Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 63 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Syarahsmanda Sugiartoputri
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2009
S11056
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Eka Meigalia
"Salawat Dulang adalah salah satu bentuk sastra lisan Minangkabau yang bertema keagamaan. Salawat Dulang ini tidak hanya sekedar menghibur pendengarnya, namun juga menyampiakan dan membahas masalah-masalah mengenai agama islam. Pesan-pesan mengenai agama islam yang ada dalam peliasnan teks salawat dulang ini ternyata tidak selalu sampai pada pendengarnya,. Hal itu kadang-kadnag disebabkan oleh pelisanan atau artikulasi yang tidak jelas dari tukang salawatnya atau pun perhatian pendengarnya lebih terfokus pada irama pendendangan. Oleh karena itu, pada penelitian ini akan dibahas dan dideskripsikan isi dari teks Salawat Dulang tersebut. Fokus pembahasannya adalah amanat yang terdapat di dalam teks yang berhubungan dengan agama islam. Data diambil dari pertunujukan Salawat Dulang yang telah direkam dalam bentuk VCD dengan judul _Martabat Diri_. Dalam tulisan ini teks Salawat Dulang yang dilisanan itu ditranskripsikan dan diterjemahkan dari bahasa Minang menjadi bahasa Indonesia. Dalam teks tersebut ternyata kosakata yang ada tidak hanya berupa kosakata bahasa Minang tetap juga ada bahasa Arab dan Bahasa Indonesia. Bahasa Arab yang ada juga banyak yang sudah mendapat pengaruh dari bahasa Minang, baik dari makna maupun pelisanannya. Dalam teks salawat dulang tersebut ada 6 maslah mengenai agama islam yang dibahas, yaitu mengenai hakikat nyawa tubuh setiap manusia yang terdiri atas jasad dan rohani, cara mendekatkan diri pada Allah melalui zikir,masalah salat, asal kehidupan, akhir kehiduoan, serta cara mendapatkan martabat diri yang tinggi. Dari pembahasan tersebut, dapat disimpulkan bahwa masalah mengenai agama islam yang ada dalam teks Salawat Dulang adalah masalah syariat (ajaran yang bersumber dari Al-Quran dan hadis), serta masalah tasawuf (ajaran atau cara mendekatkan diri kepada Allah)."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2007
S10838
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yusja Nurnadia Partyla
"Penelitian ini mengenai syair kisah dalam Seudati. Dalam Seudati, ada tujuh bagian yang harus dimainkan setiap kelompok Seudati. Bagian kisah merupakan salah satu bagian dalam Seudati yang menekankan pada penyampaian lantunan syair daripada gerak tari. Penekanan penyampaian isi syair membuat syair kisah bertujuan untuk mengirim pesan yang ada dalam syair kepada penikmatnya. Objek penelitian yang penulis gunakan adalah kaset yang berjudul Seudati Awak Awai. Ada dua buah syair kisah yang terekam dalam kaset ini, yaitu syair kisah _Po Bungong Panjoe_ dan _Saboh Glee Gajah_. Dua syair kisah ini dilantunkan dalam bahasa Aceh. Untuk itu, penulis terlebih dahulu mentranskripsikan dan menerjemahkan dua syair kisah tersebut ke dalam bahasa Indonesia. Setelah mentranskripsi dan menerjemahkan syair kisah _Po Bungong Panjoe_ dan _Saboh Glee Gajah_, dua syair tersebut pun kemudian dianalisis dengan menggunakan pendekatan struktural yang difokuskan pada unsur intrinsik sebagai objek penelitian. Unsur intrinsik yang menjadi fokus penelitian adalah amanat atau pesan yang disampaikan dalam dua syair kisah tersebut. Hasilnya, syair kisah _Po Bungong Panjoe_ yang artinya _Bunga Kapuk_ mempunyai amanat tersurat berupa peringatan kepada manusia untuk memperbanyak ibadah sebelum pintu taubat tertutup. Manusia diingatkan untuk melaksanakan perintah Tuhan untuk melaksanakan taubat sebelum _pintu taubat itu sendiri tertutup_. Amanat tersirat dalam syair ini, di antaranya adanya ketentuan Tuhan atas hari akhir dan adanya keseimbangan kehidupan manusia, baik urusan religi (rohani) maupun urusan keduniawian (jasmani). Amanat tersurat yang ada di dalam syair kisah _Saboh Glee Gajah_ yang artinya _Rimba Gajah_, di antaranya berupa peringatan kepada manusia untuk mensyukuri semua limpahan nikmat kekayaan yang diberikan-Nya dengan cara menjalankan perintahnya, seperti ibadah salat, di waktu senang maupun ketika dilanda bencana dan segala perbuatan yang dilakukan nantinya akan mendapat balasannya di padang masyar. Amanat tersirat dalam syair ini adalah kebesaran dan kenikmatan dalam dunia ini ada dalam kekuasaan Tuhan yang dengan mudah dapat hancur atau hilang. Amanat tersirat lainnya adalah berpasrah diri kepada Tuhan dalam keadaan apapun serta adanya keseimbangan dalam kehidupan manusia, baik jasmani maupun rohani. Dari dua buah penelitian lantunan syair kisah ciptaan Syeh Lah Geunta, penulis dapat menyimpulkan amanat utama yang dipunyai dalam kedua syair kisah tersebut. Amanat yang disampaikan dalam kedua syair kisah tersebut berhubungan dengan keseimbangan kehidupan jasmani (dunia) dan rohani (akhirat) manusia sebagai makhluk Tuhan dengan segala kelemahannya. Walaupun merupakan karya cipta pribadi, Syeh Lah Geunta dalam dua buah syair kisah ini masih menggunakan Seudati sebagai media dakwah ajaran agama Islam. Hanya saja, dakwah yang dilakukan bukan lagi dakwah berupa penyebaran agama Islam. Dakwah yang disampaikan, khususnya kepada masyarakat Aceh, berupa nasihat yang mengingatkan manusia akan hari akhir serta kelalaian yang sering dilakukan, seperti meninggalkan salat dan asyik dengan urusan dunia yang membuat manusia lupa menjalankan perintah Tuhan."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2007
S11288
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ida Hotmaulinawati
"Naskah pelajaran membaca telah ada sejak abad XIX. Hal ini terbukti dengan adanya naskah Melayu berjudul Teka-Teki Terbang. Naskah ini adalah naskah tunggal yang hanya terdapat di Indonesia dan disimpan di Perpustakaan Nasional Republik Indonesia. Naskah Teka-Teki Terbang disimpan dengan kode W 224. Naskah pelajaran membaca digunakan untuk melatih keterampilan berbahasa. Penggunaan naskah tidak dibatasi dengan golongan tertentu. Naskah pelajaran membaca dapat digunakan oleh anak-anak maupun orang dewasa. Salah satu kelompok yang menggunakan naskah pelajaran membaca adalah orang Belanda. Mereka diwajibkan belajar bahasa Melayu sebelum ditugaskan di Nusantara. Naskah Teka-Teki Terbang terdiri dari empat bagian. Bagian pertama merupakan rangkaian kata yang terdiri atas dua kata. Bagian kedua merupakan kalimat yang terdiri dari tiga kata. Bagian ketiga terdiri atas empat kata. Bagian terakhir terdiri atas lima kata dan terus berkembang hingga menjadi wacana. Penelitian lebih lanjut terhadap naskah pelajaran membaca selain Teka-Teki Terbang perlu diadakan supaya dapat diteliti struktur teks pelajaran membaca abad XIX"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2008
S10945
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Rosi Maria Adha P.
"Naskah Ramalan dan Nujum adalah naskah pengetahuan tradisional Melayu yang berasal dari abad ke 19. Naskah ini berbahasa Melayu dan bertulisan huruf Arab. Pengkajian pada naskah Ramalan dan Nujum bertujuan menghasilkan edisi teks naskah yang dapat dipahami masyarakat modern dan mendeskripsikan bentukbentuk pengetahuan yang terkandung dalam teks Ramalan dan Nujum. Edisi teks atau transliterasi dilakukan dengan edisi landasan yang disertai perbandingan struktur dua naskah yang dijadikan bahan analisis, yaitu naskah Ramalan dan Nujum ML 64 dan Ramalan dan Nujum ML 65 yang keduanya tersimpan di Perpustakaan Nasional Indonesia. Analisis dilakukan dengan teori antropologi yang mendeskripsikan unsur-unsur kebudayaan khususnya bentuk pengetahuan dan unsur dalam religi, yaitu religi dan ilmu gaib. Deskripsi bentuk pengetahuan didasarkan pada deksripsi pengetahuan ramalan dan nujum yang dikemukakan oleh Zalila Sarif dan Jamilah Haji Ahmad yang telah meneliti naskah berjenis ramalan dan nujum di luar Indonesia. Hasilnya, diketahui naskah Ramalan dan Nujum merupakan naskah yang menjelaskan dua unsur pokok kebudayaan yang berkaitan, yaitu unsur pengetahuan dan religi. Dalam unsur pengetahuan, naskah Ramalan dan Nujum memperlihatkan pengetahuan dalam teori penciptaan alam sekitar manusia, pengetahuan mengenai tubuh manusia, sifat-sifat dan kelakuan sesama manusia, serta pengetahuan mengenai konsep ruang dan waktu yang seluruhnya berhubungan dengan konsep meramal. Dalam unsur religi dan ilmu gaib, naskah Ramalan dan Nujum memperlihatkan bentuk pengetahuan masyarakat yang sangat dipengaruhi oleh pengetahuan Islam dan_"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2008
S11086
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Nurul Fitriany
"Dalam penelitian ini, penulis menganalisis tentang perjalanan Pendekar Tanpa Nama dalam novel Nagabumi I. Penulis menganalisis pengembaraan Pendekar Tanpa Nama berdasarkan unsur objektif karya sastra, yaitu alur, tokoh, dan latar. Metode yang penulis gunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif dan pendekatan yang digunakan adalah pendekatan deskriptif. Setelah melalui penelitian dan pengkajian, diperoleh hasil bahwa cerita silat dalam novel ini ditunjang oleh aspek alur dalam hal perjalanan pengembaraan Pendekar Tanpa Nama. Selain itu, aspek tokoh dan penokohan juga memperkuat keutuhan cerita silat ini. Dengan berbagai pendekar yang muncul, keunggulan tokoh PendekarTanpa Nama dalam hal bertarung diperlihatkan. Latar dalam novel ini juga berfungsi sebagai titik-titik pengembaraan seorang pendekar yang berdasarkan pada abad ke-7.

In this thesis, the authour tries to analize how the Pendekar Tanpa Nama (The Anonymous Knight) wanders based on novel Nagabumi I. The analysis involves objective aspects of literature such as plot, characterization, dan setting, where qualitative method and descriptive approach are used. After several research and analysis, it is concluded that in terms of the journey the story is supported by the plot. Moreover, the aspect of characterization strenghten the whole story in terms of lighting scene. The setting in this novel functions as the milestones of his journey in the 7th century. "
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2011
S421
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Wili Sandra
"Skripsi ini membahas naskah Adat Istiadat Minangkabau yang tersimpan di Perpustakaan Nasional Republik Indonesia (PNRI), Jakarta. Berdasarkan suntingan teks yang dilakukan melalui metode edisi kritis, ditemukan beberapa kekhasan yang dimiliki oleh naskah Adat Istiadat Minangkabau berkode NB 99 ini, yaitu di antaranya dari segi diksi, kelengkapan teks, dan gaya penyampaian. Lewat analisis dalam bentuk tinjauan deskriptif, didapatkan gambaran bahwa Datuk Ketumenggungan dan Datuk Perpatih nan Sabatang merupakan dua pemimpin awal yang menerapkan sistem pemerintahan adat di Minangkabau.
Pemerintahan adat di Minangkabau telah disusun dan diatur oleh penghulu dengan bantuan manti, malim, dan dubalang dengan berpedoman kepada hukum adat, hukum syarak, dan hukum alam. Analisis terhadap halek dan sembah-menyembah, sejatinya menggambarkan cara hidup, cara berpikir, sistem sosial, dan kearifan lokal masyarakat Minangkabau. Di dalam halek dan sembah-menyembah itu terkandung beragam nilai luhur yang menuntut setiap individu Minangkabau kapan pun, di mana pun, dan dalam kondisi bagaimana pun harus menjunjung tinggi adatnya.

This thesis discusses Minangkabau culture which manuscripts stored in the National Library of the Republic of Indonesia (PNRI), Jakarta. Based on the text edits which done through the method of critical editions, found some particularities which is owned by Minangkabau culture manuscripts NB 99 code, there are like terms of diction, completeness of the text, and style of delivery. Through descriptive analysis in the form of a review, it was found that picturing of Datuk Ketumenggungan and Datuk Perpatih nan Sabatang are two early leaders who practice governance system in Minangkabau culture.
The governance of minangkabau culture has composed and arranged by Penghulu with help Manti, Malim, and dubalang with reference to customary law, syarak law and natural law. Analysis of halek and worship, actually describes way of life, way of thinking, social systems, and local wisdom Minangkabau society.In the halek and worship that contained a variety of noble values ​​which require every Minangkabau individual whenever, whereever, and however conditions must uphold customary.
"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2013
S47327
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Inayatillah
"Masyarakat Gayo memiliki sebuah tradisi nyanyian rakyat (folksong) yang disebut Didong. Didong adalah seni yang dipertandingkan antara dua kumpulan atau grup dari komunitas yang berbeda. Didong sebagai sastra lisan masih bertahan dan menjadi unsur identitas pengenal etnik Gayo hingga saat ini. Didong terbentuk dari konfigurasi antara ekspresi seni sastra, seni suara, dan seni tari dari hasil olah pikir dan rasa. Dalam pertunjukkan Didong terdapat prinsip kelisanan yang dapat ditemukan: karya terjadi hanya pada saat pertunjukan berlangsung; penciptaan karya yang bersifat spontan, isinya dinamis, tetapi memiliki formula tertentu. Formula Didong: menguasai pengetahuan tentang adat-istiadat; tata bunyi lirik Didong, khususnya pada rima akhir. Makalah ini menjelaskan struktur permainan Didong dan bagaimana fungsi Didong dalam masyarakat Gayo.

Gayo people has a folksong which is called by Didong. Didong is an art which compete two groups from the different communities. Didong is still remain and be the identity of Gayo ethnic till now. Didong is formed from the configuration between art of literature, art of voice, and art of dance which are a result of mind and taste processing. In the show of Didong, there are a principal of orality which can be found, such as work can be happen when the show is on going, the spontanous work with a dinamic essential, but has a definite formulas. The formulas of Didong are master of costums and traditions; sound order of Didong's lyrics, especially in the last rhyme. This paper will explain about the structure of Didong show and the functions of it in the Gayo ethnic.
"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2014
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Rahmatia Ayu Widyaningrum
"Tanggomo adalah tradisi lisan masyarakat Gorontalo yang mempunyai sistem teratur yang diciptakan berdasarkan peristiwa nyata dan yang dianggap nyata dalam masyarakat. Cara penyampaian cerita Tanggomo murni melalui lisan dengan repetisi, persamaan rima, dan pemilihan kata yang sesuai dengan irama membuat bentuk kelisanan tradisi ini tidak hanya sekedar diucapkan tapi ketika dituliskan, tradisi ini termasuk dalam genre puisi lisan. Di dalam Tanggomo yang diutamakan adalah rangkaian adegan yang berkesinambungan sehingga membentuk satu skema tertentu. Skema itulah yang dipahami oleh pencerita yang kemudian diciptakan kembali dengan menggunakan pola-pola baris formulaik pada waktu penceritaan sehingga menjadi satu cerita yang utuh dan hidup. Hasil penceritaan kembali pada saat penampilan Tanggomo adalah bentuk sastra lisan, interaksi antara pencerita dan penonton serta suasana yang tercipta merupakan bentuk tradisi lisan sehingga dapat dikatakan bahwa Tanggomo adalah ragam tradisi lisan yang disampaikan secara lisan kepada masyarakat luas.

Tanggomo is an oral tradition of the people of Gorontalo, which has an orderly system and is created based on real-life or considered as real-life events in society. Tanggomo stories are conveyed in an oral manner through repetitions, patterns of rhymes, and choice of words that adhere to the rhythm. These quality make this traditional not only spoken, but also written, making it classified as a genre of oral poetry. In Tanggomo, what is highlighted is the connectivity of its scenes, forming a particular scheme which is understood by the storyteller, who remakes it by using the patterns of the formulaic line during the storytelling, creating a whole and lively story. The result of the retelling during the Tanggomo performance is a form of oral literature, whie the interaction between the storyteller and the audience is a form of oral tradition. It can be concluded that Tanggomo is a variety of oral tradition which is delivered orally to the society.
"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2014
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Winasti Rahma Diani
"Indonesia merupakan bangsa multikultural yang terdiri dari berbagai suku bangsa. Setiap daerah memiliki ciri khas dan tradisi masing-masing yang menjadi warisan kebudayaannya. Salah satu bentuk warisan kebudayaan itu adalah tradisi lisan. Semua tradisi lisan penting untuk dilestarikan sebagai warisan kebudayaan bangsa. Salah satu tradisi lisan asal Banten adalah Wayang Garing yang memiliki beberapa perbedaan jika dibandingkan dengan wayang pada umumnya. Perbedaan itu membuat Wayang Garing terlihat unik. Namun, tradisi lisan tersebut terancam punah karena saat ini hanya ada seorang dalang yang masih berusaha mempertahankannya. Tidak ada salah seorang pun dari keturunan sang dalang Wayang Garing yang berminat untuk mempertahankan atau mewarisi tradisi lisan tersebut, begitu juga dengan generasi muda dari tempat Wayang Garing berasal. Peran dan upaya pemerintah untuk melestarikan Wayang Garing juga tidak tampak dengan jelas atau terasa. Jika keadaan ini terus berlanjut, keberadaan Wayang Garing sebagai salah satu tradisi lisan asal Banten benar-benar berada di ambang kepunahan.

Indonesia is a multicultural nation which consist of hundreds ethnic groups. Each region has particular characteristics and their own traditions that become the culture heritage. One of the Indonesian’s culture heritage is oral tradition. All of the oral traditions are important to be conserved as nation culture heritage. One of the oral tradition from Banten is Wayang Garing which has some differences from other wayang or puppets tradition. The differences made Wayang Garing looks unique. But, that oral tradition is barely extinct because nowadays there is only one master or dalang who still trying to preserve Wayang Garing. Unfortunately, there is no one from his family members and people arround him who seems interested to preserve Wayang Garing. The government seems lacking in their role and efforts to preserve Wayang Garing. If this situation continues,
"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2014
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7   >>