Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 7 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Indriani
Abstrak :
Kinerja administratif pada instansi pemerintah banyak menjadi sorotan akhir-akhir ini, terutama sejak timbulnya iklim yang lebih demokratis dalam pemerintahan. Rakyat mulai mempertanyakan akan nilai yang mereka peroleh atas pelayanan yang dilakukan oleh instansi pemerintah. Dinas Kesehatan sebagai salah satu perangkat pemerintah daerah adalah dinas otonom yang merupakan unsur pelaksana pemerintah daerah di bidang kesehatan perlu kiranya memberikan informasi tentang gambaran kinerja administratif. Untuk itu dilakukan pengukuran kinerja yang memberikan informasi atas keberhasilan atau kegagalan pelaksanaan kegiatan/program/kebijaksanaan sesuai dengan sasaran dan tujuan yang ditetapkan dalam rangka mewujudkan misi dan visi Dinas Kesehatan. Analisis ini dilakukan melalui penelitian dengan pendekatan kualitatif terhadap 31 orang pejabat struktural eselon III dan IV, yaitu terdiri dari 5 Kepala Sub Dinas, 22 Kepala Seksi, dan 4 Kepala Sub Bagian untuk ditelaah faktor-faktor yang menyebabkan penampilan kinerja dari segi input dan proses manajemen Dinas Kesehatan melalui wawancara mendalam dan fokus grup diskusi, sedangkan pengukuran kinerja melalui penilaian sendiri (self assesment). Berdasarkan Laporan Akuntabilitas Instansi Pemerintah (LAKIP) . Secara faktual dari segi input (SDM, Dana, Sarana/prasarana) masih kurang memadai. Sumber Daya Manusia masih terbatas jumlahnya bagi pejabat struktural (26 orang) sedangkan jumlah pegawai seluruhnya adalah 92 orang, namun dalam penempatannya masih terdapat ketidaksesuaian antara latar belakang pendidikan dengan tugas pokok, sedangkan faktor input lainnya yang mendukung dalam keberhasilan kinerja adalah Kepemimpinan Kepala Dinas cukup baik, motivasi cukup tinggi, sikap kerja positif dan mendukung. Selanjutnya proses manajeman Dinas Kesehatan sejak dari perencanaan, pelaksanaan sehingga pengawasan dan pengendalian cukup balk. Kesimpulan dari penelitian ini, bahwa output yaitu Kinerja Dinas Kesehatan termasuk kategori baik karena didukung oleh proses manajemen yang cukup baik, walaupun input (SDM dari segi jumlah dan jenisnya, dana, dan sarana/prasarana) secara umum masih kurang, namun dari segi motivasi, sikap kerja dan kepemimpinan Kepala Dinas cukup baik ternyata mampu meningkatkan kinerja. Karena itu untuk Dinas Kesehatan disarankan: menata kembali pegawai berdasarkan latar belakang pendidikan dan pengalaman kerja dengan tugas dan fungsi yang sesuai, agar melakukan pembinaan secara rutin 1 bulan 1 kali, menyediakan sarana pendukung yang cukup bagi kelancaran pelaksanaan kegiatan, meningkatkan pengetahuan dan keterampilan pegawai melalui pendidikan formal atau pelatihan-pelatihan dan memberikan reward kepada yang berprestasi serta punishment kepada yang indisipliner. Perlu juga meningkatkan kerjasama dengan lintas program dan lintas sektoral. Pada Perencanaan Strategik agar dirumuskan kembali sasaran secara spesifik, terukur, dapat direalisasikan dan ditentukan waktunya. Saran untuk Pemerintah Daerah Kabupaten Purwakarta yaitu agar pemerintah daerah lebih memprioritaskan anggaran untuk kesehatan minimal 10 % dari APBD Kabupaten dan diharapkan dapat merekrut pegawai pasca PTT seperti Dokter, perawat dan bidan. Saran untuk LAN RI yaitu meningkatkan sosialisasi dan implementasi LAKIP, menambahkan Indikator Kinerja Sasaran, dan dalam penilaian atau pengukuran kinerja tidak menggunakan satu metode (self assesment/LAKIP), sebaiknya digabung dengan metode penilaian 360 derajat. Teknik ini akan memberikan data yang lebih baik dan dapat dipercaya karena dilakukan penilaian silang oleh bawahan, mitra, dan atasan personal (Beatty, 1993). Untuk peneliti lainnya agar dapat mempergunakan informasi kinerja Dinas Kesehatan Kabupaten Purwakarta ini sebagai bahan penelitian lebih lanjut. Daftar bacaan : 30 (1983 - 2001)
Analysis on Administrative Performance Accountability, of Government Institution at Local Health Service of Purwakarta District, 2001Administrative performance of some Government Institutions became focussing recently, especially since the emerging of atmosphere that tend more democratic at the Government. People beginning to ask the value that they obtain from their services. Local Health Service as one of Local Government tools, it means that as implementer's element of local government in the field of health, he should give information on the description of their performance and the factors that related to their performance. The objective of this study is to assess the performance of them in order to get information on how their success or fail in implementing the service/program/policy, based on vision and mission that stated by the Local Health Center. This study used qualitative approach; it was conducted to 31 structural officers of echelon III and IV. Those are consisting of 5 Heads of Sub-Head of Local Health Service, 22 Section Heads, and 4 Heads of Sub-Department. They are reviewed on the factors that related to their performance from the side of input and process Local Health Service Management through in-depth interview and Focus Group Discussion, while to the performance assessment used self-assessment, it based on the report of Accountability of Government Institution. Based on the fact, input side showed (human resources, fund, means and infrastructure) is still insufficient. The number of human resources is limited, example for structural officers (26 people), while the total number of employees are 92 people. However, in placing of them showed inappropriate between education background and main task, while other input factor that support to the success of their performance is the leadership of head of Local Health Office show enough good, motivation is enough high, work attitude is positive and supported. And then management process of Local Health Service starting from planning, implementing up to controlling are enough good. The conclusion of this study showed that the output, i.e. the performance of Local Health Center is. good category, because it is supported by good process of management. Even the input (human resources based on number and its kind, fund, and means and infrastructures) in general is still lack, however the motivation, and attitude sides also the leadership of the Local Health Service is enough good, he capable to improve his performance. . It is recommended to Local Health Service to re-arrange their employees based on their education background and work experience with task and appropriate function. It should give guidance routinely once per month, also provides means that enough to rim their activity. It should increase their knowledge and skill of their employees through formal education or training and giving reward to whose good performance and punishment to who in-discipline. It also needs to increase the cooperation with cross program and sector. On strategic planning should be formulated the target specifically, measurable, it can be implemented and the time should be determined. Recommendation to Local Government of Purwakarta District, he should give priority on the budget of health, minimum 10% of Regional Budget, and it is hoped could recruit Post- PTT such as medical doctor, nurse, and midwife. Recommendation to the National Institute for Administration RI, that is to improve socialization and implementation of LAMP, adding target performance indicator, and in assessment or performance measurement is not used one method (self-assessment/LAKIP), it should be combined with assessment of 360 degrees. This technique is providing data more complete and accurate, because it conducted cross check by subordinate, colleague, and superior officers, (Beatty, 1993). To other researchers, they could use the information on performance of Local Health Service of Purwakarta District as reference material for further study. References: 30 (1983-2001)
Depok: Universitas Indonesia, 2001
T3109
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Supriaty Muhammad
Abstrak :
Perilaku manajemen dalam organisasi dipengaruhi oleh budaya organisasi diantaranya visi dan misi, pemberdayaan sumber daya manusia, manajemen pengetahuan, dinamika proses belajar serta proses perubahan organisasi. Untuk membantu Dinas Kesehatan Kabupaten Sintang meningkatkan kemampuan organisasi dalam manajemen kesehatan, dilakukan suatu intervensi dalam bentuk kalakarya Quality Management dengan pendekatan siklus PDCA (Plan, Do, Check, Act). Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh informasi mengenai pengaruh intervensi kalakarya manajemen mutu terhadap perilaku manajerial pada proses pemahaman tugas pokok dan fungsi di seksi kesehatan keluarga Dinas Kesehatan Kabupaten Sintang. Jenis penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dan sebagai informan adalah kepala seksi, kepala sub seksi, staf, bidan koordinator serta kepala puskesmas. Pengumpulan data dengan metode wawancara mendalam dan observasi. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa persepsi seluruh anggota seksi kesehatan keluarga terhadap kegiatan pembuatan, sosialisasi, bimbingan dan pengarahan, monitoring serta evaluasi tugas pokok dan fungsi pada umumnya baik, demikian pula persepsi kepala puskesmas tentang bimbingan dan pengarahan serta monitoring yang dilakukan oleh seksi kesehatan keluarga adalah baik. Sikap seluruh anggota seksi kesehatan keluarga terhadap kegiatan pembuatan, sosialisasi, bimbingan dan pengarahan, monitoring serta evaluasi pada umumnya setuju dengan kegiatan tersebut, demikian halnya dengan sikap kepala puskesmas terhadap kegiatan bimbingan dan pengarahan, monitoring serta evaluasi yang dilaksanakan seksi kesehatan keluarga adalah pada setuju. Dalam hal motivasi, yang memotivasi seluruh anggota seksi kesehatan keluarga untuk melaksanakan kegiatan tersebut adalah adanya keinginan untuk mau merubah ke arah yang lebih baik yaitu bekerja sesuai dengan uraian tugas masing-masing supaya lebih terarah dan lebih teratur. Selama kegiatan pembuatan uraian tugas serta dalam melaksanakan tugas kepala seksi melibatkan seluruh bawahan, demikian juga dalam pengambilan keputusan serta didukung oleh hubungan kerja yang baik antara kepala seksi dengan bawahan maupun diantara sesama staf seksi. Dalam pelaksanaan semua kegiatan tersebut yang telah dilaksanakan adalah pembuatan, sosialisasi tentang uraian tugas, sedangkan bimbingan dan pengarahan, monitoring serta evaluasi dilaksanakan pada pembuatan uraian tugas sampai dengan pelaksanaan. Kegiatan bimbingan dan pengarahan, monitoring dan evaluasi berlangsung terus menerus. Saran sehubungan hasil penelitian ini bahwa kepala seksi hendaknya menggunakan uraian tugas yang telah dibuat menjadi pedoman dalam penilaian terhadap kinerja staf.
Analysis on the Effect of On the Job Training Quality Management Intervention on Managerial Behavior in Understanding Main Tasks and Functions of Family Health Unit of the Health Department in Sintang DistrictManagement behavior in organization is influenced by the organization culture that consists of vision and mission, man power empowerment, knowledge management, learning process dynamics and organization changing process. To assist the Health Department in Sintang district in improving organization competence in health management, an intervention was conducted by using on the job training Quality Management guiding program that employed PDCA (Plan, Do, Check, Act) cycle. This study was aimed at obtaining information regarding the effect of on the job training quality management intervention on managerial behavior in understanding main tasks and functions of family health unit of the health department in Sintang district. This study was qualitative and the informant or respondents of this study were chief of unit, heads of sub unit, staff, midwife coordinator and chief of puskesmas. Data were collected by using in depth interviews and observation methods. Result of study shows that perceptions of all members of family health unit on creating, socializing, coaching and guiding, monitoring as well as evaluating are mostly good. Similarly, the perception of chief of puskesmas concerning coaching and guiding as well as monitoring conducted by the family health unit is good. Stance of members of the family health unit toward creating, socializing, coaching and guiding, monitoring as well as evaluating is in agreement with those activities and so is the stance of chief of puskesmas toward the activities conducted by the family health unit. In terms of motivation, what motivates all members of family health unit to carry out such activities is their willingness to change for better that is to work pursuant to individual tasks to be more directed and regulate. During the job description process and its implementation, chief of unit involved all subordinates. Similarly, the chief involve the subordinates as well in the decision making and is supported by good work relation among the chief of unit and subordinates as well as among unit staffs. In implementing all activities mentioned above, what have been done are creating and socializing job description, while coaching and guiding, monitoring as well as evaluating have been carried out since the establishment up to recent implementation. Coaching and guiding, monitoring as well as evaluating are conducted continuously. The recommendation offered from this study is that chief of unit should utilize the set job description as guidelines in assessing the staff?s performance.
Depok: Universitas Indonesia, 2001
T4424
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sri Foniasih Usman
Abstrak :
ABSTRAK Angka kematian ibu di Indonesia pada tahun 1994 sebesar 390 per 100.000 kelahiran hidup, begitu pula di Propinsi Jawa Barat tahun 1994 angka kematian ibu berkisar antara 470-670 per 100.000 kelahiran hidup. Angka kematian ibu ini masih tergolong tinggi jika dibandingkan dengan negara Asean lainnya. Salah satu komponen yang diduga mempunyai daya ungkit yang cukup besar dalam menurunkan angka kematian ibu adalah pelayanan persalinan. Pelayanan yang baik diharapkan dapat memelihara dan meningkatkan kesehatan ibu bersalin sehingga ibu dapat menyelesaikan persalinannya dengan baik dan melahirkan bayi yang sehat. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara faktor-faktor pada ibu bersalin yang berhubungan dengan pemanfaatan pelayanan persalinan. Metode penelitian ini menggunakan data sekunder dari Studi Morbiditas Maternal CHN3/SKRT 95 di Propinsi Jawa Barat tahun 1994. Populasi penelitian adalah seluruh ibu bersalin yang meiahirkan di Propinsi Jawa Barat selama kurun waktu 5 tahun sebelum survei dilaksanakan. Sampel diambil dengan cara pengambilan sampel 3 tahap yang berasal dari 218 wilcah, 3488 rumah tangga,2495 responden, berjumlah 779 orang ibu bersalin yang melahirkan pada persalinan terakhir sebelum survei dilaksanakan. Dari hasil analisis bivariat diketahui ada 3 variabel bebas yaitu pendidikan ibu, pemanfaatan media informasi dan tempat tinggal ibu terbukti mempunyai hubungan bermakna dengan pemanfaatan tenaga pelayanan persalinan. Sedangkan variabel umur, jumlah anggota keluarga dan gangguan penyakit dalam kehamilan terbukti tidak mempunyai hubungan yang bermakna dengan pemilihan tenaga pelayanan persalinan. Mengingat pendidikan ibu, pemanfaatan media informasi dan tempat tinggal ibu mempunyai hubungan yang bermakna, maka disarankan pada Departemen Kesehatan untuk menambah materi tentang persalinan didalam Program Peminatan Kesehatan Ibu dan Anak ( PPKIA) dan memperluas sasaran PPKIA dengan mengikut sertakan pengambil keputusan dalam pemanfaatan pelayanan persalinan. Bagi Dinas Kesehatan Lebak, Tangerang, Cianjur dan Cirebon disarankan untuk bekerja sama dengan Departemen Pendidikan dan Kebudayaan daiam pelaksanaan Program Kejar Paket A. dengan cars menambahkan materi tentang persalinan dan ikut menjadi tenaga tutor bagi Program Kejar Paket A tersebut. Disarankan pula penempatan bidan desa disesuaikan dengan kebutuhan masyarakat.
ABSTRACT In 1994 the maternal mortality rate in Indonesia was 390 per 100,000, life birth and in the West Java Province was about 470 - 670 per 100,000. These values is still the highest one if compared to the other Asean countries. One of the component that might offer in the decreasing the maternal mortality was in delivery services. A good women delivery services is expected to maintain and provide the health of the pregnant woman, so she can have a normal delivery and healthy baby. The purpose of this study is to know the relationship between the factors of the delivery woman and the utilization of delivery woman services. Secondary data from maternal mortality study CHN31SKRT'95 in West Java Province 1994 has been used. The population in this study were all pregnant woman who delivered their baby in the last five years before the survey have been conducted. The sampler had been collected in three different stages from 218 Wilcah, 3,488 households, 2,495 respondents. In total, there were 779 women had delivered in the last date before the survey started. The result of bivariat analysis shows that there are three independent variables namely education, utilization information and location had a significant relationship with the utilization of woman delivery services. The variable of age, family size and health problem in pregnancy did not have a significant relation with the selection of labor services. Considering that mothers education, information, and location have significant effects on mother mortality. It is suggested that Ministry of Health to include the subject of "delivery" in the Program Peminatan Kesehatan lbu dan Anak (PPKIA), and to broaden the objective of PPKIA by involving the decision makers in the utilization of "delivery services" in the health office of Lebak, Tangerang, Cianjur, and Cirebon. Those Regional Office are advised to cooperate with The Ministry of Education and Cultural in the implementation of Program Kerja Paket A by adding the subject of "delivery" and being the tutor in Program Paket A. It is suggested that the placement of village midwife is matched with the needs of the village society.
Depok: Universitas Indonesia, 1997
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ellen Latjeno Saboe
Abstrak :
Dalam rangka peningkatan dan pengembangan upaya pelayanan kesehatan dengan pendekatan kesehatan dasar yang sesuai dengan prioritas sasaran, diperlukan adanya peningkatan kemampuan tenaga kesehatan yang meliputi pengetahuan, ketrampilan dan sikap petugas dalam melaksanakan tugas yang menjadi tanggung jawabnya. Dalam memberikan pelayanan kesehatan gigi dan mulut pada masyarakat, salah satu prioritas sasaran Dinas Kesehatan Gigi Kotamadya DT II Bandung adalah meningkatan cakupan pelayanan kesehatan gigi bagi ibu hamil yang datang ke puskesmas. Dinas Kesehatan Gigi menghadapi beberapa hambatan dalam memberikan pelayanan tersebut oleh karena keterbatasan tenaga yang ada di BR Gigi. Dalam mengatasi kekurangan tenaga tersebut, Pemerintah Daerah Kotamadya DT II Bandung mengangkat tenaga kontrak kerja (non Pegawai Negeri Sipil) yang ditempatkan di BP. Gigi sebagai tenaga pembantu dokter gigi. Masalah lain yang timbul adalah tenaga kontrak kerja ini tidak mempunyai latar belakang dibidang kesehatan gigi dan mulut sehingga mereka tidak mampu untuk berkomunikasi atau memotivasi ibu hamil untuk datang mencari pelayanan kesehatan gigi dan mulut di BP. Gigi. OIeh karena itu Dinas Kesehatan Gigi Kotamadya DT 11 Bandung bekerja sama dengan BAPELKES Bandung mengadakan pelatihan bagi 20 tenaga kontrak kerja dalam bidang peningkatan pengetahuan dibidang kesehatan gigi. Penelitian dilakukan oleh penulis untuk melihat apakah ada hubungan antara pelatihan ini dengan peningkatan pengetahuan tenaga kontrak kerja dibidang kesehatan dan mulut serta apakah ada hubungan antara peningkatan pengetahuan tersebut dengan perubahan perilaku mereka dalam memberikan pelayanan kepada mayarakat yang diukur dan peningkatan cakupan kunjungan ibu hamil ke BP. Gigi. Dalam penelitian ini dilibatkan pula 5 tenaga perawat gigi yang juga bekerja di BP. Gigi lainnya yang dipakai sebagai kelompok kontrol. Dari hasil penelitian ternyata memperlihatkan bahwa pelatihan memberikan peningkatan pengetahuan tenaga kontrak kerja dalam bidang kesehatan gigi dan mulut yang secara statistik dibuktikan bermakna. Demikian pula halnya dengan peningkatan pengetahuan tersebut memberikan peningkatan cakupan kunjungan ibu hamil di BP. Gigi yang secara statistik dibuktikan bermakna.
In the context of improvement and development of public service effort by the basic health approach which accorded with the target priority, there was the improvement of medical potency neede which was including knowledge, skill, and attitude for implementing their job which will be their responsiblity. For serving the dental and mouth health service for the public, one of the target priorities of the Dinas Kesehatan Gigi Kotamadya DT. II Bandung is to improve the scope of dental health service for the pregnant mother whoare examining to the public health centre. The 'Dinas Kesehatan Gigi faces some constraints for giving those service, because the limitation of existing medical power at the Dental Clinics. For overcoming those shortcomimg, Multicipality Goverment of Bandung appoints the contractual staff (non Civil Servants) who are installed at the Dental Clinics as dentists' assistant. Other problems raise, that contractual staff have no background of dental and mouth fie Id, such they are not able to communicate or to motivate all pregnants to look for the dental and mouth health service at the Dental Clinics. Therefore, "Divas Kesehatan Gigi Kotamadya DT. II Bandung collaborates with the BAPELKES Bandung for implementing the training of 20 contractual staff in the field of knowledge improvement for dental health field. It is worked out by the author to know whether or not there is a relationsship of this training with the contractual staff knowledge improvement in the health field for dental and mouth and whether or not there is a relationsship between that knowledge improvement with their behavioral change for giving the service for the public which is measured from the improvement of pregnant mother visitation scope at the Dental Clinics. In this study is also involved 5 dental nurses who are also worked at other Dental Clinics and they are installed as control group. Significantly, results indicate that training creates the improvement of contractual manpower knowledge in the field of dental and mouth helath, it is statisticallly significant. Likewise, those knowledge improvement gives the improvement of pregnant mother visitation scope at the Dental Clinics, it is statistically proved significant.
Depok: Universitas Indonesia, 1997
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Herman Setyono P.
Abstrak :
Masih tingginya angka kematian bayi dan kematian maternal, hal ini mencerminkan masih kurangnya kemampuan negara dalam memberikan pelayanan kesehatan pada masyarakat khusunya perawatan kehamilan serta proses pertolongan persalinan dan neonatal. Kabupaten Sumedang sudah mempunyai 243 bidan diantara 269 desa, dengan kenyataan tingginya angka kunjungan pemeriksaan kehamilan oleh bidan, tidak disertai dengan pemanfaatan tenaga bidan sebagai penolong persalinan. Tujuan penelitian ini untuk mendapatkan tentang gambaran pengetahuan, sikap dan karakteristik sosio demografi ibu dalam pemanfaatan pertolongan persalinan oleh dukun atau bidan serta alasan-alasan yang melatarbelakangi pemanfaatan penolong persalinan di Kabupaten Sumedang. Metode penelitian ini dilakukan dengan pendekatan metode kualitatif dengan fokus group diskusi, karena ingin diperoleh informasi yang lebih dalam dan rinci. Kegiatan analisis data yang dilakukan berupa analisa isi I content analysis. Infoman pada penelitian ini adalah ibu yang melahirkan anak terakhir pada kurun waktu antara bulan Januari 1997 sampai dengan bulan Juni 1997 yang menggunakan jasa pelayanan dukun, bidan serta dukun bersama bidan. Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa : 1) Pengetahuan informan tentang hal yang berkaitan dengan persalinan dan penolong persalinan cenderung baik 2) Sikap informan cenderung positif terhadap bidan, ini terlihat dari tingginya kunjungan pemeriksaan kesehatan kehamilan 3) Umur informan berisiko tidak selalu memilih bidan sebagai tenaga penolong persalinan, bahkan ada kecenderungan memilih dukun 4) Informan paritas berisiko tidak selalu memilih bidan sebagai tenaga penolong persalinan 5) Pendidikan informan yang relatif tinggi ada kecenderungan tidak memanfatkan dukun sebagai tenaga penolong persalinan 6) Penghasilan keluarga informan yang lebih baik ada kecenderungan mernilih bidan sebagai tenaga penolong persalinan 7) Persepsi informan tentang jarak menyatakan dekat bila masih satu desa dengan tenaga penolong persalinan 8) Pengambilan keputusan dalam pemilihan tenaga penolong persalinan masih dipengaruhi oleh orangtua, mertua atau suami. Mengingat pengambilan keputusan pemanfatan tenaga penolong persalinan masih dipengaruhi oleh orangtua atau mertua maka diperlukan KIE (Komunikasi, Informasi, Edukasi ) bagi tokoh masyarakat, tokoh agama dari para orangtua serta para suami dari ibu yang sedang hamil atau pasangan usia subur. ......The death-rate of baby and maternal mortality are still high, it indicates the state ability in giving the medical services to the people is still submissive : especially in taking care of pregnancy and the process of birth-rate and neonatal. The regency of Sumedang has 243 midwives in 269 villages in fact that the inspection rate of pregnancy by midwives not involving the using of midwives abilities in the process of birth. The objective of this research are to get the illustration of skill, behavior and sosiodemografy of mother in using of birth process aid by tradisional or obstretical midwives and also the background reason of the midwives utilization. Ths method of research is accomplished by the approximation of qualitative method and foccused in group discussion to get more detailed information. The activity of data analysis is accomplished by using the form of content analysis. In this research, the informans are mother who bore the last baby in January 1997 until June 1997 and use the services of traditional midwives, obstretical midwives or both of them. From this research, the conclusions are : 1) The skill informans of birth process and the personal who help the birth process are good enough. 2) The informans behaviour of midwives is good enough. It is indicaated the maximum inspection rate of pregnancy to the people. 3) The age of risky mothers do not always choose the obstretical midwives to help the bird process but they prefer using the traditional midwives services. 4) The risky paritas mother do not always choose the obstretical midwives to help the bird process.5) The education level respondents that high relatively has tendency to use obstretical midwives.6) A mother coming from the family with the better income ho s a tendency to choose the obstretical midwives to help the bird process.7) Mother has a perception of the distance, it indicates close if the midwives stay in the same village.8) The taking of decision to choose the man who help the birth process is still influenced by the parents and parents in law. Deciding that taking decision in using the skillful personal to help the birth process is still influenced by the parents and parents in law so it important to involve KIE to the mayor figure in community, the mayor figure of religion society, the parent and husband of pregnant wife or fertilized couples.
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 1997
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Andy Jap
Abstrak :
Pada era globalisasi dan persaingan bebas termasuk dalam bidang pelayanan kesehatan saat ini, maka peningkatan mutu pelayanan menjadi sesuatu yang mutlak harus diperhatikan oleh para petugas kesehatan. Salah satu dimensi mutu adalah kepatuhan petugas terhadap standar pelayanan. Semakin tinggi kepatuhan petugas penyelenggara pelayanan kesehatan terhadap standar, maka akan semakin tinggi pula mutu pelayanan tersebut terhadap pasien. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan gambaran tingkat kepatuhan bidan terhadap standar pelayanan antenatal care (standar dari Depkes RI tahun 1997) yang merupakan salah satu kegiatan pokok di Puskesmas. Selain itu juga untuk mengetahui bagaimana hubungan kepatuhan bidan dengan karakteristik bidan serta faktor eksternal lainnya yang berhubungan, dan faktor paling dominan yang berhubungan dengan kepatuhan bidan terhadap standar pelayanan antenatal care. Jenis penelitian adalah cross sectional, dilakukan di Puskesmas se Kabupaten Sanggau pads bulan Oktorber 2000 sampai dengan Nopember 2000. Sampel penelitian adalah seluruh bidan yang bertugas di 27 Puskesmas se-Kabupaten Sanggau, sebanyak 30 orang. Analisis yang digunakan adalah chi-square dan regresi logistik. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa proporsi kepatuhan bidan di Kabupaten Sanggau masih sangat rendah, terutama pada komponen kegiatan pemberian tindakan/terapi. Dari analisis bivariat didapat faktor yang berhubungan dengan tingkat kepatuhan bidan adalah usia, pengetahuan, sikap, dan supervisi. dan analisis multivariat didapat bahwa variabel yang paling dominan berhubungan dengan kepatuhan bidan adalah supervisi. Dari hasil ini disarankan terutama kepada para kepala puskesmas agar melakukan supervisi internal kepada bidan di wilayah kerjanya secara kontinu dan berkesinambungan, minimal 3 bulan sekali, dalam rangka bimbingan teknis dan meningkatkan pengetahuan serta ketrampilan bidan dalam memberikan pelayanan antenatal di puskesmas. ......Global era and free competition have great influence on today's health services. For that reason, the quality of services is undoubtedly becoming highly considered by health workers. One of quality dimensions is the providers? compliance to the service standard. The higher compliance of the provider health service the higher the quality of service to the patient will be. This study aims to obtain the description of level midwives' compliance to antenatal care service standard (issued by Ministry of Health Republic of Indonesia,1997) that is one of public health center main activities. Moreover, this study was also focused on investigating the correlation between midwives' compliance to the standard and their characteristics as well as other external factors that correlate, and factor that predominant midwives' compliance to the antenatal care service standard. This study, a cross sectional one, was carried out at all public health centers in Sanggau District from October 2000 to November 2000. The samples were all midwives serving at all of public health centres in Sanggau district, which were 30 peoples. The analysis techniques employed were chi square and logistic regression. The study results show that level of midwives' compliance to the standard is low, particularly on treatment/therapy item. Age, knowledge, attitude and supervision were significance correlated to midwives compliance while supervision was found as a predominant factor. This study recommends chiefs of public health centers to perform internal supervision on midwives throughout their work area regularly and continuously at least once within three months, to give technical guidance and to improve the midwives knowledge and skills in providing antenatal care service at public health centers.
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2001
T3348
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Robertha Setyani
Abstrak :
Kegiatan gugus kendali mutu di rumah sakit merupakan salah satu upaya dalam peningkatan mutu pelayanan di rumah sakit. Walaupun kegiatan tersebut telah diterapkan sejak tahun 1986 ternyata hasil lomba gugus pada Konvensi Nasional I memperlihatkan sebagian besar gugus memiliki kinerja yang kurang. Tujuan penelitian ini untuk mendapatkan informasi tentang faktor-faktor yang berhubungan dengan kinerja gugus kendali mutu di rumah sakit. Penelitian ini merupakan penelitian survai dengan total sampel. Unit analisa pada penelitian ini adalah gugus kendali mutu dengan jumlah sampel total populasi sebanyak 72 gugus peserta Konvensi Nasional II. Pengumpulan data untuk memperoleh informasi tentang tingkat kinerja gugus di dapat dari hasil penilaian yang dilakukan oleh juri pada konvensi nasional dan gambaran faktor yang berhubungan dengan kinerja gugus diperoleh dari data yang tercantum dalam risalah yang dibuat oleh gugus kendali mutu. Hasil penelitian ini memperlihatkan bahwa dari 72 gugus yang diteliti ternyata 69,4% memiliki kinerja yang kurang; 68,7% pada rumah sakit di Jawa; 80,6% pada rumah sakit pemerintah; 58,3% didukung oleh pimpinan rumah sakit; 86,7% dengan anggota terbanyak 7 orang; 55,6% dengan tema perbaikan di bidang administrasi; 68,1% bertemu lebih dari dua belas kali untuk menyelesaikan sebuah tema perbaikan; 54,2% membuat program pelatihan gugus; 54,2% memiliki fasilitator bidang atau perawat; 55,6% belum pernah mengikuti Konvensi Nasional. Dari 9 variabel yang berhubungan dengan kinerja gugus, ternyata variabel yang menunjukan adanya hubungan bermakna yaitu :lokasi rumah sakit dengan nilai p = 0,001 dimana gugus yang berda pada rumah sakit di Jawa memiliki kinerja yang lebih baik dari pada di luar Jawa; dukungan pimpinan rumah sakit dengan nilai p = 0,01, dimana gugus yang didukung oleh pimpinan rumah sakit memiliki kinerja yang lebih baik dan pada gugus yang tidak mendapat dukungan dari pimpinan rumah sakit; program pelatihan gugus dengan nilai p = 0,02 dimana gugus yang membuat program pelatihan memiliki kinerja yang lebih baik dari pada gugus yang tidak merencanakan program pelatihan dan pendidikan fasilitator dengan nilai p 0,04. dimana gugus yang dibimbing oleh fasilitator berpendidikan sarjan muda atau sarjana memiliki kinerja yang lebih baik dari pada gugus yang dibina oleh fasilitator berpendidikan bidan atau perawat. Kesimpulan secara umum adalah gugus kendali mutu di rumah sakit memiliki kinerja yang kurang dan disarankan kepada: Rumah Sakit untuk meningkatkan komitmen pimpinan rumah sakit dalam meningkatkan kualitas dan kuantitas sumberdaya manusia dan sumberdaya pendukung kegiatan gugus, membuat rencana pelatihan bagi anggota gugus; dan mengangkat fasilitator yang memiliki pendidikan minimal sarjana muda. Bagi Pusdiklat Kesehatan disarankan untuk: membuat pedoman pelatihan dan pedoman penilaian bagi gugus kendali mutu di rumah sakit, mengupayakan peningkatkan kualitas sumberdaya manusia pada rumah sakit khususnya bagi rumah sakit di luar Jawa; membuat program pelatihan untuk meningkatkan kesdaran pimpinan dalam mendukung kegiatan gugus. ...... Factor connecting With Quality Control Performance in a Hospital, Participant of Second National ConventionQuality control activities in a hospital is one of activities in improving service quality in the hospital. Although the activity has been applied since 1986 in fact the result of control competition of the first National Showed most of the control performances are below the standard convention. The purpose of this convention research is to find out information about factor connecting with the quality control performance in the hospital. These research uses survey with total sample, with the total amount of population samples are 72 controls, members of the second National Convention. Collecting data to get the control performance is found from mark assessed by juries and the description of factor relating with the control performance is found from summaries made by the control performance. The experiment result showed of the 72 controls searched factually 69,4% have inferior performances; 68,7% on hospital in Java; 80,6% on state-on red hospital; 58,3% supported hospital chairmen's; 86,7% with members mostly 7 person; 55,6% with their titles in improving in administration division; 68,1% met move then twelve times to complete an improvement theme; 54,2% made control training program; 54,2% have nurse to delivers facilitator; 55,6% have yet no attended National Convention. From 9 variables connecting with the control performance, in reality the variable showed a content correlation is geographic location of the hospitals with p=0,001, performance of quality control in the hospital in Java is better than out of Java; supported hospital chairmen's p=0,01. performance of quality control with supported hospital chairmen's is better than no supported chairmen's; the control training program with the p=0,02, performance quality control have training program is better than without training program; facilitator education p=0,04, performance quality control with facilitators having minimum formal education, i.e. Diploma is better than nurses The summary in general is the quality control performance in the hospital has inferior performance and suggested to: The Hospital should improve commitment of the leadership of the hospital to intensity the quality and the quality of human resources and of supporting control-activity resources, make a training plan for control members, and to promote the facilitators having minimum formal education i.e. Diploma For the center of the health of education and training advised to make training and grading standards for the quality control in the hospital, to accomplish enhancement of the quality of human resources in the hospital especially for the hospitals out of Java; make training program to a reich the leadership awareness since supporting the control activities.
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2001
T7765
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library