Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 6 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Andreas Kurniawan
"Latar Belakang: Perilaku non-suicidal self injury NSSI adalah tindakan menyakiti diri yang tidak bertujuan untuk mengakhiri hidup. Beberapa studi menemukan bahwa angka NSSI cukup tinggi pada remaja SMA, dilakukan oleh 1 dari 4 remaja usia 16-17 tahun. Penelitian ini bertujuan untuk mencari angka perilaku menyakiti diri pada siswa SMA di Jakarta, mencari motivasi dan faktor risiko perilaku tersebut. Metode: Peneliti menghubungi tiga sekolah yang bersedia menjadi lokasi penelitian. Dilakukan pengacakan untuk menentukan masing-masing satu kelas IPA dan IPS dari tiap sekolah yang akan menjadi subyek penelitian. Peneliti menggunakan Self Harm Behavior Questionnaire versi bahasa Indonesia untuk menilai perilaku menyakiti diri, SCL-90 versi bahasa Indonesia untuk menilai psikopatologi, dan mengadaptasi Child and Adolescent Self-Harm in Europe untuk menilai motivasi dan stresor sosial. Uji ?2 dan Pearson dilakukan untuk menilai hubungan faktor risiko dan perilaku menyakiti diri. Hasil: Sebanyak 34,3 subyek penelitian pernah melakukan tindakan menyakiti diri dalam masa remaja mereka dan tidak ada perbedaan bermakna antara jenis kelamin laki-laki maupun perempuan. Laki-laki lebih banyak melakukan perilaku menyakiti diri dengan memukul tembok atau lemari 44,4 sedangkan perempuan lebih banyak melakukan cutting 41,5 . Motivasi terbanyak dalam melakukan tindakan menyakiti diri adalah keinginan untuk melegakan pikiran yang tidak menyenangkan. Terdapat beberapa faktor risiko sosial yang berhubungan dengan perilaku menyakiti diri yaitu kesulitan berteman RR 1,985 , riwayat teman dengan perilaku menyakiti diri RR 1,648 , dan mengalami perundungan RR 1,593 . Psikopatologi yang memerlukan perhatian khusus adalah depresi RR 1,618 , ansietas RR 1,673 , somatisasi RR 1,816 , dan psikositisme RR 1,703 . Simpulan: Angka perilaku menyakiti diri pada remaja SMA cukup tinggi. Hal ini berhubungan dengan faktor risiko stresor sosial yang berhubungan dengan relasi remaja dengan sebayanya. Pada setiap perilaku menyakiti diri, perlu dicari kemungkinan adanya gangguan mental emosional yang mendasarinya.

Background Non suicidal self injury NSSI is an act with non fatal intention. Several studies discovered high number of NSSI in adolescents, which is found in 1 every 4 adolescent aged 16 17 years old. This research aims to find the number of NSSI in high school student in Jakarta, finding the overlying motivation, and the risk factor of such acts. Methods Three schools are willing to participate in the study. A randomization is performed to determine one of the social science class and one fo the math and physics science class from each school to be the research subject. The questionnaires used are Self Harm Behavior Questionnaire to evaluate self harm act, SCL 90 to evaluate psychopathology, and Child and Adolescent Self Harm in Europe to evaluate motivation and social stressor. Pearson and 2 test is performed to find the relationship between risk factors and self harm acts. Result Among the respondents, 34.3 has performed self harm behavior during their adolescent period. There is no significant difference between the number of male and female subjects. Male subjects report high number of aggressive acts such as hitting wall or cupboard 44.4 while female subjects report high number of self cutting 41.5 . The main motive for self harm was to lsquo get relief from a terrible state of mind rdquo . Several risk factors are associated with self harm acts, such as difficulties with peer relationships RR 1,985 , self harm behaviour in close friend RR 1.618 , and bullying RR 1.593 . Notable psychopathologies are depression RR 1.618 , anxiety RR 1.673 , somatization RR 1.816 , and psychoticism RR 1.703 . Conclusion The number of self harm acts in high school student is quite high. This condition is related to social stressor risk factor, which is related to adolescent relationship with peer group. In every self harm act, it is important to find the possibility of underlying mental emotional disorder. "
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2018
T57671
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ika Nur Fitriana
"Latar Belakang: Tatalaksana di bidang psikiatri khususnya terhadap orang dengan skizofrenia (ODS) saat ini berfokus pada gejala dan fungsi hingga menuju tercapainya pemulihan. Pemulihan dilihat sebagai suatu proses sehingga tidak ada luaran yang sama bagi tiap ODS. Identifikasi faktor yang mendukung pemulihan dapat membantu mengembangkan tatalaksana yang tepat untuk mewujudkan pemulihan bagi ODS.
Metode: Penelitian ini merupakan studi obervasional dengan desain potong lintang. Sebanyak 240 subjek berasal dari pasien rawat jalan dengan skizofrenia di poliklinik psikiatri dewasa RS dr. Cipto Mangunkusumo. yang ditentukan dengan konsekutif. Pengambilan data terkait persepsi pemulihan dilakukan melalui pengisian Recovery Assessment Scale – Domains and Stages (RAS-DS), data yang diperoleh kemudian dilakukan analisis dengan metode regresi linear.
Hasil: Efek samping ekstrapiramidal, remisi gejala, ketaatan pengobatan, ekspresi emosi keluarga, dan taraf pencapaian fungsional ditemukan memengaruhi skor total pemulihan ODS. Melalui analisis multivariat hanya ekspresi emosi keluarga (p=0,00 ; CI95% -13,74 – -3,74) dan taraf pencapaian fungsional (p=0,03 ; CI95% 0,34 – 12,37) yang menunjukkan pengaruh bermakna terhadap skor total pemulihan pada ODS, dengan R2 sebesar 0,087.
Simpulan: Diperlukan penilaian terukur secara rutin terkait faktor yang berhubungan terhadap pemulihan ODS dan tatalaksana yang komprehensif terhadap ODS untuk mewujudkan pemulihan.

Background: In present time, treatments regarding psychiatric aspects especially towards people with schizophrenia have focus in symptoms and function with the goal for the achievement of recovery. Due to the perception which recovery is seen as a process, there is no common outcome for each person with schizophrenia. The identification of factors which support recovery may be beneficial to develop appropriate treatment for achieving recovery in people with schizophrenia.
Methods: This study is an observational study with cross-sectional design. The 240 subjects for this study were taken from patients with schizophrenia in adult outpatient psychiatric polyclinic Cipto Mangunkusumo Hospital and were selected with non-probability consecutive sampling. Data collection regarding perception of recovery was performed by completing Recovery Assessment Scale – Domains and Stages (RAS-DS), and analysis was performed using linear regression.
Results: Extrapyramidal side effects, symptom remission, drug compliance, family’s expressed emotion and degree of functional achievement showed effect toward recovery total score for people with schizophrenia. Multi-variate analysis showed only family’s expressed emotion (p=0,00 ; CI95% -13,74 – -3,74) and degree of functional achievement which had significant effect toward recovery total score for people with schizophrenia (R2 = 0.087).
Conclusion: The routine assessment of factors which correlate towards recovery of people with schizophrenia is needed. Comprehensive treatment for people with schizophrenia is also required to achieve recovery.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2021
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Karina Yudithya
"Latar Belakang: Aktivitas seksual merupakan salah satu aspek penting dalam kehidupan dan merupakan kebutuhan dasar setiap manusia. Begitu juga pada orang dengan gangguan jiwa (ODGJ), mereka memiliki kebutuhan seksualitas yang sama seperti orang lain, namun dengan permasalahan lebih kompleks yaitu memiliki faktor risiko terkait perilaku seksual yang tidak diinginkan akibat kontrol impuls yang terganggu. Perubahan perilaku seksual tidak pantas pada ODGJ memiliki potensi risiko kedaruratan yang perlu perhatian khusus, sehingga klinisi perlu mendeteksi masalah perilaku seksual tidak pantas. Saat ini belum ada instrumen penilaian perilaku seksual tidak pantas berbahasa Indonesia. Penelitian ini merupakan penelitian awal untuk menilai kesahihan isi dan keandalan antar penilai instrumen The St. Andrew’s Sexual Behaviour Assessment (SASBA) versi bahasa Indonesia. Metode: Studi ini merupakan uji kesahihan isi dengan melibatkan lima orang pakar dari Departemen Medik Ilmu Kedokteran Jiwa Fakultas Kedokteran Indonesia (FKUI) dan uji keandalan antar penilai dengan perhitungan besar sampel sebanyak lima orang untuk empat video memakai ketentuan perhitungan Intraclass Correlation Cofficient (ICC). Pengukuran dilakukan dengan menggunakan I-CVI dan S-VI/Ave untuk kesahihan isi dan Fleiss’ Kappa untuk keandalan antar penilai dengan membandingkan tiap penilai dengan kunci jawaban serta keseluruhan penilai. Subjek diminta untuk menilai video perilaku seksual tidak pantas yang diperankan oleh aktor dengan instrumen The St. Andrew’s Sexual Behaviour Assessment (SASBA) versi bahasa Indonesia. Hasil: Kesahihan isi pada instrumen The St. Andrew’s Sexual Behaviour Assessment (SASBA) versi bahasa Indonesia ini sangat baik, dengan nilai S-CVI sebesar 0,94 dan Keandalan antar penilai keseluruhan memiliki derajat kesepakatan baik hingga sangat baik, dengan nilai Fleiss’ Kappa berkisar antara 0,65-1,00 dan hasil sedang hingga sangat baik untuk masing-masing penilai, dengan nilai Fleiss’ Kappa sebesar 0,53-1,00. Kesimpulan: Pada penelitian ini dapat disimpulkan bahwa instrumen The St. Andrew’s Sexual Behaviour Assessment (SASBA) versi bahasa Indonesia memperlihatkan bahwa terdapat kesahihan isi yang sangat baik dan keandalan antar penilai masih memiliki hasil beragam dengan penilaian baik hingga sangat baik, terdapat satu penilai yang memiliki derajat kesepakatan sedang. Penilaian instrumen dapat diterapkan melalui pelatihan dan pengenalan instrumen terlebih dahulu untuk memiliki hasil yang lebih baik.

Background: People living with mental disorders still have sexual needs. However, those with impaired impulse control are at risk of committing inappropriate sexual behavior which may lead to further problems. Those who engage in inappropriate sexual behaviour may be in a potential emergency situation that requires clinical attention. Thus, clinicians need to detect inappropriate sexual behavior among patients. This study is a preliminary study to assess the content validity and inter-rater reliability of The St. Andrew's Sexual Behaviour Assessment (SASBA) in Indonesia. Methods: SASBA was first translated into Bahasa Indonesia. Content validity was assessed by five experts from the Department of Psychiatry, Faculty of Medicine Universitas Indonesia (FKUI) and was calculated using I-CVI and S-VI/Ave. Inter-rater reliability test was conducted using four video simulations rated by five experts. Fleiss' Kappa for inter-rater reliability was calculated by comparing each rater with the key and overall raters. Results: Content validity of The St. Andrew's Sexual Behavior Assessment (SASBA) Indonesian version is very good, with an S-CVI score of 0.94 and the overall inter-rater reliability has a good to very good degree of agreement, with Fleiss' Kappa scores ranging from 0.65-1.00 and moderate to very good results for each rater, with a Fleiss' Kappa score of 0.53-1.00. Conclusion: The St. Andrew's Sexual Behavior Assessment (SASBA) Indonesian version has very good result of content validity and has mixed results for inter-rater reliability from good to very good ratings. Instrument assessment can be applied through introduction and training of the instrument in advance to have better results."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2021
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Dian Widiastuti Vietara
"Delirium (acute confusional state) merupakan kondisi krisis yang sering ditemui dan berpotensi menimbulkan morbiditas dan mortalitas. Para lanjutusia sangat rentan terhadap delirium. Diagnosis delirium seringkali sulit ditegakkan sehingga banyak kasus delirium menjadi terabaikan. Algoritma Confusion Assessment Method adalah salah satu instrumen yang dapat digunakan untuk meningkatkan identifikasi dan pengenalan delirium pada lanjut usia. Penelitian ini bertujuan untuk meneliti kesahihan dan keadalan instrumen Algoritma Confusion Assessment Method versi Bahasa Indonesia pada pasien usia lanjut yang datang ke IGD. Hasil Penelitian ini menunjukkan bahwa instrumen Algoritma Confusion Assessment Method versi bahasa Indonesia adalah instrumen yang sahih dan andal untuk digunakan sebagai alat penapisan delirium lanjut usia.

Delirium (acute confusional state) is a state of emergency which is often found and potentially causing morbidity and mortality. Elderly people are especially prone to delirium. Diagnosis of delirium is often difficult to establish, so there are a lot of delirium cases become neglected. The Confusion Assessment Method Algorithms is an instrument that can be used to increase the identification and recognition of delirium for elderly people. This study aims to examine the validity and reliability of the Confusion Assessment Method Algorithms to elderly people at Emergency Unit in the Indonesian version. The results of this study indicate that the Indonesian version of the Confusion Assessment Method algorithms is a valid and reliable instrument, using as a screening tool for delirium in elderly people at Emergency Unit."
Depok: Universitas Indonesia, 2012
T31141
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Fransiska Irma
"Akatisia adalah efek samping pengobatan antipsikotik yang ditandai dengan kegelisahan subjektif dan dapat terlihat secara objektif. Efek samping ini mengganggu dan paling sering ditemukan. Prince Henry Hospital Akathisia Rating Scale merupakan salah satu instrumen yang dapat digunakan untuk mendeteksi akatisia. Penelitian ini merupakan penelitian cross sectional yang meneliti kesahihan dan keandalan instrumen Prince Henry Hospital Akathisia Rating Scale versi Bahasa Indonesia dalam mendeteksi akatasia pada pasien skizofrenia. Hasil penelitian menunjukan bahwa instrumen Prince Henry Hospital Akathisia Rating Scale versi bahasa Indonesia yang diuji dalam penelitian ini telah terbukti kesahihan dan keandalannya untuk mendeteksi akatisia pada pasien skizofrenia di Indonesia.

Akathisia is a side effect of antipsychotic treatment that is characterized by subjective restlessness feeling and can be observed objectively. Akathisia is a distressing side effect and the most common found. Prince Henry Hospital Akathisia Rating Scale is an instrument that is used to detect akathisia. This research is a cross sectional study that evaluate the validity and reliability of the Indonesian version of the instrument on detecting akathisia at Indonesian schizophrenic patients. The result shows that the Indonesian version of the instrument which had been evaluated in this study is valid and reliable to be applied in Indonesia."
Depok: Universitas Indonesia, 2012
T31433
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Goalbertus
"Pandemi COVID-19 yang berkepanjangan membawa begitu banyak perubahan dalam kehidupan masyarakat termasuk mahasiswa. Berbagai kondisi serta perubahan yang terjadi membuat para mahasiswa menjadi rentan untuk mengalami masalah kesehatan mental. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran masalah kesehatan mental mahasiswa FKG Usakti setahun sejak pandemi COVID-19 dan determinannya. Penelitian ini merupakan penelitian observasional kuantitatif dengan rancangan potong lintang. Pengumpulan data dilakukan pada 463 mahasiswa program studi sarjana dengan menggunakan kuesioner SRQ-20 dalam bahasa Indonesia dan kuesioner determinan kesehatan mental yang telah diuji validitas dan reliabilitasnya. Data dikumpulkan dengan pengisian kuesioner secara daring menggunakan Google Form yang tautannya dibagikan melalui WhatsApp dan dianalisis menggunakan uji korelasi, uji t independen, Anova dan regresi linier ganda. Hasil penelitian menunjukkan rata-rata skor masalah kesehatan mental sebesar 9,76 (SD: 4,713; 95% CI: 9,33-10,19) yang berarti secara umum mahasiswa FKG Usakti terindikasi mengalami masalah kesehatan mental. Kekhawatiran akan kondisi kesehatan orang lain, beban akademik, rasa bosan terhadap perkuliahan daring dan kondisi finansial berhubungan secara signifikan dengan kesehatan mental mahasiswa FKG Usakti, sedangkan interaksi dengan teman dan kekhawatiran akan kondisi kesehatan diri sendiri merupakan variabel konfonding. Beban akademik merupakan variabel yang paling dominan berhubungan dengan kesehatan mental mahasiswa (koefisien Beta=0.318). Untuk itu, FKG Usakti perlu mengoptimalkan peran unit bimbingan konseling serta berkolaborasi dengan tenaga profesional guna menjaga kesehatan mental mahasiswa khususnya pada masa pandemi COVID-19. 

The prolonged COVID-19 pandemic brought so many changes in people’s lives including students. Various conditions and changes that occur make students vulnerable to mental health problems. The aim of this study was to find out the mental health problems of FKG Usakti students a year since COVID-19 pandemic and its determinants. This research is a quantitative observational research with cross sectional design. Data collection was conducted to 463 undergraduate students using SRQ-20 questionnaires in Indonesian language and mental health determinants questionnaires that have been tested for validity and reliability. The data was collected by filling out questionnaires online using Google Form whose links where shared via Whatsapp, and analyzed using correlation test, Independent Sample T-test, Anova, and multivariate linear regression. The results showed that the mean of mental health problem score was 9.76 (SD: 4,713; 95% CI: 9,33-10,19), which means that in general FKG Usakti students were indicated to have mental health problems. Concerns about the health condition of others, academic load, boredom of online learning and financial conditions were significantly related to student’s mental health, while interaction with friends and concern about own health condition were confounding variables. Academic load was the most dominant variable associated with student mental health (Coefficient beta=0.318). Therefore, FKG Usakti needs to optimize the role of counseling and guidance units and collaborate with professionals to maintain student’s mental health, especially during the COVID-19 pandemic."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2021
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library