Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 5 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Akhmal Kenan
"Tujuan dari penelitian ini untuk menjelaskan bagaimana pemaknaan dan bentuk partisipasi laki-laki dalam care work pada program penurunan stunting di Kelurahan Bojong Pondok Terong. Studi-studi terdahulu telah menunjukkan bahwa partisipasi laki-laki dalam care work berdampak positif pada kesehatan ibu dan anak, meski sering terhambat oleh pandangan maskulinitas dan stereotip gender. Meskipun telah ada studi yang membahas partisipasi laki-laki dalam care work mengenai stunting, namun hanya membahas partisipasi laki-laki dalam domestik care work sebagai peran ayah dan tidak membahas partisipasi laki-laki dalam community care work. Sehingga, kontribusi laki-laki dalam care work, baik di tingkat domestik maupun komunitas, sangat penting untuk mengurangi stunting. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dan pengumpulan data dengan berupa metode pengambilan data wawancara mendalam. Temuan dalam penelitian ini memperlihatkan laki-laki memaknai dan merasa bertanggung jawab untuk berpartisipasi dalam pekerjaan care work di rumah dan komunitas, termasuk tugas rumah tangga, merawat anak, dan program penanganan stunting. Namun, perubahan signifikan dalam partisipasi mereka belum terlihat. Hal ini dikarenakan, partisipasi laki-laki dalam pekerjaan care work masih terbatas dan belum setara dengan perempuan, dikarenakan persepsi masyarakat dan konsep tradisional maskulinitas yang cenderung apatis terhadap pekerjaan perawatan. Kemudian, di komunitas meski perempuan sering diandalkan untuk pekerjaan perawatan di berbagai area, pekerjaan ini seringkali kurang dihargai.

This study aims to explain the meaning and forms of male involvement in care work in the Bojong Pondok Terong Village stunting reduction program. Previous studies have shown that men's involvement in care work has a positive impact on maternal and child health, although views of masculinity and gender stereotypes often hamper it. Although there have been studies that discuss men's involvement in care work regarding stunting, they only discuss men's involvement in domestic care work as a father's role and do not discuss men's involvement in community care work. Thus, the contribution of men in care work, both at the domestic and community levels, is very important to reduce stunting. This research uses a qualitative approach and data collection using in-depth interviews. The findings in this study show that men interpret and feel responsible for participating in care work at home and in the community, including household tasks, caring for children, and stunting prevention programs. However, significant changes in their involvement are yet to be seen. This is because men's involvement in care work is still limited and not equal to that of women, due to societal perceptions and traditional concepts of masculinity that tend to be apathetic towards care work. Furthermore, in communities where women are often relied upon for care work in various areas, this work is often undervalued."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Aulia Rahma
"Makalah ini merefleksikan pengalaman saya dalam mendapatkan stereotip dan perlakuan diskriminatif di tempat kerja. Sebagai admin probation perempuan, saya seringkali dibebankan pekerjaan tambahan yang berfokus pada pekerjaan domestik seperti merapikan meja, menyapu dan mengepel ruangan, membuatkan kopi, menimbang sampah, mengisi token listrik, dan pekerjaan lain yang sejenis di luar dari pekerjaan utama. Sejalan dengan pernyataan Heilman (2012) bahwa stereotip gender memiliki dua atribut yaitu stereotip deskriptif (seperti apa) dan stereotip preskriptif (bagaimana seharusnya). Perempuan sering dikaitkan dengan pekerjaan bertipe feminin yang pasif dan subordinat. Hal tersebut saya rasakan selama proses probation yakni sering dipandang lemah secara fisik, dilihat sebagai pribadi yang cengeng secara emosional, mempunyai sikap yang ribet, diekspektasikan untuk selalu rapi dan teratur serta dianggap mudah diperintah karena kedudukannya diposisikan di bawah laki-laki. Stereotip yang kuat tersebut menuntun pada berbagai perlakuan diskriminatif, hingga pelecehan seksual baik verbal maupun nonverbal. Pengalaman kerja ini menjadi catatan penting bahwa stereotip gender telah membentuk tipe-tipe pekerjaan berdasarkan gender serta berpengaruh secara signifikan dalam menentukan perlakuan aktor lain (pemilik perusahaan, karyawan lain, dan pelanggan) terhadap pekerja perempuan.

This paper reflects on my personal experience with stereotypes and discriminatory treatments in the workplace. As a female probationary administrator, I frequently faced additional tasks that focuses on domestic core such as tidying tables, sweeping and mopping the room, making coffee, weighing garbage, input electricity tokens, and other similar duties outside of my primary responsibilities. Consistent with Heilman’s (2012) assertion that gender stereotypes comprise two attributes—descriptive stereotypes (are like) and prescriptive stereotypes (should be like). Women are often associated with passive and subordinate feminine tasks. During my probationary period, I often felt perceived as physically weak, emotionally fragile, overly meticulous, expected to be orderly and neat, and easily directed due to being positioned hierarchically below male colleagues. These pervasive stereotypes led to various forms of discriminatory treatment, including both verbal and non-verbal sexual harassment. This work experience highlights the significant impact of gender stereotypes in shaping gender-typed work and influencing the treatment of female workers by other actors (owner, other employees, and customers) in the workplace"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2024
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Novia Octaviani
"Masalah pernikahan dini saat ini masih ditemukan di beberapa wilayah Jawa Barat baik daerah pedesaan maupun perkotaan. Tulisan ini menekankan bahwa adanya ketidaksetaraan gender dalam memandang praktik pernikahan dini dan mempengaruhi kehidupan dan kesempatan hak perempuan di masyarakat. Penelitian berdasarkan data kepustakaan dengan menggunakan konsep antropologi yang relevan. Dilema situasi yang berkaitan dengan maraknya pernikahan dini di Jawa Barat karena melanggengkan budaya dan sisi lain secara normatif bertentangan dengan undang-undang perlindungan anak. Tulisan ini menyebutkan aspek yang mempengaruhi praktik pernikahan usia dini di Jawa Barat adalah (1) agama, (2) ekonomi, (3) tradisi setempat, (4) pola asuh orang tua, (5) pergaulan remaja, (6) kebijakan pemerintah & media massa. Berdasarkan hasil penelusuran dampak pernikahan dini sangatlah beragam namun lebih dominan efek negatif daripada positifnya. Pemerintah melakukan sosialisasi dan menerapkan bimbingan pranikah, kolaborasi antara seluruh instansi pemerintah dengan pihak yang menangani peristiwa pernikahan dini untuk menegakkan peraturan perundang-undangan adalah bentuk strategi untuk meminimalisir pernikahan dini di Jawa Bara

The problem of early marriage is still found in several areas of West Java, both in rural and urban areas. This paper emphasizes that there is gender inequality in viewing the practice of early marriage and affecting the lives and opportunities for women's rights in society. The research is based on literature data using relevant anthropological concepts. The dilemma of the situation is related to the rise of early marriage in West Java because it perpetuates the culture and on the other hand it is normatively contrary to child protection laws. This paper mentions the aspects that influence the practice of early marriage in West Java are (1) religion, (2) the economy, (3) local traditions, (4) parenting style, (5) youth association, (6) government policy & mass media. Based on the results of tracing the impact of early marriage is very diverse, but the negative effects are more dominant than positive. The government conducts socialization and implements premarital guidance, collaboration between all government agencies and those who handle early marriage events to enforce laws and regulations is a form of strategy to minimize early marriage in West Java."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2023
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Nicole Accalia Angriawan
"Zero Waste Indonesia adalah sebuah komunitas digital yang menyebarkan diskursus implementasi 6R (Rethink, Refuse, Reduce, Reuse, Recycle, dan Rot) dalam kehidupan individu. Beberapa kampanye dilakukan oleh ZWID untuk melakukan transformasi individu menjadi praktisi gaya hidup zero waste. Proses subject-making melalui kerangka environmentality di dalam komunitas ZWID menjadi inti dari penelitian. Proses pembentukan subjek diperoleh melalui wawancara dan observasi media sosial @zerowaste.id_official untuk mengetahui proses holistik perkembangan seseorang menjadi praktisi zero waste. Perjalanan ZWID yang dimulai dari inisiatif mandiri pada 2018 hingga menjadi one-stop-solution platform gaya hidup zero waste nasional melibatkan banyak pihak. Penelitian etnografi melibatkan mitra serta anggota aktif komunitas ZWID yang terdiri atas: Bank Sampah Rumah Harum, Burgreens, Alami Bulkshop, dan Demibumi.id sebagai jejaring fasilitas penunjang gaya hidup zero waste. Para informan menceritakan pengalaman mereka mulai dari kesadaran terhadap isu sampah hingga menjadi bagian dari jejaring ZWID. Temuan data menyampaikan terdapat dua faktor utama proses pembentukan subjek, yakni sosialisasi orang tua untuk memberikan pendidikan sejak dini serta media dalam menyebarkan konten kesadaran lingkungan secara luas. Selain itu, terdapat temuan yang menunjukkan adanya dimensi gender dalam proses subject-making praktisi zero waste pada komunitas ZWID melalui dominasi perempuan dan adanya peran signifikan mereka sebagai praktisi, konsumen, dan influencer yang menyebarluaskan gaya hidup zero waste.

Zero Waste Indonesia is a digital community that utilises discourses around individual behavior in conducting 6R (refuse, rethink, reduce, reuse, recycle, and rot) throughout their everyday life. Raising awareness and implementing zero waste lifestyle has a behind-the-screen mechanism of subject-making which has been an overlooked issue in past research. Environmentality is the main concept to explain the process of enacting individual transformation from a listener to a practitioner, hence subject-making of individuals within the community network of Zero Waste Indonesia as the core of this research. The Zero Waste Indonesia community throughout its journey since 2018 has evolved from individual initiatives into an integrated national one-stop-solution platform that collaborates with partners. This ethnography research involves three ZWID members and four partners: Center Waste Bank Rumah Harum, Burgreens, Alami Bulkshop, and Demibumi.id as well as content observation from @zerowaste.id_official. The result of the interview narrates the two key factors of early-age socialization in family and media intervention in the subject-making of zero waste practitioners. In addition, there is a finding of gender dimension in the subject-making process within the zero waste practitioners in Zero Waste Indonesia. The domination of women as practitioners, pioneers, and influencers showcases a significant role in expanding the zero waste lifestyle implementation.
"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Amanda Rahma Puteri
"Konstruksi gender yang didasarkan pada pandangan yang dikotomi berimplikasi pada perbedaan peran dan penggunaan ruang khususnya dalam konteks pekerjaan. Keterlibatan perempuan dalam dunia kerja menyebabkan perempuan mendapatkan pengawasan yang didasarkan pada norma kodrat perempuan karena berada di luar lingkungannya seperti berupa pengaturan jam malam dan beban ganda. Pengawasan tersebut membuat perempuan pekerja mengawasi tindakannya agar tetap sesuai dengan norma kodrat perempuan yang ada di masyarakat sebagai bentuk praktik performative regulation. Penelitian ini menggunakan pendekatan etnografi dengan metode observasi dan wawancara mendalam serta teknik hybrid yang menggabungkan pengumpulan data secara online dan offline untuk menyesuaikan dengan situasi pandemi Covid-19 yang sedang terjadi. Informan penelitian dalam penelitian ini adalah perempuan pekerja di Gang Bebas, Kota Batu, Kecamatan Ciomas, Kabupaten Bogor juga masyarakat sekitar sebagai informan pendukung. Hasil dari penelitian ini adalah dikotomi domain domestik dan publik menjadi tidak relevan dalam konteks perempuan pekerja. Pengawasan pada perempuan pekerja justru membuat mereka melakukan negosiasi dengan memiliki persepsi tersendiri terhadap domain domestik dan publik melampaui pandangan yang dikotomi sebagai bentuk produksi kekuasaan sehingga dapat berperan di domain publik dengan berbagai cara.

Gender construction based on a dichotomous view has implications for different roles and use of space, especially in the context of work. The involvement of women in the world of work causes women to receive supervision based on women's natural norms because they are outside their environment, such as setting curfews and double burdens. This supervision makes women workers monitor their actions so that they remain following the natural norms of women in society as a form of performative regulation practice. This study uses an ethnographic approach with in-depth observation and interview methods as well as a hybrid technique that combines online and offline data collection to adapt to the current Covid-19 pandemic situation. Research informants in this study were female workers in Gang Bebas, Kota Batu, Ciomas District, Bogor Regency as well as the surrounding community as supporting informants. The result of this study is that the dichotomy of domestic and public domains becomes irrelevant in the context of working women. Supervision of women workers makes them negotiate by having their perceptions of the domestic and public domains beyond the dichotomy view as a form of power production so that they can play a role in the public domain in various ways."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library