Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 147 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Astrini
Abstrak :
Alat ukur K-ABC adalah alat ukur yang digunakan untuk melihat inteligensi dan prestasi seseorang dimana di dalam alat ukur ini terdapat dua skala yaitu Skala Mental dan Skala Prestasi. Skala Mental terbagi menjadi dua skala yaitu Skala Sekuensial dan Skala Simultan. Dengan diadaptasinya alat ukur K-ABC untuk digunakan di Indonesia maka diharapkan adaptasi alat ukur ini dapat menjadi salah satu alternatif alat ukur yang dapat membantu psikolog maupun pengajar untuk memahami kemarnpuan siswa. Dalam penulisan Tugas Akhir ini akan dianalisis apakah item-item dalam setiap subtes yang terdapat dalam Skala Mental sudah tersusun berdasarkan tingkat kesulitannya dan apakah sudah memiliki validitas yang layak terhadap Kuesioner Penilaian Guru. Metode yang digunakan untuk melihat tingkat kesulitan item adalah metode statistik modern yaitu Item Respons Theory. Sedangkan untuk melihat kelayakan validitas digunakan metode klasik yaitu Criterion-related Validity dengan metode Concurrent Validity. Pengolahan data untuk Item Respons Theory menggunakan program QUEST sedangkan untuk validitas menggunakan program SPSS13. Jumlah sampel keseluruhan yang digunakan untuk melihat tingkat kesulitan item adalah sebanyak 120 siswa, sedangkan jumlah sampel yang dilihat profil kemampuannya adalah sebanyak 30 siswa dengan rentang usia 6 sampai 7 tahun 11 bulan. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa seluruh item dalam subtes-subtes yang ada masih belum tersusun berdasarkan tingkat kesulitannya. Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa adaptasi alat ukur K-ABC Skala Mental untuk usia 6 sampai 7-tahun 11 bulan ini memiliki korelasi yang tidak signifikan terhadap Kuesioner Penilaian Guru. Disarankan agar penelitian ini dilanjutkan dengan memperbanyak jumlah sampel, memperluas wilayah untuk pengambilan sampel, dan mempertimbangkan kembali Kuesioner Penilaian Guru dalam hal item dan instruksi pelaksanaannya.
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2006
T16822
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Trias Nisa
Abstrak :
Alat ukur K-ABC adalah alat ukur yang digunakan untuk melihat inteligensi dan prestasi seseorang di mana di dalam alat ukur ini terdapat dua skala yaitu Skala Mental dan Skala Prestasi. Skala Mental terbagi menjadi dua skala, yaitu Skala Sekuensial dan Skala Simultan. Dengan diadaptasinya alat ukur K-ABC untuk digunakan di Indonesia maka diharapkan adaptasi alat ukur ini dapat menjadi salah satu alternatif alat ukur yang dapat membantu psikolog maupun pengajar untuk memahami kemampuan siswa. Dalam penulisan Tugas Akhir ini akan dianalisis apakah item-item dalam setiap subtes yang terdapat dalam Skala Mental sudah tersusun berdasarkan tingkat kesulitannya dan apakah sudah memiliki validitas yang layak terhadap Kuesioner Penilaian Guru. Metode yang digunakan untuk melihat tingkat kesulitan item adalah metode statistik modern yaitu Item Respons Theory. Sedangkan untuk melihat kelayakan validitas digunakan metode klasik yaitu Criterion-related Validity dengan metode Concurrent Validity. Pengolahan data untuk Item Respons Theory menggunakan program QUEST sedangkan untuk validitas menggunakan program SPSS10. Jumlah sampel keseluruhan yang digunakan untuk melihat tingkat kesulitan item adalah sebanyak 120 siswa, jumlah sampel tersebut juga dilihat berdasarkan profil kemampuannya sebanyak 120 siswa dan sebanyak 30 siswa dengan rentang usia 4 sampai 5 tahun 11 bulan. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa seluruh item dalam subtes-subtes yang ada masih belum tersusun berdasarkan tingkat kesulitannya. Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa uji validitas adaptasi slat ukur K-ABC Skala Mental usia 4 sampai 5 tahun 11 bulan dengan kuesioner penilaian guru untuk subtes jendela ajaib, gerakan tangan, pengulangan angka , analogi matriks, dan ingatan spasial berkorelasi sedang, sementara subtes mengenali wajah, urutan kata dan rangkaian gambar memiliki korelasi rendah dan subtes pendekatan gestalt dan segitga tidak berkorelasi secara signifikan. Disarankan agar penelitian ini dilanjutkan dengan memperbanyak jumlah sampel, memperluas wilayah untuk pengambilan sampel, dan mempertimbangkan kembali Kuesioner Penilaian Guru dalam hal item dan instruksi pelaksanaannya.
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2006
T16825
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Silalahi, Yulita Rosaria
Abstrak :
Alat ukur K-ABC merupakan alat ukur yang digunakan untuk melihat inteligensi dan prestasi seseorang. Alat ukur ini terdiri dari dua skala yaitu Skala Mental dan Skala Prestasi. Skala Mental terbagi menjadi dua skala yaitu Skala Sekuensial dan Skala Simultan. Adaptasi alat ukur K-ABC yang dilakukan dalam Tugas Akhir ini diharapkan agar alat ukur ini dapat digunakan di Indonesia sehingga menjadi salah satu alternatif alat ukur yang membantu psikolog maupun pengajar untuk memahami kemampuan siswa.

Dalam penulisan Tugas Akhir ini akan dianalisis apakah item-item dalam setiap subtes yang terdapat dalam Skala Mental sudah tersusun berdasarkan tingkat kesulitannya dan apakah sudah memiliki validitas yang layak terhadap Kuesioner Penilaian Guru (teacher rating).

Peneliti menggunakan metode statistik modem yaitu Item Respons Theory untuk melihat tingkat kesulitan item. Sedangkan untuk melihat kelayakan validitas digunakan metode klasik yaitu Criterion-related Validity dengan metode Concurrent Validity. Pengolahan data untuk Item Respons Theory menggunakan program QUEST sedangkan untuk validitas menggunakan program SPSS. Jumlah sampel keseluruhan yang digunakan untuk melihat tingkat kesulitan item adalah sebanyak 120 siswa, sedangkan jumlah sampel yang dilihat profil kemampuannya adalah sebanyak 30 siswa dengan rentang usia 10 sampai 12 tahun 6 bulan.

Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa seluruh item dalam subtes-subtes Skala Mental alat ukur K-ABC belum tersusun berdasarkan tingkat kesulitannya. Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa adaptasi alat ukur K-ABC Skala Mental untuk usia 10 sampai 12 tahun 6 bulan ini memiliki korelasi yang tidak signifikan terhadap Kuesioner Penilaian Guru.

Disarankan agar penelitian ini dilanjutkan dengan memperbanyak jumlah sampel, memperluas wilayah untuk pengambilan sampel, dan mempertimbangkan kembali Kuesioner Penilaian Guru dalam hal item dan instruksi pelaksanaannya.
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2006
T16812
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fitria Prabandari
Abstrak :
Alat ukur K-ABC merupakan alat ukur inteligensi yang sudah terbukti reliabel dan valid untuk mengukur inteligensi untuk anak usia 2,6 sampai dengan 12,6 tahun berdasarkan beberapa penelitian di Amerika dan di Indonesia. Alat ukur ini juga tidak dipengaruhi faktor budaya atau culture fair. Alat Ukur K-ABC yang dapat mengukur inteligensi adalah Skal Mental. Skala Mental terbagi menjadi dua skala yaitu Skala Sekuensial dan Skala Simultan. Penelitian adaptasi Alat Ukur K-ABC yang dilakukan ini bertujuan untuk dituj ukan untuk mengetahui apakah item-item dalam setiap subtes yang terdapat dalam Skala Mental sudah tersusun berdasarkan tingkat kesulitannya dan apakah sudah memiliki validitas yang layak terhadap Kuesioner Penilaian Guru. Diharapkan dari hasil penelitian ini diperoleh data-data yang mencukupi untuk melakukan penelitian lanjutan guna memperoleh norma kelompok, sehingga Alat Ukur K-ABC dapat digunakan sebagai altematif alat ukur inteligensi di Indonesia. Metode statistik yang digunakan untuk analisis item adalah metode statistik modern yaitu Item Respons Theory, lalu pengolahan data untuk metode ini menggunakan program QUEST. Sedangkan untuk melihat kelayakan validitas digunakan metode klasik yaitu Criterion-related Validity dengan metode Concurrent Validity dan menggunakan program SPSS13. Berdasarkan hasil pengolahan analisis item menunjukkan bahwa seluruh item dalam subtes-subtes Alat Ukur K-ABC Skala Mental belum tersusun berdasarkan tingkat kesulitannya. Sedangkan hasil dari uji validitas adalah bahwa adaptasi alat ukur K-ABC Skala Mental untuk usia 8 sampai dengan 9 tahun 11 bulan tidak berkorelasi secara signifikan terhadap Kuesioner Penilaian Guru. Hal ini disebabkan antara lain karena item-item yang kurang sesuai dengan kondisi belajar mengajar di kelas siswa usia 8 - 9 tahun 11 bulan, kurang bervariasinya jawaban guru pada kuesioner dan kondisi yang kurang kondusif ketika memberikan kuesioner yaitu saat para guru sedang sibuk mempersiapkan ujian akshir semester. Beberapa saran yang diberikan untuk penelitian lanjutan antara lain, untuk mernperbaiki item-item pada Kuesioner Penilaian Guru agar lebih sesuai dengan situasi kelas siswa usia 8 - 9 tahun 11 bulan, penyesuaian gambar-gambar yang digunakan dengan masa sekarang dan pelaksanaan tes di pagi hari agar respon subyek dapat lebih optimal.
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2004
T18568
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rezki Yuniandari
Abstrak :
Orangtua anak-anak ADHD tentu tidak akan sama dengan orangtua lainnya yang memiliki anak nommal, karena selain harus menerima kenyataan bahwa anaknya mempunyai perbedaan dengan anak-anak nonnal, orangtua ini juga harus menghadapi berbagai permasalahan dalam pengasuhan anaknya. Permasalahan akan bertambah ketika orang tua yaitu ayah dan ibu keduanya bekerja Waktu yang diberikan untuk mengasuh anak akan berkurang padahal anak-anak dengan special needs seperti ADHD membutuhkan perhadan lebih dibanding anak-anak 'normal' lainnya. Salah satu jalan keluarnya adalah dengan meminta bantuan babysitter untuk membantu mengasuh anak, Hal ini akan menjadi mudah jika babysister yang dipekerjakan mampu memberikan kasih sayang, dukungan dan juga perhatian yang tepat pada anak. Namun, berdasarkan wawancara dengan 4 orang ibu yang memiliki anak ADHD, mereka mengeluhkan bahwa sulit mencari babysitter yang bisa bertahan dalam mengasuh anak-anak mereka Babysitter yang pernah mereka pekerjakan selalu mengundurkan diri karena tidak betah dengan tingkah laku anak yang 'sangat aktif’ Mereka melasa bahwa babysitter tidak memiliki pengetahuan tentang anak ADHD sehingga mereka tidak tahu bagaimana menangani anak-anak tersebut. Sehingga diperlukan adanya pelatihan tentang anak ADHD untuk babysttter. Oleh karena itu, dilakukan analisa kebutuhan di klinik tumbuh kembang "SmartKid' di Jalan Tomang Raya, Jakarta Barat. Sebelum melakukan analisa kebutuhan, dilakukan elistasi untuk melihat apakah secara umum orang tua dan babysitter anak ADHD sudaln cukup mengetahui tentang ADHD. Ternyata hasilnya adalah, sudah banyak orang tua yang mengetabui tentang ADHD namun masih banyak babysitter yang belum memiliki pengetahuan mengenai ADHD. Berdasarkan hasil elisitasi tersebut maka analisa kebutuhan di fokuskan kepada keterampilan-keterampilan yang orang tua dan babysitter itu sendiri harapkan bisa dimiliki dalam mengasuh anak ADHD. Analisa kebutuhan dilakukan dengan metode wawancara berstruktur yang dilakukan terhadap 4 orang ibu anak ADHD dan 4 orang babysitter anak ADHD. Wawancara dilakukan sementara mereka menunggu anak yang sedang melakukan terapi di klinik tetsebut Berdasarkan wawancara, didapat hasil bahwa: Orang tua membutuhkan babysitter dalam mengasuh anak mereka yang ADHD dengan alasan capek kalau harus menjaga anak mereka yang hiperaktif Orang lua mengharapkan babysitter dengan usia minimal 15 tahun dan pendidikan SD dengan pengalaman kerja 3-4 tahun. Selain itu, mereka juga mengharapkan babysitter yang sayang anak dan bersikap jujur. Keterampilan yang diharapkan dimillki oleh babysitter adalah pengetahuan mengenai ADHD, mampu menerapkan disiplin dan menyiapkan makanan yang sesuai dengan pantangan anak ADHD. Ketiga hal inilah yang akan menjadi isi/materi dari pelatihan peningkatan keterampilan pendampingan anak ADHD pada babysitter.
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2004
T38505
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hasibuan, Fika Dinita Khairunnisa
Abstrak :
Kebiasaan belajar adalah cara atau teknik yang menetap pada diri siswa pada waktu menerima pelajaran, membaca buku, mengerjakan tugas, dan mengatur waktu untuk menyelesaikan kegiatan belajar (Djaali, 2008). Kebiasaan belajar yang baik memainkan peranan yang penting bagi kesuksesan belajar. Akan tetapi, tidak semua siswa memiliki kebiasaan belajar yang baik, terutama pada siswa sekolah dasar, dimana rasa tanggung jawab dan kemandirian siswa masih tergantung pada efektifitas kontrol lingkungan. Biasanya siswa sekolah dasar hanya belajar jika ada waktu longgar, jika ada PR, atau jika ada pengawasan dari orang tuanya. Oleh karena itu, untuk membantu siswa sekolah dasar agar memiliki kebiasaan belajar yang baik, dibutuhkan suatu program untuk membentuk kebiasaan belajar siswa. Program pembentukan kebiasaan belajar ini dilakukan melalui modifikasi perilaku dengan menggunakan token ekonomi. Pada program ini, siswa diarahkan untuk membentuk kebiasaan belajar melalui pelaksanaan kegiatan belajar seharihari di rumah. Penggunaan token ekonomi bertujuan sebagai motivator eksternal agar siswa termotivasi untuk melakukan kegiatan belajar. Penelitian menggunakan single subject design sehingga hanya melibatkan satu orang subyek. Subjek dalam penelitian ini adalah seorang siswa sekolah dasar bernama W yang berusia 10 tahun. W memiliki prestasi akademik yang jauh dibawah potensi kecerdasannya. Hasil penelitian menunjukkan bahwa modifikasi perilaku dengan menggunakan token ekonomi efektif untuk membentuk kebiasaan belajar pada W. Setelah dilakukan modifikasi perilaku, W dapat belajar secara teratur di rumah setiap malam hari. Agar kebiasaan belajar dapat bertahan, orang tua perlu melakukan pengawasan dan juga menerapkan kebiasaan belajar kepada kedua kakak W.
Study habit is a student`s permanent technique to gain knowledge, read literatures, do assignments, and manage time to accomplish the learning process (Djaali, 2008). A good study habit plays a significant role in the success of learning. However, it is hard to achieve by some students, mainly the students of elementary school, whose responsibility and independence are heavily influenced by the evironment control. They usually study well if only they have spare time, are assigned some tasks, or when their parents are around them. Therefore, there should be a program to shape the students` study habit in order to help them. This study habit program is conducted with method of behavior modification using economic token. The student is guided to shape his daily study habit at home. Economic token is used as the external motivator so that the student is motivated to study by himself. This research uses single subject design that involves a 10 year old elementary school student named W. He has a very low achievement according to his intellectual potential. The result reveals that the behavior modification with economic token is effective to shape W`s study habit. After this modification, W has a regular learning at home every night. In order to maintain this behavior, the parents need to control and apply it to his two brothers.
2013
T35779
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Miwa Patnani
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2005
T38309
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Anggi Wismumita
Abstrak :
Program ditujukan untuk membuktikan apakah program Direct Instruction dengan dukungan gerakan senam otak dapat meningkatkan kemampuan diskriminasi visual pada anak penyandang disabilitas intelektual sedang. Peningkatan kemampuan diskriminasi visual mencakup: 1) mencari persamaan, 2) mencari perbedaan, 3) mengetahui arah / posisi dari suatu benda, 4) mencari bentuk geometri berdasarkan ukuran, 5) menyusun kata yang memiliki unsur huruf b, d dan p. Program intervensi dilakukan selama 10 hari dengan menggunakan program Direct Instruction, mencakup tahap pendahuluan (introduction), tahap pengajaran, tahap latihan (terstruktur dan mandiri), dan tahap evaluasi. Program ini menekankan adanya tahapan yang diberikan secara hati-hati, pengulangan, dan latihan hingga subyek menguasai kemampuannya dengan baik (mastery). Sementara, komponen utama yang harus tersedia di setiap tahapan yaitu peranan pengajar, analisis tugas, modelling, scaffolding, prompt, umpan balik, dan penguat. Alat bantu yang digunakan khusus bagi subyek yaitu peralatan tiga dimensi dan sandpaper letter, agar memudahkan proses pengajaran bagi subyek yang memiliki brain injury. Mengingat kondisi subyek yang mengalami brain injury, maka program mengikutsertakan pula gerakan senam otak di awal sesi. Tujuannya adalah untuk membangun kerja seluruh otak subyek agar subyek lebih siap dalam menerima pelajaran, memiliki kesadaran mental dan mampu memfokuskan diri selama belajar. Kegiatan senam otak dilakukan selama 15 menit, mencakup empat gerakan dasar dan empat gerakan tambahan. Hasil menunjukkan bahwa terjadi peningkatan kemampuan diskriminasi visual subyek. Setelah program berlangsung, subyek mampu meningkatkan dan mempertahankan kemampuan diskriminasi visualnya, bahkan melampaui kriteria keberhasilan yang harus dicapai, yaitu minimal 80% dari tugas yang diberikan. ......The program aimed to see whether the Direct Instruction program with a combination of Brain Gym can enhance visual discrimination skills in moderate intellectual disability children. Improved visual discrimination skills include: 1) find the equation, 2) look for differences, 3) know the direction/position of an object, 4) look for geometric shapes by size, 5) make the word that has elements b, d and p. Intervention program for 10 days using Direct Instruction programs, including the introduction stage, the teaching stage, the stage of practice (guidance and independent), and the evaluation stage. The program emphasizes the repetition of subject matter and exercise to increase the ability to mastery level. Meanwhile, the major components that must be available at each stage are the role of teacher, task analysis, modelling, scaffolding, prompts, feedback, and reinforcement. Material that is used specifically for equipment is the subject of a threedimensional and sandpaper letter, the purpose is to facilitate the teaching of subjects with brain injury. Given the condition of subjects with brain injury, the researches also supported with the Brain Gym. Brain Gym activities conducted at the beginning of each session for 15 minutes. The goal is to build a working whole brain subjects, so subjects can accept the lesson, have the mental awareness and are able to focus while studying. Brain gym activities undertaken include the four basic movements, and four additional movements. The results showed that an increase in visual discrimination skill of the subject. After the program, subject is able to increase and maintain the ability of visual discrimination, even beyond the success criteria that must be achieved, at least 80% of a given task.
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2012
T31415
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>