Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 50 dokumen yang sesuai dengan query
cover
La Ode Muhammad Alwi Armas
"Proses investigasi yang dilakukan oleh pihak berwenang terhadap kasus kecelakaan lalu lintas bertujuan untuk mengumpulkan informasi terkait kejadian. Memori terkait kecelakaan merupakan komponen penting yang diakses saat proses investigasi. Namun kemampuan memori tiap individu berbeda-beda dan rentan terhadap kesalahan. Tujuan penelitian ini adalah melihat pengaruh metode wawancara dan jenis kelamin terhadap memori saksi korban kecelakaan lalu lintas.
Penelitian eksperimental dilakukan dengan menggunakan randomized factorial design 2  (metode wawancara: Cognitive Interview dan Standard Interview) x 2 (jenis kelamin: perempuan dan laki-laki). Partisipan penelitian merupakan pengendara sepeda motor yang pernah menjadi korban kecelakaan lalu lintas (N = 44, M = 21.91). Partisipan dibagi secara acak untuk diwawancarai dengan menggunakan salah satu metode wawancara. Kemudian memori diukur melalui detail informasi dalam kategori event-related details, central details dan peripheral details.
Hasil penelitian menemukan bahwa terdapat pengaruh metode wawancara terhadap memori. Cognitive interview menghasilkan jumlah detail informasi yang lebih banyak dibandingkan dengan standard interview. Di sisi lain, tidak ditemukan pengaruh jenis kelamin terhadap memori. Begitu juga tidak ditemukan adanya interaksi antara metode wawancara dan jenis kelamin terhadap memori.

The investigation process carried out by the authorities in cases of traffic accidents in order to collect information related to the accident. Accident-related memory is an important component accessed during the investigation process. However, each individual's memory ability is different and prone to errors. The purpose of this study was to see the effect of the interview method and gender on the memory of victims witness on traffic accident.
Experimental research is conducted using randomized factorial design 2 (interview method: Cognitive Interview and Standard Interview) x 2 (gender: female and male). Research participants are motorcycle riders who have been victims of traffic accidents (N = 44, M = 21.91). Participants were randomly assigned to be interviewed using one of the interview methods and memory is measured through detailed information in the categories of event-related details, central details and peripheral details.
The results of the study found that there was a significant effect of interview method on memory. Cognitive interviews produce more detailed information than standard interviews. On the other hand, there is no significant effect of gender on memory. Likewise, there was no interaction between the interview method and gender on memory.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Siregar, Dewi Ashuro Itouli
"Latar Belakang: Banyak mahasiswa memiliki distres psikologis tinggi karena menghadapi berbagai masalah dan tuntutan baik akademis maupun non akademis. Keterampilan sosial telah teridentifikasi dalam model distres psikologis sebagai sumber yang penting bagi individu untuk mengelola stres. Berdasarkan hal tersebut, penelitian ini ingin mengetahui efektivitas pelatihan keterampilan sosial untuk membantu mahasiswa meningkatkan keterampilan sosial dan menurunkan distres psikologis yang dialaminya.
Metode: Desain penelitian yang digunakan adalah one group pre test post test design. Partisipan penelitian merupakan mahasiswa S1 Universitas Indonesia dalam rentang usia 18-25 tahun yang memiliki masalah keterampilan sosial dan distres psikologis. Masalah keterampilan sosial ditandai dengan skor rendah pada setidaknya satu dimensi Social Skills Inventories (SSI) dan atau ketimpangan skor diantara dimensi SSI yang dilihat dari jarak SD ≥ 6,3 untuk pria dan SD ≥ 5,4 untuk wanita. Masalah distres psikologis ditandai dengan skor Hopkins Symptom Check List-25 (HSCL- 25) ≥ 1,75. Program intervensi dilakukan dalam bentuk workshop 2 hari dengan waktu efektif 14 jam pelatihan.
Hasil: Berdasarkan perbandingan pengukuran pra dan pasca intervensi, ditemukan bahwa tidak ada partisipan yang memiliki skor rendah pada tiap dimensi keterampilan sosial. Tujuh dari delapan partisipan memiliki keseimbangan skor antar dimensi yang lebih baik. Seluruh partisipan mengalami penurunan skor HSCL-25, setengah darinya berada di bawah cut off score.
Kesimpulan: Pelatihan keterampilan sosial efektif untuk meningkatkan keterampilan sosial dan menurunkan distres psikologis pada mahasiswa Universitas Indonesia.

Background: Many university students have a high psychological distress because of the academic and non academic problems and challenges. Social skills has identified in the psychological distress model as important source for managing stress. This study examines the implementation of social skills training to help university students increase social skills and decrease psychological distress.
Method: The research design is one group pre test post test design. The participants are University of Indonesia undergraduate students with age range from 18 to 25 years old. Social skills problem is stated if there is low score at least in one dimension of Social Skills Inventories (SSI) and or unbalanced score between the dimensions of SSI which based on SD ≥ 6,3 (male) and SD ≥ 5,4 (female). Psychological distress problem is stated if score of HSCL-25 ≥ 1,75. The format of intervention is two days workshop with 14 hours training duration.
Result: In accordance to the differential between pre and post intervention, there is no more low score in every SSI's dimensions. Seven from eight participants has a better balanced score between SSI's dimensions. All participants has lower score of HSCL-25. Half of the scores has already under the cut off score.
Conclusion: Social skills training is marked effective in increasing social skills and decreasing psychological distress for University of Indonesia undergraduate students.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2012
T31205
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Hersya Septyani
"ABSTRAK
Latar Belakang : Prokrastinasi akademik adalah sebuah bentuk prokrastinasi yang bersifat situasional, yang digambarkan sebagai tingkah laku yang dihubungkan dengan tugas spesifik. Salah satu indikator yang paling dapat dilihat adalah tugas akhir penentu kelulusan yang berdampak pada pemberian sanksi dari institusi berupa perpanjangan masa studi. Hal ini cenderung menetap dan menimbulkan dampak negatif yang terkadang sulit diatasi oleh individu yang mengalaminya sehingga membutuhkan intervensi. Penelitian ini bertujuan untuk melihat dampak intervensi menggunakan teknik-teknik Cognitive Behavioral Coaching (CBC) dalam menangani prokrastinasi akademik pada mahasiswa.yang sedang mengerjakan skripsi.
Metode : Intervensi dilakukan sebanyak lima sesi dengan melibatkan tiga partisipan mahasiswa dengan tingkat prokrastinasi parah (severe) menurut alat screening Basco Procrastination Test. Dampak intervensi dilihat dari dinamika skor total Academic Procrastination State Inventory (APSI) dan masing-masing subskala academic procrastination, fear of failure dan lack of motivation, Peneliti juga menggunakan hasil observasi dan wawancara untuk melihat dampak penelitian.
Hasil : Pada akhir intervensi terjadi penurunan yang bervariasi pada skor total APSI. Dampak positif dari intervensi ini kemudian ditunjukkan oleh hasil observasi dan wawancara ketiga partisipan.
Kesimpulan : Terjadi penurunan tingkat prokrastinasi akademik pada mahasiswa yang sedang mengerjakan skripsi setelah mengikuti intervensi CBC ini dan mereka mengalami perubahan positif berkaitan dengan prokrastinasi akademik yang mereka lakukan.

ABSTRACT
Background : Academic procrastination is a form of situational procrastination which has been described as behavior that is linked to a specific task. One of the indicator is the last task determinant of graduation. If the undergraduate students cannot finish the task, then the faculty could give them sanctions like study period extension. The academic procrastination is tend to stand, causing negative effects that hard to handle makes the people who experience it needs intervention.
Methods : Intervention is conducted five times to each of three undergraduate students with severe procrastination behavior according to Basco Procrastination Test screening procedure. The impact of this intervention is measured by Academic Procrastination State Inventory total score, and each subscales total score (academic procrastination, fear of failure and lack of motivation). Researcher also uses observation and interview result on measuring the intervention impact qualitatively.
Result : There are APSI total score decreasement among the three participants. The positive effects that emerge showed by the result of interview and observation.
Conclusion : At the end of the measurement, Academic Procrastination State Inventory total score among the undergraduate students decreasing after the CBC intervention and there are also positive changes connected with the academic procrastination they did.
Keyword : Academic Procrastination, undergraduate students, thesis, Cognitive Behavioral Coaching, Basco Procrastination Test, Academic Procrastination State Inventory."
2013
T33112
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Arindina Meisitta Widhikora
"Penelitian ini dilakukan untuk melihat hubungan antara forgiveness dan psychological well-being pada individu yang menikah. Pengukuran forgiveness menggunakan alat ukur transgression-related interpersonal motivation 12-scale form (McCullough., et al, 1998) dan pengukuran psychological well-being menggunakan alat ukur Ryff’s psychological well-being scale (Ryff, 1995). Partisipan berjumlah 74 individu yang memiliki karakteristik sebagai seseorang yang terikat dalam hubungan pernikahan.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat hubungan positif yang signifikan antara forgiveness dengan psychological well-being pada pasangan yang menikah (r = 0.318; p = 0.006, signifikan pada L.o.S. 0.01). Artinya, semakin tinggi skor forgiveness yang dimiliki seseorang, maka semakin tinggi ia menampilkan kesejahteraan secara psikologis. Berdasarkan hasil tersebut, perlu diadakan intervensi untuk meningkatkan forgiveness sebagai salah satu faktor dibalik bertambahnya psychological well-being.

This research was conducted to find the correlation between forgiveness and psychological well-being in married couples. Forgiveness was measured by using an instrument called transgression-related interpersonal motivation 12-scale form (McCullough, et al, 1998) and psychological well-being was measured by using an instrument called Ryff‟s psychological well-being scale (Ryff, 1995). The participants of this research were 74 individuals with a characteristic of currently being married.
The main result of this research showed that forgiveness is positively and significantly correlated with psychological well-being (r = 0.318; p = 0.006, significant at L.o.S. 0.01). That is, the higher the level of forgiveness in one‟s own nature, the higher that person shows psychological well-being inside oneself. Based on such results, there needs to be an intervention to increase forgiveness as one of the factors in increasing psychological well-being.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2013
S45734
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Haleda Riezka Hairunnisa Ns
"Penelitian ini bertujuan untuk melihat gambaran sikap aparat kepolisian terhadap korban pemerkosaan pada bagian SPKT dan unit PPA di Jajaran Polda Metro Jaya. Penelitian ini menggunakan kuesioner sebagai instrumen utama dalam pengambilan data. Kuesioner yang digunakan dalam penelitian ini adalah Attitude Toward Rape Victims Scale (ARVS) yang dikembangkan pertama kali oleh Ward (1988) dan telah diadaptasi oleh peneliti. Responden dalam penelitian ini adalah 30 aparat polisi yang bertugas pada bagian SPKT dan unit PPA di jajaran Polda Metro Jaya.
Hasil analisis pada penelitian ini menunjukkan bahwa mayoritas responden memiliki sikap yang mendukung terhadap korban pemerkosaan dengan tidak menyalahkan atau merendahkan korban, tidak meremehkan pengalaman korban, tidak memiliki anggapan bahwa korban pantas mengalami pemerkosaan dan tidak melemahkan kredibilitas korban, meskipun secara keseluruhan responden cenderung ragu-ragu dalam melihat pengalaman korban pemerkosaan.

This study aims to see an overview of attitudes toward rape victims among police officers on duty at SPKT and PPA subdivision in Polda Metro Jaya Corps. This study used a questionnaire as the main instrument in the data collection. Questionnaire used in this study was Attitude Toward Rape Victims Scale (ARVS), which was first developed by Ward (1988) and has been adapted by researcher. Respondents in this study were 30 police officers on duty at SPKT and PPA subdivision in Polda Metro Jaya Corps.
The results in this study shows that the majority of respondents had favorable attitudes toward rape victims by not blame or denigrate victims, not trivialize victims’ experience, not highlight victims’ deservingness nor undermine victims’ credibility, although overall respondents tend to hesitant in viewing victims’ experience.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2013
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Desyana Kurniawan
"Penelitian ini dilakukan untuk meneliti hubungan antara causality orientation dengan kesejahteraan psikologis pada mahasiswa Sekolah Tinggi Ilmu Kepolisian.Pengukuran Causality Orientation menggunakan alat ukur hasil adaptasi dari alat ukur General Causality Orientation Scale (GCOS) yang dibuat oleh Deci dan Ryan pada tahun 1985 dan pengukuran kesejahteraan psikologis menggunakan alat ukur hasil adaptasi Ryff Psychological Well-Being Scale (RPWBS). Responden dalam penelitian ini berjumlah 139 orang dengan menggunakan metode purposive sampling.
Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara autonomy orientation dengan kesejahteraan psikologis dengan skor signifikansi, sebesar 0.000, p<0.05; terdapat hubungan yang signifikan antara controlled orientation dengan kesejahteraan psikologis dengan skor signifikansi sebesar 0.012, p<0.05; terdapat hubungan yang signifikan dan bersifat negatif antara impersonal orientation dengan kesejahteraan psikologis dengan skor signifikansi sebesar 0.000, p<0.05.

The purpose of this research is to study the correlation between Causality Orientation and Psychological Well-being of students Police College. The Causality Orientation was measured with an instrument that was adapted from the General Causality Orientation Scale (GCOS) that Deci and Ryan developed, while the Psychological Well-Being was measured with an instrument that was adapted from the Ryff Psychological Well-Being Scale (RPWBS). 139 people participated in this study and they were sampled using the purposive sampling method.
The results of this research shows a significant correlation between autonomy orientation and Psychological Well-Being with a significance score of 0.000, p<0.05; a significant correlation between controlled orientation and Psychological Well-Being with a significance score of 0.012, p<0.05; a negative and significant correlation between impersonal orientation and Psychological Well-Being with a significance score of 0.000, p<0.05.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2013
S46865
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Marella, Aenea
"ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk melihat sejauh mana pemberian intervensi Cognitive Behavior
Therapy (CBT) dapat mengurangi simtom-simtom depresi pada mahasiswa UI tahun pertama
penerima Bidikmisi. Penelitian ini menggunakan desain one group before and after study
design, dengan jumlah partisipan sebanyak tiga orang. Masing-masing partisipan mengikuti
sesi CBT sebanyak enam kali, disertai satu kali sesi follow up (2 - 3 minggu setelah sesi
terminasi). Proses screening awal dilakukan dengan memberikan Beck Depression Inventory
(BDI) kepada mahasiswa UI tahun pertama penerima Bidikmisi. Hasil penelitian ini
menunjukkan bahwa CBT efektif dalam mengurangi simtom-simtom depresi mahasiswa UI
tahun pertama penerima Bidikmisi. Didapati penurunan skor BDI yang signifikan dan level
depresi partisipan berubah dari "berat" menjadi "tidak ada tanda-tanda depresi" dan "ringansedang".
Selain itu, perubahan kualitatif juga dilaporkan dalam penelitian ini.

ABSTRACT
This study evaluated the efficacy of Cognitive Behavior Therapy (CBT) in reducing
depressive symptoms among Bidikmisi Freshmen in Universitas Indonesia (UI). Design of
the study is one group before and after study design, with three scholars as participants. Each
participant attended six sessions of CBT, followed by a follow up session (2 - 3 weeks after
termination). Beck Depression Inventory (BDI) was used in the screening process. Results
suggest that CBT reduced depressive symptoms among Bidikmisi freshmen in UI.
Participants' BDI scores reduced significantly, and their level of depression changed from
"severe" to "no symptoms of depression" and "mild - moderate". Qualitative changes were
also found and discussed."
Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2013
T35073
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Adrian Satria Indrayasa
"Sebanyak 97% remaja di Indonesia pernah mengonsumsi pornografi, menunjukkan prevalensi akses pornografi yang sangat tinggi di kalangan anak muda Indonesia. Hal ini merupakan salah satu dampak dari keberadaan internet yang menjadi tempat bagi masyarakat untuk mengeksplorasi dan mengekspresikan seksualitas mereka. Prevalensi akses pornografi yang tinggi memunculkan pertanyaan terkait pengaruh konsumsi pornografi terhadap kehidupan sehari-hari individu. Penelitian ini bertujuan untuk menggali pemahaman yang dalam terkait pengalaman individu yang mengonsumsi pornografi dalam berperilaku seksual, memersepsikan lawan jenis, dan mengevaluasi diri dengan juga mempertimbangkan riwayat konsumsi pornografi, jenis media dan genre konsumsi pornografi, serta tujuan konsumsi pornografi individu. Penelitian ini dilakukan menggunakan metode kualitatif terhadap enam partisipan mahasiswa laki-laki. Hasil penelitian menunjukkan bahwa partisipan cenderung memiliki keinginan untuk mereplikasi perilaku dan posisi seksual yang digambarkan dalam pornografi. Beberapa partisipan juga memiliki kecenderungan menunjukkan perilaku objektifikasi dan seksisme terhadap perempuan. Dua dari empat partisipan memandang konsumsi pornografi sebagai suatu perilaku yang berdampak negatif pada masyarakat, termasuk diri mereka sendiri, sementara dua partisipan lain merasa bahwa pornografi lebih banyak memberikan dampak positif. Perlu didiskusikan lebih lanjut alasan partisipan yang memiliki pandangan negatif terhadap pornografi tetap mengonsumsinya.

As many as 97% of teenagers in Indonesia have consumed pornography, indicating a very high prevalence of pornography access among Indonesian youth. This is one of the impacts of the internet becoming a place for people to explore and express their sexuality. The high prevalence of pornography access raises questions concerning the influence of pornography consumption on individuals' daily lives. This study aims to explore a deeper understanding of the experiences of individuals who consume pornography in terms of sexual behavior, perception towards the opposite sex, and self-evaluation by also considering the individuals’ history of pornography consumption, types of media and genres of pornography consumption, and the purpose of pornography consumption. This study was conducted using a qualitative method with six male student participants. The results showed that participants tended to have a desire to replicate sexual behaviors and positions depicted in pornography. Two out of four participants viewed pornography consumption as a behavior that negatively affects society, including themselves, while the other two participants felt that pornography had more positive impacts. It is worth discussing further why participants who have a negative view of pornography still consume it."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mika Bintang Maharani
"Individu yang bekerja sebagai kru penerbangan berpotensi mengalami kejadian traumatis selama bekerja, khususnya kecelakaan udara. Penelitian ini bertujuan untuk melihat gambaran terkait coping yang dilakukan oleh para kru penerbangan yang pernah atau masih memiliki stres traumatis akibat kecelakaan yang membahayakan nyawanya. Penelitian ini dilakukan dengan metode kualitatif agar dapat melihat penghayatan pribadi yang mendalam atas kecelakaan serta bagaimana masing-masing partisipan mengatasi kejadian traumatis dari saat kecelakaan terjadi hingga saat ini. Partisipan penelitian terdiri lima orang kru penerbangan yang pernah mengalami kecelakaan dan mengalami dampak berupa stres traumatis akibat kejadian tersebut. Hasil penelitian menunjukkan bahwa para partisipan menunjukkan gejala stres traumatis setelah mengalami kejadian traumatis. Lama partisipan mengatasi stres traumatis tersebut berbeda, mulai dari hitungan hari hingga tahun. Emotion focused coping, avoidance coping, dan religious coping merupakan teknik coping yang dilakukan oleh partisipan. Dalam menangani stres traumatisnya, para partisipan didukung oleh berbagai pihak eksternal dan juga bersandar pada kemampuan diri.  Meskipun mengalami kejadian yang traumatis, seluruh partisipan menganggap kejadian membawakan pengaruh positif dalam kehidupan yang membawanya pada posttraumatic growth.

Individuals working as flight crew members potentially experience traumatic events during their work, particularly air accidents. This study aims to examine the coping mechanisms used by flight crew members who have experienced or are still experiencing traumatic stress due to life-threatening accidents. Conducted through qualitative methods, the study seeks to understand personal experiences of the accidents and how participants has coped with the traumatic events from the time of the accident until now. The study consists of five flight crew members who have experienced accidents and suffered from traumatic stress as a result. Findings indicate that participants exhibited symptoms of traumatic stress from the accidents with duration of their recovery from traumatic stress varied, ranging from days to years. Emotion-focused coping, avoidance coping, and religious coping were techniques employed by participants. In handling their traumatic stress, participants received support from various external sources and also relied on their own coping abilities. Despite experiencing trauma, all participants perceived the events to have had a positive impact on their lives, leading them towards posttraumatic growth."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Kartika Putri
"Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan dari parentification dan contingencies of self worth pada remaja berstatus sosial ekonomi rendah. Penelitian ini merupakan studi korelasional dan menggunakan pendekatan kuantitatif. Penelitian ini melibatkan 177 orang sebagai partisipan yang berada pada usia remaja (12-19 tahun). Parentification didefinisikan sebagai pertukaran peran (tanggung jawab) antara orang tua dan anak-anak, sementara self worth didefinisikan sebagai harga diri yang didasarkan pada domain-domain dalam kehidupan yang dipercaya sebagai aspek penting dalam membangun kepercayaan diri individu. Variabel parentification diukur dengan menggunakan Parentification Inventory, dan variabel Self Worth diukur dengan menggunakan Contingencies of Self Worth Scales. Hasil penelitian menunjukan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara parentification dan contingencies of self worth (r = 0.291, p <0.001). Hal ini berarti bahwa terdapat hubungan positif antara variabel parentification dan contingencies of self worth.

This study aims to determine the relationship between parentification and contingencies of self-worth in adolescents of low socioeconomic status. This study is a correlational study and using quantitative approach. The study involved 177 people as participants who are in their teens (12-19 years). Parentification is defined as the exchange of roles (responsibilities) between parents and children, while self-worth is defined as the self-esteem that is based on domains in life is believed to be an important aspect in building confidence. Parentification measured using Parentification Inventory by Hooper, and Self Worth was measured using Contingencies of Self Worth Scales. The results showed that there is a significant relationship between parentification and contingencies of selfworth (r = 0.291, p < 0.01). This means that there is a positive relationship between the parentification and contingencies of self worth."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2014
S56207
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5   >>