Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 3 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Bambang Sugiarto
Abstrak :
Salah satu upaya yang mempunyai dampak cukup penting terhadap peningkatan kualitas sumber daya manusia adalah upaya peningkatan status gizi masyarakat. Status gizi merupakan salah satu faktor yang menentukan kualitas hidup dan produktivitas kerja. Tujuan umum program perbaikan gizi pada PJP II ditetapkan untuk meningkatkan status gizi masyarakat yang diarahkan pada peningkatan kecerdasan dan produktivitas kerja dalam rangka menunjang kualitas sumber daya manusia. Penelitian ini bertujuan mengetahui hubungan antara status gizi dan faktor-faktor lain dengan kecerdasan pada Anak Taman Kanak-Kanak di Kotip Depok. Kotip Depok dipilih menjadi daerah penelitian disebabkan karena 22 Taman Kanak-Kanak tersebut sudah menjalankan tes IQ pada bulan Oktober 1995 meliputi 1008 Anak, kegiatan UPGK di Kotip Depok telah berjalan dari tahun ke tahun dengan baik dan masyarakat Kotip Depok cukup heterogen. Penelitian ini merupakan penelitian kasus kontrol yang retrospektif, dimana sampel kasus adalah Anak dengan IQ kurang atau sama dengan 109, sedangkan sampel kontrol adalah Anak dengan IQ lebih atau sama dengan 110 diambil dari Taman Kanak-Kanak yang sama dengan berdasarkan umur dan nomor Anak dalam keluarga yang dipunyai oleh kelompok sampel kasus jumlah sampel penelitian 92 pasangan. Salah satu hipotesisnya adalah Anak yang berstatus gizi kurang/buruk, lebih besar risikonya untuk mempunyai IQ sedang sampai lambat dari pada Anak yang berstatus gizi baik/sedang. Hasil analisis bivariat OR status gizi = 5.22, OR pernah sakit kejang dan demam = 9.14, OR yang pernah sakit berat = 5.69, OR umur ibu hamil kurang 20 tahun atau lebih 35 tahun = 3.05, OR kondisi ibu hamil = 4.32 dengan masing-masing p <0,05. Hasil analisis dengan regresi logistik multivariat didapat persamaan logit IQ = -4.8275 + 2.6392 (kondisi kesehatan ibu) + 2.1811 (status gizi) + 2.0385 (pernah sakit berat) + 2.0008 (pernah sakit kejang demam) + 1.2888 (jarak kelahiran) + e. Kesimpulan dari analisis diatas menunjukkan status gizi merupakan salah satu faktor yang terpenting dalam meningkatkan kecerdasan Anak di sarankan penyuluhan gizi yang lebih difokuskan lagi kepada penambahan BB/U.
One of significance effort providing wide impact toward the improvement of human resources quality is enhancing public health nutrient. Nutrient status is made up of a factor determining life quality and working productivity. General objective of nutrient improvement program in Long Term Development II is stipulated to improve public nutrient status which is aimed to intelligence enhancement and working productivity in frame of supporting human resources quality. The purpose of this research is to find out the correlation between nutrient status and other factors with intelligence of Kindergarten students at Kotip Depok. The selection of Kotip Depok as a research area for the 22 of the Kindergartens have had IG test on October, 1 995, involved 1008 children, while UPKG activity has been undergone well from year to year at Kotip Depok and its society consist of various ethnic groups. This research is a retrospective control case research, where the case sample are children having less than 109 IQs, while control sample are children having more than 110 IQs, taken from equal Kindergarten based upon the age and children number in family owned by cases sample group, the total samples are 92 couples. One of the hypothesis is bad/poor Child nutrient status has bigger risk to have average to slow IQ compared with those who have medium/good nutrient status. Bivariat analysis result of OR concerning nutrient status = 5.22, OR ever had convulsion and fever = 9.14, OR ever had serious ill = 5.69, OR for pregnant mother under 20 years old or up to 35 years old = 3.05, OR for pregnant mother condition = 4.32 with p <0.05 respectively. Logit IQ Equation = -4.8275 + 2.6392 (mother?s healt condition) + 2.1811 (nutrient status) + 2.0385 (ever had serious ill) + 2.0008 (ever had convulsion and fever) + 1.2888 (birth range) + e, in accordance with analysis results with multivariate logistic regression. The conclusion of the stated above analysis indicate that nutrient status is the most important factor in improving Child's intelligence, it is suggested that the nutrient extension is focused more on BB/U increasingly.
Depok: Universitas Indonesia, 1996
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tito Achmad Satori
Abstrak :
Kadar seng dalam darah anak balita merupakan indikator yang paling tepat untuk menentukan status seng pada manusia. Defisiensi seng pada anak balita berkaitan erat dengan gangguan pertumbuhan, imunitas tubuh menurun, gangguan pada kulit, disfungsi kognitif dan anoreksia sedangkan kelebihan seng dapat berakibat degenerasi otot jantung, muntah, diare, demam dan anemia. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan model prediksi terhadap status seng dalam darah pada anak balita (6-59 bulan) di Propinsi Maluku tahun 2007. Rancangan penelitian ini adalah analisis data sekunder Studi Masalah Gizi Mikro di Indonesia dengan rancangan penelitian cross sectional (potong lintang) pada bulan Juni-Juli 2012. Jumlah sampel sebanyak 351 anak balita (6-59 bulan). Pengolahan dan analisis data menggunakan Uji T Independen dan Uji Korelasi untuk bivariat sedangkan untuk multivariat menggunakan Uji Regresi Linear dengan Model Prediksi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa prevalensi defisiensi gizi mikro di Propinsi Maluku Tahun 2007 masih merupakan masalah kesehatan masyarakat dimana prevalensi defisiensi seng sebesar 39,6%, prevalensi defisiensi vitamin A sebesar 27,4% dan prevalensi anemia sebesar 39%. Hasil analisis menunjukkan adanya hubungan yang signifikan secara statistik antara kadar retinol dalam darah, kadar hemoglobin dalam darah, dan status kesehatan anak dengan kadar seng dalam darah anak balita. Hasil uji multivariat menunjukkan bahwa variabel kadar retinol dalam darah, kadar hemoglobin dalam darah, status kesehatan anak dan pendidikan ibu dapat digunakan untuk menentukan kadar seng dalam darah anak balita adalah. Hasil penelitian menyarankan untuk menggunakan kadar hemoglobin dan kadar retinol sebagai prediksi kadar seng dalam darah, memberikan perhatian khusus terhadap program penanggulangan masalah gizi mikro, meningkatkan konsumsi zat gizi mikro sesuai dengan AKG serta disarankan untuk dapat melakukan penelitian gizi mikro tingkat nasional secara berkala. ......Zinc levels in the blood of underfive children are the most appropriate indicator to determine the zinc status in humans. Zinc deficiency in underfive children are closely related to impaired growth, decreased body immunity, skin disorders, cognitive dysfunction and anorexia while excess zinc can cause heart muscle degeneration, vomiting, diarrhea, fever and anemia. This study aims to obtain a predictive model of zinc levels in the blood of underfive children (6-59 months) in Maluku in 2007. The design of this study is secondary data analysis of Micronutrient Problem Studies in Indonesia with a cross sectional study design. The size of sample are 351 underfive children (6-59 months). Processing and data analysis using Independent T Test and Simple Correlations and Regression Test for bivariate analysis, while for the multivariate analysis using Correlations and Regression Linear Test Prediction Model. The results showed that the prevalence of micronutrient deficiencies in the province of Maluku in 2007 still a public health problem which the prevalence of zinc deficiency by 39.6%, vitamin A deficiency by 27.4% and anemia by 39%. Results from bivariate analysis showed significant correlation between retinol and hemoglobin levels in the blood, and children health status with zinc levels in the blood of underfive children. The results of the multivariate test showed that variable into the linear regression model to determine levels of zinc in the blood of underfive children are the levels of retinol in the blood, hemoglobin levels in the blood, children health status and maternal education. The results suggested to using retinol level and hemoglobin levels as a predictor of zinc levels in the blood, giving special attention to micronutrient program, to increase consumption of micronutrients in accordance with the RDA, and micronutrient research at national le
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2012
T39081
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Arti Widiodari Y.
Abstrak :
Anemia merupakan masalah kesehatan masyarakat di dunia termasuk di Indonesia. Semakin tinggi prevalensi anemia pada wanita atau ibu hamil, semakin tinggi pula prevalensi anemia pada ibu menyusui, sehingga secara tidak langsung prevalensi anemia pada bayi dan anak-anak juga ikut. Oleh karena prevalensi anemia balita (52,2%) di Jawa Barat dan prevalensi anemia ibu menyusui (52%) di Kabupaten Bogor masih cukup tinggi, maka perlu diketahui faktor-faktor yang berhuhungan dengan kejadian anemia gizi besi pada ibu menyusui bayi terutama usia 2-4 bulan. Tujuan penelitian ini adalah untuk memperoleh informasi mengenai prevalensi dan faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian anemia gizi besi pada ibu menyusui bayi usia 2-4 bulan. Desain penelitian ini adalah krosseksional. Sampel penelitian adalah ibu yang sedang menyusui bayi usia 2-4 buian di Kabupaten Bogor. Jumlah keseluruhan sampel penelitian sebanyak 172 ibu menyusui. Analisis data menggunakan regresi logistik. Hasil penelitian menunjukkan, persentase ibu menyusui yang mengalami anemia (kadar Hb < 12 g/dl) adalah sebesar 34,3%. Rata-rata lama pendidikan yang dimiliki ibu dan suami adalah 46 tahun atau setingkat SD. Sebagian besar (58,7%) ibu menyusui termasuk dalam kategori keluarga miskin dan hampir seluruh (93,6%) ibu menyusui berstatus sebagai ibu rumah tangga. Analisis multivariat menunjukkan bahwa pendidikan suami merupakan faktor yang paling berhubungan dengan anemia gizi besi ibu (P< 0,05). Ibu menyusui yang memiliki suami dengan lama pendidikan <9 tahun berpeluang 2,5 kali (95% CI: 1,165 - 5,392) lebih besar menderita anemia gizi besi dibanding ibu menyusui yang memiliki suami dengan lama pendidikan > 9 tahun, setelah dikontrol variabel IMT dan asupan zat besi. Penelitian ini menyarankan untuk mengadakan program pemberian suplementasi tablet besi kepada ibu menyusui seperti anjuran WHO tahun 2001. Selain itu, meningkatkan anjuran mengkonsumsi bahan makanan sumber zat besi alami, meningkatkan kegiatan penyuluhan gizi yang ditujukan kepada suami dan ibu menyusui, soda kexjasama lintas sektor instansi terkait, terutama dalam pembuatan cetakan dan penyebaran media (leaflet, poster) anemia gizi untuk ibu menyusui.
Anemia is still public health problem in the world including Indonesia. The high prevalence of anemia in pregnancy, the high prevalence of anemia in lactating mother. Un-directly, anemia prevalence in infant and children become higher too. Because of anemia prevalence of children under five years (52,2%) in West Java and anemia prevalence of lactating mother (52%) in Bogor were still high, factors related to this problems especially for lactating mother of 2- to 4 mo-old infants were needed to know. The objective of this research was estimating the prevalence of iron deficiency anemia in lactating mother of 2- to 4-mo-old infants in Bogor, years 2004, and leaming the factors related to this. Thesis design was cross-sectional. Thesis sample was lactating mother of 2- to 4-mo-old infants in Bogor. All of the samples were 172 mothers. The logistic regression was used in analysis of data. The prevalence of iron deficiency anemia (Hb < I2 g/dl) in lactating mothers of 2-to 4-mo-old infants was 34,3%. Mean of mother?s and father`s term of formal education was 4-6 years or as same as basic school. 58,7% of mother`s families were in low~income social economic. 93,6% mothers were totally wife household. Father`s education was a factor that most relate to iron deficiency anemia in lactating mother, after controlled by IMT and iron intake (P <0.05). Logistic regression analysis revealed that lactating mother who husband has short-term of formal education (< 9 years) had an odds ratio (OR) [95% confidence interval (CI)] of 2.5 [l,165-5,3921] to have iron deficiency anemia (Hb < 12 g/dl) compared with lactating mother who husband has long-term of formal education (>9 years). The suggestion of this thesis are giving supplementation program for lactating mothers, giving more nutrition education for lactating mother and her husband, and making inter relation teamwork for printing and publishing leaflet and poster of anemia for lactating mother.
Depok: Universitas Indonesia, 2008
T21108
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library