Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 53 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Pudjo Irianto
Abstrak :
Informasi Laporan keuangan perusahaan relatif sangat penting karena merupakan kunci yang mencatat aktivitas perusahaan dan sebagai kartu angka untuk mengevaluasi kinerja perusahaan. Dalam aktivitas di pasar modal laporan keuangan perusahaan yang telah go public merupakan salah satu informasi yang tersedia bagi investor dalam mengambil keputusan untuk membeli atau menjual saham perusahaan. Informasi laba akuntansi (biasanya diukur dengan earning per share atau EPS) merupakan informasi yang bisa diperoleh dari laporan keuangan. Dari hasil penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Ball dan Brown (1968), Foster et all (1984) serta Bernard & Thomas (1990) diketemukan bahwa setelah laba akuntansi diumumkan harga saham cenderung terus meningkat harganya untuk saham yang mengalami kenaikan laba dan harga saham cenderung turun untuk saham yang mengalami penurunan laba. Selanjutnya Biddle dart Scow (1991), Collins dan Kothari (1989) serta Easton dan Zmijewski (1989) menemukan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi kaitan antara laba akuntansi dengan harga saham adalah tingkat resiko (n), ukuran perusahaan, persisten laba, keuntungan bebas resiko (rt.). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah pengumuman laba akuntansi mempunyai pengaruh terhadap perkembangan harga saham (reaksi pasar) setelah pengumuman laba akuntansi dan faktor-faktor apa yang mempengaruhi kaitan antara pengumuman laba akuntansi dengan perkembangan harga sahamnya (Earnings Response Coefficient). Periode penelitian dimulai tahun 1993 sampai dengan 1996 dengan mengambil sampel perusahaan go public yang telah terdaftar di BEJ dan memenuhi kriteria yang ditetapkan. Dalam penelitian ini dilakukan langkah :
1. Menghitung kaitan antara pengumuman laba akuntansi dengan perkembangan harga saham. Laba akuntansi dikelompokkan dalam: a) Kelompok emiten dengan berita baik yaitu emiten yang laba akuntansinya lebih besar dari laba akuntansi tahun sebelumnya. b) Kelompok emiten dengan berita buruk yaitu emiten yang laba akuntansinya lebih kecil dari laba akuntansi tahun sebelumnya.
2. Memasukkan faktor-faktor yang diduga mempengaruhi hubungan antara pengumuman laba akuntansi dengan harga saham (ERC). Juga dilakukan uji terhadap asumsi dasar klasik untuk mendapatkan best liner unbiased estimator (BLUE) yaitu uji multikolinieritas, uji autokorelasi dan uji homokedastisitas. Berdasarkan hasil analisis dalam penelitian ini, pengumuman laba akuntansi mempunyai hubungan dengan perkembangan harga saham signifikan. Dimana kelompok kelompok saham yang laba akuntansinya lebih besar dari laba akuntansi tahun sebelumnya cenderung mengalami kenaikan harga sahamnya satu minggu setelah pengumuman dan pada kelompok saham yang laba akuntansinya lebih kecil dari laba akuntansi tahun sebelumnya cenderung mengalami penurunan harga sahamnya satu minggu setelah pengumuman. Sehingga pengumuman laba akuntansi mempunyai kandungan informasi (relatif kecil) yang relevan mempengaruhi perkembangan harga sahamnya dan menyebabkan investor memperoleh abnormal return. Selanjutnya diketemukan pula bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi kaitan antara pengumuman laba akuntansi dengan harga sahamnya (ERC) adalah tingkat resiko U3) yaitu berbanding terbalik, ukuran perusahaan (FS), kepemilikan investor asing (FIO) berbanding.
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2003
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sapto Jumono
Abstrak :
Pokok permasalahan dalam penilitian ini adalah kinerja keuangan industri perbankan Indonesia tahun 1992-1996 ditinjau dari struktur laba apakah perolehan Net Interest Margin (NIM) dapat menutup Overhead Cost Bank (OHB) dan bila digunakan acuan Pakmei 1993 dalam keadaan sehat atau tidak serta bagaimana perbandingan pendapatan bunga sebagai pendapatan primer bila dibandingkan dengan pendapatan non bunga (Fee Based Income) sebagai pendapatan sekunder. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui perkembangan struktur laba dan tingkat kesehatan industri perbankan Indonesia, beserta perbedaan rata-rata rasio yang berhubungan dengan profitabilitas baik antar tahun maupun antar kelompok bank di Indonesia selama periode 1992-1995. Sumber data diperoleh dari laporan keuangan publikasi terutama neraca dan rugi laba baik yang diterbitkan oleh Bank Indonesia maupun Media lain yang dapat dipertanggung jawabkan kebenarannya. Alat analisis yang relevan dan digunakan dalam penelitian ini adalah Return On Assets (ROA) dan Rasio Biaya Operasional/Pendapatan Operasional (Rasio BO/PO) sebagai alat ukur tingkat kesehatan rentabilitas yang mengacu pada Pak Mei 1993; untuk mengetahui perkembangan perbandingan antara pendapatan bunga dan Fee Based Income (FBI) maka digunakan rasio FBI /Total Income, FBI/Interest Income dan FBI/Net Interest Margin ; sedangkan untuk mengetahui perkembangan Aktiva Produktip (AP) dalam kaitannya dengan biaya dan hasil-nya digunakan rasio Overhead Cost Bank/AP, NIM/ AP dan AP/Total Aktiva. Disamping alat analisis di atas digunakan pula ANOVA 2 Ways dengan menggunakan MSUSTAT, agar dapat diketahui apakah ada beda signifikan rata-rata rasio profitabilitas industri perbankan baik antar tahun maupun antar kelompok bank selama periode 1992-1996. Hasil analisis dan pembahasan ternyata menunjukan bahwa selama periode 1992-1996 industri perbankan Indonesia ditinjau dari struktur laba adalah sehat dengan tingkat kesehatan yang meningkat (acuan Pak Mei 1993) tapi secara umum Net Interest Margin (NIM) tidak dapat menutup Overhead Cost Bank(OHB), temyata laba yang diperoleh meskipun positip dan meningkat karena perolehan Fee Based Income (FBI). Sebagai kesimpulan dari penelitian ini adalah analisis tabulasi menunjukan struktur laba industri perbankan Indonesia periode 1992-1996 sehat tapi N1M tidak dapat menutup OHB. Analisis stastistik (ANOVA 2 Ways Factor), menyatakan bahwa hasil uji ANOVA antar tahun menunjukan seluruh Ho diterima kecuali rasio FBI/TI sedangkan hasil uji ANOVA antar kelompok menunjukan seluruh Ha diterima. Jadi artinya, kinerja industri perbankan ditinjau dari aspek rentabilitas secara umum tidak beda signifikan selama periode 1992-1996 namun bila ditinjau antar kelompok bank ternyata ada beda signifikan antara kelompok bank asing, bank campuran, BUMN Devisa, BUMN Non Devisa dan bank Persero.
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 1998
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Djana Jusuf
Abstrak :
Globalisasi ekonomi dunia dengan disepakatinya GATT menjadi WTO (1994), Deklarasi APEC (1994), AFTA 1995) dan ASEM (1996) menjadikan dunia dengan ciri makin terkikisnya hambatan-hambatan lalu-lintas keuangan internasional, arus ke luar masuk modal dan tingkat investasi. Proteksi pada sektor finansial tidak dapat dilaksanakan lagi. investasi asing, campuran maupun domestik dalam bentuk pembelian aset domestik ( deposito, obligasi, saham dan sekuritas lainnya) perlu mendapat dukungan penuh dan konsisten. Dalam konteks Indonesia kebijakan investasi portofolio perlu lebih dikembangkan karena kecenderungan arus dana internasional dalam masa-masa mendatang ke Indonesia meninjukkan pola atau karakteristik dimana investasi portofolio akan memimpin lalu lintas keuangan, dana dan modal internasional. Melampaui : Direct Investment , pinjaman dari pemerintah (Goverment /Public Debt) , pinjaman dan obligasi swasta ( Private Debt dan Obligation ), dan Hibah ( Grand ). Fenomena ini sudah terlihat pada tahun 1989 dan semakin pesat di tahun 1993 (Laporan Bank Dunia, tahun 1993 dan 1994 ). Kondisi ini tentunya menantang para pembuat kebijakan (Policy Maker ) dalam mengantisipasi arus dana internasional, khususnya investasi portofolio yang semakin deras ke negara kita. Dalam hal ini PT Bursa Efek Jakarta (BET) mempunyai peran yang dominan dan sentral dalam menangkap peluang tersebut dengan lebih mengembangkan perdagangan dan transaksi di bursa efek. Dari data terakhir (Juni 1996 ) menunjukkan bahwa porsi pembelian saham oleh investor asing di pasar modal Indonesia sudah melampaui 70 % , bahkan 72 % pada Juni 1996. Hal ini menunjukkan bahwa porsi pembelian saham oleh investor asing akan sangat menentukan dalam mekanisme supply (jual ) dan demand (beli ) di pasar modal. Penetrasi investasi asing yang terlalu besar dan kondisi investor domestik yang sangat lemah mempunyai konsekuensi menguntungka dan merugikan dalam skenario waktu : jangka pendek, jangka menengah dan jangka panjang. Dari data dan analisis kuantitatif didapat hasil yang mendukurig yaitu anara nilai kurs US $ terhadap Rupiah bisa mempengaruhi kinerja pasar modal Indonesia, dimana bila kurs menguat mengakibatkan investor asing terpacu untuk membeli saham di pasar modal Indonesia, karena kurs dinilai lebih tinggi sehingga keuntungan kurs dapat dimainkan dalam pasar modal Indonesia. Hal ini akan terbalik bila kita meninjau keputusan investasi Investor domestik.
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 1996
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Martin Darmasetiawan
Abstrak :
Tesis ini membahas hubungan tingkat keuntungan dengan struktur modal pada Perusahaah Daerah Air Minum (PDAM) di Jawa Barat. Saat ini terdapat 276 buah (PDAM) yaitu hampir meliputi seluruh Daerah Tingkat II di Indonesia. Pada Pelita V sebagian besar pola investasi pada PDAM tersebut merupakan hibah dari Pemerintah Pusat. Sedangkan pada Pelita VI sejalan dengan proses desentralisasi pembiayaan PDAM di arahkan ke pinjaman dan peran serta swasta. Sejalan dengan itu dalam tesis ini dibahas mengenai hubungan antara tingkat keuntungan dengan struktur modal PDAM di Jawa Barat. Disini struktur modal diuraikan menurut modal sendiri dan pinjaman. Berdasarkan komposisi tersebut kemudian dikaitkan dengan tingkat keuntungannya melalui modal WACC. Secara garis besar hasil penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat suatu komposisi optimal dari struktur modal yang memaksimalkan keuntungan.
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 1995
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hartono
Abstrak :
Thesis ini dimaksudkan untuk mengevaluasi kinerja perbankan Indonesia, khususnya bank yang telah go public. Pada dasarnya ada dua masalah utama perbankan, yaitu aspek penarikan dana dan aspek penyaluran / pengelolaan dana. Aspek kedua relatif lebih penting mengingat bahwa prestasi bank ditentukan oleh kemampuannya memperoleh penghasilan / income dari pengelolaan dana. Masalah pengelolaan dana adalah masalah pengambilan keputusan penentuan alokasi dana ke beberapa bidang investasi. Islam thesis ini, berdasarkan data aktual , terdapat tiga bidang alokasi yang dipertimbangkan karena memberikan kontribusi terbesar sedangkan bidang lainnya relatif tidak signifikan kontribusinya. Adapun tiga bidang alokasi tersebut adalah aktiva pemberian pinjaman, aktiva surat berharga , dan aktiva penempatan. Aspek strategis dari alokasi dana adalah eksisensi trade off dalam hal pencapaian tujuan keuntungan, likuiditas, dan keamanan (safety). Fenomena ini menarik untuk dikaji lebih lanjut berkaitan dengan ketentuan dalam Paket Februari 1991 yang mengharuskan bank memenuhi standard kinerja tertentu dengan batas akhir December 1993. Substansi pembahasan thesis ini adalah penentuan kombinasi proporsi dana yang harus dialokasikan ke tiga bidang alokasi sedemikian rupa sehingga mampu mencapai tingkat ROA ( indikator keuntungan ), LDR ( indikator likwiditas ) dan CAR (indikator keamanan/safety) sesuai ketentuan Bank Indonesia. Bila ini tercapai berarti alokasi sudah efisien atau optimal. Untuk mengukur pencapaian efisiensi alokasi, perlu diperbandingkan antara hasil riil dengan hasil potensiil - potensiil. Aplikasi program linear goal programming (LGP) memungkinkan untuk menghitung hasil optimal yang secara teoritis seharusnya bisa dicapai. Keunggulan program LGP adalah kemampuannya untuk mencapai beberapa tujuan secara simultan, sehingga cocok digunakan sebagai alert analisa dalam thesis ini. Hasil operasional periode 1989 - 1993 secara rata-rata menunjukkan bahwa sebagian besar bank yang dijadikan sample telah mampu memenuhi ketentuan standard minimal Bank Indonesia. Namun hasil komputasi program LGP memberikan indikasi bahwa hasil operasional yang rill masih dibawah potensi yang sesungguhnya. Dalam kondisi tanpa memberikan prioritas pada salah satu tujuan , menunjukkan hasil atau tingkat efisiensi yang lebih tinggi bila di bandingkan dengan kondisi pemberian priozitas pada salah satu tujuan. Secara umum dapat disimpulkan bahwa bank yang go public belum efisien dalam mengalokasikan dananya.
Depok: Universitas Indonesia, 1995
T2367
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Margaretha Harsono
Abstrak :
ABSTRAK
Dalam keadaan perekonomian yang makin membaik, secara teoritis makin banyak orang yang meningkat pendapatannya sehingga memiliki dana berlebih yang diharapkan disimpan dalam bentuk investasi. Bentuk investasi dapat berupa investasi langsung maupun investasi tak langsung yaitu dengan membeli saham . Masyarakat biasanya menyimpan kelebihan dananya dalam bentuk emas, tanah, tabungan atau deposito bahkan yang semarak akhir-akhir ini adalah membeli apartemen sebagai simpanan.

Kegiatan perdagangan saham sebenarnya telah diperkenalkan sejakjaman penjajahan Belanda dan sempat terhenti pada akhir Perang Dunia II. Sejak dihidupkannya kembali pasar modal di Indonesia pada tahun 1952 dan mengalami puncak perkembangannya di sekitar tahun 1990, hanya sedikit investor lokal yang terlibat dalam kegiatan bursa. Mungkin hal tersebut merupakan dampak dari kejadian historis di mana pada awalnya pasar modal hanya dibuka untuk kaum penjajah sendiri atau investor asing, juga ketika perusahaan beramai-ramai "go-public" ditahun 1988 kebanyakan saham ditawarkan kepada investor asing. Dengan demikian, aktifnya investor asing di pasar modal Indonesia bukan merupakan sesuatu yang baru.

Kebanyakan masyarakat masih ragu , apakah investasi dalam pasar modal dapat menguntungkan. Tentunya ada peluang yang menguntungkan; jika tidak maka investor asing juga tidak akan memasuki bursa efek Indonesia. Meskipun bagi investor asing kepemilikan saham telah dibatasi maksimum 49% dari total saham yang didaftarkan namun transaksi yang dilakukan oleh mereka masih jauh lebih banyak dari pada yang dilakukan oleh investor lokal. Kurangnya pengalaman investor lokal menyebabkan mereka hanya ikut-ikutan tindakan investor asing.

Menyongsong era globalisasi di mana batas antar negara seolah-olah tidak ada maka ketergantungan akan pihak asing kurang sehat bagi perkembangan bursa modal kita sendiri. Investor lokal harus mulai bangkit dan memahami pasar modal sebelum terlambat , antara lain bisa dengan mempelajari pola-pola pembelian yang dilakukan oleh investor asing. Dalam tesis ini telah dibuktikan dengan mengambil sampel saham bank bahwa saham-saham pilihan investor asing mempunyai potensi menguntungkan yang tinggi. Potensi tersebut mempunyai perbedaan yang cukup signifikan dengan saham yang kurang diminatinya. Selanjutnya dari ciri-ciri risiko atau ukuran beta saham tidak terdapat perbedaan yang signifikan, artinya investor asing tidak memilih saham yang agresif ataupun defensif tetapi dalam menentukan pilihannya mereka lebih memperhatikan faktor risiko spesifik.

Mengingat keterbatasan variabel yang digunakan dalam penelitian ini maka untuk lebih memperdalam pengetahuan dalam pemilihan saham-saham unggul atau mempunyai potensi unggul di kemudian hari perlu penjabaran lebih rinci mengenai. unsur-unsur risiko spesifik mana yang lebih dominan atau mana yang harus lebih diperhatikan.

Selain perlindungan investor melalui Undang-Undang Pasar Modal; penguasaan pengetahuan tentang bidang yang akan dimasuki, dapat meyakinkan investor lokal bahwa investasi dalam bursa efek mempunyai prospek baik mengingat pasar modal Indonesia termasuk dalam "emerging market" yang sangat diminati oleh investor asing. Jika investor lokal tidak dapat memanfaatkan peluang yang baik ini maka investor asing akan lebih menikmati keuntungan yang seharusnya dapat dinikmati investor lokal.
1995
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mina Sulastri Njotowidjojo
Abstrak :
ABSTRAK
Penelitian ini menganalisis pengaruh struktur modal terhadap laba sesudah pajak untuk 11 perusahaan konstruksi kualifikasi A yang ada di Surabaya.
Menurut Teori Struktur Modal, khususnya Net Income Theory, maupun Pandangan Moderat, seyogyanya terdapat Optimal Capital Structure, dimana biaya modal perusahaan mencapai titik minimal, sehingga berpengaruh terhadap laba sesudah pajak perusahaan.
Hasil penelitian dengan menggunakan Analisis Regresi melalui Seri Program Statistik dari Sutrisno Nadi dan Seno Pamardiyanto, menunjukkan bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara struktur modal dengan laba sesudah pajak. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa terdapat variabel-variabel lain di luar struktur modal yang mempengaruhi laba sesudah pajak yang tidak diteliti dalam penelitian ini. Diduga variabel-variabel tersebut antara lain: biaya-biaya transaksi dalam usaha perolehan proyek yang cukup tinggi, kemampuan pengusaha dalam bidang konstruksi masih kurang memadai sehingga pengelolaan proyek menjadi tidak efektif dan efisien.
1994
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Siti Noni Evita
Abstrak :
ABSTRAK Eksistensi BUMN dalam menunjang perekonomian Indonesia masih dirasakan penting artinya walaupun pihak swasta telah menunjukkan peranan yang semakin meningkat dan menentukan dalam pembangunan. Keberadaan BUMN masih diperlukan terutama dalam merintis sektor-sektor penting yang belum dapat menarik minat swasta serta untuk menjamin penyediaan barang dan jasa yang vital bagi masyarakat luas. Demikian pula dengan Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) sebagai badan usaha yang merupakan patungan antara pemerintah dengan pemerintah daerah (Pemda) keberadaannya dirasakan cukup penting , karena selain memiliki misi non komersial yaitu bertujuan untuk memenuhi dan melayani kebutuhan dasar manusia, perusahaan ini dituntut pula untuk memupuk pendapatan melalui laba yang diperoleh karena fungsinya sebagai business entity. Studi kepustakaan yang dilakukan dalam rangka penulisan tesis ini mengungkapkan bahwa hasil kinerja perusahaan yang berlandaskan pada data dan informasi keua.ngan merupakan tolok ukur penting dalam menentukan tingkat kesehatan perusahaan, demikian juga untuk menentukan tingkat efisiensi, efektivitas dan produktivitas yang telah dicapai. Adapun penelitian ini bertujuan untuk melakukan analisis terhadap masalah keuangan untuk dapat mengetahui kinerja keuangan PDAM khususnya di Tama Barat, disamping itu juga untuk mengungkapkan rasio-rasio keuangan apa sajakah yang merupakan faktor terpenting dalam menentukan kinerja keuangan PDAM. Dengan menggunakan metode prosentase dari jumlah populasi yang ada dan juga berdasarkan kelengkapan data selama periode penelitian maka terdapat 10 PDAM di Sawa Barat yang dijadikan sampel. Untuk mengetahui kinerja keuangan penulis mengamati komponen kinerja yang terdiri dari : I). efisiensi yang diukur dari perputaran modal kerja, perputaran piutang dan rasio operasi 2). likuiditas diukur dari rasio lancar 3) profitabilitas diukur dari rasio laba kotor dan ROA 4). leverage diukur dari hutang jangka panjang per kapital. Dari hasil penelitian dapat diketahui bahwa kinerja keuangan PDAM di Jawa Barat pada umumnya menunjukkan kondisi yang cukup baik dalam hal likuiditas, efisiensi penggunaan dana dan leverage, sedangkan untuk profitabilitas menunjukkan keadaan sebaliknya atau tidak seperti yang diharapkan (beberapa perusahaan mengalami kerugian). Selanjutnya dengan menggunakan analisis diskriminan dapat diketahui pula bahwa variabel ROA dan variabel rasio operasi merupakan faktor terpenting dalam menentukan kinerja keungan PDAM, yaitu dengan bobot untuk masing-masing adalah 50,19% dan 27,63%, sedangkan variabel-variabel lainnya yaitu perputaran modal kerja, perputaran piutang, rasio lancar, rasio laba kotor dan rasio hutang jangka panjang perkapital menunjukkan peranan yang relatif kecil. Penelitian ini memberikan kesimpulan bahwa yang menentukan kinerja keuangan PDAM di Jawa Barat adalah faktor kemampulabaan dan faktor efisiensi biaya. Kemampulabaan menunjukkan sampai sejauh mana perusahaan memperoleh laba usaha dengan penggunaan seluruh modal yang tertanam dalam total aktivanya, dimana rata-rata ROAnya menunjukkan hasil yang kecil yaitu 0,5 % per tahun. Sedangkan efisiensi biaya menunjukkan bahwa perusahaan masih tidak efisien, hal ini dapat diketahui dari rata-rata biaya operasi perusahaan yaitu 112 %, berarti lebih besar dari penjualannya. Sedangkan untuk mengetahui lebih lanjut mengenai kinerja keuangan PDAM ini, maka dapat dilakukan replikasi penelitian dengan menggunakan sampel yang lebih besar dan mewakili, juga dengan menambahkan variabel-variabel lain yang dapat dijadikan tolok ukur.
ABSTRACT The existency of BUMN in supporting Indonesia's economy is still important although the private side has shown its growing increasing and determining role in the development. BUMN is still needed particularly in pioneering important sectors which have not been able to attract the private bodies and to guarantee the provision of vital goods and services for the large communities. The case is the same as PDAM being a joint enterprise between the central-and local government. The local government (PEMDA) is still needed; besides having a non-commercial mission which aims to fulfill the basic human needs, this enterprise is also demanded to collect the income through the obtained profit having the function as business entity. The literature study done in this paper writing observes that the result of the enterprise performance based on financial data and information is an important standard in determining the level of enterprise health, as well as determining the efficiency-effectively and productivity levels which have been obtained. This research has the purpose to carry out analysis towards financial problem to know the performance of PDAM especially in West Java, besides that the research is also to discover what financial ratios form an important factor in determining PDAM financial performance. By using the percentage method from population number and also based on data completion during the research period, there are ten {10) PDAM in West Java taken as samples. To know the financial performance the writer observes the performance components consisting of 1). The efficiency measured from working capital turn over, account receivable turn over and operation ratio 2). The liquidity measured from current ratio 3). Profitability measured from gross profit ratio and Return on Asset/ROA 4). Leverage measured from long term debt per capitalization. From the research result can be known that the financial performance ofPDAM in West Java in general shows a fairly good condition in the matter of liquidity, the efficiency of fund use and leverage, whereas profitability shows the contrary condition or a condition which is not being expected. Further on by using determined analysis it can also be known that ROA variable and operation ratio variable form the most important factor in determining PDAM financial performance that is with weight for each is 50,19 % and 27,63 % whereas the other variables are working capital turn over, account receivable turn over, current ratio, gross profit ratio and long term debt per capitalization show a relatively small role. This research concludes that the factor of profitability and the factor of cost efficiency determine PDAM financial performance in West Java. Inthis case profitability shows how far an enterprise obtains Net Income 1 compared with total assets, in which the ROAaverage shows a small profit of 0,5% annually ; whereas the cost efficiency shows that the enterprise is still inefficient which can be known from the operation ratio average of 112%, which means that expense is bigger than sales. To know further about PDAM financial performance, research replication by using a bigger number of samples as well as adding other reference variables can be performed.
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 1995
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
I`in Endang Mardiani
Abstrak :
ABSTRAK
Dalam rangka usahanya untuk menghimpun dana masyarakat, pihak perbankan berlomba menawarkan berbagai macam produk kepada masyarakat, seperti tabungan dengan bunga harian, tabungan berhadiah, deposito berhadiah. Dipihak lain, untuk menyalurkan dana tersebut kepada masyarakat dalam bentuk pinjaman, selalu diikuti dengan persyaratan dan prosedur yang seringkali memberatkan calon nasabah.
Dalam perekonomian di Indonesia dikenal suatu lembaga kredit yang lain yang dapat digunakan sebagai salah satu alternatif sumber dana, yaitu Perusahaan Umum Pegadaian (selanjutnya disebut Pegadaian). Pegadaian adalah Badan Perkreditan yang berada langsung di bawah pengawasan Departemen Keuangan, yang menyalurkan uang pinjaman atas dasar hukum gadai, dengan menerima jaminan berupa barang-barang bergerak. Persyaratan yang ringan, prosedur yang sederhana dan pelayanan yang cepat adalah ciri dari Pegadaian.
Namun dalam perkembangannya, masyarakat lebih mengenal Lembaga Perbankan dibandingkan dengan Pegadaian. Keengganan masyarakat menggunakan jasa Pegadaian karena Pegadaian sering diidentikkan dengan kemiskinan. Sesuai dengan tujuan awal didirikannya Pegadaian, yaitu untuk memberantas lintah darat, rentenir atau praktek riba gelap yang memberatkan kehidupan masyarakat kecil, sehingga pengguna jasa Pegadaian sebagaian besar adalah masyarakat golongan bawah.
Pegadaian adalah lembaga yang unik. Disatu pihak Pegadaian diharapkan bisa memberikan kredit kepada siapapun yang membutuhkan, sedangkan dipihak lain Pegadaian tidak diperkenankan menghimpun dana dari masyarakat berupa tabungan, giro atau deposito, seperti halnya dengan Bank.
Penelitian ini mencoba mengkaji faktor penentu perkembangan Pegadaian, khususnya di Jawa Tengah untuk kurun waktu tahun 1983 sampai dengan 1992. Dalam analisis dapat pula diketahui faktor apa sebetulnya yang dominan sebagai penentu perkembangan Pegadaian, sehingga apabila faktor tersebut dapat diketahui, dapat membantu untuk menentukan kebijakan Perum Pegadaian selanjutnya.
Tidak banyak teori yang dapat dijadikan acuan dalam penelitian ini. Hal ini disebabkan kekhasan misi, sifat maupun ciri Pegadaian itu sendiri. Sehingga model dibangun atas dasar prasurvey dan data yang ada di lapangan.
Faktor-faktor yang diduga sebagai penentu perkembangan Pegadaian adalah jumlah nasabah, omzet, sewa modal, surplus, jumlah pegawai, tanggapan nasabah atas kredit yang diperoleh, pelayanan dan kepuasan nasabah.
Dari delapan faktor tersebut, tujuh faktor yaitu jumlah nasabah, omzet, sewa modal, surplus, kredit, pelayanan dan kepuasan nasabah mempunyai tingkat keeratan yang tinggi terhadap model dan jumlah nasabah merupakan faktor yang dominan dalam menentukan perkembangan Pegadaian. Hal ini mengingat nasabah Pegadaian adalah nasabah dengan penmintaan pinjaman dalam jumlah kecil, sehingga semakin banyak nasabah maka akan semakin besar omzet Pegadaian. Sedangkan faktor jumlah pegawai mempunyai tingkat keeratan yang rendah terhadap model, yaitu 0,37. Ini berarti bahwa jumlah pegawai meskipun tidak sesuai dengan formasi pegawai yang ada, kegiatan Pegadaian tetap dapat berjalan dengan baik.
1994
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
M. Budi Widiyo Iryanto
Abstrak :
Pokok masalah penelitian ini ialah penetapan harga saham perdana di Bursa Efek Jakarta (BEJ) dan hubungannya dengan laba per saham. Secara rasional pihak emiten menginginkan harga saham perdana tinggi, agar mendapatkan agio saham yang besar. Sisi lain, pihak investor menginginkan harga saham perdana yang rendah, agar mendapatkan tingkat pengembalian yang tinggi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana keeratan hubungan antara harga saham perdana dengan laba per saham; Dan untuk mengetahui apakah harga saham perdana perusahaan yang emisi sampai dengan tanggal 31 Juli 1994, baik ditinjau dari kelompok tahun emisi; penjamin emisi dam jenis industri dinilai terlalu tinggi atau terlalu rendah; Serta untuk mengetahui apakah dalam penetapan harga perdana, telah dikaji lebih dulu prospek dan resiko perusahaan. Data diperoleh dari laporan keuangan yang disajikan dalam propektus terutama perkembangan modal sendiri, laba bersih dan kebijakan deviden. Disamping itu mencatat harga saham perdana dan perkembangan harga saham bulanan di BEJ selama lima bulan setelah listing. Metode pengambilan sampel digunakan metode populasi, yaitu seluruh perusahaan yang listing terakhir sampai 31 Juli 1994 di BEJ. Ada dua model analisis yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu : Model 1 : Y=a+bX dimana Y = harga saham perdana dan X = laba per saham. Model 1 ini digunakan untuk menguji hipotesis 1 : Dalam penetapan harga saham per dana penjamin emisi mengkaji lebih dulu prospoek emiten. Model 2 : PER = f(pertumbuhan laba, deviden payout ratio, deviasi standar pertumbuhan laba). Model ini digunakan untuk menguji hipotesis 2 sampai dengan hipotesis 5. Hasil penelitian ditemukan bahwa baik ditinjau seluruh emiten, menurut tahun emisi, penjamin emisi maupun industri, harga saham perdana mempunyai hubungan dengan laba per saham dengan tingkat keeratan berkisar antara sedang sampai sangat tinggi, namun hanya sebagian kecil yang mempunyai hubungan yang signifikan. Dengan menggunakan model 2 ternyata hanya sebagian kecil menurut tahun emisi, industri maupun penjamin emisi yang signifikan untuk memprediksi PER yang diharapkan dan sebagian besar menolak hipotesisi 2, 3 dan 4. Berdasarkan PER yang diharapkan tersebut ternyata bisa membuktikan bahwa sebagian besar harga saham perdana dinilai terlalu tinggi. Ini berarti hipotesis 5 diterima.
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 1995
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6   >>