4 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Irwan Nugroho
"Jurnalisme kolaboratif semakin berkembang dari yang sebelumnya dilakukan media pada skala global menjadi kolaborasi dengan cakupan yang lebih kecil dalam beberapa tahun belakangan ini. Tesis ini membahas tentang penerapan jurnalisme kolaboratif untuk liputan investigasi pada tingkat nasional. Selain itu, kolaborasi media yang berbasis pada bocoran informasi tentang pelanggaran publik melalui sebuah platform whistle blower. Objek dalam penelitian ini adalah kolaborasi media-media nasional di Indonesia dalam wadah IndonesiaLeaks dengan mengambil salah satu proyek liputan kolaborasinya sebagai kajian. Penelitian ini menggunakan paradigma konstruktivis dengan pendekatan kualitatif. Pengumpulan data dilakukan dengan mewawancara sebelas informan dan studi dokumentasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa platform whistle blower telah berperan besar dalam meningkatkan keamanan kerja jurnalistik dan kolaborasi media. Namun, kolaborasi lintas media dalam liputan investigasi tersebut berjalan kurang efektif. Kolaborasi belum dapat menghasilkan informasi yang komprehensif dan akurat. Kolaborasi itu juga belum menghasilkan dampak yang signifikan. Mundurnya media-media dari liputan kolaborasi karena perbedaan standar editorial dan evaluasi terhadap risiko ikut membuat kolaborasi tersebut tidak mencapai hasil yang diharapkan.

Collaborative journalism has recently grown from that used to do on a global scale to a collaboration with a smaller scope. This thesis discusses the application of collaborative journalism for investigative reporting at national level. In addition, media collaboration which is based on leaks of information regarding public violations through a whistle blower platform. The object of this research is the collaboration of national media in Indonesia in the IndonesiaLeaks forum by taking one of the collaborative projects as a study. This study uses a constructivist paradigm with a qualitative approach. The data was collected by interviewing eleven informants and documentation research. The results of the study indicate that the whistle blower platform has played a major role in improving the security of journalistic work and media collaboration. However, that kind of cross-media collaboration in covering the investigation of the scandal was less effective. The collaboration has not been able to produce comprehensive and accurate information. Furthermore, the collaboration has also not produced a significant impact. The withdrawal of the media from the coverage of the collaboration due to differences in editorial standards and evaluation of the risks contributed to such media collaboration not achieving the expected results."
Jakarta: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2021
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Inke Nur Dewanti
"Tesis ini membahas mengenai evaluasi analisis sentimen tools vs human. Pada penelitiannya, tools yang digunakan adalah brand24 dan ripple10. Perlu diketahui brand24 merupakan digital listening tools yang berasal dari Polandia sedangkan ripple10 berasal dari Indonesia. Pada tools analisa sentimen dilakukan menggunakan algoritma. Sedangkan pada human analisa sentimen dilakukan secara tematik. Adapun metode yang digunakan pada penelitian ini adalah kuantitatif.
Hasilnya, tools memang memudahkan kerja manusia. Namun, dalam menganalisis sentimen masih diperlukannya campur tangan manusia untuk memastikan validitasnya. Lainnya, variabel kategori topik dan lambang dapat mempengaruhi analisa suatu sentimen sedangkan bahasa dan karakter tidak terlalu berpengaruh.

This thesis discusses the evaluation of sentiment analysis tools vs human. In this research, the tools used are brand24 and ripple10. Brand24 is a digital listening tool from Poland, while ripple10 is from Indonesia. Sentiment analysis tools are carried out using an algorithm. While in human sentiment analysis is done thematically. The method used in this research is quantitative. As a result, tools help human work easier. But, in analyzing sentiment, human intervention is still needed to ensure the validity. On the other hand, topic and symbol category variables can influence the analysis of a sentiment, while language and
character have little effect.
"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Inke Nur Dewanti
"Tesis ini membahas mengenai evaluasi analisis sentimen tools vs human. Pada penelitiannya, tools yang digunakan adalah brand24 dan ripple10. Perlu diketahui brand24 merupakan digital listening tools yang berasal dari Polandia sedangkan ripple10 berasal dari Indonesia. Pada tools analisa sentimen dilakukan menggunakan algoritma. Sedangkan pada human analisa sentimen dilakukan secara tematik. Adapun metode yang digunakan pada penelitian ini adalah kuantitatif. Hasilnya, tools memang memudahkan kerja manusia. Namun, dalam menganalisis sentimen masih diperlukannya campur tangan manusia untuk memastikan validitasnya. Lainnya, variabel kategori topik dan lambang dapat mempengaruhi analisa suatu sentimen sedangkan bahasa dan karakter tidak terlalu berpengaruh.

This thesis discusses the evaluation of sentiment analysis tools vs human. In this research, the tools used are brand24 and ripple10. Brand24 is a digital listening tool from Poland, while ripple10 is from Indonesia. Sentiment analysis tools are carried out using an algorithm. While in human sentiment analysis is done thematically. The method used in this research is quantitative. As a result, tools help human work easier. But, in analyzing sentiment, human intervention is still needed to ensure the validity. On the other hand, topic and symbol category variables can influence the analysis of a sentiment, while language and character have little effect."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nadya Valerie Shanaz
"Penelitian ini berusaha menjelaskan terjadinya komodifikasi pekerja media (jurnalis) dalam industri media massa televisi dengan studi kasus pada grup media MNC. Peneliti mengembangkan kerangka pemikiran dari teori ekonomi politik komunikasi, dengan menggunakan konsep utama komodifikasi. Penelitian ini menggunakan paradigma kritis dengan pendekatan kualitatif dan metode studi kasus. Penelitian ini mengungkapkan bahwa dalam perkembangan MNC Media menjadi stasiun televisi terintegrasi terbesar di Asia Tenggara, telah terjadi praktik komodifikasi para pekerjanya. Spasialisasi yang dilakukan MNC Media melalui integrasi empat stasiun televisi swasta menyebabkan para jurnalis mengalami komodifikasi. Pekerja media telah ditransformasikan menjadi komoditas utama dalam industri media massa sebagai alat untuk mengakumulasi modal kapital. Industri media massa yang erat kaitannya dengan kapitalisme menerapkan struktur yang menguntungkan pemodal semata kepada pekerjanya melalui waktu kerja yang tidak menentu, pemberian upah minimum, serta struktur eksploitatif lainnya seperti pengulangan kontrak kerja. Para pekerja media ini kemudian menerima komodifikasi baik secara sadar maupun tidak sadar melalui eksploitasi, alienasi, mistifikasi, reifikasi, dan naturalisasi. Kekuasaan yang berpusat pada pemilik modal membuat proses komodifikasi dapat dengan mudah dilakukan terhadap pekerja media, sementara mereka menerima bentuk komodifikasi tersebut sebagai suatu kewajaran atas profesinya.

This study seeks to reveal the commodification of media workers (journalists) in the television mass media industry with a case study on the MNC media group. The researcher develops a framework of thought from the political economy theory of communication, using the main concept of commodification. This study uses a critical paradigm with a qualitative approach and case study method. This research reveals that in the development of MNC Media into the largest integrated television station in Southeast Asia, there has been a practice of commodification of its workers. The spatialization carried out by MNC Media through the integration of four private television stations has caused journalists to experience commodification. Media workers have been transformed into a major commodity in the mass media industry as a means to accumulate capital. The mass media industry, which is closely related to capitalism, applies a structure that benefits investors only through erratic working hours, the provision of minimum wages, and other exploitative structures such as the repetition of work contracts. These media workers then receive commodification both consciously and unconsciously through exploitation, alienation, mystification, reification, and naturalization. The power that is centered on the owners of capital makes the process of commodification easy for media workers, while they accept this form of commodification as a natural thing for their profession."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2021
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library