Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 15 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Adeline Clarissa
Abstrak :
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui efek obat kumur mengandung ekstrak daun teh hijau terhadap penyembuhan keradangan gingiva secara klinis. 60 penderita gingivitis dibagi menjadi dua kelompok, kelompok eksperimen dan kontrol. Berkumur dilakukan dua kali sehari selama empat hari. Pengukuran Indeks Plak (PlI) dan Indeks Papilla-Bleeding (PBI) dilakukan pada hari nol dan hari lima. Data dianalisis menggunakan uji Paired dan Independent T-Test. Terdapat penurunan PlI dan PBI yang bermakna (p<0,05) setelah berkumur pada kedua kelompok dan terdapat perbedaan bermakna (p<0,05) antara kelompok pada penurunan PlI dan PBI. Dengan demikian, obat kumur mengandung ekstrak daun teh hijau mampu menurunkan keradangan gingiva. ......The purpose of this research is to know the effect of mouthwash containing green tea leaves extract towards gingivitis healing clinically. 60 subjects suffering gingivitis were divided into two groups, the experimental group and control group. Rinsing was done twice a day for four days. Plaque Index (PlI) and Papilla-Bleeding Index (PBI) were measured on day zero and day fifth. Data were analyzed using Paired and Independent T-Test. There was a significant reduction (p<0,05) of PlI and PBI post-rinsing within both group and there was significant difference (p<0,05) between the groups on PlI and PBI reduction. Mouthwash containing green tea leaves extract is able to decrease gingival inflammation.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2012
S44832
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Brian Manuel
Depok: Universitas Indonesia, 2007
S21819
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Donovan Roberto Jonamika
Abstrak :
ABSTRAK Latar Belakang: Penyakit periodontal merupakan penyakit gigi dan mulut yang sering ditemui dan dapat terjadi pada semua orang dengan keadaan rongga mulut. Pasien yang datang ke klinik Periodonsia RSKGM FKG UI terdiri dari berbagai kelompok dengan keadaan rongga mulut yang berbeda-beda serta memiliki faktor risiko yang berbeda pula, terutama pada gigi anterior mandibula yang rentan terhadap penyakit periodontal. Tujuan: Mendapatkan distribusi kelainan periodontal pada gigi anterior mandibula serta hubungannya dengan faktor risiko yang mempengaruhinya pada pasien di RSKGM FKG UI. Metode: Penelitian deskriptif analitik menggunakan data sekunder dari rekam medis RSKGM FKG UI periode 2016 2018. Hasil: Distribusi kelainan periodontal lebih sering terdapat pada kelompok usia lansia (45-65 tahun) dan pada laki-laki. Distribusi mobilitas terbanyak ditemukan pada gigi 31 dan kelompok usia lansia (45-65 tahun); resesi gingiva terbanyak terdapat pada gigi 31, ukuran resesi gingiva terbanyak adalah <3 mm; poket periodontal terbanyak terdapat pada gigi 43, kedalaman poket terbanyak adalah 1-3 mm; kehilangan perlekatan klinis terbanyak terdapat pada gigi 42, kehilangan perlekatan klinis terbanyak adalah >5 mm; kerusakan tulang alveolar terbanyak ditemukan pada gigi 42 dan kelompok usia lansia (45-65 tahun). Distribusi trauma oklusi terbanyak terdapat pada gigi 41, penyebab trauma yang paling sering ialah blocking. Kelainan periodontal lebih sering terdapat pada gigi yang memiliki kelainan titik kontak. Kesimpulan: Kelompok persentase usia terbesar adalah lansia (48,16%), jenis kelamin tertinggi adalah perempuan (50,28%), mayoritas pasien memiliki OHIS buruk (50,28%), dan PBI yang ringan (46,33%). Kelainan periodontal yang dijumpai pada gigi anterior mandibula adalah 34,75% subjek memiliki mobilitas gigi; 72,03% subjek mengalami resesi gingiva; 79,94% subjek memiliki poket absolut; 82,34% subjek memiliki kehilangan perlekatan klinis; dan 61,02% subjek memiliki kerusakan tulang alveolar. Faktor risiko lokal meliputi trauma oklusi dimana 57,77% subjek mengalami trauma oklusi; 83,47% subjek memiliki gigi berjejal pada gigi anterior mandibula; dan 90,82% subjek memiliki kelainan titik kontak.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nabila Nurul Aziziah
Abstrak :
Latar belakang: Periodontitis kronis merupakan jenis penyakit periodontal yang umum ditemukan pada orang dewasa, dengan prevalensi mencapai angka 74,1% di Indonesia menurut Riskesdas 2018. Tantangan utama pada perawatan periodontitis adalah waktu dan ketepatan dari diagnosis. Periodontitis kronis tidak menyebabkan timbulnya rasa sakit, sehingga pasien sering tidak mencari perawatan untuk penyakit tersebut. Menurut penelitian Grover et al. (2013), keluhan utama pada pasien periodontitis kronis yang datang untuk perawatan gigi dan mulut dapat diklasifikasikan menjadi tiga kategori, yaitu keluhan utama yang berkaitan dengan gejala penyakit periodontal, berkaitan dengan estetik, serta berkaitan dengan kegawatdaruratan pada gigi dan mulut. Melalui penelusuran berbagai penelitian, ditemukan berbagai macam keluhan utama pada pasien dengan periodontitis kronis dengan proporsi yang berbeda-beda, dan belum pernah dilakukan studi serupa di Indonesia. Tujuan: Mendapatkan distribusi keluhan utama pada pasien periodontitis kronis di RSKGM Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia. Metode: Penelitian ini menggunakan metode deksriptif untuk distribusi keluhan utama pada pasien periodontitis kronis yang didapat dari data sekunder berupa 588 rekam medis RSKGM FKG UI dalam rentang tahun kunjungan 2016 - 2018. Analisis data dilakukan dengan analisis univariat menggunakan SPSS untuk menggambarkan distribusi. Hasil: Secara umum, keluhan utama pada pasien periodontitis kronis yang paling sering ditemukan adalah keluhan utama yang berkaitan dengan gejala penyakit periodontal (39,8%), diikuti dengan keluhan utama yang berkaitan dengan estetik (39,1%), dan keluhan utama yang berkaitan dengan kegawatdaruratan pada gigi dan mulut (0,9%). Ditemukan kelompok keluhan utama lainnya sebesar 20,2% yang sebagian besar meliputi rujukan (6,8%) dan sakit gigi (5,6%). Pada jenis kelamin laki-laki, keluhan utama yang paling sering ditemukan adalah yang berkaitan dengan gejala penyakit periodontal (20,2%), sedangkan pada jenis kelamin perempuan adalah keluhan yang berkaitan dengan estetik (21,6%). Pada kelompok usia remaja awal, lansia awal, dan lansia akhir, paling sering ditemukan keluhan utama yang berkaitan dengan gejala penyakit periodontal, dan pada kelompok usia remaja akhir, dewasa awal, dan dewasa akhir, paling sering ditemukan keluhan utama yang berkaitan dengan estetik. Kesimpulan: Terdapat gambaran distribusi keluhan utama pada pasien periodontitis kronis yang berbeda menurut usia dan jenis kelamin. Keluhan berkaitan dengan gejala penyakit periodontal paling sering ditemukan pada laki-laki, serta pada kelompok usia remaja awal dan lansia, sedangkan keluhan berkaitan dengan estetik paling sering ditemukan pada perempuan, serta pada kelompok usia remaja akhir dan dewasa. Keluhan berkaitan dengan kegawatdaruratan ditemukan di beberapa kelompok usia dan kedua jenis kelamin. ......Background: Chronic periodontitis is one of the common periodontal diseases found on adults. The prevalence of chronic periodontitis in Indonesia is 74,1% according to Indonesian Health Survey 2018. The main challenge on treating chronic periodontitis is a proper time of diagnosis. Chronic periodontitis is a painless disease and is often undiagnosed until it has reached moderate to advanced stage, and many patients rarely seek care. A research by Grover et al. describes the common chief complaint in chronic periodontitis patients based on three major groups; periodontitis symptoms related, esthetic related, and dental emergency related. Other researches describe different distribution on patients’ chief complaints, and currently there are no similar research in Indonesia. Objectives: To describe the distribution of chief complaints in patients with chronic periodontitis in RSKGM FKG UI. Methods: A descriptive study using secondary data from 588 periodontal medical records of chronic periodontitis subjects in RSKGM FKG UI throughout 2016 - 2018. Result: The highest distribution of chief complaint found in patients with chronic periodontitis is periodontitis symptoms related (39,8%), followed by esthetic related (39,1%), and dental emergency (0,9%). Patients with other chief complaints (20,2%) found mainly came through referral (6,8%) and pain (5,6%). In male, the common chief complaint found is periodontitis symptoms related (20,2%), while in female is esthetic related (21,6%). According to age, periodontitis symptoms related complaints were mainly found in early adolescents and elderly, while esthetic related complaints were mainly found in late adolescents and adults. Conclusion: There are different distributions of chief complaint in patients with chronic periodontitis according to gender and age. Periodontitis symptoms related complaints were mainly found in males, and found in early adolescents or elderly. Esthetic related complaints were mainly found in females, and found in late adolescents and adult. Dental emergency related complaints were found in various age group and both genders equally.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Univesitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Maria Savvyana Saputra
Abstrak :
Latar belakang: Terapi regenerasi jaringan periodontal dengan rekayasa jaringan dapat menjadi alternatif dalam rekonstruksi jaringan periodontal. Bioaktivitas yang baik menjadi salah satu syarat penting untuk scaffold dalam mendukung regenerasi jaringan. Nano-hidroksiapatit telah banyak digunakan karena memiliki struktur kimiawi yang sama dengan tulang alami, namun memiliki porusitas yang rendah dan biodegradibilitas yang lambat sehingga kombinasi dengan Gelatin dapat meningkatkan regenerasi jaringan periodontal. Tujuan: Mengevaluasi morfologi permukaan, komposisi kalsium-fosfor dan daya serap serbuk nanohidroksiapatit dan pasta nanohidroksiapatit/gelatin variasi 60:40 dan 65:35 dengan perendaman dalam larutan simulated body fluid selama 24 jam, 48 jam, 7 hari dan 14 hari. Metode: Pembuatan serbuk nHA dan pasta nHAG di BRIN. Serbuk nHA dan pasta nHAG variasi 60:40 dan 65:35 direndam dalam larutan SBF selama 24 jam, 48 jam, 7 hari dan 14 hari. Pengujian SEM EDS dan uji swelling dilakukan pada setiap periode waktu perendaman. Hasil: Uji SEM menunjukkan perbedaan morfologi permukaan yang bermakna pada perendaman 24 jam, 48 jam, 7 hari dan 14 hari (p < 0,05). Uji EDS menunjukkan perbedaan komposisi kalsium dan fosfor serta peningkatan rasio Ca/P pada periode waktu perendaman paling tinggi pada pasta nHAG 65:35. Uji swelling menunjukkan serbuk nHA dan pasta nHAG variasi 60:40 dan 65:35 memiliki daya serap yang berbeda tiap periode waktu perendaman. Kesimpulan: Pasta nHAG 65:35 memiliki sifat optimal sebagai scaffold dengan karakteristik morfologi permukaan yang kondusif bagi pertumbuhan sel di dalamnya, dan memiliki rasio kalsium dan fosfor yang tinggi serta daya serap yang optimal. ...... Background: Tissue engineering in periodontal tissue regeneration can be an alternative in periodontal tissue reconstruction. Bioactivity such as appropriate sizes, surface morphology and porosity required in scaffold in periodontal regenerative therapy. Nanohydroxyapatite is commonly used in tissue engineering to its similar chemical structure to human bone, but tend to has low porosity and slow biodegradability. Therefore, combination with gelatine can improve periodontal regeneration. Objective: Evaluate the surface morphology, calcium-phosphorus composition and water absorption of nanohydroxyapatite powder and nanohydroxyapatite/gelatine 60:40 and 65:35 paste by immersion in simulated body fluid solution for 24 hours, 48 hours, 7 days, and 14 days. Methods: Manufacture of nHA powder and nHAG paste in BRIN. Powder of nHA and nHAG 60:40 and 65:35 paste were soaked in SBF solution for 24 hours, 48 hours, 7 days, and 14 days. Morphology surface and calcium-phosphorus composition were carried out with SEM EDS test and water absorption was carried out with swelling test. Results: SEM test showed differences in surface morphology at 24 hours, 48 hours, 7 days and 14 days (p < 0,05). EDS test showed nHAG 65:35 has the highest calcium and phosphorus composition and Ca/P Ratio in soaking periods. Swelling test showed nHA powders and nHAG pastes had different absorbencies in all soaking period. Conclusion: nHAG 65:35 paste has optimal properties as a scaffold with optimal surface morphology, high Ca/P ratio and optimal absorption.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2023
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Valdy Hartono
Abstrak :
Penyakit periodontal, termasuk gingivitis dan periodontitis, merupakan penyakit yang memiliki prevalensi tinggi. Pandemi COVID-19 mempersulit pasien untuk mendapatkan perawatan periodontal, sedangkan kebutuhan akan perawatan terus meningkat. Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi efektivitas mobile application periodontal, yakni suatu inovasi dan solusi untuk permasalahan tersebut, dengan cara membandingkan parameter inflamasi klinis dan psikomotor penderita gingivitis maupun periodontitis, antara kelompok yang diberikan intervensi mobile application dan kelompok yang tidak diberikan intervensi setelah satu dan tiga bulan penggunaan. Subjek penelitian berjumlah 40 orang yang terbagi secara acak dan merata pada kelompok uji dan kelompok kontrol. Parameter inflamasi klinis yang diperiksa ialah bleeding on probing (BoP) dan probing pocket depth (PPD). Peneliti menganalisis hasil perbandingan rerata nilai BoP, PPD, dan psikomotor antar kelompok uji dan kontrol serta dalam masing-masing kelompok uji dan kontrol setelah satu dan tiga bulan penggunaan. Hasil analisis antar kelompok menunjukkan adanya perbedaan bermakna secara statistik rerata nilai BoP, PPD, dan psikomotor, kecuali parameter PPD pada penderita periodontitis. Hasil analisis dalam kelompok menunjukkan adanya perbedaan bermakna secara statistik pada seluruh parameter pada kelompok uji, sedangkan pada kelompok kontrol, tidak ditemukan adanya perbedaan rerata nilai psikomotor yang bermakna. Studi ini menunjukkan bahwa perawatan periodontal berbasis mobile application dinilai efektif khususnya dalam pandemi COVID-19. ...... Periodontal disease, including gingivitis and periodontitis, is a highly prevalent disease. The COVID-19 pandemic has made it challenging for patients to receive periodontal therapy, despite the demand for treatment is still increasing. This study aims to evaluate the effectivity of periodontal mobile application, which is an innovation and solution for this problematic situation, by comparing clinical parameters of inflammation and psychomotor scores in gingivitis and periodontitis patients, between the group that was given the mobile application and the group that was not given the intervention after 1 and 3 months of use. Forty subjects were randomly and evenly distributed into the test and control group. The clinical inflammation parameters examined were bleeding on probing (BoP) and probing pocket depth (PPD). The author analyzed the comparison results of the mean values of BoP, PPD, and psychomotor between the groups (inter-group) and within the groups (intra-group) after one and three months of use. The results of the inter-group analysis showed that there were statistically significant differences in the mean values of BoP, PPD, and psychomotor, except for PPD parameter in patients with periodontitis. The results of the intra-group showed that there were statistically significant differences in all parameters in the test group, while in the control group, there was no significant differences in the mean of psychomotor scores. This study shows that mobile application-based periodontal treatment is considered effective especially in COVID-19 pandemic.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2023
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Putriani Grisnanda
Abstrak :
Latar Belakang: Diabetes mengganggu sistem kekebalan umum yang dapat mempengaruhi respon periodontium terhadap patogen. Tingkat keparahan inflamasi pada pasien periodontitis disertai diabetes melitus (PD-DM) juga dipengaruhi oleh tingkat perilaku kebersihan mulut. Penelitian ini menganalisis hubungan antara kesadaran diri terhadap kondisi periodontal (KP) dengan pengetahuan tentang periodontitis (PP) dan perilaku kebersihan mulut (POH) pada pasien PD-DM. Metode: Penelitian ini merupakan penelitian survei potong silang pada masa Pandemi Covid-19. Kuesioner tatap muka dilakukan pada kelompok PD-DM (n=29), periodontitis (n=31), dan kontrol (n=24). Reliabilitas kuesioner ditentukan dengan Cronbach. dan regresi linier berganda digunakan untuk mengkorelasikan PP dan POH dengan KP pada kelompok PD-DM, periodontitis, dan kontrol. Hasil: Uji-T parsial dan uji-F simultan pada kelompok PD-DM masing-masing p<0,05 dan p<0,001. KP atau OHB pada kelompok PD-DM berkorelasi signifikan dengan KP. Kontribusi PP (56%) lebih besar mempengaruhi KP dibandingkan POH pada kelompok PD-DM. Kesimpulan: Terdapat hubungan antara PP dan POH terhadap KP pada kelompok PD-DM. ......Objectives: Diabetes compromises the general immune system that could affect the response of the periodontium to the pathogen. The severity of inflammation in periodontitis and person with diabetes (PWD) patients was also influenced by the level of oral hygiene behaviour. This study analyzes the relationship between self-awareness of periodontal condition (SAP) to the knowledge of periodontitis (KP) and oral hygiene behaviour (OHB) in diabetic patients. Materials and Methods: This study is a cross-sectional survey design during the Covid-19 Pandemic. A face-to-face questionnaire was conducted for periodontitis with the PWD group (n=29), periodontitis group (n=31), and healthy/gingivitis patients or the control group (n=24). The reliability of the questionnaire was determined with Cronbach’s . Multiple regression linear used to correlate the KP and OHB to SAP in the PWD group. Results: The result of T-test partial and F-statistic test (simultaneous significance test) in PWD group was p < 0,05 and p < 0,001 respectively. The KP or OHB in the PWD group by each or either of their significantly correlate to SAP. The KP contribution (56%) was greater to affect SAP than OHB in the PWD group. Conclusion: There was a linear relationship between KP and OHB to SAP in the PWD group.
Depok: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2021
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Putri Retno Nuraini
Abstrak :
Latar Belakang: Resesi gingiva merupakan salah satu kondisi periodontal yang dapat memberikan perburukan kualitas hidup penderita. Terdapat berbagai metode perawatan resesi gingiva, salah satunya adalah perawatan bedah. Penelitian mengenai preferensi dan persepsi terhadap bahan dalam perawatan bedah pada terapi resesi gingiva belum pernah dilakukan di Indonesia. Tujuan: Mengetahui preferensi dan persepsi Dokter Gigi Spesialis Periodonsia di Indonesia terhadap penggunaan soft tissue matrix pada terapi resesi gingiva. Metode: Penelitian deskriptif dengan pendekatan potong lintang menggunakan kuesioner kepada Dokter Gigi Spesialis Periodonsia di Indonesia. Hasil: Mayoritas Dokter Gigi Spesialis Periodonsia di Indonesia (87,8%) mengerjakan 1-5 kali kasus resesi gingiva dalam satu tahun terakhir Sebagian besar (73,2%) memilih autograft dalam penutupan resesi gingiva. Mayoritas menggunaka soft tissue matrix dalam <50% kasus resesi gingiva yang dikerjakan (48,8%), dengan sediaan berbentuk membran (91,5%). Bahan soft tissue matrix yang paling diminati adalah Acellular dermal matrix (60,1%). Mayoritas menggunakan soft tissue matrix karena kondisi pasien yang tidak memungkinkan untuk cangkok (52,45%) dan biaya yang dikeluarkan lebih besar (53,45%) sebagai alasan untuk tidak menggunakannya. Limitasi terbesar ketika menggunakan soft tissue matrix adalah mukosa berkeratin yang didapat minim (15,9%) dan stabilisasi yang sulit (15,9%). Keseluruhan responden memiliki persepsi yang cenderung positif terhadap soft tissue matrix. Kesimpulan: Mayoritas Dokter Gigi Spesialis Periodonsia di Indonesia memilih autograft pada terapi resesi gingiva dan bahan soft tissue matrix yang paling diminati adalah allograft berupa Acellular dermal matrix. Dokter Gigi Spesialis Periodonsia di Indonesia memiliki persepsi yang cenderung positif terhadap penggunaan soft tissue matrix pada terapi resesi gingiva ......Background: Gingival recession is one of the periodontal conditions that can worsen the patient's quality of life. Various methods are available for treating gingival recession, one of which is surgical treatment. No study has evaluated about preferences and perceptions of materials used in the gingival recession treatment in Indonesia. Objective: To evaluate the preferences and perceptions of Indonesian Periodontist for the use of soft tissue matrix as gingival recession treatment. Methods: A cross-sectional descriptive study using questionnaires given to Periodontists in Indonesia. Results: Most of Periodontist in Indonesia (87.8%) performed 1-5 cases of gingival recession in the past year. Majority (73.2%) chose autograft for treating gingival recession. Most of Periodontist used soft tissue matrix in <50% of the cases treated (48.8%), and chose membranes as the preferred form of matrix (91.5%). The most popular soft tissue matrix material is Acellular dermal matrix (60.1%). Most of Periodontist use soft tissue matrix for reasons related to the patient's condition which contraindicated for grafting (52.45%) and the costs incurred were higher (53.45%) as the most reason not to use it. The greatest limitations when using soft tissue matrix were the keratinized mucosa that obtained is minimal (15.9%) and difficulty in stabilizing the matrix (15.9%). All respondents have a good perception of the soft tissue matrix with an index value of 65.5%. Conclusion: The majority of Periodontist in Indonesia preferred autograft in treating gingival recession. Most demand soft tissue matrix material is allograft in the form of acellular dermal matrix. Periodontist in Indonesia tend to have positive perception in the use of soft tissue matrix as a treatment of gingival recession.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Clarissa Halim
Abstrak :
Latar belakang. Periodontitis memiliki angka prevalensi yang tinggi diberbagai populasi dunia termasuk salah satunya Indonesia. Penyakit ini menyebabkan kehilangan jaringan penyangga gigi pada penderita. Salah satu parameter dalam mengetahui tingkat keparahan penyakit yakni melalui pengukuran clinical attachment loss (CAL). Berbagai faktor risiko berperan dalam inisiasi dan progresivitas penyakit periodontal. Penelitian terdahulu menunjukkan variasi distribusi CAL berdasarkan faktor risiko. Studi mengenai distribusi CAL pada pasien periodontitis dilakukan sebagai acuan dalam mengidentifikasi faktor risiko yang berpengaruh terhadap tingkat keparahan penyakit. Tujuan. Memperoleh distribusi CAL pada penderita periodontitis di RSKGM FKG UI tahun 2018–2020 beserta faktor risiko yang mempengaruhinya. Metode penelitian. Penelitian deskriptif dengan desain studi potong-lintang menggunakan data sekunder dari rekam medis RSKGM FKG UI tahun 2018–2020 yang memenuhi kriteria inklusi, pengambilan sampel dilakukan dengan teknik consecutive sampling. Hasil penelitian. CAL yang paling umum ditemukan termasuk dalam kategori parah (80%), proporsi terbesar terdapat di regio posterior rahang atas (15,36%). Mayoritas hasil pengukuran indeks plak baik (41,4%) dan indeks kalkulus buruk (32,9%) dengan CAL parah. Sebagian besar subjek memiliki titik kontak tidak normal (47,1%). Sejumlah 52,1% subjek tidak dipengaruhi faktor risiko malposisi dan mengalami CAL parah. Mayoritas tidak dipengaruhi faktor risiko trauma oklusi dengan 35% mengalami CAL parah, trauma oklusi terkait artikulasi merupakan faktor risiko yang paling umum ditemukan (17,9%). Distribusi subjek menunjukkan 87,1% tidak merokok; 71,4% tidak merokok dan mengalami CAL parah. Subjek penelitian mayoritas orang dewasa (92,1%); sebagian besar mengalami CAL parah (75,7%). Jenis kelamin 59,3% perempuan dan 40,7% laki-laki; 48,6% merupakan subjek perempuan dengan CAL parah. Kesimpulan. Penderita periodontitis di RSKGM FKG UI tahun 2018–2020 mayoritas mengalami CAL parah. Pengukuran indeks plak menunjukkan sub kelompok terbesar pada kategori baik dengan CAL parah dan indeks kalkulus buruk. Sebagian besar gigi yang mengalami CAL terparah pada subjek memiliki titik kontak tidak normal dan tidak terdapat malposisi. Ditemukan mayoritas tidak memiliki faktor risiko trauma oklusi. Data yang terkumpul menunjukkan sebagian besar subjek tidak merokok. Penderita periodontitis paling banyak pada kelompok usia dewasa dan berjenis kelamin perempuan. ......Introduction. Periodontitis is a disease with high prevalence rate in various world populations including Indonesia. The disease causes loss of tooth–supporting tissue in patients. One of the parameters in determining the severity of the disease is through the measurement of clinical attachment loss (CAL). Various risk factors play a role in the initiation and progression of periodontal disease. Previous studies have shown variations in the distribution of CAL based on risk factors. A study on the distribution of CAL in periodontitis patients was carried out as a reference in identifying risk factors that influence the severity of the disease. Objectives. To obtain the distribution of CAL in periodontitis patients at RSKGM FKG UI in 2018–2020 along with contributing risk factors. Methods. Descriptive study with cross-sectional design using secondary data from the medical records at RSKGM FKG UI in 2018–2020 along with inclusion and exclusion criterias, sampling was carried out using consecutive sampling technique. Results. The most common CAL found was in the severe category (80%), with the largest proportion in the maxillary posterior region (15.36%). Majority of plaque index measurements were categorized good (41.4%) and calculus index mostly bad (32.9%) accompanied with severe CAL. Most of the subjects had abnormal tooth proximal contact (47.1%). A total of 52.1% of the subjects did not have tooth malposition accompanied with severe CAL. Majority were not affected by occlusal trauma with 35% having severe CAL; articulation- related occlusal trauma was the most common risk factor found (17.9%). Distribution of subjects showed that 87.1% were non-smokers; with 71.4% non-smokers having severe CAL. Subjects mostly consisted of adults (92.1%); most of them had severe CAL (75.7%). Gender proportion showed 59.3% female and 40.7% male; 48.6% were female subjects with severe CAL. Conclusion. Periodontitis patients at RSKGM FKG UI in 2018–2020 experienced severe CAL. Plaque index measurements mostly categorized good with severe CAL, along with poor calculus index. Majority of the teeth with most severe CAL in the subjects had abnormal proximal contact and no malposition. It was found that the majority had no risk factors regarding trauma from occlusion. The data collected showed that most of the subjects were non-smokers with majority of the patients being adult females.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fatimah Sania Baagil
Abstrak :
Latar Belakang: Pada klasifikasi periodontitis menurut AAP tahun 2017 periodontitis dilihat dari stage yaitu berdasarkan tingkat keparahan dan kompleksitas, dan juga grade berdasarkan progresivitas dari periodontitis tersebut. Setiap stage dan grade memiliki rencana perawatan yang berbeda. Dalam pemutusan grade terdapat modifying factor yang dapat mempengaruhi diagnosis pasien. Pada penulisan rekam medik setiap gigi diberikan prognosis yang sesuai kondisi gigi. Tujuan: Melihat distribusi frekuensi rencana perawatan yang diberikan pada pasien yang berdiagnosis periodontitis stage III dan IV dengan atau tanpa modifying factor di RSKGM FKG UI tahun kunjungan 2017 hingga 2020. Metode: Menggunakan pendekatan deskriptif analitik cross sectional untuk distribusi penyakit periodontitis stage III dan IV. Subjek yang sudah sesuai dengan kriteria eksklusi dan inklusi diolah menggunakan SPSS. Hasil: Jumlah subjek penelitian yang berdiagnosis periodontitis stage III lebih tinggi dibandingkan stage IV. Frekuensi grade tertinggi pada periodontitis stage III dan IV adalah grade B. Didapatkan bahwa untuk periodontitis stage III dan IV persentase tertinggi untuk rencana perawatan adalah DHE dan Scaling and Root Planning (SRP) dengan 100% subjek memilki rencana perawatan tersebut. Pasien periodontitis stage III yang memilki rencana perawatan ekstraksi adalah sebesar 24,2% dari jumlah subjek. Sedangkan pada periodontitis stage IV terdapat sebesar 56,3%. Kesimpulan: Prognosis yang diberikan pada pasien sangat mempengaruhi pemilihan rencana perawatan yang akan diberikan dokter ke pasien tersebut. Prevalensi periodontitis berhubungan positif dengan bertambahnya usia dan dapat terjadi lebih tinggi pada laki-laki ......Background: Based on The 2017 AAP Classification of Periodontal and Peri-Implant Diseases and Conditions, periodontitis is characterized by a multidimensional staging system, which classify the severity and extent of a patient’s disease based on the measureable amount of destroyed and/or damaged tissue as a result of periodontitis and specific factors that may attribute to the complexity of long-term case management, and grading systemthat aims to indicate the rate of periodontitis progression, responsiveness to standard therapy, and potential impact on systemic health. In writing medical record, each tooth was given a prognosis according to the condition of the tooth. Objective: This study aims to determine the distribution and frequency of the treatment plan given to patients diagnosed with stage III and IV periodontitis with or without modifying factors in RSKGM FKG UI in 2017-2020 period. Method: The type of method used is the cross-sectional analytic descriptive study to determine the distribution and frequency of the treatment plan given to patients diagnosed with stage III and IV periodontitis with or without modifying factors in RSKGM FKG UI in 2017-2020 period. Result: There are more patients diagnosed with stage III periodontitis compared to the stage IV periodontitis ones. Grade with the highest frequency found in the stage III and stage IV patients are grade B. Dental Health Education (DHE) with Scaling and Root Planning (SRP) are the treatment plans with the highest frequency (100%). Extraction is also one of the treatment plan chosen for stage III (24,2%) and stage IV (56,3%) periodontitis patients
Depok: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2021
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2   >>