Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 6 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Istin Murbiyanti
"ABSTRAK
Salah satu penyebab kematian ibu karena kehamilan dan persalinan erat kaitanya
dengan tenaga penolong persalinan. Cakupan persalinan oleh tenaga Kesehatan di Kota
Bekasi tahun 2009 78,6% dan bukan tenaga kesehatan 3,7% Pada Puskesmas Teluk
pucung dengan cakupan 80,3 % jauh dibawah target yang harus dicapai yaitu 95 %.
Sedangkan persalinan oleh dukun diperoleh 3,8 %.
Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode penelitian deskriptif
dengan desain cross sectional. Dari penelitian yang dilakukan untuk mencari hubungan
factor karakteristik ibu yaitu umur, pendidikan, pekerjaan, dan paritas, factor pendapatan
keluarga, dukungan yang diberikan suami, serta factor bauran pemasaran yaitu produk,
place, price, dan promosi dengan pemilihan tenaga penolong persalinan. Responden
sebanyak 125 ibu bayi sebagai sampel dengan menggunakan cluster pada 63 posyandu
dan setiap posyandu 2 responden. Penelitian dilaksanakan pada bulan April 2011 dengan
metode kuantitatif menggunakan kuesioner.
Hasil penilitian didapatkan hasil hubungan yang bermakna antara pendapatan
keluarga, dukungan suami dan bauran pemasaran produk, price, place, dan promotion
dengan pemilihan tenaga penolong persalinan oleh tenaga kesehatan.

ABSTRACT
One cause of maternal deaths due to pregnancy and child birth is closely related
to labor birth attendant. Scope of delivery by health personnel in the City of Bekasi in
2009 78.6% and not a health personnel 3.7%. At the Teluk Pucung health center with
80.3% coverage far below the targets to be achieved that is 95%. While delivery by
shamans gained 3.8%.
This research was conducted using descriptive research method with cross
sectional design. Research conducted to find the relationship between maternal
characteristics such as age, education, employment, parities factor family income, the
support given her husband, and marketing mix factors that is product, place, price, and
promotion by the selection of birth attendant. Respondents were mothers of 125 infants
in the sample by using the cluster in 63 neighborhood health center and every
neighborhood health center 2 respondents. The experiment was conducted in April 2011
with quantitative methods using questionnaires.
Research results found that the result was a significant correlation between
family income, husband's support and marketing mix product, price, place, and
promotion by election workers by skilled birth attendant health."
2011
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ira Gustina
"Indonesia termasuk ke dalam kategori high burden countries untuk beban tertinggi TB dunia, menempati urutan ketiga setelah India dan Cina. Penanggulangan penyakit ini salah satunya dengan pemodelan kejadian TB Paru dengan faktor-faktor risikonya dengan analisis regresi linear. Namun, belum tentu cocok diterapkan disemua wilayah karena memiliki kondisi geografis yang berbeda, sehingga dapat menyebabkan adanya perbedaan kasus TB Paru antara wilayah satu dengan wilayah yang lainnya. Oleh karena itu, perlu dimasukkan unsur pengaruh geografis dengan pemodelan regresi linear spasial atau Geographically Weighted Regression (GWR), dalam penelitian ini untuk menilai hubungan kejadian TB Paru dengan faktor kondisi lingkungan fisik rumah, kondisi lingkungan rumah tinggal, karakteristik kependudukan, dan memanfaatkan pelayanan kesehatan terhadap kejadian TB Paru. Penelitian ini menggunakan desain studi potong lintang (cross sectional) dengan menggunakan data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2010. Sampel penelitian ini adalah responden dalam Riskesdas 2010 berusia 15 tahun ke atas di Jawa Barat. Hasil penelitian menunjukkan bahwa memanfaatkan pelayanan kesehatan merupakan faktor dominan yang berhubungan dengan kejadian TB Paru di tiap Kabupaten/Kota Provinsi Jawa Barat kecuali Majalengka dan Pekerjaan juga berhubungan hanya di Kabupaten Bogor.

Indonesia is in the category of high-burden countries for the highest burden of Pulmonary Tuberculosis of the world, the third rank after India and China. The effort to overcome this disease is to do modeling the prevalence of Pulmonary Tuberculosis using linear regression model globally. However, it is not necessarily suitable to be applied in all areas because every area has different geographical condition, so it can lead to differences of TB cases between one region with another region. Therefore, the effect of geographic elements need to be incorporated with linear regression modeling spatial or Geographically Weighted Regression (GWR). This study applied GWR model to assess the association of Pulmonary Tuberculosis prevalence by the physical condition of the home environment, residential environment, demographic characteristics, and health care utilizing factors on the prevalence of Pulmonary Tuberculosis. This study used a cross-sectional study design using Riskesdas Data - 2010. Samples in this study were Riskesdas 2010 respondents aged 15 years and over in West Java. The results showed that utilize of health care is the dominant factor associated with the prevalence of Pulmonary Tuberculosis in each district/city of West Java except Majalengka, also related employement status only in Bogor Regency.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2014
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Anak Agung Ayu Yuli Indriani
"ABSTRAK
Pemerintah saat ini telah melakukan berbagai upaya kesehatan dalarn rangka
penyediaan pelayanan keszhatan yang merata, bermmu, dan tezjangkau oleh seluruh
Iapisan masyarakat. Namxm upaya kesehatan tersebut belum diselenggarakan secara
menyeluruh, sehingga kumng dapat menunjang peningkalan demjat kesehatan
masyarakat. Harapan masyamkat agar pelayaman rumah sakit dapat memberikan
pelayanan yang efektif dan kcpuasan yang optimal bagi setiap orang yang
memanfaatkannya, untuk itu dibumhkan sumberdaya manusia yang handal.
Mengelola Sumber daya manusia bukanlah sesuatu ha] yang mudah, karena
menyangkut banyak faktor panting yang- harus diperhatikan, salah satunya adalah faktor
kepuasan kerja. Kepuasan kelja ini akan berpengaruh pada kinerja, dan rendahnya
kepuasan kezja merupakan satu tanda rusaknya kondisi suatu organisasi.
Peuelitian ini bcrtujuan untuk mendapatkan gambaran tentang kepuasan kezja
pegawai di rumah sakit dr A K Gani Palcmhang, melalui pengisian lcuesioner untuk
mengetahui persepsi, dan kepuasan kexja yang dinilai dengan melihat harapan dan
kcnyataan dari kepemimpinan, pekcljaan, komunikasi dan penghargaan. Wawancara
mendalam serta focus group discussion yang dilaksanakan pada kepala ruangan, kepala
polikiinik, anggota pelaksana, bcxtujuan mendapwn penegasan pada hasil data
kuantitatiii Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April sampai Mei 2007.
Desain penelidan yang dipilih adalah analitik kuantitatif rancangan cross
sectional dengan responden yaitu SCIUIUII militer yang ada sesuai dengan kriteria inklusi
sebanyak 50 orang, dan Pegawai Negeri Sipii diambil secana acak sebanyak 100 orang. Hasil penelitian didapatkan adanya perbedaan nilai rata-rata tingkat kepuasan pegawai
Militer dan Pegawai Ncgcri Sipil, yaitu mia-rata tingkat kepuasan Pegawai Negeri
Militer sebcsar 59,24% yang bervariasi antara 45%-8l,82%, sedangkan Pegawai Negeri
Sipil lata-rata tingkat kepuasan kexja sebesar 54,58% yang bervariasi antara 44,87%-
67,l2%, hasil penelitian ini juga membuktikan bahwa pada responden militer terdapat
beberapa vasiabel yang mempunyai hubxmgan signiiikan yaitu, jenis pekeljaan,
motivasi, konflik, dan prosedur kelja. Sedangk/an pada responden Sipil didapatkan
vmiabel yang bedxubungan signiikan dengan kepuasan kczja adalahz mam
ke1ja,pendidikan, peluang promosi dan konflik.
Variabel yang paling dominan berpengaruh ten-hadap kepuasan kelja pada
pegawai Negeri Militer adalah jenis pekexjaan, dan pada Pegawai Negeri Sipil adalah
evaluasi kelja. Selain im ada bebempa hal yang menjadi prioritas mama dalam
hubungannya dengan kepuasan kexja bagi Militer, yaitu atasan diharapkan melibatkan
bawahan dalam memncanakan Sualll pekeljaan (faktor kepemimpinan), perasaan suka
akan suatu pekeljaan dibutuhkan untuk mendapatkan hasil yang memuaskan
(P??kClj38I1), dalam menyelesaikan permasalahan dibuhuhkan komunikasi yang. baik_
Sedangkan pada PNS yang menjadi prioritas utama adalah : atasan harus melibatkan
bawahanda1ammerencanakm\suampekmjaan,atasanharusmembanmkenaikan
P=1l1£J<21 b9»WalW1UY°» 35955 d¢?B°l1 1fiI1¢1i=11y8 (fakfbr k¢P¢mimPiM11)» dalam
menyclwaikan permasalahan dibutuhkan komunikasi yang baik, hasil evaluasi kerja
perlu disampdkan (faktor komunikasi),perasaan suka akan suatu pekexjaan dibutuhkan
untuk mendapatkan hasil yang memuaskan, untuk menghilangkan kqienuhan dalam
suatu tugas dibuat mtasi mgas, kesesuaian antara tugas dan kemampuan adalah penting
(P°=k¢l5H2H)~
Oleh karena itu pimpinan diharapkan dapat membentuk wadah komunikasi
temtama untuk komuuikasi dari bawah keatas, misalnya dengan kotak samn, tim kecil
tersendiri, membentuk tim pcnilai, memperhatikan sistcm penghargaan dengan biaya
minimal, dan memotivasi pegawai meningkaikan kinelja, misalnya mengadakan acara
kebexsarnann diluar kantor beserta seluruh stai

ABSTRACT
There are so many e&`orts have been done by the govemment in order to provide
a thorough, high quality, and aEordable health services to any level of community in
Indonesia. However, the effort has not yet been accomplished comprehensively and can
not be optimal to enforce the increasing of the level of community?s health. People?s
expectation on the hospital services is that hospital can provide an e&`ective and a
satisfaction services to everyone who visit and utilizing the hospital. Therefore,
outstanding human resources are needed.
To organize and manage the human resource in the institution is not a simply as
turning the palm ofthe hand, as there are so many important factors are related that need
to consider. One of the factors is the working mtisfaction. It is known that working
satisfaction will influence the working performance, and a low working satisfaction can
be a sign of organization devastation
The study has aim on exploring the description on working satisfaction of
employees at the DR. A. K. Gani Hospital (AKGH) of Palemhang, using self-filling
questionnaire in order to know the perception, and working satisfaction that assessed by
looking at the expected and facts of leadership, task, communication and reward. In-
depth interview and focused group discussion (FGD) are carried out toward head of
section, head of poiiclinic, and member of implementer, in order to get continuation on
the result of quantitative data. The study is carried out between April and May 2007. The design of the study is a cross sectional with quantitative approach. All
military employees are included as respondents, but only 100 civil employees are
selected randomly. The study result showed that there is a different score on the average
of the satisfaction level between military and civil employees. The average of
satislaction level among military employees is 59.24% with range between 45-8l.82%.
While among civil employees, the average is 54.58% with range between 44.87-67.l2%.
Variables that significantly related with working satisfaction among military employees
are: type of work, motivation, conflict, and working procedures. But, among civil
employees, the variables are: length of working, education, opportunity for increasing
level of working rank (promotion), and conflict.
The most dominant variable at the military employees is type of work, but in the
civil employees is working evaluation. For military employees, the main priorities in
relation to working satisfaction are namely: suppose the chief should involving the
employees for planning the work (leadership factor), sense of liking the job/work is
needed in order to give a satisfactory on working (work factor), good conununication is
needed to solve the problem. In the civil employees, the main priorities are: the chief
should involve the employees for planning the work and should facilitate the employees
to raise their rank based on their performance (leadership factor), good communication
is needed to solve the problem and working evaluation should be disseminated
(communication factor), sense of liking the job/work is needed in order to give a
satisfactory on working, a working rotation can be use to prevent the working
boringness, conformity between task and skill is an important thing (work factor).
To conclude, the managers should provide a kind of communication pathway,
especially hom down imder to top manager, such as: suggestion box, and independent
small team, team evaluator, to consider a reward system with minimal cost, and
enforcing motivation towards employee for increasing the work performance.

"
2007
T34575
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nia Kurniatillah
"ABSTRAK
Status gizi ibu hamil berperan penting dalam kondisi kehamilan dan bayi yang
akan dilahirkan. Masih tingginya kasus risiko KEK pada ibu hamil di Kota
Cilegon terutama di wilayah kerja Puskesmas Jombang memerlukan upaya-upaya
terobosan diantaranya melalui upaya perbaikan dan peningkatan pelayanan gizi.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan predisposing factor,
enabling factor, need factor terhadap perilaku Pemanfaatan Pelayanan Gizi oleh
ibu hamil dengan risiko KEK di Klinik Gizi Puskesmas Jombang.
Desain penelitian ini adalah non eksperimen dengan pengumpulan data secara
cross sectional pada data primer yang terdiri dari 178 responden. Penelitian
dilakukan pada bulan Maret-Juni 2014, menggunakan kuesioner yang diisi oleh
responden. Analisis data dilakukan adalah analisis univariat, analisis bivariat
menggunakan chi square, dan analisis multivariat menggunakan regresi logistik
ganda model prediksi.
Hasil penelitian menunjukkan proporsi perilaku Pemanfaatan Pelayanan Gizi yang
tidak baik lebih besar yaitu 62,4%. Faktor predisposing diantaranya paritas,
pengetahuan, sikap, faktor enabling diantaranya dukungan suami, pendapatan
keluarga, kepemilikan asuransi, dan faktor need berhubungan signifikan dengan
Pemanfaatan Pelayanan Gizi. Variabel pengetahuan merupakan faktor dominan
setelah dikontrol oleh pendapatan keluarga, kepemilikan asuransi, kebutuhan,
paritas, sikap, dan dukungan suami.

ABSTRACT
Nutritional status of pregnant women is important condition for pregnancy and
the baby born. The high risk CED cases of among pregnant women in Cilegon,
especially in Jombang health center area, required measured in improved
nutritional health services.
This study aims to determine the influence of predisposing factors, enabling
factors and need factors toward nutritional service utilization behavior by the
pregnant women with risk CED in clinical nutrition Jombang health center.
This study was non experimental design using cross sectional methode approach
in data collection primary data was taken from 178 respondents who were total
population. The study was conducted in March-June 2014, using questionnaires
completed by respondents. Data were analyzed througt univariate, bivariate
using chi square, and multivariate analysis using multiple logistic regression with
prediction model.
The Results showed that the poor utilization behavior is more than half of the
respondents (62,4%). Predisposing factors such as parity, knowledge, attitudes,
enabling factors such as support of her husband, family income, insurance
ownership, and need factors are associated with nutritional service utilization.
Knowledge is found as the must dominant variable measured of utilization in
clinical nutrition after controlled by family income, insurance ownership, need,
parity, attitudes, and support of her husband ."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2014
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Intan Kusumawati
"Remaja di dunia maupun di Indonesia yang jumlahnya sekitar seperlima dari jumlah penduduk sering mendapat hambatan didalam tumbuh kembangnya. Sifat rasa ingin tahu remaja yang besar serta keberanian untuk mencoba hal baru tanpa mempertimbangkan dampaknya sering membuat remaja terjerumus kedalam berbagai bentuk perilaku bersiko, salah satunya perilaku seksual beresiko. Penelitian dengan disain potong lintang untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan perilaku seksual remaja. Penelitian dilakukan pada 187 orang responden siswa kelas XI SMA sederajat di Kota Jambi dilaksanakan pada bulan April 2014.
Hasil penelitian ini menemukan sebanyak 89,8% siswa memiliki perilaku seksual resiko rendah dan 10,2% siswa memiliki perilaku seksual resiko tinggi. Usia termuda responden yang telah melakukan hubungan seks adalah 14 tahun dan tertua 17 tahun; bentuk hubungan seksual yang dilakukan adalah seks oral (4,81%), seks anal (1,60%) dan seks vaginal (3,74%). Hasil analisis mutivariat menunjukkan bahwa faktor dominan yang paling berhubungan dengan perilaku seksual remaja adalah jenis kelamin (laki-laki) dan umur pubertas (dini) dengan Odss Ratio 4,01 (95% CI :1.059 ? 15.212) untuk jenis kelamin dan 3,98 (95% CI :1.130 ? 14.056) untuk umur pubertas. Oleh karena itu, disarankan agar para pemangku kepentingan utama serta para orang tua untuk dapat segera mengambil tindakan sesuai dengan porsi masing-masing. Hal ini demi menyelamatkan generasi muda dari kehancuran moral dan masa depan bangsa ini.

Adolescents of Indonesia and even the whole world constitute one fifth of total number of human. They often face various problems during their growth. Their curiousity and courage to try new things whilst ignoring the effects lead them entangled into many risky behaviour, sexual risky behavior. This cross-sectional is intended to find out factors related to adolescent sexual behavior. This research has 187 respondents who are students of 11thGrade of Senior High School in Kota Jambi for April 2014.
The results are 89,8% for low risk sexual behaviour while 10,2% for high risk sexual behaviour. It is also surprisingly found that youngest respondent had sexual intercourse is 14 years of age while the oldest is 17 years; sexual activities among respondents are 4,81% for oral sex, 1,60% for anal sex and 3,74% for vaginal. Multivariate analysis results in gender (male) and age of puberty (earlier) as dominant factors with each Odss Ratio 4,01 (95% CI :1.059 - 15.212) and 3,98 (95% CI :1.130 ? 14.056), repectively. Therefore, it is highly envisaged that primary stake holders, including Dinas Kesehatan Kota Jambi, Dinas Pendidikan Kota Jambi, Kemenag Kota Jambi, Kementerian Kesehatan RI, schools and parents shall take proper actions and policies. This objective is to save our adolescents from moral failure and our nation?s future.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2014
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rifqatussaadah
"ABSTRAK
Indonesia saat ini berada pada urutan kedua negara dengan kasus TB paru terbanyak,
dibawah India dan Cina. Angka prevalensi TB Paru tahun 2015 mencapai 647 per 100.000
dan insidens 399, Indonesia diprediksi akan mencapai 1 juta kasus per tahun. Strategi
Directly Observed Treatment Short Course (DOTS) merupakan strategi yang dikeluarkan
oleh WHO dalam penanggulangan TB.
Beberapa rumah sakit swasta yang memberikan pelayanan TB kepada masyarakat dan
juga melibatkan masyarakat secara aktif untuk mendukung program penanggulangan TB
adalah Rumah Sakit Islam (RSI) yang dimiliki oleh organisasi Muhammadiyah yaitu RSI
Pondok Kopi, RSI Cempaka Putih, dan RSI Sukapura. Rumah sakit swasta tersebut
bekerjasama dengan organisasi masyarakat peduli TB yang dikenal sebagai ?Aisyiyah
Community TB Care. ?Aisyiyah termasuk salah satu organisasi masyarakat lokal yang
dipercaya dan dipilih untuk mendapatkan dana hibah melalui Global Fund for AIDS,
Tuberculosis and Malaria (GF ATM) dengan menjadi principal recipient atau pengelola
dana langsung.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa Pengawas Menelan Obat (PMO) baik pada tahun
2010 dan 2014 mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap hasil pengobatan TB Angka
CDR di rumah sakit pada tahun 2010 pada saat ada dukungan ?Aisyiyah mencapai angka
68%, sedangkan pada tahun 2014 setelah tidak ada dukungan ?Aisyiyah angka CDR menurun
menjadi 40%. Sedangkan jumlah pasien TB yang sembuh (Cure Rate) pada tahun 2010
mencapai 66% sedangkan pada tahun 2014 mengalami penurunan menjadi 41%, sehingga
ada perbedaan 25% dalam pencapaian angka kesembuhan. PMO pada tahun 2010 berasal dari
kader ?Aisyiyah (35%) dan keluarga pasien (65%). Sedangkan pada tahun 2014 PMO semua
berasal dari keluarga pasien (100%). Perbedaannya adalah PMO yang berasal dari ?Aisyiyah
Community TB Care adalah mereka yang sudah mendapat pelatihan-pelatihan mengenai
pengobatan TB dan mereka melakukan pengawasan melekat kepada pasien dari awal
pengobatan sampai dinyatakan sembuh.
Oleh karena itu selanjutnya direkomendasikan untuk memilih PMO tidak berasal dari
keluarga tetapi orang yang lebih disegani oleh pasien dan telah mendapatkan pelatihanpelatihan
mengenai pengobatan TB. Selain itu perlu dibuat kartu kinerja PMO sehingga
seluruh kegiatan PMO terpantau dengan baik selama mendampingi pasien berobat hingga
sembuh.

ABSTRACT
Indonesia is currently the second country with the most cases of pulmonary tuberculosis,
below India and China. Pulmonary TB prevalence rate in 2015 was 647 per 100,000 and
incidence of 399, Indonesia is predicted to reach 1 million cases per year. Strategy of Directly
Observed Treatment Short Course (DOTS) strategy is issued by WHO in TB control.
Some private hospitals that provide services to the community TB and also involve the
community actively to support TB control program is Islamic Hospital (RSI) which is owned
by the organization Muhammadiyah ie RSI Pondok Kopi, Cempaka Putih RSI and RSI
Sukapura. The private hospital care in collaboration with community organizations TB,
known as' Aisyiyah Community TB Care. 'Aisyiyah including one local community
organizations are trusted and selected for a grant from the Global Fund for AIDS,
Tuberculosis and Malaria (GF ATM) to be the principal recipient or the fund manager
directly. The results showed that the Supervisory Swallowing Drugs (PMO), both in 2010
and 2014 had a significant effect on the results of TB treatment digits to CDR in hospital in
2010 when no support 'Aisyiyah reached 68%, whereas in 2014 after no support 'Aisyiyah
CDR figure dropped to 40%. While the number of TB patients cured (Cure Rate) in 2010
reached 66% while in 2014 decreased to 41%, so there is a 25% difference in achieving cure
rates. PMO in 2010 came from the cadres' Aisyiyah (35%) and the patient's family (65%).
Whereas in 2014 the PMO all come from families of patients (100%). The difference is
coming from the PMO 'Aisyiyah Community TB Care are those who have received training
on their TB treatment and supervision attached to a patient from start of treatment until
otherwise recovered. Therefore, it is recommended to choose the PMO subsequently did not
come from the family but people are more respected by patients and has received training on
TB treatment. In addition it should be made so that all the cards performance PMO PMO
activities well monitored during treatment with the patient to recover"
2016
D2180
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library