Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 44 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Dwita Pratiwi
"Background: Tooth discoloration or stain is pigmented deposits on tooth surface which cause an esthetic problem. Smoking cigarette and oral hygiene habit has effects on tooth discoloration.
Aim: To determine the relation between smoking and oral hygiene habit with tooth discoloration.
Method: The information was taken from interview about smoking history, type of cigarette, quantity and duration of smoking, frequency and technique of tooth brushing, and also clinical examination by Shaw and Murray of tooth discoloration index of 72 subjects at Faculty of Dentistry, University of Indonesia.
Results: The results showed that there were 32 smokers, and 40 non smokers. Statistical test showed that there was a relation between smoking cigarette and tooth discoloration (p<0.05), however there was no relation between the type of cigarette, quantity and duration of smoking, frequency and technique of tooth brushing with tooth discoloration (p>0.05).
Conclusion: A relation between smoking cigarette and tooth discoloration was evident among the subjects, however there was no relation between the type of cigarette, quantity and duration of smoking, frequency and technique of tooth brushing with tooth discoloration.

Latar belakang : Diskolorasi gigi atau stain adalah deposit berpigmen pada permukaan gigi yang merupakan masalah estetik bagi sebagian orang. Diskolorasi gigi dipengaruhi oleh banyak faktor antara lain merokok dan penjagaan kebersihan mulut yang kurang baik.
Tujuan : Untuk mengetahui hubungan antara diskolorasi gigi dengan kebiasaan merokok dan menyikat gigi.
Metode : Dilakukan wawancara mengenai riwayat merokok, jenis rokok, banyaknya rokok per hari, lamanya merokok, frekuensi menyikat gigi, dan teknik menyikat gigi serta pemeriksaan klinis dengan menggunakan indeks stain menurut Shaw dan Murray pada 72 orang subyek di sekitar Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia.
Hasil : Didapatkan 32 perokok dan 40 bukan perokok. Hasil uji statistik menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara riwayat merokok dengan diskolorasi gigi (p<0,05), dan tidak terdapat hubungan antara jenis rokok, banyaknya rokok per hari, lama merokok, frekuensi menyikat gigi, dan teknik menyikat gigi dengan diskolorasi gigi.
Kesimpulan : Terdapat hubungan antara riwayat merokok dengan diskolorasi gigi (p<0,05). Tidak terdapat hubungan antara jenis rokok, banyak rokok per hari, lama merokok, dan kebiasaan menyikat gigi dengan diskolorasi gigi (p>0,05) pada masyarakat sekitar Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2007
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nina Miranti
"Background: Gingival inflammation is a response of the gingival to bacterial plaque and clinically characterized by red, swollen, tender gums that bleed easily. The accumulation of bacterial plaque was due to bad oral hygiene and predisposed by smoking habit.
Aim: To determine the relation between smoking and oral habit with gingival inflammation.
Method: The information was taken from interview about smoking history, type of cigarette, quantity and duration of smoking, frequency and technique of tooth brushing, and also clinical examination of gingival status by Loe and Silness gingival index of 72 subjects at Faculty of Dentistry, University of Indonesia.
Results: The result showed that there were 32 smokers and 40 non smokers. Statistical test showed that no relation between smoking history, type of cigarette, quantity of smoking, duration of smoking, and frequency of tooth brushing with gingival inflammation (p>0,05), however there was a relation between the tooth brushing technique and gingival inflammation (p<0,05).
Conclusion: A relation between tooth brushing techniques with gingival inflammation was evident among the subject however there was no relation between smoking habit and tooth brushing frequency with gingival inflammation.

Latar Belakang: Keradangan gingiva adalah inflamasi pada gingiva dengan gambaran klinis berupa perubahan warna jaringan, perubahan bentuk jaringan dan perdarahan. Penyebab langsung keradangan gingiva adalah plak yang terbentuk karena kebersihan mulut yang buruk dan dapat diperberat oleh merokok.
Tujuan: Untuk mengetahui hubungan kebiasaan merokok dan menyikat gigi dengan keradangan gingiva.
Metode: Dilakukan wawancara mengenai riwayat merokok, jenis rokok, banyaknya rokok per hari, lama merokok, teknik menyikat gigi, serta frekuensi menyikat gigi. Pemeriksaan klinis keradangan gingiva menggunakan indeks gingiva menurut Loe dan Silness pada 72 masyarakat di sekitar fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia.
Hasil: Didapatkan 32 perokok dan 40 bukan perokok. Hasil uji statistik menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan antara riwayat merokok, jenis rokok, banyaknya rokok yang dihisap, lamanya merokok, dan serta frekuensi menyikat gigi dengan keradangan gingiva (p>0,05) namun teknik menyikat gigi berhubungan dengan keradangan gingiva (p<0,05).
Kesimpulan: Teknik menyikat gigi berhubungan dengan keradangan gingiva namun kebiasaan merokok dan frekuensi menyikat gigi tidak berhubungan dengan keradangan gingiva pada masyarakat di sekitar Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2007
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Valentina Medina K.
"Background: dental plaque is defined as the deposits that form the biofilm adhering to the tooth surface or other hard surfaces in oral cavity. The dental plaque accumulations caused by many factors such as bacteria attached on biofilm, oral hygiene, and smoking habit. Dental plaque cannot be removed only with gargling.
Aim: knowing the relations between smoking and tooth brushing habit with dental plaque accumulations status.
Methods: the information was taken from 72 subjects by interview and clinical examinations. The interview is about smoking history, type of cigarette, quantity of smoking per day, duration of smoking, frequency of tooth brushing, and tooth brushing techniques. Clinical examination is to scoring dental plaque status using Silness & Löe dental plaque index and Ramfjord teeth.
Results: statistical test shows there are no relations (p>0,05) between smoking history, type of cigarette, quantity of smoking per day, duration of smoking, frequency of tooth brushing, and tooth brushing techniques with dental plaque accumulations status.
Conclusion: on this study, there is no relation between smoking and tooth brushing habits, with dental plaque accumulations status.

Latar Belakang: Plak gigi adalah deposit lunak yang menempel pada biofilm, melekat erat pada permukaan gigi dan permukaan keras lainnya dalam rongga mulut. Tingkat akumulasi plak gigi disebabkan oleh beberapa faktor, antara lain kebersihan mulut, bakteri, dan kebiasaan merokok. Plak gigi tidak dapat dihilangkan hanya dengan berkumur keras.
Tujuan: Untuk mengetahui hubungan kebiasaan merokok dan menyikat gigi terhadap tingkat akumulasi plak gigi.
Metode: Data didapat melalui wawancara dan pemeriksaan klinis terhadap 72 orang subyek (laki-laki 53 orang dan perempuan 19 orang) di sekitar RSGMP FKG UI. Pemeriksaan klinis dengan melakukan pencatatan indeks plak gigi (Silness & Löe) pada enam gigi indeks (16, 21, 24, 36, 41, 44) menurut Ramfjord. Data dikelompokkan berdasarkan riwayat merokok, jenis rokok, banyak rokok, lama merokok, frekuensi menyikat gigi dan teknik menyikat gigi.
Hasil: Uji statistik menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan bermakna (p>0,05) antara riwayat merokok, jenis rokok, banyak rokok, dan lama merokok, serta frekuensi dan teknik menyikat gigi dengan tingkat akumulasi plak gigi.
Kesimpulan: Hasil penelitian ini menyimpulkan bahwa tidak terdapat hubungan antara kebiasaan merokok dan kebiasaan menyikat gigi dengan tingkat akumulasi plak gigi."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2007
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Chiquita Priyambodo
"ABSTRAK
Penelitian ini dilakukan untuk membuktikan peran kontak prematur dan bloking terhadap bentuk kerusakan tulang alveolar secara klinis. Pengamatan dilakukan pada 92 elemen gigi posterior bawah. Pengamatan secara radiografis dilakukan dengan melihat bentuk kerusakan tulang alveolar, berbentuk vertikal atau horisontal. Sampel diambil dari gigi yang mengalami kontak prematur dan atau bloking dengan kehilangan perlekatan > 5 mm. Penelitian ini diuji dengan uji statistik secara cross sectional dengan Chi kuadrat dengan. koreksi Yates pada p = 0,05. Hasil Penelitian ini memperlihatkan bahwa kontak prematur mesial berbeda bermakna pada sisi distal ( X > 3,84 ), kontak prematur distal berbeda bermakna pada sisi mesial dan distal ( X > 3,84 ), bloking bukal berbeda bermakna pada sisi-distal ( X > 3,84 ), bloking lingual tidak berbeda bermakna pada sisi mesial dan distal ( X < 3,84 ), kontak prematur + bloking berbeda bermakna di sisi mesial dan distal ( X > 3,84 ). Penelitian ini memperlihatkan bahwa kerusakan tulang yang terjadi lebih banyak berbentuk vertikal. Gigi dengan kelainan periodontal memiliki nilai plak > 1.
"
1995
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sri Oktawati Sarwansa
"ABSTRAK
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui besar perbedaan antara hasil pengukuran--pengukuran kehilangan perlekatan jaringan periodonsium. Pengukuran-pengukuran tersebut adalah kehilangan perlekatan klinis tanpa anestesi, dengan anestesi, saat operasi dan secara radiografis. Pengukuran dilakukan pada 80 sampel area proksimal gigi posterior bawah. Pengukuran klinis dilakukan memakai prob Williams dengan tekanan yang ringan sedangkan gambaran radiografis dilakukan dengan teknik "bisecting angle.
Hasil pengukuran kehilangan perlekatan klinis ternyata lebih kecil secara bermakna daripada pengukuran saat operasi, rerata perbedaannya sebesar 0,85 mm. Gambaran radiografis juga memperlihatkan hasil yang lebih kecil secara bermakna daripada pengukuran saat operasi, rerata perbedaannya sebesar 0,588 mm.
"
1995
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rivanti Irmadela Devina
"Tujuan penelitian eksperimental klinis ini menganalisis efek obat kumur temulawak terhadap gingivitis secara klinis.Enam puluh penderita gingivitis dibagi menjadi dua kelompok : berkumur dengan temulawak dan plasebo. Indeks plak (PlI) dan Papilla Bleeding Index (PBI) diukur sebelum dan setelah berkumur, dua kali sehari selama empat hari. Nilai PlI dan PBI pada kedua kelompok setelah berkumur lebih rendah daripada saat sebelum berkumur, secara statistik bermakna (uji T berpasangan; p<0,05). Nilai PlI dan PBI pada kelompok temulawak memiliki perbedaan yang bermakna dengan kelompok plasebo (uji T tidak berpasangan; p<0,05). Berkumur dengan obat kumur yang mengandung temulawak (Curcuma xanthorrhiza) dapat menurunkan gingivitis.

The aim of this clinical experimental study is to analyze the effect of extract temulawak towards gingivitis clinically. Sixty patients gingivitis divided into two groups: rinsed using temulawak and placebo. Plaque index (PlI) and Papilla Bleeding Index (PBI) were measured before and after rinsing, twice a day for four days. The PlI and PBI score after rinsing in both groups were lower than before rinsing(paired T test; p<0,05). The follow up PlI and PBI score of control group were different significantly with the experiment group (independent T test; p<0,05). Rinsing with temulawak (Curcuma xanthorrhiza) mouthwash can reduce gingivitis."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2012
S45462
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Raymond Utomo Salim
"Latar Belakang: Eliminasi Porphyromonas gingivalis (Pg) dan Treponema denticola (Td), dengan skeling dan penghalusan akar (SPA) meningkatkan densitas tulang alveolar. Tujuan: Analisis densitas tulang alveolar serta jumlah bakteri Pg dan Td sebelum dan sesudah SPA pada kasus periodontitis kronis.
Metode: Empat puluh subjek menyetujui informed consent, dilakukan pemeriksaan klinis, radiografis densitas tulang alveolar, penghitungan jumlah Pg dan Td dengan RT-PCR.
Hasil: Perbedaan bermakna jumlah bakteri Pg, Td, serta densitas tulang antara sebelum dan sesudah SPA (p<0,05); Hubungan bermakna antara jumlah bakteri Pg dan Td dengan densitas radiografis (p<0,05).
Kesimpulan: SPA menurunkan jumlah bakteri Pg, Td, dan meningkatkan
densitas radiografis tulang alveolar.

Background: Elimination of Porphyromonas gingivalis (Pg) and Treponema denticola (Td) with scaling and root planing (SRP) can increase the radiographic alveolar bone density.
Objective: To analyze radiographic bone density, amount of Pg and Td before and after SRP.
Methods: Fourty subjects fill the informed consent, clinical examination, radiographic examination for bone density, count of Pg and Td using RT-PCR.
Result: Significant differences between radiographic bone density, amount of Pg and Td before and after SRP. Significant association between amount of Pg and Td and bone radiographic density.
Conclusion: Scaling and root planing decrease the amount of Pg and Td and increase radiographic bone density.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2013
SP-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Nadhia Anindhita Harsas
"Latar Belakang: Stres dapat diimplikasikan sebagai faktor risiko terhadap penyakit periodontal, yang dapat dilihat melalui kadar Interleukin-1β (IL-1 β).
Tujuan: Menganalisa hubungan stres akademik terhadap status penyakit periodontal berdasarkan kadar IL-1β pada mahasiswa FKG UI program profesi.
Material dan metode:Pemeriksaan Dental Environtmental Stress (DES), indeks periodontal (indeks modifikasi Russel), dan kadar IL-1β dengan ELISA assay terhadap 38 subjek.
Hasil: Perbedaan bermakna pada hubungan antara status penyakit periodontal dengan kadar IL-1βmahasiswa profesi dokter gigiFKG UI.
Kesimpulan: Terdapat hubungan antara status penyakit periodontal dengan kadar IL-1β, namun hubungannya dengan stres akademik belum dapat dibuktikan.

Introduction: Stress condition was implicated as one of risk factor to periodontal disease, that can be assesed by Interleukin-1β (IL-1β) level.
Objectives: To analyzethe relationship between academical stress to periodontal status and IL-1β.
Material and methods: 38 subjects were measuredfor perceived stress using The Dental Environment Stress (DES); periodontal condition using modified Russel periodontal index, and level of IL-1β in GCFusing ELISA assay.
Results: A significant differences was only showed in the relationship between IL-1βto periodontal status.
Conclusion: There is a relationship between IL-1β level to periodontal status, but not to academic stress.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2014
SP-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Yany Widyastuti
"Latar Belakang: Hormon kortisol dalam cairan krevikular gingiva belum banyak diteliti.
Tujuan: Menganalisis hubungan stres akademik terhadap status penyakit periodontal melalui kadar kortisol pada mahasiswa program spesialis FKG UI.
Material dan metode: Pemeriksaan Graduate Dental Environtmental Stress (GDES), indeks periodontal (indeks periodontal modifikasi Russel), dan kadar kortisol dengan ELISA assay terhadap 38 subjek.
Hasil: Tidak terdapat hubungan antara stres akademik dengan kadar kortisol (p=0,431), stres akademik dengan status penyakit periodontal (p=0,727), dan kadar kortisol dengan status penyakit periodontal mahasiswa spesialis FKG UI (p=0,347).
Kesimpulan: Tidak ada hubungan antara stres akademik dengan status penyakit periodontal melalui kadar kortisol.

Background: Relationship between stress and periodontitis with cortisol hormone in crevicular gingival fluid have not been studied.
Objective: Analyzed relationship between academical stress spesialist students to periodontal status in relation to level of cortisol hormone in gingival crevicular fluid.
Material and Methods: 38 subjects examined stress by Graduate Dental Environment Stress; periodontal condition by modified Russel periodontal index, levels of hormone cortisol by ELISA.
Result: Relationship between stress and periodontitis (p=0,727), stress and cortisol hormone (p=0,431), cortisol hormone and periodontitis (p=0,347) were not significant.
Conclution: No relationship between stress, periodontitis, and level of cortisol hormone.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2014
SP-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Wita Anggraini
"Latar Belakang: Objektifitas rasio akar-mahkota gigi klinis dan konvergensi akar gigi.
Tujuan: Menentukan rasio akar-mahkota gigi klinis dan tipe konvergensi akar gigi molar pertama yang menyebabkan trauma oklusi.
Material dan Metode: Metode Lind (1972) dan metode baru untuk menentukan konvergensi akar gigi.
Hasil: Rasio >1,51= baik; 1-≤1,50= cukup baik; 0,51-0,99= buruk; ≤0,50=sangat buruk. Ada hubungan antara gabungan rasio akar-mahkota gigi klinis dan konvergensi akar gigi dengan kegoyangan gigi (rs:0,302), lamina dura, (rs: 0,211), resesi gingiva bukal (rs: 0,245), kehilangan perlekatan (rs: 0,233).
Kesimpulan: Ada hubungan antara rasio akar mahkota gigi yang tidak seimbang disertai konvergensi akar gigi dengan trauma oklusi.

Background: An objective assessment of clinical root-crown ratio and root convergence.
Objective: To determine the clinical root-crown ratio and root convergence type of first molar which cause trauma from occlusion.
Materials and Methods: Method of Lind (1972) and a new method to determine the root convergence.
Results: The ratio >1.51=good; 1-≤1.50= pretty good; 0.51-0.99= poor; ≤ 0.50= very bad. There is a relationship between the combined of clinical root-crown ratio and root convergence with tooth mobility (rs: 0.302), lamina dura, (rs: 0.211), buccal gingival recession (rs: 0.245), loss of attachment (rs: 0.233).
Conclusion: There is a relationship between the combine of clinical root-crown ratio and root convergence with trauma from occlusion.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2014
SP-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5   >>