Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 117 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Ginting, Irwan Agus Timur
Abstrak :
Pneumonia menjadi salah satu penyebab kematian tertinggi di dunia dan Provinsi Jawa Barat menempati urutan pertama sebagai provinsi dengan jumlah balita penderita pneumonia terbanyak. Puskesmas Bogor Utara merupakan salah satu daerah yang memiliki kasus pneumonia pada balita yang cukup banyak di tahun 2016. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor risiko pneumonia balita di wilayah kerja Puskesmas Bogor Utara. Penelitian menggunakan desain studi case control dengan pendekatan retrospektif. Populasi penelitian adalah balita usia 12-59 bulan yang berada di wilayah kerja Puskesmas Bogor Utara dengan sampel sebanyak 94 responden terdiri dari 47 orang kasus dan 47 orang kontrol. Hasil penelitian menunjukkan ada hubungan antara berat lahir balita OR=5,51 ; CI=1,96-15,48 ; status gizi sebelum sakit OR=5,06; CI=2,10-12,20 ; riwayat imunisasi OR= 4,24; 1,50-11,98 ; pendidikan ibu OR=4,76; CI=1,58-14,32; tingkat ekonomi/penghasilan keluarga OR=9,44 ; CI= 3,57-24,93 ; kepadatan hunian OR=18,97; CI=5,80-62,03 , dan tingkat kelembaban ruang tidur balita OR=5,02; CI=1,31-19,21 terhadap kejadian pneumonia pada balita di wilayah Puskesmas Bogor Utara. Variabel yang diprediksi paling dominan mempengaruhi kejadian pneumonia pada balita adalah kepadatan hunian ruang tidur balita OR=12,90; CI=3,26-50,98 . Saran, luas kamar tidur minimal 8 m2 tidak digunakan untuk lebih dari 2 orang, kecuali anak di bawah 5 tahun.
Pneumonia has become one of the highest mortality contributors in the world and West Java province ranks the first as the largest number of pneumonia that suffered children under five years. Puskesmas Bogor Utara health center is one of the areas that have quite a lot cases of pneumonia in children under five in 2016. This study aimed to determine the risk factors associated with the incidence of pneumonia in children under five in the In The Working Area Of Puskesmas Bogor Utara Community Health Center. This study uses a case control study design with retrospect approach. The population in this study are all of children aged 12 month until 59 months who lived in the working area of Bogor Utara health center with using 94 respondents consisted of 47 cases and 47 people control. The results of this study indicate that there was a significant correlation between history of low birth weight OR 5,51 CI 1,96 15,48 nutritional status before illness OR 5,06 CI 2,10 12,20 , immunization history OR 4,24 1,50 11,98 , knowledge of mothers OR 4,76 CI 1,58 14,32 , a variable degree of Economics family income OR 9,44 CI 3,57 24,93 , housing crowdedness OR 18,97 CI 5,80 62,03 and humidity levels OR 5,02 CI 1,31 19,21 with the incidence of pneumonia among children under five in the region of Bogor Utara health center. The variable that predicted the most dominant cause of pneumonia is the housing crowdedness OR 12,90 CI 3,26 50,98 .Suggestion, minimum bedroom space is 8m2 and should not be used for more than two people, except children under 5 years old.
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2017
S69711
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Risdiyanti Arsyil Fitria Salsabilla Pradani
Abstrak :
Penelitian ini menggunakan data primer menggunakan kuesioner dan form ceklis inspeksi sanitasi dengan desain penelitian Cross Sectional. Jumlah sampel yang digunakan dalam penelitian ini sebanyak 205 siswa, kemudian ditambah 10% menjadi sebanyak 226 siswa. Hasil penelitian didapatkan bahwa umur tidak ada hubungan dengan kejadian diare sedangkan jenis kelamin ada hubungan dengan kejadian diare (OR 0,082), ada hubungan pengetahuan dengan kejadian diare (OR 0,263), ada hubungan antara kamar mandi/WC/jamban (OR 0,068), sarana penyediaan air bersih (OR 0,001), sarana pembuangan sampah (OR 0,096) dengan kejadian diare, sedangkan pada air minum tidak ada hubungan dengan kejadian diare, ada hubungan antara kebiasaan mencuci tangan dengan kejadian diare (OR 0,039), sedangkan tidak ada hubungan pada kebiasaan membeli jajanan, perilaku membuang sampah, perilaku penggunaan jamban, dan kebiasaan memotong atau membersihkan kuku dengan kejadian diare. Pada hasil form ceklis inspeksi sanitasi lingkungan sekolah, didapatkan skor 81.8% yang artinya memenuhi syarat atau baik. ......This study used primary data using a questionnaire and sanitary inspection checklist form with cross sectional research design. The number of samples used in this study were 206 students, then added 10% to 226 students. The research results found that age had no relationship with the incidence of diarrhea, gender had a relationship with the incidence of diarrhea (OR 0,082), there was a relationship between knowledge and the incidence of diarrhea (OR 0,263), there was a relationship between bathrooms/WC/latrine (OR 0,068), clean water supply facilities (OR 0,001), waste disposal facilities (OR 0,096) with incidents diarrhea, whereas in drinking water there is no relationship with the incidence of diarrhea. In clean and healthy living behavior, it was found that there was a relationship between the habit of washing hands and the incidence of diarrhea (OR 0,039), while there was no relationship between the habit of buying snacks, the behavior of throwing garbage, the behavior of using the latrine, and the habit of cutting or cleaning nails with the incidence of diarrhea. On the results of the school environmental sanitation inspection checklist form, a score of 81.8% was obtained, which means that it met the requirements or was good.
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rifka Putri Salma
Abstrak :
Hingga tahun 2021 IDF melaporkan sekitar 537 juta orang dewasa hidup dengan diabetes dan diproyeksikan akan terus meningkat, serta 90% diantaranya adalah tipe 2. Salah satu faktor utama yang dapat menyebabkan risiko Diabetes melitus tipe 2 adalah polusi udara termasuk polutan PM2.5. Namun, penelitian dengan topik ini belum banyak diteliti terutama di Indonesia sehingga untuk menelaah lebih jauh penelitian ini dilakukan untuk mengetahui gambaran faktor-faktor terkait pajanan PM2.5 serta faktor individu dalam meningkatkan risiko kejadian Diabetes melitus tipe 2 berdasarkan kajian sistematis terhadap literatur. Sebanyak 12 literatur berupa artikel jurnal ilmiah dari berbagai negara yang dipublikasikan pada tahun 2013-2021 disintesis dalam penelitian ini. Berdasarkan kajian sistematis, diketahui bahwa faktor risiko pajanan PM2.5 jangka panjang, konsentrasi PM2.5 yang tinggi, dan tinggal pada daerah padat penduduk, dekat dengan jalan raya, serta pada daerah dengan aktivitas industri dapat meningkatkan risiko Diabetes melitus tipe 2. Kejadian ini kemudian dapat lebih berisiko pada populasi dengan usia lebih tua (>40 tahun) dan IMT kelebihan berat badan (25 kg/m3 -30 kg/m3) dan obesitas (≥30 kg/m3). Namun untuk faktor risiko jenis kelamin lebih banyak pada laki-laki dan pada yang sudah berhenti atau tidak pernah merokok, yang mana hasil ini merupakan penemuan baru yang berbeda dari teori dan penelitian sebelumnya sehingga perlu dilakukan penelitian lebih lanjut beserta faktor risiko lainnya. ......Until 2021, the IDF reports that around 537 million adults live with diabetes and that number is projected to continue to increase, and 90% of them are type 2. One of the main factors that can increase the risk of type 2 Diabetes mellitus is air pollution, including PM2.5 pollutants. However, research on this topic has not been widely studied, especially in Indonesia, so to examine further, this study was conducted to determine the description of factors related to PM2.5 exposure and individual factors in increasing the risk of type 2 diabetes mellitus based on a systematic review of the literature. A total of 12 literatures in the form of scientific journal articles from various countries published in 2013-2021 were synthesized in this study. Based on a systematic study, it is known that the risk factors for long-term PM2.5 exposure, high PM2.5 concentrations, and living in densely populated areas, close to roads, and in areas with industrial activity can increase the risk of type 2 Diabetes mellitus. They may be more vulnerable in the population with an older age (> 40 years) and a BMI of overweight (25 kg/m3-30 kg/m3) or obese (30 kg/m3). However, the risk factors for sex are higher in men and in those who have stopped or have never smoked, which is a new finding that is different from previous theories and research, so further research needs to be done along with other risk factors.
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Asmijati
Abstrak :
Untuk mendapatkan gizi yang baik pada bayi baru lahir, ibu harus segera menyusui bayinya karena ASI sangat berperan penting untuk mempertahankan kelangsungan hidup bayi. Oleh karena itu, bayi yang berurnur 0-4 bulan dianjurkan hanya diberi ASI tanpa pengganti ASI ataupun makanan pendamping. Berdasarkan laporan Profil Kesehatan di Tangerang target pemberian ASI eksklusif 47% pada tahun 2000. Mengingat pentingnya pemberian ASI eksklusif dalam upaya peningkatan kualitas sumber daya manusia, maka perlu adanya usaha yang keras melalui penyuluhan-penyuluhan pada masyarakat luas.Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor predisposisi, faktor pendukung, dan faktor pendorong yang berhubungan dengan pemberian ASI eksklusif di wilayah kerja Puskesmas Tiga Raksa Dati II Tangerang pads tahun 2000. Adapun rancangan penelitian ini menggunakan Cross Sectional dengan populasi ibu-ibu yang melahirkan bayi hidup dalam kurun waktu bulan Maret s/d Desember 2000 yang bertempat tinggal di wilayah kerja Puskesmas Tiga Raksa Tangerang. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan kuesioner dan wawancara langsung, kemudian diolah secara statistik dengan teknik analisis Chi Square dan Multiple Regression Logistic. Dari analisis bivariat diketahui ada 2 variabel yang mempunyai hubungan yang bennakna dengan pemberian ASI eksklusif yaitu variabel dukungan petugas dan dukungan keluarga atau masyarakat. Variabel pengetahuan, pekerjaan pokok, sikap, kemampuan petugas, dukungan petugas, dan dukungan keluargalmasyarakat masuk dalam model karena p value < 0,25. Analisis multivariat dengari Regresi Logistik diketahui bahwa pengetahuan dan dukungan keluargalmasyarakat merupakan variabel yang berhubungan dalam pemberian ASI eksklusif. Sedangkan pengetahuan merupakan vanabel paling berhubungan: pemberian ASI eksklusif dengan Odds Ratio terbesar yaitu 6,7941 (CI 95%1,2955--35,6309) yang berarti ibu berpengetahuan balk kemungkinan memberikan ASI eksklusif 6,7941 kali lebih besar daripada ibu dengan pengetahuan kurang.
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2001
T579
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Riyanto Suprawihadi
Abstrak :
Pengolahan limbah cair tapioka dengan sistem Kombinasi Biofilter Anaerob - Aerob aliran ke atas merupakan pengolahan biologis dengan biakan melekat (attached growth proccess), sebagai salah satu teknologi alternatif dalam pengolahan limbah cair. Tujuan penelitian adalah diperolehnya suatu unit pengolah limbah cair tapioka dengan teknologi yang sederhana dan mudah dalam pembuatan, operasional maupun perawatannya serta mempunyai kemampuan dalam memperbaiki kualitas limbah cair, sehingga kemungkinan timbulnya dampak kesehatan masarakat akibat pencemaran dapat dicegah, mengantisipasi mahalnya biaya pembuatan unit pengolah limbah cair serta menghindari ditutupnya beberapa industri. Penelitian ini merupakan studi eksperimental dengan rancangan eksperimental ulang (Pretest posttest Control Group Design), dimana obyek dibagi dalam dua kelompok perlakuan yaitu kelompok perlakuan satu berdasarkan total waktu tinggal 6 jam dan kelompok perlakuan dua menggunakan total waktu tinggal 12 jam. Sedangkan aspek kesehatan masyarakat dikumpulkan dengan menggunakan kuesioner terhadap responden yang berdomisili di sekitar lokasi pabrik sebanyak 50 orang. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dengan total waktu tinggal 6 jam, unit pengolah dapat menurunkan konsentrasi parameter limbah cair tapioka pH, BOD5, COD, TSS, NH3, H2S dan Sianida dengan efisiensi antara 70% - 86%. Hal ini dibuktikan dengan basil uji t (t-test) yang menunjukkan adanya perbedaan penurunan secara berrnakna pada setiap tahapan pengolahan (p < 0,05) pada taraf 95%. Sedangkan berdasarkan waktu tinggal, ternyata tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara waktu tinggal 6 jam dengan 12 jam (p > 0,05). Gangguan yang dirasakan oleh masyarakat berupa bau (100%), sedangkan keluhan dua minggu terakhir berupa gatalgatal (44,1%) serta kombinasi sakit perut, sakit kepala dan gatal-gatal (32,4%). Keluhan di alas kemungkinan berkaitan dengan adanya kontak melalui udara rnaupun air yang tercemar, karena 100% sumber air bersih masyarakat berasal dari air tanah. Kesimpulan yang dapat ditarik adalah bahwa unit pengolah limbah cair tapioka ini terbukti dapat menurunkan konsentrasi parameter limbah cair tapioka dengan efisiensi antara 70% - 86% pada waktu tinggal 6 jam. Dengan waktu tinggal yang relatif pendek, maka lahan yang dibutuhkan relatif lebih sedikit. Demikian juga dengan turunnya parameter NH3, H2S dan Sianida, maka dampak kesehatan yang mungkin terjadi dapat dikurangi. Disarankan agar dilakukan proses pengendapan awal atau pre-tretment sebelum penggunaan unit pengolah ini, sehingga efisiensi pengolahan dapat lebih baik, serta perlu diteliti lebih lanjut pengaruh jumlah kolom dan lamanya alat beroperasi untuk mengetahur titik jenuh. Daftar Bacaan : 31 (1971 - 2000)
The Tapioca's Wastewater Treatment by Upstream Anaerob-Aerob Bioftlterittg Combination System And The Public Health Aspects (The study at Tapioca's Industry PT.LPF di Tanjung Bintang South Lampung) Tapioca's wastewater treatment by Upstream Anaerob Aerob Biofilter-in Combination System is the biological treatment that is the attached growth pr-rccess, where is the one of the alternative technology in wastewater treatment, Objectives of the study is to understand that the parameters of tapioca's wastewater will be decreased and to understand the difference of parameters decreased So the public health impact will be prevented: the high cost of establish wastewater treatment will be anticipated and the closed of the tapioca's industries will be avoided. The research is the experimental study with pr-elesr pasllesl control group design, where the subject is divided into two group intervention. The first group based on six hours in total retention time and the second group based on twelve hours in total retention time, The result of the study shown that in short retention time (six hours), the treatment unit could decreased of the concentration of parameters tapioca's wastewater involve pH: BOD5: COD_ TSS; NH:; H2S and Cyanide with range of efficiency about 70% - 86%. The statistical t-test known that is different in every treatment step for each parameter's (p < 0,05) at level 95%. For the variation of parameters concentration based on retention times have not different significantly (p > 0,05), exception for the TSS parameter have different at each point significantly (p < 0,05). By the parameters concentration especially to NTT?. H 2S and Cyanides have decreasing, so the public health impact may occur will be reduced. The conclusion of the study shown that the wastewater treatment unit could be decreased tapiocas 1.yastewater parameters concentration with efficiency range about 7t)°o - S6'?0 at SIX hours in total retention time. So wIdes of the land that needed small relati ely. The other hand, by the decreasing of NH;, I-1-:S and Cyanides. so the public health impact will prevented. The study have recommended to applicated this treatment unit for the industries that have low investation land and needed to follow up the study about the correlation of the reactor numbers. Bibliography : 31 (1971 _. 2000)
2001
T8216
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Suprapto
Abstrak :
ABSTRAK Ekstrak daun tembakau (Nicotiana tobacum) mempunyai bahan aktif yang dapat digunakan sebagai pestisida nabati yang efektif Kandungan bahan aktif yang ada di dalam daun tembakau (Nicotiana tobacum) adalah golongan alkaloid seperti anabarine, anatobine, myosine, nicotinoid, nicotelline. nicotine. nicotyrine. norcotine. dan nirrolidine. Tujuan penelitian ini adalah diketahuinya pcngaruh ckstrak daun tembakau (Nicotiana tobacum) terhadap kcmatian lalat rumah (Musca Domestica). Metode penelitian yang digunakan adalah experimental murni dcngan menggunakan 5 (lima) konscntrasi ekstrak tembakau (Nicotiana tobacum). Konsentrasi yang digunakan adalah konscntrasi 65 gr/l, 79 gr/l, 95 gr/l, 114 gr/l dan 136 gr/l yang discrnprotkan asing-masing scbanyak 100 ml/konsentrasi/kotak perlakuan yang telah diisi dengan asing-masing 20 ekor lalat rumah (Musca domestica). Data dari hasil penelitian dianalisa dengan menggunakan Anova satu faktor dan uji Tukcy yaitu untuk mengetahui perbedaan jumlah lalat rumah (Musca domestica) yang mati pada berbagai konsentrasi ekstrak tembakau Nicotiana tobacum), scdangkan untuk Uji efikasi ekstrak daun tembakau (Nicotiana tobucum) untuk lethal concentration (LC-50) digunakan analisa Probit. Hasil uji statistik pada CI 95 % menunjukkan ada perbedaan rata-rata kematian lalat rumah (Musca domestica) yang signifikan dari satu konsentrasi dengan konsentrasi lainnya, kecuali pada konsentrasi 81,674 gr/l, dan konsentrasi 79 gr/l. Dari hasil uji Probit, diperoleh nilai LC-50 dari konsentrasi ekstrak daun tembakau (Nicotiana tobacum) yang dapat membunuh lalat rumah (Musca domestica) dalam 24 jam setelah perlakuan yaitu pada konsentrasi 81 ,674 gr/I, dan konsentrasi efektif ekstrak daun tembakau (Nicotiana tobacum) untuk membunuh lalat rumah (Muscu domestica) >90 % dalam waktu 24 jam setelah perlakuan yaitu pada konsentrasi 136 gr/I. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut terhadap serangga (vektor) lainnya seperti nyamuk, kecoa, kutu atau yang lainnya, sedangkan untuk aplikasi di lapangan disarankan memakai konsentrasi 136 gr/I, tetapi perlu lebih dahulu melakukan penelitian uji faktor keamanan terhadap makhluk hidup lainnya.
Depok: Universitas Indonesia, 2001
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rizsa Fauziah Ichwani
Abstrak :
Kasus pneumonia sampai saat ini masih menempati posisi pertama sebagai penyakit menular yang menyebabkan morbiditas dan mortalitas pada balita di Indonesia. Kota Semarang dalam kurun waktu 10 tahun terakhir belum menunjukkan adanya penurunan tren kasus pneumonia balita berdasarkan Profil Kesehatan Kota Semarang. Faktor iklim menjadi salah satu faktor risiko yang dapat mempengaruhi kerentanan pada host dan menghadirkan kondisi lingkungan yang mendukung patogen pneumonia untuk bertahan hidup. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui korelasi antara paparan variabilitas iklim (lama penyinaran matahari, suhu udara rata-rata, kelembaban relatif, curah hujan dan kecepatan angin maksimum) terhadap kejadian pneumonia balita di Kota Semarang pada tahun 2012 – 2021. Penelitian ini menggunakan desain studi ekologi deret waktu. Metode analisis meliputi univariat, bivariat dan multivariat. Penelitian ini menggunakan data sekunder kasus pneumonia balita dan data iklim Kota Semarang tahun 2012-2021. Pada hasil univariat mendapati bahwa rata-rata kasus tertinggi terjadi pada bulan Maret. Analisis pada data iklim memperoleh hasil rata-rata lama penyinaran matahari tertinggi terjadi pada bulan Agustus. Suhu udara rata-rata tertinggi terjadi pada bulan Oktober. Kelembaban relatif tertinggi terjadi pada bulan Januari-Februari. Rata-rata curah hujan tertinggi terjadi pada bulan Januari-Februari. Rata-rata kecepatan angin maksimum tertinggi terjadi pada bulan Januari. Uji korelasi spearman menunjukkan hubungan yang signifikan (p < 0,05) pada lag 0 kelembaban relatif (r = 0,212) dan curah hujan (r = 0,198); lag 1 lama penyinaran matahari (r = - 0,206), suhu udara rata-rata (r = - 0,382), kelembaban relatif (r = 0,336), curah hujan (r = 0,283); lag 2 lama penyinaran matahari (r = - 0,270), suhu udara rata-rata (r = - 0,332), kelembaban relatif (r = 0,282), curah hujan (r = 0,185); lag 3 lama penyinaran matahari (r = - 0,240), curah hujan (r = 0,195). Uji multivariat GAMs poisson memperoleh hasil bahwa lama penyinaran matahari (lag 0, 1 dan 3), suhu udara rata-rata (lag 1 dan 3), kelembaban relatif (lag 3), curah hujan (lag 1) dan kecepatan angin maksimum (lag 2) berpengaruh terhadap pneumonia balita di Kota Semarang (R2 = 0,558; RMSE = 6,94). Berdasarkan hasil tersebut penting bagi masyarakat untuk meningkatkan kewaspadaan terhadap variabilitas iklim dan pada Dinas Kesehatan diharapkan dapat mempertimbangkan pola variabilitas iklim pada bulan-bulan yang menunjukkan adanya potensi peningkatan kasus pada perencanaan penanggulangan dan kegiatan surveilans pneumonia balita di Kota Semarang. ......Until now, pneumonia cases still occupy the first position as an infectious disease that causes morbidity and mortality in children under five in Indonesia. The city of Semarang in the last 10 years has not shown a decrease in the trend of pneumonia cases under five based on the Semarang City Health Profile. Climatic factors are one of the risk factors that can affect the susceptibility of the host and present environmental conditions that support pneumonia pathogens to survive. This study aims to determine the correlation between exposure to climate variability (length of sunshine, average air temperature, relative humidity, rainfall and maximum wind speed) on the incidence of pneumonia under five in Semarang City in 2012 – 2021. This study used an ecological study design. time series. Methods of analysis include univariate, bivariate and multivariate. This study uses secondary data on cases of pneumonia under five and the climate data of Semarang City in 2012-2021. The univariate results found that the highest average case occurred in March. Analysis of climate data obtained the result that the highest average length of sunshine occurred in August. The highest average air temperature occurs in October. The highest relative humidity occurs in January-February. The highest average rainfall occurs in January-February. The highest average maximum wind speed occurs in January. Spearman correlation test showed a significant relationship (p < 0,05) at lag 0 relative humidity (r = 0.212) and rainfall (r = 0.198); lag 1 duration of sunshine (r = - 0.206), average air temperature (r = - 0.382), relative humidity (r = 0.336), rainfall (r = 0.283); lag 2 duration of sunshine (r = - 0.270), average air temperature (r = - 0.332), relative humidity (r = 0.282), rainfall (r = 0.185); lag 3 duration of sunshine (r = - 0.240), rainfall (r = 0.195). The multivariate test of GAMs Poisson obtained the results that the duration of sunlight (lags 0, 1 and 3), average air temperature (lags 1 and 3), relative humidity (lag 3), rainfall (lag 1) and maximum wind speed (lag 2) has an effect on pneumonia under five in the city of Semarang (R2 = 0.558; RMSE = 6.94). Based on these results, it is important for the community to increase awareness of climate variability and the Health Office is expected to consider the pattern of climate variability in the months that indicate a potential increase in cases in prevention planning and surveillance activities for pneumonia under five in Semarang City.
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Efi Kurniatiningsih
Abstrak :
Konsentrasi PM2,5 dalam ruang mempengaruhi kesehatan apabila terhirup oleh manusia terutama pada kelompok rentan seperti balita. Balita yang tinggal dalam rumah dengan konsentrasi PM2.5 tidak memenuhi syarat memiliki risiko terhadap gejala ISPA. Penelitian ini dilakukan dengan studi cross sectional pada balita diwilayah kerja Puskesmas Mekarmukti yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi sebanyak 130 orang. Penentuan gejala ISPA pada balita berdasarkan hasil wawancara dan observasi menggunakan kuesioner sedangkan pengukuran konsentrasi PM2,5 dalam ruang menggunakan Haz dust EPAM 5000. Analisis dilakukan dengan menggunakan analisis regresi logistik ganda. Hasil analisis menunjukkan hubungan yang signifikan antara konsentrasi PM2,5 dengan gejala ISPA pada balita (8,47 ; 3,52-20,36). Faktor lain yang mempengaruhi adalah status merokok (1,38; 0,58-3,26), jenis kelamin (1,22; 0,58-2,55), status gizi (1,64; 0,56-4,84), suhu (2,48; 0,97-6,32) dan kelembaban (1,96; 0,89-4,34). Analisis multivariat menunjukkan bahwa balita yang tinggal dalam rumah dengan konsentrasi PM2,5 tidak memenuhi syarat memiliki risiko 15,71 kali mengalami gejala ISPA setelah dikontrol dengan variabel kelembaban dan pendapatan orang tua. Kesimpulan dari penelitian ini adalah terdapat hubungan bermakna antara konsentrasi PM2.5< dengan kejadian gejala ISPA pada balita. Oleh karena itu, perlu dilakukan pengendalian dan pencegahan terhadap efek PM2.5 dengan konseling kesehatan lingkungan dan peningkatan promosi kesehatan terkait faktor risiko gejala ISPA pada balita. ......The concentration of PM2.5 in space affects health when inhaled by humans, especially in vulnerable groups such as toddlers. Toddlers who live in homes with concentrations of PM2.5 do not meet the requirements have a risk for the ARI symptoms. This research was conducted with a cross-sectional study design on children under five in the working area of ​​the Mekarmukti Public Health Center that met the inclusion and exclusion criteria as many as 130. Determination of ARI symptoms in toddlers based on the results of interviews and observations using a questionnaire while measuring the concentration of PM2.5 in the room using Haz dust EPAM 5000. The analysis was carried out using multiple logistic regression. The results of the analysis showed a significant relationship between the concentration of PM2.5 with ARI symptoms in toddlers (8.47 ; 3.52-20, 36). Other influencing factors were smoking status (1.38; 0.58-3.26), gender (1.22; 0.58-2.55), nutritional status (1.64; 0.56-4, 84), temperature (2.48; 0.97-6.32) and humidity (1.96; 0.89-4.34). Multivariate analysis showed that toddlers living in homes with PM2.5 concentrations did not meet the requirements had a risk of 15.71 times experiencing ARI symptoms after controlling for humidity and parental income variabels. The conclusion of this study is that there is a significant relationship between PM2.5 concentration and the ARI symptoms in toddlers. Therefore, it is necessary to control and prevent the effects of PM2.5 with environmental health counseling and increased health promotion related to risk factors for ARI symptoms in toddlers.
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Uswatul Laili
Abstrak :
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi keamanan pangan pada makanan di kantin Sekolah Dasar Kecamatan Pancoran Mas, Kota Depok. Penelitian ini menggunakan studi cross sectional. Data yang digunakan merupakan data sekunder, yang terdiri dari hasil uji laboratorium 63 sampel makanan dan hasil wawancara 63 penjamah makanan menggunakan kuesioner oleh peneliti utama. Hasil penelitian menunjukkan 9,5% sampel makanan tidak memenuhi syarat keamanan pangan karena terkontaminasi oleh Escherichia coli. Analisis bivariat dengan uji chi-square menunjukkan terdapat hubungan yang signifikan antara tingkat keamanan pangan dengan pencegahan kontaminasi silang (p=0,044). Sedangkan faktor karakteristik, tingkat pendidikan penjamah makanan, keikutsertaan pelatihan, pengetahuan, sikap, peilaku, kebersihan pangan, kebersihan pribadi penjamah makanan, kebersihan peralatan, dan sanitasi tempat pengolahan makanan tidak memiliki hubungan yang signifikan. Oleh karena itu, penjamah makanan di kantin Sekolah Dasar wilayah kecamatan Pancoran Mas perlu diberikan pembinaan terkait pengolahan makanan sesuai dengan prinsip higiene dan sanitasi yang baik, selain itu pihak sekolah harus selalu terlibat dalam pengawasan terhadap higiene dan sanitasi bangunan konter kantin, serta penerapan prinsipnya oleh penjamah makanan di konter kantin. Kata kunci: Konter kantin, sanitasi, keamanan pangan, sekolah dasar.
ABSTRACT
The purpose of this research is to identify the safetiness of foods in Pancoran Mas Elementary School canteen, Depok. This research accomplished by using a cross sectional method such as examining 63 food samples in laboratorium and interviewing 63 cafetaria food sellers by questionaires.The result of this research shows that 9,5% of food samples has not qualified the standard of food safetiness by containing Escherichia Coli. The Bivariate analysis with chi-square shows that there is a significant relation between the level of food safetiness and a cross-contamination preventing (p=0,044), while the other variables such as characteristic factors, education level of cafetaria food sellers, cafetaria food sellers participation in training program, knowledge, attitude, behaviour, food hygiene, self hygiene of cafetaria food sellers, utensils hygiene and sanitation system of cooking environment were not significant. According to the result of this research it is necessary to give a training program for food sellers in Pancoran Mas elementary school cafetaria about how to properly cook and produce food based on good sanitation and food hygiene standard. The Pancoran Mas Elementary School engagement in monitoring about the hygiene of it's cafetaria, the construction program of good sanitation infrastucture, and food producing hygiene principal application among the cafetaria food sellers also necessarilly needed.
2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fajaria Nurcandra
Abstrak :
ABSTRAK
Diare masih merupakan masalah kesehatan masyarakat yang cukup serius di Kabupaten Karawang. Angka kejadian diare di wilayah ini termasuk tinggi dalam beberapa tahun terakhir. Pada tahun 2012, kasus diare di Kabupaten Karawang pada tahun 2012 sebanyak 75.892 kasus. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis faktor risiko diare di Desa Sedari, Kecamatan Cibuaya, Kabupaten Karawang. Disain penelitian adalah kasus kontrol. Kasus merupakan ibu dari anak usia di bawah 12 tahun yang menderita diare selama sebulan terakhir dan kontrol merupakan ibu dari anak usia di bawah 12 tahun di Desa Sedari yang tidak menderita diare selama sebulan terakhir. Jumlah sampel kasus yaitu 29 responden dan kontrol 116 responden. Data yang digunakan merupakan data sekunder dari kegiatan assessment Program Desa Binaan CSR Pertamina dan FKM UI. Variabel pada penelitian ini ialah jumlah anggota keluarga, umur ibu, pendidikan ibu, sarana air bersih, jamban, dan pengelolaan sampah keluarga. Hasil analisis bivariat menunjukkan ada hubungan yang bermakna antara pendidikan ibu dengan kejadian diare (nilai p<0,1) dan Odds Ratio1,435 (CI 95% 0,248-2,980) untuk kategori tidak sekolah / tidak lulus SD serta Odds Ratio 0,552 (CI 95% 0,102-2,980) untuk kategori lulus SD / lulus SMP. Kesimpulan dari penelitian ini adalah faktor risiko yang paling dominan adalah pendidikan ibu.
ABSTRACT
Diarrhea is still a public health problem that is serious enough in Karawang district. The incidence of diarrhea in this region is high in recent years. In 2012 , cases of diarrhea in Karawangdistrict in 2012 as many as 75 892 cases. This study aims to analyze the risk factors for diarrhea in Sedari Village , District Cibuaya , Karawangdistrict . The design was a case-control study . The case is a mother of a child under 12 years of age suffering from diarrhea for the past month and control the mother of children aged under 12 years in the village of Sedari that does not suffer from diarrhea during the past month . The number of sample cases are 29 respondents and controls are 116 respondents . The data used are secondary data from assessment activities CSR Pertamina Village Program Patronage and FKM UI . Variable in this study is the number of family members , maternal age , maternal education , clean water , latrines , and waste management family. The results of the bivariate analysis showed a significant association between maternal education with incidence of diarrhea ( p < 0.1 ) and Odds Ratio 1.435 ( 95% CI 0.248 to 2.980 ) for the category of no school / no pass elementary and Odds Ratio 0.552 ( 95 % CI 0.102 to 2.980 ) for the category of graduating elementary / junior high school graduation. The conclusion of this study is the most dominant risk factor is maternal education.
Universitas Indonesia, 2014
S54079
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>