Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 73 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Anindya Hiswara
"Dikarenakan input yang rumit dalam menghasilkan mesh dan dokumentasi terkait pengaruh dari ukuran mesh dalam analisa stabilitas lereng, Metode Elemen Hingga untuk analisa stabilitas lereng jarang untuk digunakan untuk keperluan praktis. Oleh karena itu, tujuan dari riset ini adalah untuk mendapat ukuran dan kepadatan mesh yang direkomendasikan dalam software geoteknik dengan input yang rumit. Riset analisa stabilitas lereng dilakukan dengan MIDAS GTS, yang memiliki input yang rumit untuk menghasilkan mesh dalam bentuk element size dan refinement factor, dibandingkan dengan PLAXIS 2D, yang memiliki input yang simpel yaitu dari kekasaran Very Coarse ke Very Fine.
Analisa sensitivitas dilakukan dengan mencari dalam tingkat kekasaran apa MIDAS GTS dan PLAXIS 2D memiliki kemiripan nilai FK dan garis lengseran, dan menentukan ukuran dan kerapatan mesh yang dianjurkan untuk semua tingkat kekasaran di MIDAS GTS. Studi berlanjut dalam kasus nyata dari kegagalan lereng untuk menentukan tingkat kekasaran dalam MIDAS GTS yang menghasilkan hasil yang paling akurat. Ditemukan bahwa MIDAS GTS dan PLAXIS 2D memiliki hasil yang paling sama dalam kekasaran Medium, namun GTS menghasilkan hasil paling akurat untuk keperluan praktis pada kekasaran Very Fine.

Due to complex input in generating mesh and the documentation of mesh sizes effect in slope stability analysis, Finite Element Method (FEM) for slope stability analysis is rarely conducted in practical uses. This reason inspired the objective of this research, which is to find the recommended generated mesh size and density in complex inputted geotechnical related software. This research of slope stability analysis is conducted using MIDAS GTS, which has a complex input of mesh generation in form of element size input and refinement factor, and compared to PLAXIS 2D, which has a simpler optional input which are Very Coarse to Very Fine coarseness, for the mesh generation.
Sensitivity analysis firstly conducted to decide in what coarseness MIDAS GTS and PLAXIS 2D has a similar SF and slip critical line result, and to decide the recommended mesh size and density for all coarseness level in MIDAS GTS. The study continues to the real case of slope failure to decide in which coarseness in MIDAS GTS that resulting the most accurate result for practical use. It is found in Medium coarseness that MIDAS GTS and PLAXIS 2D produce the most similar result, but GTS produces the most accurate result for practical use in Very Fine coarseness.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Anindya Hiswara
"Dikarenakan input yang rumit dalam menghasilkan mesh dan dokumentasi terkait pengaruh dari ukuran mesh dalam analisa stabilitas lereng, Metode Elemen Hingga untuk analisa stabilitas lereng jarang untuk digunakan untuk keperluan praktis. Oleh karena itu, tujuan dari riset ini adalah untuk mendapat ukuran dan kepadatan mesh yang direkomendasikan dalam software geoteknik dengan input yang rumit. Riset analisa stabilitas lereng dilakukan dengan MIDAS GTS, yang memiliki input yang rumit untuk menghasilkan mesh dalam bentuk element size dan refinement factor, dibandingkan dengan PLAXIS 2D, yang memiliki input yang simpel yaitu dari kekasaran Very Coarse ke Very Fine. Analisa sensitivitas dilakukan dengan mencari dalam tingkat kekasaran apa MIDAS GTS dan PLAXIS 2D memiliki kemiripan nilai FK dan garis lengseran, dan menentukan ukuran dan kerapatan mesh yang dianjurkan untuk semua tingkat kekasaran di MIDAS GTS. Studi berlanjut dalam kasus nyata dari kegagalan lereng untuk menentukan tingkat kekasaran dalam MIDAS GTS yang menghasilkan hasil yang paling akurat. Ditemukan bahwa MIDAS GTS dan PLAXIS 2D memiliki hasil yang paling sama dalam kekasaran Medium, namun GTS menghasilkan hasil paling akurat untuk keperluan praktis pada kekasaran Very Fine.

Due to complex input in generating mesh and the documentation of mesh sizes effect in slope stability analysis, Finite Element Method (FEM) for slope stability analysis is rarely conducted in practical uses. This reason inspired the objective of this research, which is to find the recommended generated mesh size and density in complex inputted geotechnical related software. This research of slope stability analysis is conducted using MIDAS GTS, which has a complex input of mesh generation in form of element size input and refinement factor, and compared to PLAXIS 2D, which has a simpler optional input which are Very Coarse to Very Fine coarseness, for the mesh generation. Sensitivity analysis firstly conducted to decide in what coarseness MIDAS GTS and PLAXIS 2D has a similar SF and slip critical line result, and to decide the recommended mesh size and density for all coarseness level in MIDAS GTS. The study continues to the real case of slope failure to decide in which coarseness in MIDAS GTS that resulting the most accurate result for practical use. It is found in Medium coarseness that MIDAS GTS and PLAXIS 2D produce the most similar result, but GTS produces the most accurate result for practical use in Very Fine coarseness."
2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Simatupang, Ramadona
"ABSTRAK
Semakin banyaknya kegiatan konstruksi pada lahan terbatas menyebabkan jarak antara bangunan satu dengan lainnya sangat dekat. Misalnya pada kasus embankment yang berdekatan dengan suatu bangunan yang sudah ada. Konstruksi embankment ini dapat menyebabkan tanah di bawahnya bergerak sehingga dapat mengganggu tiang-tiang eksisting yang menopang struktur bangunan. Pengaruh tersebut antara lain terjadinya settlement dan lateral soil movement. Komponen terakhir dianggap lebih kritis dampaknya terhadap adjacent piles, khususnya pada kondisi tanah yang lunak yang mengalami tekanan akibat konstruksi embakment sehingga tanah bergerak secara horizontal menekan adjacent piles. Untuk itu perlu diberikan shielding piles pada tanah yang berfungsi meminimalisasi efek embankment terhadap lateral soil movement.

ABSTRACT
Increasing number of construction activities on a limited land causes distance between the buildings to each other very closely, For example in embankment case adjacent to an existing building. Embankment construction can cause the ground beneath him move that can interfere with the existing pillars that support the structure buildings. Influences include the settlement and lateral soil movement. The last component is considered more critical impact on the adjacent iles, especially in soft ground conditions that have pressure due to construction so that the soil mbakment moves horizontal pressing adjacent piles. It needs to be given to shielding Pile on the ground that serves to minimize the effects of Embankment on lateral soil movement.
"
2010
S50490
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Adi Tri Wibowo
"Tanah lanau bepasir merupakan tanah yang memiliki nilai daya dukung rendah yang dapat menyebabkan masalah saat menerima beban yang besar. Cara untuk mengatasi masalah ini dapat dilakukan dengan memberikan preloading di atas tanah tersebut. Namun, hal ini memerlukan biaya dan waktu yang tidak sedikit. Salah satu alternatif lain untuk meningkatkan daya dukung tanah adalah dengan menggunakan cerucuk. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui seberapa besar pengaruh penggunaan cerucuk terhadap kekuatan tanah. Metode yang digunakan adalah membandingkan penggunaan cerucuk dan tanpa cerucuk.
Percobaan dilakukan di laboratorium dengan uji Triaksial terkonsolidasi takterdrainasi untuk menentukan nilai kekuatan tanah sehingga dapat dibandingkan. Dari hasil percobaan, diperoleh bahwa penggunaan cerucuk meningkatkan nilai kuat geser tanah lunak. Nilai kuat geser cerucuk kayu lebih besar dibandingkan cerucuk bambu. Penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan untuk mengetahui seberapa besar pengaruh penggunaan cerucuk untuk meningkatkan kuat geser tanah lunak.

Sandy Silt soil is soil that has a low carrying capacity values that can cause problems when you receive a big load. The way to overcome this problem can be done by giving preloading on the land. However, this requires a fee and not a little time. One of the other alternatives to improve the carrying capacity of soil is to use small pile. This research was conducted to determine how much influence the use of force small pile ground. The method used is to compare the use of small pile and without.
Experiments conducted in laboratory testing with Consolidated Undrained Triaxial test to determine the value of shear strength that can be compared. From the experimental results, obtained that the use of small pile increase the value of soft soil shear strength. Wood small pile shear strength values greater than bamboo small pile.This research is expected to be input to determine how much influence the use small pile to improve soft soil shear.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2011
S1026
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Aditiya Putra Karisma
"Indonesia memiliki lahan gambut yang sangat besar. Menurut Soekardi dan Hidayat (1988) lahan gambut di Indonesia diperkirakan seluas 18,4 juta hektar. Sifat daya dukung tanah gambut sangat rendah sehingga potensi ketidakmanfaatan tanah gambut untuk kemampuan menahan beban yang lebih besar. Oleh sebab itu dilakukan upaya untuk mestabilkannya. Telah banyak upaya untuk menstabilkan tanah dengan menambahkan campuran oleh peneliti-peneliti sebelumnya yaitu dengan dengan semen dan aspal. Bahan stabilisasi yang diberikan adalah campuran kimia sehingga akan merusak lingkungan baik dalam skala besar ataupun kecil. Pada penelitian dilakukan pencampuran dengan pupuk urea (EM4) dengan upaya lebih ramah lingkungan. Penelitian ini merupakan penelitian lanjutan penelitian sebelumnya (Siti Muslikah, 2011) yang telah melakukan upaya stabilisasi dengan mikroorganisme asli, EM4, dan p2000z tetapi hanya sebatas pada parameter konsolidasi. Sehingga pada penelitian ini akan dilihat perubahan pada parameter CBR dan triaksial CU tetapi hanya dengan campuran urea (EM4).
Tujuan penelitian ini yaitu melihat pengaruh pada parameter properti fisik (specific gravity dan atterberg limit) dan properti mekanik (compaction, CBR, dan triaksial CU) sebelum diberikan tambahan mikroorganisme dan setelah dilakukan penambahan dengan campuran 20% urea (EM4) berdasarkan berat keringnya. Kadar 20% yang diambil berdasarkan berat kering tanah gambut tersebut, sehingga sebelum proses pencampuran dilakukan pencarian kadar air natural pada tanah gambut tersebut. Pencampuran pada kadar air natural ini dimaksudkan dikondisikan seperti sesuai kondisi lapangan. Kadar air natural pada penelitian ini adalah 220%. Setelah dilakukan pencampuran kemudian dilakukan pemeraman selama 1 bulan agar terjadi aktivitas mikroorganisme. Setelah 1 bulan dilakukan pengeringan udara agar kadar air pada tanah gambut tersebut sesuai dengan kondisi pengujian yang akan dilakukan. Kemudian untuk penelitian uji pemadatan dilakukan pada beberapa titik kadar air. Pada pengujian uji pemadatan standard proctor untuk tanah gambut asli dicari pada titik dengan kadar air dari range 40%, sampai 140%. Sedangkan untuk tanah gambut setelah dilakukan pencampuran urea (EM4) dilakukan pada titik kadar air 35% sampai 90%. Pengujian compaction ini dilakukan untuk mendapatkan kadar air optimum. Pengujian CBR soaked dan unsoaked untuk tanah gambut tanpa campuran dilakukan pada kadar air pada setiap uji pemadatan. Sedangkan untuk pengujian CBR tanah gambut setelah dilakukan pencampuran urea (EM4) hanya dilakukan pada kadar air optimum hasil dari pengujian uji pemadatan yaitu pada kadar air 68%. Kemudian pengujian selanjutnya adalah triaksial CU untuk mendapatkan parameter tahanan geser dan kohesi. Pengujian triaksial CU dilakukan pada 3 sampel setiap serinya dengan tegangan isotropis 100 kPa, 200 kPa, dan 300 kPa. Pengujian triaksial CU untuk tanah gambut asli dilakukan pada kadar air 77% yaitu kadar air optimum dari hasil peneltian uji pemadatan. Sedangkan untuk penelitian triaksial CU untuk tanah gambut setelah dilakukan pencampuran dilakukan pada kadar air optimum 66% dari hasil penelitian uji pemadatan. Kurva yang didapatkan dari pengujian triaksial CU ini memperlihatkan kurva overconsolidated karena sampel tanah gambut dilakukan pemadatan terlebih dahulu. Pada hasil penelitian ini didapatkan bahwa telah terjadi perubahan properti fisik tetapi tidak signifikan, khsusunya bertambahnya jumlah total mikroorganisme akibat aktivitasnya dan jumlah kadar serat yang menurun karena seratnya telah termakan oleh aktivitas mikroorganisme, sedangkan untuk properti mekaniknya tidak terjadi perubahan.

Indonesia has great numbers of peatland. According to Soekardi and Hidayat (1988), peatland in Indonesia is estimated to be 18.4 million hectares. Its soil bearing capacity is so low that it is unable to bear massive loads; therefore, the stabilized activity is indispensable. There have been many attempts by previous researchers to stabilize the soil by adding a mixture of cement and asphalt. This stabilized materials are chemical agents that will harm environment either in large or small scale. To be more environmentally friendly, This study used urea fertilizer (EM4) as the mixture. It is an continued research of Muslikah (2011) in which she developed mixture of pristine microorganisms, EM4, and p2000z but limited to the consolidation parameter. Thus, this study focused alteration of the strength of peat soil on another parameters due to the addition of urea fertilizer (EM4) with CBR and triaxial CU test.
The purpose of this study is to investigate the differences of physical properties (specific gravity and atterberg limit) and mechanical properties (compaction, CBR, and triaxial CU) in two conditions: without and with additive mixture of 20% urea (EM4) based on dry weight). The concentration of 20% is based on the dry weight of peat; therefore, prior to mixing process, it is important to determine the natural water content of peat. Mixing in natural water content is intended to practice as similar as possible to its the actual field condition. The natural water content for peat in this study is 220%. Once mixing process finished, the curing was then performed for 1 month allow microorganisms activity. Thereafter, peat was dried to make water content in accordance with the condition of the test. Compaction test was then performed at some points of water content. Standard proctor compaction test was conducted at the range of moisture content of 40% to 140% for original peat soil, and 35% to 90% for urea (EM4) mixed-peat soil. The aim of this compaction test is to obtain optimum moisture content. Soaked and unsoaked CBR test for original peat soil was performed to each water content of compaction test; on the contrary, The CBR test for urea (EM4) mixed-peat soil was conducted only to the optimum moisture content, that is 68%. The subsequent test is CU triaxial test to obtain shear resistance and cohesion parameters. The CU triaxial test was performed on three samples of each series with isotropic stress of 100 kPa, 200 kPa and 300 kPa. This test was conducted at optimum moisture content from compaction test, that is 77% and 66% for original peat soil and urea (EM4) mixed-peat soil, respectively. The curve obtained from CU triaxial test shows an overconsolidated curves, as samples were compacted in the beginning of the test. This study found that there is alteration of physical properties though insignificant : the increasing number of microorganisms because of their activities and the decreasing amount of fiber content as was consumed by microorganisms. However, there is no change in mechanical properties.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2012
S42812
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Cut Yunita
"Likuifaksi adalah salah satu fenomena dari Permanent Ground Deformation (PGD) yang terjadi pada kondisi gempa dengan skala besar, dimana tanah pasir jenuh kehilangan kekuatannya akibat meningkatnya tekanan air pori secara berlebihan dan menurunnya tegangan efektif tanah karena proses pemadatan yang terjadi akibat adanya getaran gempa. Tanah pasir ini kemudian memiliki perilaku lebih mirip cairan daripada tanah itu sendiri. Kondisi ini sangat berbahaya bagi jaringan pipa bawah tanah karena tanah sudah tidak mampu lagi menyokong pipa sehingga dapat mengakibatkan kerusakan pada pipa seperti tertekuk atau terangkatnya pipa keluar dari permukaan tanah. Ada beberapa bentuk kegagalan tanah akibat likufaksi antara lain kegagalan aliran, pergerakan lateral tanah (lateral spreading), kegagalan daya dukung, kegagalan pergoyangan tanah dan penurunan tanah yang berbeda.
Dan penelitian ini dilakukan untuk melihat pengaruh bentuk kegagalan tanah akibat likuifaksi jenis displacement horizontal tanah (lateral spreading) terhadap jaringan pipa bawah tanah. Penelitian dilakukan dengan menggunakan bantuan program AutoPIPE V8i yang merupakan suatu program engineering untuk analisis tegangan pipa yang bertujuan untuk melihat respon pipa akibat terjadinya displacement horizontal tanah tersebut. Penelitian dilakukan terhadap pipa baja menerus grade API 5L X65 dengan variasi diameter 16 inci dengan ketebalan dinding 12.7 mm dan diameter 14 inci dengan ketebalan dinding 11.1 mm. Pipa ini merupakan pipa bawah tanah penyalur gas yang dikubur pada kedalaman 1.5 meter dari permukaan tanah. Variasi lebar area tanah terlikuifaksi dibuat 10 m, 20 m, 30 m, 40 m dan 50 m. Hasil dari analisis akan memperlihatkan rasio tegangan pipa dan juga gaya dalam yang dialami pipa akibat displacement horizontal tanah.
Hasil analisis dengan bantuan program komputer Autopipe V8i menunjukkan bahwa pipa meskipun dengan diameter lebih besar akan tetap mengalami kegagalan jika terjadi likuifaksi pada tanah disekelilingnya. Maka sebaiknya sebelum menentukan rute pipa, sebaiknya terlebih dahulu dilakukan investigasi geoteknik untuk melihat area tanah yang berpotensi mengalami likuifaksi jika terjadi gempa dengan skala besar. Jika memungkinkan rute pipa harus dihindarkan dari area tanah yang berpotensi likuifaksi tersebut, namun jika tidak memungkinkan maka diperlukan tindakan perbaikan tanah disekeliling jalur pipa bawah tanah tersebut.

Liquefaction is one of the Permanent Ground Deformation (PGD) phenomena which occurs in a large-scale earthquake condition, where the saturated sandy soil loses its strength due to the increase in excess pore water pressure and reduced effective stress due to soil compaction processes which is induced by the earthquake shaking. This sandy soil is then behave more like fluids than the soil itself. This condition is very dangerous for the underground pipeline because the soil is no longer able to support the pipes so that it can cause damage to the pipeline such as buckling, pipe lift off from the surface of the soil, etc. There are several types of ground failure induced by liquefaction, those are flow failure, soil lateral movement (lateral spreading), loss of bearing strength, ground oscillation and differential settlement.
And this research is conducted to see the effect of soil failure kind of horizontal ground displacement (lateral spreading) induced by liquefaction to the underground pipelines. The research is performed by using AutoPIPE V8i program which is an engineering program for pipe stress analysis to see the response of the pipes due to the horizontal displacement of the soil. Research is conducted to a continuous steel pipes grade API 5L X65 with a variation of diameter of 16 inches with a wall thickness of 12.7 mm and a diameter of 14 inches with a wall thickness of 1.11 mm. This pipes is a gas transmission underground pipeline which buried at a depth of 1.5 meters from the ground level. Variations of the width of liquefied soil area is made for 10 m, 20 m, 30 m, 40 m and 50 m. The results of the analysis will show the pipe stress ratio and also internal force and moment occurred to the pipe due to ground horizontal displacement.
The analysis result by using AutoPIPE V8i computer program shown that eventhough the pipes with larger diameter would still experience a failure if the liquefaction occurred to the surrounding soil of the pipes. So, before determining the pipeline route, it shall be better to do a geotechnical investigations to observe the soil area which is potential for the liquefaction to occur if a large scale of the earthquake happened. If possible the pipeline route should be avoided from the potential liquefied soil area, however if it is impossible to do so then a soil improvement around the pipeline route will be required.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2012
S42870
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Vita Ariesta Fitriana
"ABSTRAK
Penelitian ini merupakan studi mengenai sifat fisik dan teknik dari tanah Depok.
Tanah Depok merupakan tanah residual, terbentuk dan berkembang di tempat
yang sama dengan batuan induknya. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk
mengetahui karakterisitik umum dari tanah residual Depok yang akan
diinterpretasikan berupa pola-pola hubungan antara parameter sifat fisik dan
teknik tanah terhadap elevasi serta persamaan-persamaan korelasi dari indeks
kompresi dan sudut geser. Penelitian ini dilakukan secara empiris dari data-data
hasil penyelidikan tanah terdahulu. Pengolahan data dilakukan dalam dua zona,
yaitu Zona Dalam Universitas Indonesia (ZDUI) dan Zona Luar Universitas
Indonesia (ZLUI), sehingga dapat mempermudah proses analisa.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa tanah Depok secara umum merupakan
lempung merah (halloysite) plastisitas tinggi dalam keadaan jenuh, bukan
termasuk tanah ekspansif. Tanah keras Depok berada pada elevasi 10-35 m di
bawah permukaan tanah stasiun Universitas Indonesia. Pola hubungan parameter
tanah Depok dengan elevasi antara lain nilai angka pori cenderung seragam; NSPT,
kadar air natural, sudut geser dan indeks kompresi cenderung naik seiring
dengan bertambahnya kedalaman tanah; sementara batas cair, batas plastisitas,
indeks plastisitas dan kohesi cenderung sebaliknya. Persamaan korelasi yang
didapatkan merupakan persamaan korelasi untuk indeks kompresi (Cc), sudut
geser (φ) dan kohesi (c). Hasil penelitian sangat bergantung terhadap jumlah data
yang digunakan, jenis tanah dan kondisi muka air tanah masing-masing lokasi.
Hasil penelitian ini tidak dianjurkan untuk penggunaan langsung dalam desain,
namun dapat digunakan sebagai bahan acuan/informasi untuk desain awal ataupun
sebagai bahan studi untuk penelitian selanjutnya.

ABSTRACT
This study is about the physical and engineering characteristics of Depok soil.
Depok soil is classified as residual soil, it was developed from the insitu
weathering of rocks that have remained in the location of their origin. The main
purpose of this study is to identified the general characteristics of Depok residual
soil, which will be interpreted as some relationship patterns between the physical
and engineering parameters with elevation, and correlation equations of
compression index and shear angle. The study was processed empirically from
soil investigation datas of the earlier institution investigations. Datas were proceed
in 2 zones, Zona Dalam Universitas Indonesia (ZDUI) and Zona Luar Universitas
Indonesia (ZLUI), so it will be easier to analyzed.
The result of this study shows that generally Depok soil is classified as red clay
with high plasticity and saturated. The hard soil layer lies at elevation 10-35m
below the soil surface of Universitas Indonesia train station. These are the
relationships between Depok soil parameters and elevation, initial pore pressures
tend to be similar; N-SPT, natural water content, shear angle, and compression
index are tend to be increasing as if the soil depth; meanwhile liquid limit, plastic
limit, plasticity index and cohesion tend to be decreasing contrast with the earlier
parameters. There are three kind of correlation equations in this study, that is
compression index, shear angle and cohesion correlation equations. These results
are very depend on the datas, soil type, and ground water level of each datas
location. Therefore, this result not recommended for direct uses in the design
calculation, but can be used for initial information/guidance of preliminary design,
or can be used as the next study materials."
Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2012
S42731
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Eko Sumanto Putro
"ABSTRAK
Skripsi ini membahas nilai parameter kompresi sekunder yang didapatkan dari hasil pengujian tanah lunak di Marunda. Pada tanah lunak, konsolidasi sekunder turut berkontribusi dalam total settlement yang terjadi. Kompresi sekunder terjadi dalam jangka waktu yang lama akibat adanya dilatasi dari struktur tanah. Data yang diperoleh dalam penelitian ini didapat dari hasil uji menggunakan oedometer standar berdiameter kecil dan oedometer modifikasi berdiameter besar. Pengujian dilakukan dengan memberikan variasi beban dan lamanya waktu uji. Dari hasil analisa data didapat nilai Cα yang semakin kecil seiring dengan besarnya tegangan yang diberikan. Semakin lama pembebanan, kurva konsolidasi semakin menunjukkan asimtot.

ABSTRACT
This paper discuse about the value of secondary compression parameters obtained from the soft soil test results in Marunda. On soft soil, secondary consolidation contribute to the total settlement that occurred. Secondary compression occurs for long periods due to dilatation of soil structure. In this study, data obtained from standart oedometer with small diameter and oedometer modification with large diameter. Testing was done with load variation and duration of the test. From the data analysis, found that Cα values decreased if the load increased. Consolidation curve will be show asymptotes if the loading time more long."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2010
S45653
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Vicki Benita
"ABSTRAK
Skripsi ini merupakan studi mengenai perilaku penurunan pondasi pada sebuah bangunan di Depok yang diduga mengalami perubahan letak muka air tanah. Daya dukung tanah sangat dipengaruhi oleh kandungan air didalamnya sehingga berdampak pada pemilihan daya dukung pondasi yang digunakan. Perubahan letak muka air tanah dipengaruhi oleh perubahan iklim dan proses konstruksi yang dilakukan. Oleh karena itu, letak muka air tanah dijadikan salah satu variabel yang ditinjau. Namun, detail informasi terkait pondasi bangunan tersebut tidak diperoleh secara lengkap sehingga ukuran pondasi juga dijadikan variabel dalam penelitian. Perilaku penurunan pondasi ini akan dianalisis dengan menggunakan perangkat lunak Plaxis 2 Dimensi Versi 8.2. Berdasarkan hasil analisis, akan terlihat pengaruh perubahan letak muka air tanah, serta jenis dan ukuran pondasi terhadap penurunan yang dialami.

ABSTRACT
This is a study about the behavior of a building foundation located in Depok, which is potential to has a changing of ground water level. Bearing capacity of the soil is strongly influenced by the water content in it so it impact the selection of the foundation. The changing of ground water level is affected by climate change and the construction process. Therefore, the ground water level is used as one of the variables in this study. However, the detail information related to the building foundation was not complete enough. So, the size of the foundation is also used as a variable in this study. The behavior of the foundation will be analyzed using software Plaxis 2D Version 8.2. Based on the analysis, the effect of the changes of the water table and type and size of foundation to the settlement can be concluded."
2014
S54390
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Raju
"Permasalahan terpenting dalam konstruksi terowongan adalah penurunan tanah (surface settlement). Studi dilakukan dengan menganalisis pengaruh pembuatan terowongan bawah tanah pada daerah dengan kondisi tanah tertentu, khususnya variasi tanah berlapis yang ada di daerah Jakarta Pusat. Dalam memprediksi penurunan tanah yang terjadi diantaranya adalah dengan menggunakan pendekatan-pendekatan: (a) secara empiris, berdasarkan pada persamaan empiris yang berasal dari pengamatan, (b) analisis numerik, seperti pendekatan elemen hingga (digunakan PLAXIS 2D v8.2). Secara keseluruhan, nilai penurunan tanah maksimum yang diperoleh dari hasil desain empiris lebih besar dibandingkan dengan penyajian prediksi secara numerik dan desain empiris menunjukkan bentuk palung penurunan tanah yang cenderung lebih sempit.

The most important problem in tunnel construction is the soil settlement (surface settlement). This study is done by analyzing the effect of tunnel construction at the particular area with the particular soil condition, especially with the soil layering that can be found in Jakarta Pusat. Prediction of soil settlement can be done with various approach: (a) empirical method, that based on empirical equation that come from soil observation, (b) numerical analysis, such as finite element method (using PLAXIS 2D v8.2). In general, the maximum soil settlement that obtained from empirical method is larger than the maximum soil settlement that obtained from numerical analysis, and empirical method produces narrower curvature of soil settlement.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2014
S56573
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8   >>