Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 9 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Ryota Hafizmatta
Abstrak :
Latar Belakang: TBC merupakan penyakit yang sudah dikategorikan sebagai penyakit mematikan. Penularan TB terjadi melalui udara (airborne disease). Indonesia sendiri merupakan negara yang termasuk dalam kasus TB yang tinggi. Kontak keluarga merupakan faktor risiko terbesar karena pasien TB dapat menularkan dalam satu ruangan. Risiko penularan TB kontak sebesar 3,1% dan TB laten sebesar 51,5%. Tujuan: Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui kontak TB di wilayah Ciracas dan mengetahui faktor lingkungan yang berperan dalam penularan TB. Metode: Pasien diperoleh dari Puskesmas Ciracas dan Puskesmas Desa. Peneliti menghubungi pasien, jika berkenan peneliti akan berkunjung ke rumah pasien dan melakukan diagnosa pada semua kontak rumah dan menghitung kondisi rumah pasien. Semua hasil diproses dalam bentuk kategori dan diproses menggunakan IBM SPSS Statistics 24 Hasil: Berdasarkan hasil diagnosa dan penilaian lingkungan. Pada kondisi crowding dan penularan TB ditemukan (p>0,05). Pada kondisi ventilasi dan penularan TB ditemukan (p>0,05). Pada penilaian penularan ACH dan TB ditemukan (p>0,05) Kesimpulan: Tidak ada hubungan penilaian kondisi lingkungan (kepadatan, ventilasi, ACH) dengan penularan TB kontak serumah ......Background: TB is a disease that has been categorized as a deadly disease. Transmission of TB occurs through the air (airborne disease). Indonesia itself is a country that is included in the high TB ​​cases. Family contact is the biggest risk factor because TB patients can transmit in one room. The risk of transmission of contact TB is 3.1% and latent TB is 51.5%. Objective: This study was conducted to determine TB contacts in the Ciracas area and to determine environmental factors that play a role in TB transmission. Methods: Patients were obtained from the Ciracas Public Health Center and the Village Health Center. The researcher contacted the patient, if desired, the researcher would visit the patient's home and diagnose all home contacts and calculate the condition of the patient's home. All results are processed in categories and processed using IBM SPSS Statistics 24 Results: Based on the results of the diagnosis and environmental assessment. In crowding conditions and TB transmission were found (p>0.05). In ventilation conditions and TB transmission were found (p>0.05). In the assessment of transmission of ACH and TB found (p> 0.05) Conclusion: There is no relationship between assessment of environmental conditions (density, ventilation, ACH) with household contact TB transmission
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nadira Fildza Amanda
Abstrak :
ABSTRAK Latar Belakang:Tuberkulosis dan diabetes melitus merupakan penyakit dengan proporsi yang tinggi di Indonesia dan keduanya memainkan perankomorbid satu sama lain. Penularan TB pada kontak serumah yang memiliki indeks DM belum pernah diketahui.Tujuan:Mengetahui angka kejadian TB pada kontak serumah dengan kasus indeks TB-DM dan faktor-faktor yang mempengaruhi.Metode: Penelitian ini dilakukan dengan metode cross-sectional pada kontak serumah pasien TB yang berobat di Puskesmas Ciracas, Jakarta Timur selama bulan Agustus-September 2019. Riwayat dan kontrol DM didata dari subjek penelitianSetelah penelusuran rumah dilakukan, kontak yang berisiko dan bergejala menjalani pemeriksaan foto toraks. Etik penelitian didapatkan dari Komite Etik FKUI dan perizinan dari Dinas Kesehatan DKI Jakarta.Hasil: Terdapat 108 kontak serumah yang memiliki median usia 24,86 tahun, rasio perempuan dan laki-laki 1:1 yaitu 54 kontak, IMT kontak dewasa berlebih (29,6%) dan IMT anak didominasi kurus (26,9%), sedangkan riwayat DM ditemukan pada 4 kontak (3,7%). Indeks TB DM sebanyak 11 pasien (33,33%) memiliki 37 kontak serumah. Kontak serumah dengan kasus indeks TB DM yang mengalami tuberkulosis adalah 1 orang (2,7%).Kesimpulan: Kejadian TB aktif pada kontak serumah dengan indeks TB-DM sebesar 2,7%.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia , 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Chairunnisa Putri
Abstrak :
ABSTRAK Latar Belakang: Indonesia menempati urutan ketiga dengan insiden terbanyak TB (8%) di dunia. Program dunia mewajibkan investigasi kontak dan terapi preventif dilakukan kepada seluruh kontak serumah pasien TB terutama kontak anak, karena termasuk kelompok risiko tinggi. Di Indonesia, program ini belum belum dilaksanakan secara optimal tercermin dari pencatatan data kontak dan pemberian profilaksis yang masih kurang. Tujuan: Mengetahui angka kejadian TB pada kontak serumah anak (0-18 tahun) pasien TB dan faktor-faktor yang memengaruhi. Metode: Penelitian ini merupakan studi potong lintang (cross-sectional) yang dilakukan pada kontak serumah anak pasien TB yang masih dalam pengobatan di Puskesmas Kecamatan Ciracas, Jakarta Timur pada bulan Agustus hingga September tahun 2019. Pemeriksaan kontak dilakukan melalui anamnesis terkait gejala, lalu dilanjutkan dengan pemeriksaan dahak dan foto toraks untuk anak yang bergejala, atau pemeriksaan IGRA untuk skoring TB anak apabila dahak tidak didapat. Etik penelitian didapatkan dari Komite Etik FKUI dan izin penelitian didapatkan dari Dinas Kesehatan DKI Jakarta. Hasil: Sebanyak 36 kontak serumah anak dari 19 kasus indeks TB diinvestigasi. Kontak mayoritas laki-laki (58,3%), rerata usia 9,72 (s.b. 5,398), status gizi mayoritas normal (83,3%) dan mayoritas memiliki parut BCG (69,4%). Tipe resistansi kasus indeks 78,9% SO dan 21,1% RO. Sebanyak 8 subjek (22%) didiagnosis TB klinis. Terdapat hubungan antara tipe resistansi kasus indeks dengan kejadian TB pada kontak serumah anak. Tidak terdapat hubungan antara bacterial load dan bentuk lesi kasus indeks, jenis kelamin, usia, status gizi dan parut BCG kontak dengan kejadian TB pada kontak serumah anak. Kesimpulan: Angka kejadian TB pada kontak serumah anak sebanyak 22%.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Amy Grace Yulita
Abstrak :
Latar Belakang: Indonesia menempati peringkat ke-3 beban TB di dunia dengan gap antara notifikasi dan insiden TB yang tinggi. Investigasi kontak TB merupakan salah satu strategi penemuan kasus aktif. Kontak serumah pasien TB merupakan populasi berisiko tinggi karena tingkat paparan yang lebih tinggi dibanding populasi umum. Di Indonesia, pencatatan serta investigasi kontak serumah pasien TB masih sangat jarang dilakukan. Tujuan: Mengetahui angka kejadian TB pada kontak serumah dewasa pasien TB dan faktor-faktor yang memengaruhi. Metode: Penelitian ini menggunakan desain studi cross sectional terhadap kontak serumah dewasa dari pasien TB (kasus indeks) yang terdaftar di Puskesmas Ciracas, Jakarta Timur pada bulan Agustus–September 2019. Pemeriksaan foto toraks kemudian dilakukan pada kontak yang diduga mengalami TB. Etik penelitian diperoleh dari Komite Etik FKUI dan izin penelitian didapat Dinas Kesehatan DKI Jakarta. Hasil: Tujuh puluh dua kontak serumah dewasa dari 32 kasus indeks dengan median usia 36,67 tahun, 55,6% perempuan, mayoritas (41,7%) IMT normal dan tidak memiliki parut BCG 51,4%. Sebanyak 4 (5,56%) subjek terdiagnosis TB klinis. Dari kasus indeks didapatkan 75% kasus TB SO dan 25% kasus TB RO. Tidak terdapat hubungan antara usia, jenis kelamin, IMT, dan parut BCG kontak dengan kejadian TB. Tidak terdapat hubungan antara tipe resistansi kasus indeks dengan kejadian TB......Background: Indonesia is listed as the world’s third-largest TB burdened country with a large gap between notification and incident cases. Investigation of TB contacts is one of the strategies in finding active diseases. Individuals having contact with TB patients within household are at higher risk of exposure compared to general population. In Indonesia, household contacts with TB patients record and investigation are still rarely done. Objective: To identify number of active TB cases among adult household contacts with TB patients and factors asssociated. Methods: This research used cross sectional study toward adult household contacts with TB patients (index cases) that registered at Puskesmas Ciracas, Jakarta Timur in August—September 2019. Thoracic imaging examination was done in subjects with suspected TB. Research ethics was obtained from FKUI Research Ethical Committee and research permission from Dinas Kesehatan DKI Jakarta. Results: Seventy-two adult household contacts from 32 index cases (75% were drug- sensitive (DS) TB and 25% were drug-resistant (DR) TB). The median of contacts age was 36.67 years old, 55.6% were women, 41.7% have normal BMI, and 51.4% do not have BCG scar. We identified 4 (5.56%) subjects with active clinical TB. There were no association between age, gender, BMI, and BCG scar with TB diseases. There was no association between resistance type of index cases with TB diseases.
Depok: Fakultas Kedokteran Univeritas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Andi Puji Pratiwi
Abstrak :
Malnutrisi meningkatkan risiko kegagalan pengobatan dan kematian pada penderita TB-MDR. Oleh karena itu, deteksi malnutrisi secara cepat dan tepat sangat diperlukan dalam penatalaksanaan TB-MDR. Salah satu alat skrining status gizi yang cepat dan sederhana adalah Malnutrition Screening Tool MST. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara status gizi dengan menggunakan MST dan bacterial load pada penderita TB-MDR. Studi cross sectional ini dilaksanakan di RSUP Persahabatan Jakarta pada bulan Juni-Oktober 2017 dengan subjek sebanyak 81 penderita TB-MDR yang belum mendapatkan pengobatan TB-MDR. Data dikumpulkan dengan menggunakan kuesioner, pengukuran antropometri, dan pemeriksaan laboratorium. Dari 81 subjek, 54 subjek berisiko malnutrisi dan 47 subjek mempunyai IMT kurang dari 18 kg/m2. Analisis bivariat menunjukkan bahwa tidak ada hubungan antara MST dan bacterial load pada penderita TB-MDR p=0,923. Walaupun begitu, perbedaan proporsi bacterial load positif antara kelompok berisiko dan tidak berisiko malnutrisi mencapai 11,2. Selain itu, pada kelompok berisiko malnutrisi, bacterial load cenderung positif. ......Malnutrition in patients with MDR TB may increase the risk of treatment failure and death. Therefore, rapid and precise malnutrition detection is essential in the management of MDR TB. One of the fastest and simplest nutritional screening tools is the Malnutrition Screening Tool MST. This study aims to determine the association between nutritional status using MST and bacterial load in patients with MDR TB. This cross sectional study was conducted in RSUP Persahabatan Jakarta in June October 2017 with the subject of 81 MDR TB patients who had not received MDR TB treatment. Data were collected using questionnaires, anthropometric measurements, and laboratory examination. Of 81 subjects, 54 subjects at risk of malnutrition and 47 subjects have BMI less than 18 kg m2. Bivariate analysis showed that there is no association between MST and bacterial load in patients with MDR TB p 0.923. However, the difference in the proportion of positive bacterial loads between the at risk and non risk groups of malnutrition is 11,2. In addition, at risk group of malnutrition, bacterial load tends to be positive.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2017
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Kurnia Maidarmi Handayani
Abstrak :
Pendekatan sistem imun pada pejamu M. tuberculosismerupakan salah satu pilihan dalam pengembangan terapi tuberkulosis, terutama pada kasus tuberkulosis (TB)  resisten obat. Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis perbedaan fungsi makrofag pada penderita TB resisten obat dibandingkan dengan kontak erat yang terinfeksi laten dan sehat. Sel Monosit Darah Tepi (SMDT) diisolasi dan dikultur selama 7 hari. Fagositosis dinyatakan jika terdapat minimal satu sel darah merah domba tampak melekat pada membran makrofag. Kemampuan lisosom diperiksa dengan uji aktivitas enzim fosfatase asam. Enam pasien TB-RO dan 18 kasus kontak erat (8 TB laten;10 sehat) di RS Universitas Indonesia direkrut sebagai subjek penelitian. Hasil menunjukkan bahwa aktivitas fagositosis kelompok infeksi laten lebih tinggi dibandingkan kelompok sehat dan TB RO (one-way ANOVA, p<0,05). Aktivitas enzim fosfatase asam lebih tinggi pada kelompok TB RO. Perbedaan fungsi makrofag ini diharapkan dapat menjadi referensi selanjutnya dalam terapi TB RO ataupun terapi pencegahan.  ......The immune system approach to the host of M. tuberculosis is an option in developing tuberculosis therapy, especially in drug-resistant tuberculosis (DR-TB) cases. This study aimed to analyze the differences in macrophage function in drug-resistant TB patients compared to close contacts who were latently infected and healthy. Peripheral Blood Mononuclear Cell (PMBC) was isolated and cultured for seven days. Phagocytosis is expressed when at least one sheep red blood cell appears attached to the macrophage membrane. The ability of lysosomes was examined by testing the activity of the acid phosphatase enzymes. Six DR-TB patients and 18 close contact cases (8 LTBI; 10 healthy) at Universitas Indonesia Hospital were recruited as research subjects. The results showed that the phagocytosis activity of the latent infection group was higher than that of the healthy and TB RO groups (one-way ANOVA, p<0.05). Acid phosphatase activity was higher in the DR-TB group. The difference in macrophage function is expected to be a further reference in DR-TB treatment or preventive therapy.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2023
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Putri Aisyah
Abstrak :
Latar Belakang: The Coronavirus disease 2019 (COVID-19) merupakan infeksi oleh severe acute respiratory syndrome Coronavirus 2 (SARS-COV-2) yang menjadi perhatian internasional pada Januari 2020. Manifestasi kasus ringan terjadi sekitar 81%, kasus berat sebanyak 14%. Mortalitas akibat pneumonia COVID-19 meningkat secara global akibat transmisi cepat dan gejala awal yang atipikal. Usia ≥ 60 tahun, jenis kelamin laki-laki dan komorbiditas merupakan faktor risiko untuk menjadi berat dan kematian sehingga dibutuhkan kontrol ketat pada pasien berisiko. Metode Penelitian: Penelitian ini merupakan penelitian retrospektif dengan studi potong lintang. Sampel penelitian merupakan pasien yang datang ke IGD dan terkonfirmasi pneumonia COVID-19 yang masuk dalam kriteria inklusi. Sampel pada penelitian ini adalah sebanyak 299 pasien. Hasil Penelitian: Pada penelitian ini didapatkan subjek penelitian adalah 299 dari 336 pasien yang masuk dalam kriteria inklusi. Jenis kelamin laki-laki sebanyak 162 orang (54,18%), nilai IMT obesitas I (29,77%) dan diikuti IMT normal (28,76%), paling banyak tidak memiliki komorbid dengan derajat pneumonia berat (60,2%) dan luaran pasien sebanyak 69,2% adalah hidup. Komorbid terbanyak yaitu hipertensi (30,77%), Diabetes mellitus (24%) dan kardiovaskular (14%). Usia median hidup pasien pneumonia COVID-19 di RS Persahabatan adalah 52 th (20-84) dan median usia meninggal adalah 59 th (28-92). Terdapat hubungan bermakna antara derajat klinis, HT, IMT dan DM terhadap luaran pasien pneumonia COVID-19 di RS Persahabatan. Kesimpulan: Usia median hidup pasien pneumonia COVID-19 di RS Persahabatan adalah 52 th (20-84) dan median usia meninggal adalah 59 th (28-92). Terdapat hubungan bermakna antara derajat klinis, HT, IMT dan DM terhadap luaran pasien pneumonia COVID-19 di RS Persahabatan. ......Background: The Coronavirus disease 2019 (COVID-19) is an infection by severe acute respiratory syndrome Coronavirus 2 (SARS-COV-2) which became international attention in January 2020. The manifestation of mild cases occurred about 81%, severe cases as much as 14%. Mortality of COVID-19 pneumonia increasing globally due to rapid transmission and atypical symptoms. Age of 60 years, male gender and comorbidities are risk factors for severe and death so that strict control is needed. Methods: This study is retrospective cross-sectional study, which samples were patients who came to emergency room and confirmed of COVID-19. The samples are 299 patients who included of inclusion criteria. Results: The sample of this study were 299 patients out of 336 patients who were include in inclusion criteria. Male (54.18%) are the most common, Obesity class I was the most common (29.77%) followed by normal BMI (28,76%) and didn’t have comorbid with severe (60.2%) and outcome are survived (69.2%). Hypertension (30,77%) is the most comorbid, followed by diabetes melitus (24%) and cardiovascular (14%). The median age of survivor is 52 (20-84) years old and median age of non survivor is 59 (28-92) years. There was relationship between severe pneumonia to respiratory rate and peripheral oxygen saturation. Gender, number of comorbidities and BMI were not related to the outcome. There is a relationship between the severity of pneumonia, obesity, diabetes and hypertension to the outcome. Conclusion: The median age of survivor is 52 (20-84) years old and median age of non survivor is 59 (28-92) years. There was relationship between severe pneumonia to respiratory rate and peripheral oxygen saturation. Gender, number of comorbidities and BMI were not related to the outcome. There is a relationship between the severity of pneumonia, obesity, diabetes and hypertension to the outcome.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2022
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Faiza Hatim
Abstrak :
Latar belakang: Tuberkulosis (TB) hingga saat ini masih menjadi masalah kesehatan utama di dunia dan merupakan salah satu dari 10 penyebab kematian di dunia. Sesuai dengan rekomendasi WHO tahun 2020, pengobatan TB RO di Indonesia saat ini menggunakan paduan tanpa obat injeksi yang terbagi menjadi dua, yaitu paduan pengobatan jangka pendek (9-11 bulan) dan jangka panjang (18-20 bulan). Penelitian ini dilakukan untuk mengindentifikasi luaran penggunaan regimen pengobatan jangka pendek pada TB RO di RSUP Persahabatan dan faktor-faktor yang mempengaruhi luaran. Metode : Penelitian ini merupakan studi kohort prospektif yang dilakukan sejak Agustus 2019 – Januari 2021 dengan consecutive sampling pada pasien TB RO yang berobat ke Poli TB RO RSUP Persahabatan. Pasien yang telah memenuhi kriteria pengobatan jangka pendek akan diberikan pengobatan standar dan akan dievaluasi mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi. Faktor-faktor yang dinilai pada penelitian ini antara lain usia, jenis kelamin, indeks massa tubuh, faktor komorbid, BTA awal pengobatan, luas lesi foto toraks, merokok, riwayat pengobatan TB, desentralisasi, lama konversi, dan pola resistan. Hasil akhir pengobatan yang dievaluasi pada penelitian ini adalah sembuh, gagal pengobatan, meninggal, putus berobat, dan pindah. Hasil : Subjek penelitian yang memenuhi kriteria inklusi penelitian sebanyak 68 orang dengan karakteristik rerata usia 42,03 (13,22) tahun. Pada kelompok jenis kelamin laki- laki (66,7%), gizi obese (71,4%), riwayat merokok indeks berat (81,8%), riwayat gagal kategori 2 sebelumnya (100%), gambaran foto toraks lesi luas (66,7%), tidak desentralisasi (59%), konversi BTA > 3 bulan, BTA awal pengobatan 3+ (66,7%), dan poliresistan (80%) akan mengalami luaran tidak berhasil lebih cepat dibandingkan kelompok lainnya. Hasil akhir pengobatan pada penelitian ini didapatkan angka kesembuhan sebesar 42,6%, gagal pengobatan sebesar 17,6%, meninggal sebesar 8,8%, putus berobat sebesar 27,9% dan transfer out sebesar 2,9%. Kesimpulan : Pada penelitian ini tidak didapatkan perbedaan bermakna antara faktor- faktor yang mempengaruhi luaran pengobatan TB RO dengan regimen jangka pendek (STR). ......Background: Tuberculosis (TB) remains a major health problem and one of the top ten causes of death in the world. According to WHO recommendations in 2020, drug- resistant TB (DR-TB) treatment in Indonesia currently uses an injection-free drug combination which was divided into short-term (nine to eleven months) and long term (eighteen to twenty months) treatments. The aim of this study is to identify the outcome of using a short-term treatment regimen (STR) for DR-TB in patients treated at Persahabatan Hospital, Jakarta, Indonesia and factors that influence their clinical outcomes. Methods: This study was a prospective cohort study conducted from August 2019 until January 2021 in Persahabatan Hospital, Jakarta, Indonesia. All DR-TB patients were evaluated whether they met criteria for the STR treatment. Outcomes evaluated in this study were cured, treatment failure, death, loss to follow up, and transferred out. Factors assessed in this study included age, sex, body mass index, comorbid factors, bacterial load, chest x-ray lesions, smoking, TB treatment history, decentralization, time-to- conversion, and resistance pattern. Results: Sixty eight subjects were included in this study. Mean age was 42.03 (+ 13.22) years. Males, obese, heavy smoking index, history of second category treatment failure, extensive lesion in chest x ray, decentralisation, acid fast baccili (AFB) conversion by >3 months, AFB stain at pre-treatment of +3, and poly-drug-resistance were more likely to have an unfavourable outcome. However, the results were not statistically significant (p>0.05). The treatment result of this study showed a cure rate of 42.6%, with treatment failure was 17.6%, death was 8.8%, loss to follow up was 27.9%, and transferred out was 2.9%. Conclusion: In this study, there were no significant differences between the factors that influenced the outcome of DR-TB receiving STR.
Depok: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2021
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Armando Rahadian
Abstrak :
Pendahuluan: Tuberkulosis (TB) adalah masalah kesehatan global dan merupakan penyebab utama morbiditas dan mortalitas di banyak negara berkembang. Indonesia menempati peringkat ke – 2 pasien TB terbanyak di dunia dengan jumlah 969.000 kasus per tahun dan cakupan diagnosis terkonfirmasi pemeriksaan bakteriologis hanya 55% dari seluruh kasus TB ternotifikasi. Penegakan diagnosis TB dengan metode kultur bakteri membutuhkan waktu lama sehingga diperlukan metode baru yang dapat mempersingkat waktu identifikasi TB yaitu dengan tes cepat molekuler. Metode: Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi akurasi diagnostik tes cepat molekuler Prufen Gb101 dalam identifikasi M. tuberculosis pada pasien terduga TB paru menggunakan spesimen sputum dengan kultur Mycobacteria Growth Indicator Tube (MGIT) sebagai baku emas. Hasil: M. tuberculosis terdeteksi pada 46 dari 81 subjek penelitian berdasarkan pemeriksaan Prufen Gb101 dengan sensitivitas 100% (95% CI, 99,0 – 100), spesifisitas 76,09% (95% CI, 61,2 – 87,4), PPV 76.09% (95% CI, 65,5% – 84,2) dan NPV 100% (95% CI , 90,0 – 100). Sensitivitas yang tinggi menunjukkan tes ini dapat mengidentifikasi dengan baik infeksi TB pada pasien terduga TB paru. Kesimpulan: Prufen Gb101 dapat memberikan tambahan penilaian dalam menegakkan diagnosis pada pasien dan memenuhi kriteria WHO sebagai uji penapis pada diagnosis TB paru. ......Introduction: Tuberculosis (TB) is a global health problem and a major cause of morbidity and mortality in many developing countries. Indonesia has the second highest number of TB patients in the world with 969,000 cases per year and the coverage of confirmed diagnosis by bacteriological examination is only 55% of all notified TB cases. Confirmation of TB diagnosis by bacterial culture method takes a long time, so a new method that can shorten TB identification time is needed, namely molecular rapid tests. Methods: This study aimed to evaluate the diagnostic accuracy of the Prufen Gb101 molecular rapid test in identification of M. tuberculosis in patients with suspected pulmonary TB using sputum specimens with Mycobacteria Growth Indicator Tube (MGIT) culture as the gold standard. Results: M. tuberculosis was detected in 46 of 81 study subjects based on the Prufen Gb101 assay with a sensitivity of 100% (95% CI, 99.0 - 100), specificity of 76.09% (95% CI, 61.2 - 87.4), PPV of 76.09% (95% CI, 65.5% - 84.2) and NPV of 100% (95% CI, 90.0 - 100). The high sensitivity indicates that the test can correctly identify TB infection in patients with suspected pulmonary TB. Conclusion: Prufen Gb101 can provide additional assessment in establishing a diagnosis in patients and meets WHO criteria as a screening test in the diagnosis of pulmonary TB.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2024
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library