Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 99 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Sovie Az Zahra
"Tanaman Beligo (Benincasa hispida) telah diketahui dapat menghambat aktivitas enzim α-glukosidase sehingga dapat digunakan sebagai alternatif obat Diabetes Mellitus (DM). Hasil pengujian daya inhibisi ekstrak biji beligo pada berbagai fraksi yang diperoleh yaitu fraksi etanol, air, dan etil asetat menujukkan efek inhibisi yang meningkat seiring bertambahnya konsentrasi (6,25 ppm, 12,5 ppm, 25 ppm, dan 50 ppm). Fraksi yang memiliki daya inhibisi tertinggi adalah fraksi air 50 ppm dengan daya hambat 44,52%. Fraksi etil asetat dan fraksi etanol 50 ppm masing-masing memiliki daya hambat 41,06% dan 36,25%. Berbeda dengan miglitol yang merupakan obat DM yang memiliki daya hambat jauh lebih besar dari semua fraksi, yang pada konsentrasi 50 ppm memiliki daya hambat 68,04% dan IC50 sebesar 7,31 ppm. Parameter kinetik enzim memiliki nilai Km tanpa inhibitor dan dengan migitol sebesar 0,2435 mM dan 14,4467 mM, serta nilai Vmaks tanpa inhibitor dan dengan miglitol sebesar 1,3605 dan 1,4599, sehingga memiliki jenis penghambatan reversibel kompetitif.
Beligo (Benincasa hispida) has been shown to inhibit the activity of α-glucosidase enzyme that can be used as an alternative medicine of Diabetes Mellitus (DM). The test result from inhibition beligo seed extract on various fractions obtained by the fraction of ethanol, water, and ethyl acetate showed inhibitory effect increased with increasing concentration (6,25 ppm, 12,5 ppm, 25 ppm, and 50 ppm). Fractions that have the highest inhibition is the fraction of water at 50 ppm with inhibition of 44,52%. Fraction of ethyl acetate and ethanol fraction 50 ppm each have inhibitory 41.06% and 36.25%. In contrast with miglitol which is a drug that DM has a much greater inhibition of all the fractions, which at a concentration of 50 ppm has a 68.04% inhibition and IC50 at 7.31 ppm. Enzyme kinetic parameters Km value without inhibitor and with migitol of 0.2435 and 14.4467 mM mM and Vmax values without and with inhibitor miglitol at 1.3605 and 1.4599, so it has a kind of competitive reversible inhibition."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2014
S58007
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Kristian Hartono
"Asam fumarat memiliki banyak kegunaan antara lain sebagai anti oksidan, penambah rasa makanan, obat penyakit kulit clan zat anti koagulasi darah. Telah diusahakan suatu cara produksi yang cukup menguntungkan, yaitu dengan cara fermentasi dengan bantuan mikroorganisme.
Rhizo pus arrhizus telah diketahui dapat memproduksi asam fumarat datam jumlah besar. Penelitian mi berusaha mengembangkan suatu cara untuk mengubah permeabilitas membran sel agar asam fumarat lebih banyak diproduksi. Tehnik yang dilakukan adalah dengan penambahan minyak nabati ke dalam media fermentasi.
Minyak kelapa, minyak kacang kedelai clan minyak jagung dengan konsentrasi berbeda ditambahkan ke dalam media fermentasi yang berisi sel. Rhizopus arrhizus. Asam fumarat dipanen setelah fermentasi selama 36 jam dengan memisahkan media fermentasi dari sel. Asam fumarat kemudian diisolasi dengan mempergunakan kromatografi kolom penukar ion. Untuk mengetahui perbandingan kuantitas produk asam fumarat dengan kuantitas glukosa yang dikonsumsi dilakukan uji gula pereduksi dengan metoda Somogyi-Nelson.
Peningkatan produksi asam fumarat paling tinggi diperoleh pada penambahan minyak kacang kedelai dengan konsentrasi 0,6 g/L yaitu 33,8%, lalu dilkuti oleh penambahan minyak jagung dengan konsentrasi 0,7 g/L yaitu 27,7% clan penambahan minyak kelapa dengan konsentrasi 0,6 g/L dengan peningkatan 21,6%. Uji gula pereduksi dengan metode Somogyi-Nelson menunjukkan bahwa penambahan minyak nabati juga meningkatkan perbandingan kuantitas produk asam fumarat dengan kuatitas glukosa yang dikonsumsi, berturut-turut untuk minyak kacang kedelai, minyak jagung clan minyak kelapa: 31%, 8% clan 1%.
Uji KLT memberikan asam fumarat dengan Rf 0,625 clan diketahui bahwa sampel belum murni terlihat dari 2 spot lain yang muncul pada KILT dan daerah lelehan yang agak melebar (270°-300 0 C). S pektrofoto meter IR memperlihatkan daerah serapan pada 3000-1 untuk gugus karboksilat dan 1675 untuk gugus trans-al kena."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 1998
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Masripah
2007
TA1439
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Vidyarifo Dellyagita Romeda
"ABSTRAK
Mikroorganisme memiliki sifat yang beragam mulai dari yang
menguntungkan hingga yang merugikan (patogen). Sifat yang merugikan
dari mikroorganisme itu antara lain dapat merusak bahan pangan dan
berbahaya jika dikonsumsi. Atas dasar tersebut sebelum dipasarkan,
biasanya pihak eksportir ataupun importer kayu manis mengujikan
produknya ke Departemen Perdagangan Direktorat Pengawasan dan
Pengendalaian Mutu Barang untuk perlindungan konsumen. Pengujian
kayu manis ini dilakukan di Laboratorium Mikrobiologi Departemen
Perdagangan Dit. PPMB dengan parameter-parameter sebagai berikut:
pengujian Enterobacteriaceae, pengujian E.coli serta pengujian yeast dan
mold. Dari pengujian yang menggunakan media VRBGA (Violet Red Bile Glucose Agar) , diperoleh jumlah sel Enterobacteriaceae dalam contoh
kayu manis tersebut masih di bawah standar baku maksimum
berdasarkan Keputusan Dirjen. POM no 03726/D/SK/VII/89 yaitu sebesar
1.103 (kol/gram). Uji presumetive terhadap E.coli pada media LST (Lauryl
Sulfate Tryptose) diperoleh jumlah sel kurang dari 3 MPN/gram, yang
berarti lebih kecil dari standar baku mutu maksimumnya yaitu
1.103(MPN/gram). Hasil pengujian terhadap yeast dari tiga contoh kayu
manis menunjukkan jumlah koloni kurang dari 10 (kol/gram) sedangkan uji
terhadap mold dari ketiga sampel tersebut (567,568 dan 569) diperoleh
berturut-turut 4,7.102; 1.103;dan 1.103 (kol/gram). Hasil pengujian
terhadap mold menunjukkan ketiga contoh kayu manis tersebut tidak
layak untuk dipasarkan karena memiliki kandungan mold di atas batas
maksimum yang ditetapkan dengan Keputusan Dirjen. POM no
03726/D/SK/VII/89 (1.104 kol/gram)"
2006
TA1502
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Christina Natalia Wijaya
"Microbial Fuel Cell (MFC) merupakan seperangkat alat yang menggunakan mikroorganisme sebagai biokatalis untuk mengoksidasi senyawa organik dalam metabolismenya. Metabolisme sel mikroorganisme melibatkan proses transfer elektron yang dapat digunakan untuk memproduksi tegangan dan arus listrik. Arus listrik dapat dihasilkan bila terdapat senyawa mediator dalam kompartemen anoda yang akan melakukan penetrasi ke dalam membran plasma sel, kemudian mengambil elektron dari rantai transfer elektron mikroorganisme tersebut serta membawanya menuju ke permukaan elektroda. Pada penelitian ini digunakan kultur mikroorganisme campuran dari air limbah rumah potong hewan (RPH) Rangkapan Jaya Depok dengan substrat senyawa organik dalam air limbah RPH tersebut. Dilakukan pengukuran arus dan tegangan yang dihasilkan dalam sistem MFC dua kompartemen tanpa dan dengan penambahan mediator dari luar yang dipisahkan oleh suatu Proton Exchange Membrane (PEM) Nafion menggunakan elektroda arang kayu besi. Tanpa penambahan mediator didapat densitas arus listrik maksimum 0,262 µA.cm-2 dan densitas tegangan maksimum 16,303 mV.cm-2. Penggunaan mediator methylene blue (MB) yang diimobilisasi pada elektroda menghasilkan densitas arus listrik maksimum 0,329 µA.cm-2 dan densitas tegangan maksimum 33,526 mV.cm- 2. Penggunaan mediator ferrocene dicarboxylic acid (FcDA) dalam bentuk larutan menghasilkan densitas arus maksimum 2,211 µA.cm-2 dan densitas tegangan maksimum 33,75 mV.cm-2. Feeding glukosa pada menit ke-15 dan 45, tidak meningkatkan tegangan dan arus listrik yang dihasilkan."
Depok: Universitas Indonesia, 2008
S30489
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Awalia Hafsyah
"ABSTRAK
Kapang Monascus purpureus telah lama dikenal masyarakat Cina sebagai
kapang penghasil zat warna (pigmen). Pigmen yang merupakan metabolit sekunder
darl kapang tersebut dimanfaatkan sebagai pewarna makanan, pewama kosmetika,
clan zat antiseptik. Wama pigmen yang dihasilkan kapang Monascus purpureus
bervariasi bergantung pada kondisi lingkungan clan komposisi medium
pertumbuhannya. Vanasi warna tersebut membenkan banyak pilihan kepada manusia
dalam menggunakan pewarna alami yang aman, mengingat akhir-akhir mi
penggunaan pewarna sintetis terutama pewarna makanan banyak diragukan bagi
kesehatan.
Dalam penelitian mi dilakukan variasi sumber karbon thiam medium
pertumbuhan kapang Monascus purpureus. Tujuannya adalah untuk membandingkan
penggunaan beberapa jenis tepung sebagai sumber karbon dalam media
pengembangbiakan kapang Monascus purpureus.
Tepung-tepung yang digunakan sebagai sumber karbon adalah kanji, sagu
aren, terigu, dan onggok (limbah padat industri tapioka). Pengamatan dilakukan
terhadap pigmen yang diambil darli cairan medium fermentasi. Absorbansi pigmen
diamati dengan menggunakan spektrofotometer path kisaran panjang gelombang 300-700.
Dan percobaan diperoleh waktu inkubasi terbaik bagi Monascus purpureus
untuk inenghasilkan pigmen dengan intensitas serapan tertinggi thiam berbagai
sumber karbon. Dalam medium onggok waktu inkubasi terbaiknya adalah 96 jam,
dalam medium kanji dan sagu aren adalah 120 jam, dan dalam medium terigu adalah
168 jam. Perbedaan warna pigmen dipengaruhi oleh konsentrasi sumber nitrogen
dalam medium. Selain itu konsentrasi sumber nitrogen juga mempengaruhi intensitas
serapan pigmen. Dengan menggunakan sumber nitrogen KNO 3 diperoleh konsentrasi
KNO3 terbaik pada 0,6% (wlv). Konsentrasi sumber karbon juga mempengaruhi
intensitas serapan pigmen. Dengan menggunakan sumber karbon onggok diperoleh
konsentrasi sumber karbon terbaik path 5% (w/v).
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 1999
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhamat Syahroni
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2000
S29682
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Lelly Ardiyani
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2003
S29771
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Warieh HR
"ABSTRAK Microbial fuel cell (MFC) sistem dua kompartemen menggunakan kultur E. coli UICC B-15 telah berhasil dikonstruksi. Kompartemen anoda yang merupakan tempat terjadinya metabolisme bakteri dipasangkan dengan kompartemen katoda yang berisi larutan Fe3+. Pada penelitian ini digunakan methylen blue sebagai mediator transpor elektron pada larutan di kompartemen anoda. Pengukuran produksi arus listrik dilakukan terhadap MFC yang menggunakan kultur bakteri yang dipanen pada fase stasioner dan pada fase eksponensial dalam kondisi aerob dan anaerob. Berdasarkan hasil pengamatan, diketahui bahwa MFC menggunakan kultur bakteri yang dipanen pada fase stasioner berhasil memproduksi arus listrik dan potensial sel yang dibandingkan terhadap kontrol. Arus yang pertama kali diukur sebesar 27,4 ??A dengan potensial 270 mV, yang secara teoritis setara dengan berat ekivalen protein sel sebesar 3.4 x10-5 g. Perubahan kondisi pada kompartemen anoda dari aerob ke anaerob (dalam atmosfer nitrogen) meningkatkan produksi listriknya. Sedangkan, pada kondisi anaerob pada kompartemen anoda dan kondisi aerob (aerasi) pada kompartemen katoda menyebabkan penurunan produksi listrik menjadi relatif lebih lama. Keyword : dua kompartemen, elektrokimia, methylen blue, microbial fuel cell, sel bahan bakar ix + 59 hlm, tabel, gambar, lampiran Bibliografi : 32 (1959 ?V 2005)"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2005
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fitra Suhanda
"Microbial Fuel Cel/ (IVIFC) adalan seperangkat alat yang mampu menguban energi kimia yang berasal dari metabolisme suatu mikroorganisme, menjadi energi Iistrik. |V|etabo|isme suatu mikroorganisme melibatkan transpor elektron di dalamnya, seningga dapat di manfaatkan untuk mengnasiikan listrik. Proses transpor elektron dari membran sei ke permukaan anoda dapat dibantu dengan penambanan mediator. Penelitian ini bertujuan memanfaatkan Kultur Pseudomonas aeruginosa untuk memproduksi Iistrik dalam IVIFC, tanpa penambanan mediator dari luar sistem. Pseudomonas aeruginosa adalan bakteri yang dapat mengnasilkan pigmen-pigmen berwarna knas. Salan satunya adalan pyocyanin, suatu pigmen biru nijau yang diperkirakan bersifat elektroaktif.
Pyocyanin dapat dinasilkan olen P. aeruginosa pada media pertumbunan ekstrak tauge. Hasil uji voltametri siklik ternadap ekstrak pyocyanin menunjukkan banwa senyawa tersebut bersifat elektroaktif, dengan potensial oksidasi pada 0,21825 V dan potensial reduksi pada 0,147 V. Pengukuran Iistrik IVIFC dilakukan dengan menggunakan Kultur P. aeruginosa pada media ekstrak tauge dengan pyocyanin sebagai auto-mediator. Arus yang diperolen rata-rata sebesar 23 uA, serta voltase rata-rata sebesar 260 mV. Produksi Iistrik IVIFC dengan memvariasikan konsentrasi substrat glukosa sebesar 0,5 g/L; 1 g/L; 2,5 g/L; 3 glL dan 4 glL menunjukkan bahwa pengukuran berlangsung optimal penambahan glukosa sebesar 3 g/L"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2007
S30439
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>