Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 11 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Ghifari Surya Satria
"Penyakit koronavirus 2019 atau COVID-19 merupakan suatu penyakit baru yang disebabkan oleh SARS-CoV-2. Pada awal tahun 2020, penyakit ini telah menjadi bencana nonalam berupa pandemi di lebih dari 200 negara di dunia. Negara-negara tersebut memiliki pengelolaan bencana yang berbeda-beda tergantung dari kerentanan, dampak bahaya yang ditimbulkan, karakteristik sosial, serta kondisi geografis di negaranya. Di Indonesia tersendiri, hingga tanggal 28 Juli 2020, pemerintah masih berusaha mengendalikan pandemi COVID-19 agar penyebarannya tidak semakin meluas. Sementara itu, sudah ada beberapa negara yang saat ini telah berhasil mengendalikan pandemi COVID-19 dengan sangat baik, beberapa diantaranya adalah Tiongkok dan Vietnam. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif yang bersifat deskriptif analitik serta menggunakan metode tinjauan kepustakaan (literature review) dan bertujuan untuk memberikan gambaran pengelolaan bencana nonalam yang dilakukan oleh pemerintah Indonesia serta negara yang telah berhasil mengendalikan pandemi COVID-19. Data dan informasi yang digunakan dalam penelitian ini bersumber dari buku elektronik, situs web pemerintah, basis data, dan mesin pencarian terpercaya dengan memasukkan kata kunci yang sesuai. Implementasi pengelolaan bencana dilihat berdasarkan pedoman pengelolaan pandemi COVID-19 yang diterbitkan oleh WHO serta teori siklus manajemen bencana mulai dari mitigasi, kesiapsiagaan, respons, hingga pemulihan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemerintah Indonesia telah memenuhi 28 dari 30 aspek pengelolaan bencana. Sementara itu, Vietnam telah memenuhi 29 dari 30 aspek dan Tiongkok telah memenuhi seluruh aspek. Meskipun demikian, kedua negara tersebut berhasil melandaikan kurva laju peningkatan kasus, sedangkan Indonesia belum berhasil. Hal ini dapat terjadi karena beberapa faktor mulai dari masyarakat yang tidak patuh, kebijakan yang lemah, pelaksanaan testing yang minim, data yang tidak akurat, hingga pemerintah yang kurang tegas. Pemerintah Indonesia dapat menjadikan negara Tiongkok dan Vietnam yang telah berhasil mengelola dan mengendalikan pandemi COVID-19 sebagai acuan dalam pembuatan kebijakan selanjutnya.

Coronavirus Disease 2019 also known as COVID-19 is a new emerging disease transmitted by SARS-CoV-2. In the beginning of 2020, COVID-19 has been a non- natural disaster in the form of pandemic in over 200 countries around the world. Every country has their own ways and capabilities to manage a disaster. It depends on the vulnerabilities, hazards, social characteristics, and geographical conditions. As of July 28th 2020, the government of Indonesia is still striving to slow the widespread of COVID- 19 in the country. On the other side, China and Vietnam have managed to control the spread of the disease very well. This research is using qualitative approach and descriptive analytic with literature review method. This research aims to see the overview of non- natural disaster management that have been implemented by Indonesia and the success story of China and Vietnam in managing the pandemic. Data and information being used in this research are taken from electronic books, governmental database, websites, and qualified search engines by typing corresponding keywords. The result of this research shows that Indonesia has checked 28 out of 30 aspects of COVID-19 disaster management. Meanwhile, Vietnam has checked 29 out of 30 aspects and China has completed all checklists. Nevertheless, both countries have successfully flattened the curve of COVID-19 case number, but not with Indonesia. It could happen because there are several factors, such as disobedient society, weak policies, low testing ratio, inaccurate data, and careless government. As a suggestion, Indonesia should learn applicable lessons from China and Vietnam to take significant steps to slow the spread of the virus."
Depok: Fakultas Kesehatan masyarakat Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rezha Pratiwi Eka Gharini
"Gas NO2 dan SO2 merupakan zat pencemar udara yang menimbulkan bau busuk dan mencemari udara di sekitar TPA. Gas-gas tersebut akan bermunculan di setiap tahap operasi penimbunan dan pemadatan sampah di TPA. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis tingkat risiko pajanan gas NO2 dan SO2, dalam udara ambien terhadap gangguan kesehatan pada pemulung yang beraktivitas dan bermukim di sekitar TPA Cipayung, Depok. Penelitian ini dilakukan pada bulan Maret-Juni tahun 2018 dengan menggunakan metode penulisan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan ARKL.
Hasil pengukuran NO2 memiliki rata-rata hasil pengukuran adalah 31,794 g/m3, dan SO2 memiliki rata-rata hasil pengukuran adalah 6,365 g/m3. Dari hasil tersebut, masih sangat jauh dibawah Baku Mutu Udara Ambien dalam PP No. 41/1999. Nilai asupan real time dengan pajanan konsentrasi NO2 adalah 1,079 10-3 mg/kg/hari dan pajanan konsentrasi SO2 adalah 2,5962 10-5 mg/kg/hari. Sedangkan nilai asupan life span dengan pajanan konsentrasi NO2 adalah 2,15801 10-3 mg/kg/hari dan pajanan konsentrasi SO2 adalah 5,1024 10-5 mg/kg/hari.
Karakteristik risiko untuk konsentrasi NO2 dengan durasi pajanan real time adalah 0,0539 dan life span adalah 0,108. Karakteristik risiko untuk konsentrasi SO2 dengan durasi pajanan real time adalah 0,001 dan life span adalah 0,002. Secara keseluruhan, nilai RQ adalah <1 maka udara ambien TPA Cipayung dengan pajanan NO2 dan SO2 masih aman sehingga tidak diperlukan adanya pengelolaan risiko.

Gases NO2 and SO2 are air pollutants that cause odor and pollute the air around the landfill. The gases will emerge at every stage of landfilling and compaction operations in the landfill. This study aims to analyze the level of exposure risk of NO2 and SO2 gas, in ambient air to health disturbance on scavengers who move and settle around TPA Cipayung, Depok. This research was conducted in March June of 2018 using the method of writing Environmental Health Risk Analysis ARKL.
The result of measurement of NO2 has the average of measurement result is 31,794 g m3, and SO2 has average result of measurement is 6,365 g m3. From these results, it is still very far below the Ambient Air Quality Standard in PP 41 1999. The value of real time intake with NO2 exposure concentration was 1,079 10 3 mg kg hari and the exposure of SO2 concentration was 2,5962 10 5 mg kg hari. While the value of life span intake with NO2 exposure concentration was 2,15801 10 3 mg kg hari and the exposure of SO2 concentration was 5,1024 10 5 mg kg hari.
The risk characteristic for NO2 concentration with real time exposure duration was 0,0539 and life span was 0,108. Risk characteristics for SO2 concentration with real time exposure duration were 0,001 and life span was 0,002. Overall.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Leviani Kristiana
"Latar Belakang: Salah satu polutan indoor yang menjadi masalah kesehatan masyarakat adalah formaldehid. Pemajanan formaldehid dalam ruang dapat menyebabkan gangguan fungsi paru. Anak-anak dan remaja menghabiskan sebagian besar waktunya di lingkungan indoor terutama di sekolah.
Tujuan: Mengetahui hubungan antara konsentrasi formaldehid dalam ruang dengan gangguan fungsi paru obstruktif pada siswa Sekolah Menengah Pertama SMP di Depok tahun 2018.
Metode: Studi cross-sectional potong lintang dilakukan di tiga SMP Depok. Sampel penelitian adalah 150 siswa yang diambil dengan multistage sampling. Pengukuran konsentrasi formaldehid menggunakan alat direct reading yaitu FormaldemeterTM htv dan kondisi fungsi paru diperoleh melalui pemeriksaan dengan alat spirometer. Analisis secara bivariat dengan metode chi square.
Hasil: Nilai rata-rata konsentrasi formaldehid adalah 0,038 ppm dan fungsi paru FEV1/FVC siswa SMP di Depok yaitu 94,31. Tidak ditemukan hubungan yang signifikan antara konsentrasi formaldehid dalam ruang dengan gangguan fungsi paru obstruktif. Tidak ada hubungan yang signifikan antara faktor risiko lain status gizi, aktivitas fisik, perilaku merokok, perokok dalam rumah, dan penggunaan obat nyamuk dengan gangguan fungsi paru obstruktif. Siswa dengan aktivitas fisik yang rendah berisiko 1,253 kali mengalami gangguan fungsi paru obstruktif dibandingkan siswa yang aktivitas fisiknya cukup CI: 0,203-7,725. Siswa yang menggunakan obat nyamuk berisiko 1,898 kali mengalami gangguan fungsi paru obstruktif dibandingkan dengan siswa yang tidak menggunakan obat nyamuk CI: 0,308-11,705.
Kesimpulan: Konsentrasi formaldehid pada SMP di Depok masih berada di bawah Nilai Ambang Batas dan tidak ditemukan hubungan yang signifikan dengan gangguan fungsi paru obstruktif. Perlu dilakukan penelitian lanjutan dengan gejala kesehatan lain yang disebabkan oleh pajanan formaldehid dan uji fungsi paru jenis lainnya.

Background: One of the indoor pollutants that is a public health problem is formaldehyde. Formaldehyde exposure may cause lung function impairment. Children and adolescents spend most of their time in indoor environments, especially in schools.
Objective: To examine the association between indoor formaldehyde concentrations with obstructive pulmonary function impairment among Junior High School students in Depok, 2018.
Methods: Cross sectional studies were conducted at three SMP in Depok. Sample of research is 150 students taken with multistage sampling. Measurement of formaldehyde concentrations using direct reading tool FormaldemeterTM htv and condition of lung function obtained through inspection with spirometer. Bivariate analysis with chi square method.
Results: Mean value of formaldehyde concentration is 0,038 ppm and mean lung function FEV1 FVC of Junior High School students in Depok was 94,31. There was no significant association between indoor formaldehyde concentrations with obstructive pulmonary function impairment. There was no significant association between other risk factors nutritional status, physical activity, smoking behavior, smokers in the house and the use of mosquito repellent with obstructive pulmonary function impairment. Students with low physical activity at risk 1,253 times higher to experience obstructive pulmonary function impairment than students with moderate physical activity CI 0.203 7.725. Students using mosquito repellent at risk 1,898 times higher than did not use mosquito repellent CI 0,308 11,705.
Conclusion: The concentration of formaldehyde at SMP in Depok remained below the Threshold Value and no significant association was found with obstructive pulmonary function impairment. It is strongly recommended to do further research with other health symptoms caused by formaldehyde exposure and other types of lung function tests.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rosyana Lieyanty
"TPA Cipayung memiliki sistem pengolahan sampah berupa sistem penimbunan sampah atau dsebut juga dengan Sanitary Landfill. Sampah yang tertimbun akan menghasilkan berbagai gas berbahaya, salah satunya ialah gas Amonia NH3. Tidak tersedianya instalasi gas NH3 di TPA Cipayung dapat menyebabkan polusi udara di TPA dan dapat menyebabkan berbagai dampak kesehatan seperti sesak napas, mual, iritasi mata, iritasi kulit, dsb jika terpapar pada para pekerja pemulung.
Tujuan penelitian ini adalah mengetahui risiko kesehatan lingkungan akibat pajanan gas NH3 kepada pekerja pemulung di TPA Cipayung. Penelitian ini menggunakan desain analisis kesehatan lingkungan dengan populasi sampel adalah seluruh pemulung yang bekerja di TPA Cipayung yang telah bekerja minimal 1 tahun dengan batas usia 18-55 tahun. Total sampel yang didapatkan ialah 87 responden dan 3 sampel udara yang diambil dari 3 titik berbeda dengan jarak masing-masing titik sejauh 50 m.
Hasil konsentrasi tertinggi yaitu 0,122 mg/m3 dan konsentrasi terendah yaitu 0,053 mg/m3 dengan perhitungan konsentrasi rata-rata sebesar 0,082 mg/m3. Berdasarkan perhitungan risiko yang diterima saat ini real time , didapatkan hasil RQ < 1. Demikian pula hasil estimasi risiko yang diterima seumur hidup life span, juga didapatkan RQ < 1. Karena konsentrasi NH3 di TPA Cipayung masih dalam kategori aman, maka tidak diperlukan manajemen risiko.

TPA Cipayung has a waste processing system in the form of garbage dumping system or also called Sanitary Landfill. The accumulated waste will produce various harmful gases, one of which is Ammonia gas NH3 . The unavailability of NH3 gas installations in TPA Cipayung can cause air pollution in the landfill and may cause various health effects such as shortness of breath, nausea, eye irritation, skin irritation, etc. if exposed to scavengers.
The purpose of this research is to know the environmental health risk due to NH3 gas exposure to scavengers in TPA Cipayung. This research uses environmental health analysis design with sample population is all scavengers who work in TPA Cipayung who have worked at least 1 year with age limit 18 55 years. The total samples obtained were 87 respondents and 3 air samples taken from 3 different points with distance of each point as far as 50 m.
The highest concentration result was 0.122 mg m3 and the lowest concentration was 0.053 mg m3 with the calculation of average concentration of 0.082 mg m3. Based on the calculation of the risk received at this time real time , the results obtained RQ.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nadifa Fikriyuanti
"Pendahuluan: Leptospirosis merupakan penyakit reemerging infectious disease yang disebabkan oleh Leptospira sp. dan memiliki distribusi global dengan kejadian yang lebih tinggi di daerah tropis dan subtropis berkisar dari 10 hingga 100 kasus manusia per 100.000 orang.
Tujuan: Mengetahui faktor risiko lingkungan dan individu yang menyebabkan kasus peningkatan leptospirosis di Asia Pasifik.
Metode: Penelitian ini menggunakan desain studi literature review dengan jumlah literatur sebanyak 8 artikel internasional dan waktu penelitian pada bulan Maret 2021-November 2021. Pengumpulan data dilakukan dengan mengumpulkan data sekunder berupa artikel internasional dalam bentuk full text pdf dari database internasional seperti ScienceDirect, ProQuest, Scopus, dan PubMed. Analisis data yaitu deskriptif dengan menyajikan hasil sintesis data penelitian dalam bentuk teks narasi dan tabular untuk melihat perbandingan faktor risiko dari masing-masing literatur.
Hasil: Hasil dari kajian ini menunjukkan bahwa faktor risiko yang paling signifikan menyebabkan leptospirosis berdasarkan case-control study ialah jenis pekerjaan di bidang pertanian (OR 4,588), sedangkan berdasarkan cross-sectional study faktor risiko yang paling signifikan adalah keberadan tikus (p value 0,001) dan jenis pekerjaan (p value 0,005).
Kesimpulan: Jenis pekerjaan dan keberadaan tikus merupakan faktor risiko yang paling signifikan berhubungan meningkatkan kejadian leptospirosis. Hal ini didukung oleh jenis pekerjaan yang tergolong high risk occupational, misalnya bekerja di bidang pertanian lebih berisiko meningkatkan leptospirosis dibanding pekerjaan yang berisiko rendah.

Introduction: Leptospirosis is a reemerging infectious disease that caused by Leptospira sp. and has a global distribution with higher incidence in tropical and subtropical regions ranging from 10 to 100 human cases per 100,000 people.
Objective: To examine the environmental and individual risk factors that cause leptospirosis infection in Asia Pacific region.
Method: This study uses a literature review study approach and analyzed using qualitative methods. This study uses secondary data of international articles from the internet or websites, with a total of 8 international articles. Data were collected from the international database which is ScienceDirect, ProQuest, Scopus, and PubMed. Most of the articles are from Sri Lanka, India, Laos, Vietnam and Malaysia.
Results: The results of this study indicate that the most significant risk factor for leptospirosis based on the case-control study is the occupation, especially in the wet cultivation sector (OR 4.588), while the most significant risk factor based on the cross-sectional study is the presence of rats (p value 0.001) and type of work (p value 0.005).
Conclusion: Occupation and presence of rats are the most significant risk factors of leptospirosis. The occupation that classified as high risk occupational, especially agricultural. People who work in high risk occupational has a higher risk of leptospirosis than people who work in low risk.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dhela Amelia Nugroho
"Penyakit Paru Obstruktif Kronis (PPOK) merupakan penyakit paru-paru kronis progresif yang menyebabkan sesak napas dan mengancam nyawa. PPOK tidak dapat diobati, namun gejalanya dapat ditangani dan mengurangi risiko kematian. PPOK merupakan salah satu penyebab utama kematian di seluruh dunia, yang menyebabkan sebanyak 3,17 juta kematian secara global pada tahun 2015 dan diestimasikan akan menjadi penyakit tiga teratas yang menyebabkan kematian di seluruh dunia pada tahun 2030. PPOK juga merupakan salah satu penyebab kematian utama semua kelompok usia di Indonesia pada tahun 2014 dengan persentase sebesar 4,9%. Penyakit Paru Obstruktif Kronis (PPOK) dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor risiko, salah satunya adalah pencemaran udara partikulat. DKI Jakarta merupakan salah satu wilayah dengan udara tercemar di Indonesia dengan Jakarta Pusat sebagai kota yang memiliki jumlah parameter kritikal PM2.5 dan PM10 terbanyak dibandingkan dengan kota Jakarta lainnya. Secara umum, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan kualitas udara ambien (PM2.5 dan PM10), Faktor Individu, dan Faktor Meteorologi dengan Penyakit Paru Obstruktif Kronis (PPOK) di Jakarta Pusat tahun 2018-2020. Penelitian ini menggunakan desain studi ekologi berdasarkan waktu (time trend). Hasil studi menunjukkan adanya korelasi yang lemah dengan pola positif antara konsentrasi PM2.5, PM10, dan suhu udara dengan kejadian PPOK di Jakarta Pusat tahun 2018-2020 (r= 0,172, r= 0,056, r= 0,147). Hubungan korelasi yang lemah dengan pola negatif antara kelembaban udara dengan kejadian PPOK di Jakarta Pusat tahun 2018-2020 (r= - 0,248). Hubungan korelasi yang kuat dengan pola positif antara usia ≤ 44 tahun dan jenis kelamin perempuan dengan kejadian PPOK di Jakarta Pusat tahun 2018-2020 (r= 0,534, r= 0,738). Hubungan korelasi yang kuat atau sempurna dengan pola positif antara usia 45-59 tahun, usia > 59 tahun, dan jenis kelamin laki-laki dengan kejadian PPOK di Jakarta Pusat tahun 2018-2020 (r= 0,882, r= 0,958, r= 0,897). Pada penelitian ini hanya ditemukan hubungan yang signifikan antara usia ≤ 44 tahun (p= 0,001), usia 45-59 tahun (p= 0,000), usia >59 tahun (p= 0,000), jenis kelamin laki-laki (p= 0,000), dan jenis kelamin perempuan (p= 0,000) dengan kejadian PPOK di Jakarta Pusat tahun 2018-2020.

Chronic Obstructive Pulmonary Disease (COPD) is a progressive chronic lung disease that causes shortness of breath and is life threatening. COPD cannot be treated, but symptoms can be managed and reduce the risk of death. COPD is one of the leading causes of death worldwide, causing 3.17 million deaths globally in 2015 and it is estimated that it will become the top three disease causing death worldwide by 2030. COPD is also one of the leading causes of death for all age group in Indonesia in 2014 with a percentage of 4.9%. Chronic Obstructive Pulmonary Disease (COPD) can be influenced by various risk factors, one of which is particulate matter. DKI Jakarta is one of the areas with air pollution in Indonesia with Central Jakarta as the city that has the highest PM2.5 and PM10 pollution compared to other Jakarta administrative cities. In general, this study aims to determine the correlation between ambient air quality (PM2.5 and PM10), Individual Factors, and Meteorological Factors with Chronic Obstructive Pulmonary Disease (COPD) in Central Jakarta in 2018-2020. This research uses an ecological study design based on time (time trend). The results of the study show a weak correlation with a positive pattern between concentrations of PM2.5, PM10, and air temperature with the incidence of COPD in Central Jakarta in 2018-2020 (r= 0.172, r= 0.056, r= 0.147). Weak correlation with a negative pattern between relative humidity and the incidence of COPD in Central Jakarta in 2018-2020 (r= - 0.248). a strong correlation with a positive pattern between the age of ≤ 44 years and female with the incidence of COPD in Central Jakarta in 2018-2020 (r = 0.534, r = 0.738). a strong or perfect correlation with a positive pattern between the age of 45-59 years, age > 59 years, and male with the incidence of COPD in Central Jakarta in 2018-2020 (r = 0.882, r = 0.958, r = 0.897). In this study age ≤ 44 years (p = 0.001), age 45-59 years (p = 0.000), age >59 years (p = 0.000), male (p = 0.000), and female (p= 0.000) were significantly correlated with the incidence of COPD in Central Jakarta in 2018-2020."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Elia Yulaeva
"Kualitas udara dalam ruangan yang baik di lingkungan sekolah merupakan hal penting untuk kesehatan dan produktivitas siswa. Pencemaran udara dalam ruangan menjadi perhatian karena seseorang dapat menghabiskan 90 waktunya di dalam ruangan. Pencemaran udara dalam ruangan merupakan masalah utama bagi kesehatan masyarakat secara global. Karbon Dioksida CO2 dan Total Volatile Organic Compound VOC merupakan polutan dalam ruangan yang berdampak pada gangguan fungsi paru.
Tujuan penelitian ini adalah mengetahui hubungan antara pajanan konsentrasi CO2, total VOC dalam ruangan dan gangguan fungsi paru pada siswa Sekolah Menengah Pertama. Penelitian ini menggunakan desain cross sectional yang dilaksanakan pada bulan Maret- Mei 2018. Sampel yang diambil berjumlah sebanyak 139 siswa dengan menggunakan metoda simple random sampling.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa rata-rata konsentrasi CO2 dalam kelas di Sekolah Menengah Pertama di Depok sebesar 478,70ppm, rata-rata konsentrasi total VOC sekitar 6,4 x 10-3 ppm, rata- rata KVP = 72,66, VEP1 = 74,52 dan VEP1/KVP = 93,97, proporsi siswa yang mengalami gangguanfungsi paru sebesar 3,6. Tidak ditemukan hubungan antara pajanan konsentrasi CO2 dan total VOC dalam ruangan dengan gangguan fungsi paru VEP1/KVP CO2, p =1,000dan total VOC p =0,374 karena jumlah yang mengalami gangguan fungsi paru kecil dan konsentrasi CO2, total VOC masih di bawah ambang batas yang diijinkan. Perlu peningkatan perilaku hidup sehat dan bersih di sekolah serta dilakukan penelitian lebih lanjut dengan parameter pencemar udara lain di dalam ruangan dan gangguan pernafasan atau penyakit degeratif dengan metoda yang berbeda.

Good indoor air quality in school environments is important for student health and productivity. Indoor air pollution is a concern because people can spend 90 of their time indoors. Indoor air pollution is a major problems to public health globally. CarbonDioxide CO2 and Total Volatile Organic Compound VOC are indoor pollutants that affect pulmonary function disorders.
The purpose of this research was to know the relationship between exposure of CO2 concentration, total VOC indoor and pulmonary function disorder of students in Junior High School. This research used cross sectional design which conducted in March May 2018. The sample was 139 students using simple random sampling method.
The results showed that the average concentration ofCO2 in the class room at Junior High School in Depok was 478,70 ppm, mean total VOC concentration was about 5.4 x 10 3 ppm, mean FVC 72.66, FEV1 74.52 and FEV1 FVC 93.97, the proportion of student with lung function disorder 3.6. No association was found between exposure to CO2 concentrations and total indoor VOCs with pulmonary function impairment of VEP1 KVP CO2, p 1,000 and total VOC p 0.374 due to the number of impaired small pulmonary function and CO2 concentrations, total VOC was still below the threshold of the allowable limit. It needs to improve healthy and clean life behavior in school and do further research with another parameter of air pollution indoors and respiratory disorder or degenerative disease with a different method.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2018
T51382
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ema Suryani
"Ventilator mekanik merupakan salah satu aspek yang penting dan banyakdigunakan bagi perawatan pasien kritis di Intensif Care Unit ICU . Lama pemakaianventilator mekanik merupakan salah satu faktor penting penyebab VAP.Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara lama pemakaianventilator mekanik dengan kejadian Ventilator Associated Pneumonia VAP di ICURSUD Tarakan Jakarta tahun 2014 ndash; 2017.Jenis peneltian analitik, desain penelitian studi potong lintang cross sectional .Metode pengambilan sampel adalah consecutive sampling dengan cara observasi catatanmedik pasien yang memakai ventilator mekanik minimal 48 jam dan dirawat minimal 3hari di ruang ICU RSUD Tarakan Jakarta Tahun 2014 ndash; 2017 dan sampel berjumlah106 sampel. Data dianalisis dengan uji chi square, t-test independent, dan regresilogistik.Prevalensi Kejadian Ventilator Associated Pneumonia VAP sebesar 17,9 .Lama pemakaian ventilator mekanik dan lama perawatan secara statistik menunjukkanberhubungan yang bermakna dengan kejadian VAP. Sedangkan variabel umur,penyakit yang mendasari, posisi tidur, pembedahan dan pemberian antibiotik secarastatistik tidak menunjukkan hubungan yang bermakna terhadap kejadian VentilatorAssociated Pneumonia VAP . Hasil analisis multivariat diperoleh bahwa variabel lamapemakaian ventilator mekanik merupakan variabel yang paling dominan berhubungandengan kejadian VAP, dengan OR=5,265 95 CI: 1,084-25,548.

Mechanical ventilator is one of the important aspects and frequently used fortreatment of critical patients in the Intensive Care Unit ICU . The duration for usingmechanical ventilator is important factors caused VAP.This research aimed to find the correlation between duration of mechanicalventilator use and Ventilator Associated Pneumonia VAP case in ICU RSUD TarakanHospital Jakarta 2014 ndash 2017.This was an analitic research with observational study cross sectional design .Sampling method used consecutive sampling by observed medical records of patientswho used mechanical ventilator at least 48 hours and treated at least 3 days in ICURSUD Tarakan Hospital Jakarta January 2014 ndash December 2017, as many as 106sampels. Data was analyzed by chi square, t test independent, and logistic regression.Prevalention of Ventilator Associated Pneumonia VAP was about 17,9 .Duration of mechanical ventilator use and duration of treatment had significantcorrelation to VAP. While age, basic disease, sleep position, surgery and antibiotictreatment insignificant to VAP. Multivariate analysis showed that duration ofmechanical ventilators use variable was the most dominant variable related to VAPOR 5,265 95 CI 1,084 25,548."
Depok: Universitas Indonesia, 2018
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Anggun Emelia
"Peningkatan konsentrasi ozon di udara dapat memberikan dampak kesehatan pada manusia terutama pada fungsi sistem pernafasan manusia. Penelitian ini bertujuan untuk Menganalisis hubungan antara konsentrasi O3 di udara ambien dengan gangguan fungsi paru pada penyapu jalan di Kecamatan Jagakarsa, Jakarta selatan. Penelitian ini menggunakan desain studi cross sectional. Jumlah sampel pada penelitian ini adalah 78 dan jumlah sampel pengukuran fungsi paru adalah 30 orang.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa Responden yang terpajan konsentrasi O3 > 54,34 µg/Nm3 sebanyak 10 orang (66,7%) mengalami gangguan fungsi paru dan responden yang terpajan konsentrasi O3 ≤ 54,34 µg/Nm3 sebanyak 7 orang (46,7%) mengalami gangguan fungsi paru. Hasil uji statistik menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan antara konsentrasi O3 di udara ambien (p=0,705) dengan gangguan fungsi paru.
Ada hubungan faktor lain seperti status merokok (p=0,011) dan kebiasaan olahraga (p=0,049) dengan gangguan fungsi paru. Hubungan antara konsentrasi O3 di udara ambien dang gangguan fungsi paru memiliki nilai OR=1,5 artinya seseorang yang terpajan konsentrasi O3 > 54,35 µg/Nm3 1,5 kali dapat menurunkan fungsi paru dibandingkan dengan konsentrasi O3 ≤ 54,35 µg/Nm3.

Increased ozone concentration in the air can provide a health impact in humans, especially respiratory system function. This research aims to analyze relationship between O3 concentration in the ambient air with impaired pulmonary function in the road sweeper in Jagakarsa, South Jakarta. The study uses a cross-sectional study design. The number of samples in this study was 78 and pulmonary function measurement samples were 30 people.
The results showed that respondents were exposed to concentrations of O3 > 54.34 μg/Nm3 hr as much as 10 people (66.7%) Suffered pulmonary dysfunction and respondents were exposed to concentrations of O3 ≤ 54.34 μg/Nm3 hr as much as 7 people (46.7%) Suffered pulmonary dysfunction. Statistical results showed that there was no relationship between O3 concentration in ambient air (p = 0,705) with impaired pulmonary function.
Any other factor that relationship with smoking status (P = 0,011) and the exercise habit (P = 0,049) with impaired pulmonary function. The relationship between O3 concentration in ambient air OR lung function has a value of OR = 1,5 meaning that someone who is exposed to concentrations O3 > 54.35 μg/Nm3 hr 1.5 times can decrease lung function compared to concentration O3 ≤ 54.35 μg/Nm3 hr.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2020
T55369
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Devina Lenggo Putri
"ABSTRAK
Gangguan fungsi paru merupakan penyakit tidak menular yang diperkirakan menjadi penyebab ketiga kematian di dunia pada Tahun 2030. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis hubungan panjanan partikulat (PM2,5) terhadap gangguan fungsi paru pada ibu rumah tangga di sekitar kawasan pabrik semen Desa Citeuruep, Kabupaten Bogor. Penelitian ini menggunakan desain studi cross sectional. Jumlah sampel pada penelitian ini adalah 100 orang ibu rumah tangga. Hasil penelitian menunjukkan bahwa 57 orang ibu rumah tangga memiliki gangguan fungsi paru, 55% berumur lebih dari 40 tahun, 58% memiliki status gizi tidak normal, 59% memiliki ventilasi rumah tidak memenuhi syarat, 70% anggota keluarga merupakan perokok aktif, 67% menetap dirumah dengan jarak dari pabrik semen memiliki risko akan paparan debu, 100% Kelembaban rumah ibu rumah tangga tidak memenuhi syarat. Ibu rumah tangga yang terpajanan partikulat (PM2,5) tidak memenuhi syarat sebanyak 56,4% mengalami gangguan fungsi paru. Hasil uji statistik menunjukkan bahwa semua varibel yang diteliti pada penelitian ini tidak memiliki hubungan yang signifikan terhadap gangguan fungsi paru pada ibu rumah tangga. Upaya pencegahan yang dapat dilakukan adalah melakukan sosialisasi kepada ibu rumah tangga untuk melakukan pola hidup bersih dan sehat. Selain itu, pihak puskesmas dapat melakukan penyuluhan terkait rumah sehat, pola konsumsi gizi seimbang serta inspeksi snaitasi rumah secara berkala.

ABSTRACT
Lung function disorders is a non-commucibale disease which is estimated to be the third leading cause of death in the world in 2030. This research aims to analyze the relationship of particulate exposure (PM2,5) with lung function disorders in housewife around the cement factory area in Citeureup, Bogor Regency. The study uses a cross-sectional study design. The number of samples in this study were 1000 housewives. The result showed that 57 housewives had lung function disorders, 55% were over 40 years old, 58% had abnormal nutritional status, 59% had inadequate home ventilation, 70% of family members were active smokers, 67% settled at home with a distance from the semen factory has a risk of dust exposure, 100% humidity housewife does not qualify. Housewives who were exposed to particulate matter (PM2,5) did not meet the requirements as many as 56,4% experienced lung function disorders .Statistical result showed that all variables in this research did not have a significant relationship to lung function disorders in housewives. Prevention efforts that can be done is to socialize to housewives to do a clean and healthy lifestyle. In addition, the Puskesmas Citeureup can conduct counseling related to healthy homes, balanced nutrition consumption patterns and periodic home sanitation inspections."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2020
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2   >>